Anda di halaman 1dari 16

KEGAWATDARURATAN MATERNAL dan

NEONATAL
PENYULIT PERSALINAN PADA KALA 3 dan 4
(INVERSIO UTERI, EMBOLI AIR KETUBAN
(EKG) dan PEMBEKUAN DARAH)
Disusun oleh:
KELOMPOK 4:
Nila Nur Alifa (17151149015)
Oktavia Ayu M. (17151149018)
Invertio Uteri
Inversio uteri adalah uterus terputar terbalik,sehingga fundus uteri
terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya sebelah luar. ( Obstetri
Patologi : 238 ).
Etiologi
• Menurut buku Obstetri Patologi ada tiga factor yang menyebabkan
terjadinya inversio uteri yaitu :
1. Tonus otot rahim yang lemah
2. Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan
dengan tangan, dan tarikan pada tali pusat)
3. Kanalis servikalis yang longgar
Gejala
Gejala-gejala inversio uteri pada permulaan tidak selalu jelas yang
dijumpai pada kala III persalinan atau post partum. Akan tetapi, apabila
kelainan itu sejak awalnya timbul dengan cepat, seringkali rasa nyeri
yang hebat dan dapat menimbulkan syok. Perdarahan yang banyak juga
dapat terjadi, akibat dari plasenta yang masih melekat pada uterus, hal
ini dapat juga berakibat syok.
Komplikasi
• Inversio Uteri memberikan rasa nyeri yang dapat menimbulkan
keadaan syok neurogenik. Rasa nyeri terjadi karena tarikan serat saraf
yang terdapat pada ligamentum rotundum dan ligamentum
infundilopelvikum bersama dengan pembuluh darahnya.
• Keratinisasi mukosa vagina dan portio uteri
• Gangguan miksi dan stress inkontenensia
• Infeksi saluran kencing dsb
Terapi

