Anda di halaman 1dari 32

1. Dina Windiarti 141.

0035
2. Erlina Wijayanti 141.0041
3. Meilani Sita D 141.0061
4. Nasa Fasalino 141.0067
5. Niko Catur S 141.006
6. Roy Allam Fahmi N 141.0089
 World Health Organization(WHO) memperkirakan
bahwa ada 500.000 kematian ibu melahirkan di
seluruh dunia setiap tahunnya, 99% diantaranya
terjadi di negara berkembang (WHO, 1992 dalam
Hasnah, Triratnawati, 2003).
 Obstetri adalah cabang ilmu kedokteran yang
berhubungan dengan persalinan, hal-hal yang
mendahuluinya dan gejala-gejala sisanya,
membahas tentang fonomena dan
penatalaksanaan kehamilan, persalinan,
peurperium baik dalam keadaan normal, maupun
abnormal.
 Neunatus adalah organisme yang berada pada
periode adaptasi kehidupan intra uterine. Masa
neunatus adalah periode selama 1 bulan
Pendarahan

Infeksi dan sepsis

Hipertensi dan preeklampsia atau eklampsia

Persalianan macet atau distosia

Emboli air ketupan

Luka bakar

Syok anafilaktik karena obat

Cedera akibat kecelakaan lalu lintas


Menghormati
Gentleness
hak pasien
 Penilaian awal adalah langkah untuk
menentukan dengan cepat kasus maternal dan
neonatal yang dicurigai dalam keadaan
kegawatdaruratan dan membutuhkan
pertolongan segera dengan mengidentifikasi
penyulit yang dihadapi.
 Dalam penilaian awal ini, anamnesis lengkap
belum dilakukan. Anamnesa awal dilakukan
bersama-sama dengan periksa pandang, periksa
raba, dan penilaian tanda vital dan hanya untuk
mendapatkan informasi yang sangat penting
berkaitan dengan kasus.
pasien mengalami syok
hipovolemik

syok septik

syok jenis lain


koma

kejang-kejang

koma disertai kejang


Pastikan jalan napas bebas

Pemberian oksigen

Pemberian cairan intravena

Pemberian transfusi darah

Pasang kateter kandung kemih


Pemberian antibiotika

Obat pengurang rasa nyeri

Penanganan masalah utama

Rujukan
Memperbaiki
Menstabilkan
volume cairan
kondisi pasien
sirkulasi darah

Setelah pasien Mengefesiensikan


stabil tentukan sistem sirkulasi
penyebab syok darah
1. Mintalah bantuan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan
siapkan fasilitas tindakan gawatdarurat
2. Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu bahwa
jalan napas bebas
3. Pantau tanda-tanda vital (nadi, respirasi, tekanan darah, dan suhu
tubuh)
4. Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring untuk meminimalkan
resiko terjadinya aspirasi jika ia muntah dan untuk memastikan
jalan napasnya terbuka
5. Jagalah ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan terlalu panas
karena hal ini akan menambah sirkulasi perifernya dan
mengurangi aliran darah ke organ vitalnya
6. Naikkan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke
jantung (jika memungkin tinggikan tempat tidur pada bagian
kaki)
 Ambil langkah-langkah secara berurutan untuk menghentikan
perdarahan (seperti oksitoksin, masasse uterus, kompresi bimanual,
kompresi aorta, persiapan untuk tindakan pembedahan).
 Tranfusi sesegera mungkin untuk mengganti kehilangan darah. Pada
kasus syok karena perdarahan, tranfusidibutuhkan jika Hb <8 g%.
Biasanya darah yang diberikan ialah darah segar yang baru diambil dari
donor darah
 Tentukan penyebab perdarahan dan tata laksana
 Jika perdarahan terjadi pada 22 minggu pertama kehamilan, curigai
abortus, kehamilan ektopik atau mola
 Jika perdarahan terjadi setelah 22 minggu atau pada daat persalinan
tetapi sebelum melahirkan, curigai plasenta previa, solusio plasenta atau
robekan dinding uterus (rupture uteri)
 Jikaperdarahan terjadi setelah melahirkan, curigai robekan dinding
uterus, atonia uteri, robekan jalan lahir, plasenta tertinggal.
 Nilai ulang keaaan ibu: dalam waktu 20-30 menit setelah pemberian
cairan, nilai ulang keadaan ibutersebut untuk melihat tanda-tanda
perbaikan
Nilai ulang respons ibu • Nadi yang stabil
terhadap pemeriksaan varian • Peningkatan tekanan darah
• Perbaikan status mental
dalam waktu 30 menit untuk
• Meningkatnya jumlah urin
menentukan apakah
kondisinya membaik. Tanda-
tanda perbaikan meliputi