• Atasi syok dengan pemberian infus ringer taktat dan bila perlu
transfusi darah
• Reposisi manual dalam anestesi umur sesudah syok teratasi (secara
Johnson). Jika plasenta belum lepas, baiknya plasenta jangan
dilepaskan dulu sebelum uteri di reposisi berhasil, diberi drip oksitosin
dan dapat juga dilakukan kompresi bimanual. Pemasangan tampon
rahim dilakukan supaya tidak terjadi lagi insersio.
• Jika reposisi manual tidak berhasil, dilakukan reposisi operatif.
Cairan Ketuban
• Merupakan semacam cairan yang memenuhi seluruh rahim dan
memiliki berbagai fungsi untuk menjaga janin. Di antaranya,
memungkinkan janin dapat bergerak dan tumbuh bebas ke segala
arah, melindungi terhadap benturan dari luar, barier terhadap kuman
dari luar tubuh ibu, dan menjaga kestabilan suhu tubuh janin
Emboli Air ketuban
• Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan
ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan
pernafasan yang akut dan shock.
Etiologi
• Patofisiologi belum jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi kerusakan
penghalang fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion
memasuki sirkulasi maternal yang selanjutnya masuk kedalam sirkulasi paru dan
menyebabkan :
• Kegagalan perfusi secara masif
• Bronchospasme
• Renjatan
Tanda gejala
• Hipotensi ( syok ), terutama disebabkan reaksi anapilactis terhadap
adanya bahan – bahan air ketuban dalam darah terutama emboli
meconium bersifat lethal.
• Gawat janin ( bila janin belum dilahirkan )
• Edema paru atau sindrom distress pernafasan dewasa.
• Henti kardiopulmoner dsb
Penanganan
Penatalaksanaan primer bersifat suportif menghambat proses perbekuan
dan diberikan secara agresif. • Amniofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV
• Terapi krusnal , meliputi : resusitasi , mungkin berguna bila ada bronkospasme .
ventilasi , bantuan sirkulasi , koreksi defek • Isoproternol di berikan perlahan – lahan
yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi melalui Iv untuk menyokong tekanan darah
) sistolik kira – kira 100 mmHg
• Penggatian cairan intravena & darah • Kortikosteroid secara IV mungkin
diperlukan untuk mengkoreksi hipovolemia bermanfaat .
& perdarahan .
• 0ksigen selalu merupakan indikasi intubasi
• Oksitosin yang di tambahkan ke infus dan tekan akhir ekspirasi positif (PEEP)
intravena membantu penanganan atonia mungkin diperlukan .
uteri.
• Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat
• Morfin ( 10 mg ) dapat membantu digunakan plasma beku segar dan sedian
mengurangi dispnea dan ancietas . trombosit.
• Heparin membantu dalam mencegah
defibrinasi intravaskular dengan
• Bila anak belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan catatan dilakukan
setelah keadaan umum ibu stabil
• X ray torak memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya
ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan.
• Laboratorium : asidosis metabolik ( penurunan PaO2 dan PaCO2)
• Terapi tambahan :
• Resusitasi cairan
• Infuse Dopamin untuk memperbaiki cardiac output
• Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis
• Terapi DIC dengan fresh froozen plasma
• Terapiperdarahan pasca persalinandenganoksitosin
• Segera rawat di ICU
Pembekuan Darah
• kelainan sistem koagulasi dan platelet biasanya tidak menyebabkan
perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada kontraksi uterus
untuk mencegah perdarahan . Deposit fibrin pada tempat perlekatan
plasenta dan penjendalan darah memiliki peran penting beberapa jam
hingga beberapa hari setelah persalinan. Kelainan pada daerah ini
dapat menyebabkan perdarahan post partun sekunder atau
perdarahan eksaserbasi dari sebab lain, terutama trauma.
Tanda dan gejala
• Perdarahan berlangsung terus
• Merembes dari tempat tusukan (Chapman, 2006)
Komplikasi
• Komplikasi-komplikasi obstetric yang diketahui berhubungan dengan
DIC (Koagulasi Intravaskuler Diseminata) :
• Sepesi oleh kuman gram negative, terutama yang mneyertai dengan
abortus septic
• Syok berat
• Pemberian cairan hipertonik ke dalam uterus (Schward, 2000)
• Diagnosis
Umum
• Didapatkan pada semua parturient dengan HPP Primer :
• Data Subyektif : Keluar darah bergumpal dari alat kemaluan
• Inspeksi : Adanya pengeluaran darah > 400 cc, parturient tampak
pucat, pada keadaan serius tampak tanda-tanda syok
• Pada kehilangan darah lebih dari 25%, dijumpai TTV
• Tensi : turun
• Nadi : lemah dan cepat
• RR : meningkat
• Suhu : turun
• Khusus
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasilpemeriksaan faal
hemostatis yang abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan
memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibriogenemia dan terdeteksi
adanya FDP ( fibrin degradation product) serta perpanjangan tes
protombin dan PTT ( PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME) (Sarwono,
2008)
Pencegahan
• Persiapan sebelum hamil untuk • Kehamilan resiko tinggi agar
memperbaiki keadaan umum dan melahirkan di fasilitas rumah sakit
mengatasi setiap penyakit kronis, rujukan
anemia dan lain-lain sehingga pada • Kehamilan resiko rtendah agar
saat hamil dan persalinan pasien melahirkan di tenaga kesehatan
tersebut ada dalam keadaan optimal. terlatih dan menghindari persalinan
• Mengenal faktor predisposisi PPP dukun
seperti multiparitas, anak beras, hamil • Mengesuai langkah-langkah
kembar, hidroamnion, bekas seksio, pertolongan pertama menghadapi PPP
ada riwayat PPP sebelumnya dan dan mengadakan rujukan sebagaimana
kehamilan resiko tinggi lainnya yang mestinya. (Sarwono, 2008)
resikonya akan muncul saat persalinan
• Persalinan harus selesai dalam waktu
24 jam dan pencegahan partus lamaa

Anda mungkin juga menyukai