• Sesuaikan kecepatan infuse menjadi 1 liter dalm 6


jam
• Teruskan penatalaksanaan untuk penyebab syok
Jika kondisi ibu tersebut • Jika kondisi ibu tersebut tidak membaik, berarti ia
membaik membutuhkan penanganan selanjutnya
Abortus Imminens

Abortus Inkomplit

Abortus Komplit

Abortus Infeksiosa

Missed Abortion
 Tidak diperlukan pengobatan medik yang
khusus
 Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas fisik
secara berlebihan atau melakukan hubungan
seksual
 Bila perdarahan berhenti lakukan asuhan
antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila
terjadi perdarahan ulang jika perdarahan lagi
 Perdarahan terus berlangsung nilai kondisi janin,
lakukan konfirmasi kemungkinan adanya
penyebab lain, hamil ektopik atau mola.
 Tentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap
komplikasi semisal perdarahan hebat, syok, infeksi
atau sepsis
 Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang
disertai perdarahan hingga ukuran sedang, dapat
dikeluarkan secara digital atau cunam ovum. Setelah
itu evaluasi perdarahan
 Abortus inkomplit biasanya berbahaya, oleh karena
itu perlu diperhatikan
 Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis,
ferporasi uterus atau cedera intra abdomen
 Konseling untuk kontrasepsi pascakeguguran dan
pemandatauan lanjut
 Apabila pasien mengalami anemia sedang
berikan tablet sulfas Feresos 600 mg/hari
untuk selama 2 minggu disertai dengan
anjuran mengkonsumsi makanan bergizi.
 Kasus ini beresiko tinggi untuk terjadi sepsis,
apabila fasilitas kesehatan setempat tidak
mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk
pasien ke rumah sakit
 Sebelum merujuk pasien lakukan
pemasangan infus dengan NS atau RL
melalui infus dan antibiotika
 Jika ada riwayat abortus tidak aman
Missed abortion seharusnya ditangani di rumah
sakit atas pertimbangan:
 Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding
rahim, sehingga prosedur evakuasi (kuretase)
akan lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi
 Pada umumnya kanalis servisis dalam keadaan
tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan
batang laminaria selama 12 jam
 Tingginya kejadian komplikasi
hifofibrinogrenemia yang berlanjut dengan
gangguan pembekuan darah
 Menegakkan diagnosis kehamilan
 Segera melakukan rujukan sehingga dapat
tertolong segera
 Kalau perdarahan banyak dan keluar jaringan
mola, atasi syok dan keadaan umum
penderita dengan pemberian cairan dan
tranfusi darah
 Pemberian cairan pada penatalaksanaan syok
hipovolemik
Atonia Uteri

Robekan Jalan Lahir

Retensio Plasenta

Sisa Plasenta

Ruptura Uteri

Inversio Uteri
Penanganan:
1. Nilai kegawatan dengan pemeriksaan tanda-
tanda vital
2. Cegah hipotermi dan miringkan
kepala/tubuh untuk mencegah aspirasi
3. Bebaskan jalan napas, beri O2 6-8 L/menit.
4. Tinggikan tungkai untuk membentu beban
kerja jantung.
Penanganan:
1. Infeksi lokal dengan AB i.v/i.m. terhadap Gr
+, Gr -, anaerob dan klamidia
2. Sesuaikan pengobatan dengan kondisi
pasien (O2, vasoaktif, antibiotika)
Penanganan:
1. Lihat penatalaksanaan syok
2. Bila restorasi cairan belum terjadi perbaikan
tanda vital. Tambahkan obat vasoaktif
(dopamin) dengan dosis awal 2.5 ugr/kgBB
dalam garam isotonik
3. Antibotika seperti trople drugs / kombinasi
spektru luas.
4. Pada trauma intraabdomen perlu pengenalan
dan penanganan segera dan tepat stabilisasi,
rujuk.
Penanganan:
1. Pengobatan Medisinal
2. Pengobatan Obstetrik
Penanganan Pengobatan:
1. Rawat jalan
 Banyak istirahat (baring/tidur miring)
 Makanan cukup protein, rendah karbohidrat,
rendah lemak, dan garam
 Sedativa seperti phenobarbital 3 x 30 mg per
hari/oral atau diezepam 3 x 2 mg per hari/oral (7
hari)
 Raboransia (vitamin dan mineral).
Penanganan:
PE berat dengan kehamilan > 37 minggu
1. Pengobatan medisinalis
2. Pengobatan obstetrik
Penanganan
1. Pengobatan Obstetrik
2. Pengobatan medisinal MgSO4

Anda mungkin juga menyukai