Anda di halaman 1dari 314

PROSEDUR PENANGANAN SYOK DALAM

KEBIDANAN

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

Syok merupakan kegagalan system sirkulasi untuk


mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ organ vital.
Syok merupakan suatu kondisi yang mengancam jiwa dan
membutuhkan tindakan segera dan intensif.

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat


dan optimal

Prosedur :
Faktor Resiko

- Perdarahan pada awal kehamilan (abortus, KE, atau mola)


- Perdarahan pada akhir kehamilan atau persalinan (Plasenta
previa, solutio plasenta, ruptura uteri)
- Perdarahan setelah melahirkan (Ruptura uteri, atonia uteri,
robekan jalan lahir, plasenta rest)
- Infeksi (abortus yang tidak aman, abortus septik, amnionitis,
pielonephritis)
- Trauma (perlukaan pada uterus atau usus pada proses abortus,
ruptura uteri, robekan jalan lahir)

Diagnosis

Diagnosis syok jika terdapat tanda atau gejala berikut :


Nadi cepat dan lemah (110 x/menit atau lebih)
Tekanan darah yang rendah (Sistolik kurang dari 90 mmHg)
Pucat (Khususnya kelopak mata dalam, atau sekitar mulut).
Keringat atau kulit yang terasa dingin dan lembab
Pernafasan yang cepat (30 x/menit atau lebih)
Gelisah, bingung, hilang kesadaran
Urin yang sedikit (kurang dari 30 cc /jam)

Pem. Penunjang

- Darah rutin termasuk Hb dan Golongan Darah, Cross match


- Uji masa pembekuan darah sederhana
- Ureum, kreatinin, elektrolit

Penanganan

Prinsip dasar penanganan syok :


Tujuan utama pengobatan syok ialah melakukan penanganan
awal dan khusus untuk
- Menstabilkan kondisi pasien
- Memperbaiki volume cairan sirkulasi darah
- Mengefisiensikan sistem sirkulasi darah
Bila pasien telah stabil , tentukan penyebab syok

Penanganan Awal

- Mintalah bantuan, segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada


dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat.
- Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaan umum ibu dan
harus dipastikan bahwa jalan nafas bebas.
- Pantau tanda vital (nadi, tekanan darah, pernafasan, suhu
tubuh)
- Baringkan ibu tersebut dalam posisi miring untuk
meminimalkan resiko terjadinya aspirasi jika ia muntah dan
untuk memastikan jalan nafas terbuka.
- Jagalah ibu tersebut tetap hangat tetapi jangan terlalu panas
karena hal ini akan menambah sirkulasi perifernya dan
mengurangi aliran darah ke organ vital.
- Naikkan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke
jantung.

Penanganan Khusus

- Mulailah Infus intra vena dengan menggunakan kanula atau


jarum yang besar (18 atau 16). Darah diambil sebelum
pemberian cairan infus untuk pemeriksaan golongan darah
dan uji kecocokan (cross match), pemeriksaan Hb dan
hematokrit, darah lengkap, uji pembekuan darah.
- Segera beri cairan infus (garam fisiologis atau ringer laktat)
awalnya dengan kecepatan 1 liter dalam 15 -20 menit
pertama.
- Berikan paling sedikit 2 liter cairan ini pada 1 jam pertama.
Jumlah ini melebihi cairan yang dibutuhkan untuk mengganti
kehilangan cairan yang sedang berjalan
- Setelah kehilangan cairan dikoreksi, pemberian cairan infus
ndipertahankan dalam kecepatan 1 liter per 6-8 jam.
- Jangan berikan cairan melalui mulut pada ibu yang
mengalami syok
- Jika vena perifer tidak dapat dikanulisasi, lakukan vena seksi
- Pantau terus tanda tanda vital (setiap 15 menit) dan darah
yang hilang. Nafas pendek dan pipi bengkak merupakan
kemungkinan tanda kelebihan cairan.
- Lakukan kateterisasi kandung kemih dan pantau cairan yang
masuk dan jumlah urin yang keluar.
- Berikan oksigen dengan kecepatan 6-8 liter per menit dengan
sungkup atau kanula hidung.

Penentuan Dan Penanganan Penyebab Syok


Syok Perdarahan

Jika perdarahan hebat dicurigai sebagai penyebab syok :


- Ambil langkah langkah secara berurutan untuk menghentikan
perdarahan (seperti Oksitosin, massage uterus,kompressi
bimanual, kompressi aorta, persiapan untuk tindakan bedah)
- Tranfusi darah sesegera mungkin, tranfusi dibutuhkan jika Hb
< 8 gr %, biasanya darah yang dibutuhkan darah segar dari
donor.
- Tentukan penyebab perdarahan, tata laksanan sesuai dengan
penyebab perdarahan.
- Nilai ulang keadaan ibu : dalam waktu 20 menit setelah
pemberian cairan, untuk melihat adanya perbaikan
- Tanda tanda bahwa kondisi pasien telah stabil
- Tekanan darah mulai naik, sistolik mencapai 100 mmHg
- Denyut jantung stabil
- Kondisi mental pasien membaik
- Produksi urin bertambah (100 cc / 4 jam)

Komplikasi

- Anemia
- Gagal ginjal akut

Prognosis

Tergantung cepatnya mendapat pertolongan

Wewenang

Bidan
Penata anastesi
Dokter umum
Dokter spesialis Kebidanan dan Kandungan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam

PROSEDUR PENANGANAN ABORTUS


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian

Penghentian kehamilan sebelum janin mencapai viabilitas (usia


kandungan 22 minggu)

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat dan


optimal
1. SMF Kebidanan dan Kandungan
2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan dan
Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Jenis Abortus

Diagnosis

Abortus Imminen
Abortus Incomplit
Abortus Komplit
Abortus Incipien
Perdarahan Servik
Bercak
Hingga
Sedang

Sedang
hingga
massif /
banyak

Uterus

Tertutup Sesuai
dgn
Usia
gestasi
Terbuka Lebih
kecil
Dr usia
gestasi

Terbuka

Gejala / tanda
Kram perut
bawah
Uterus lunak

Sedikit/tampa
rasa nyeri
perut
Bawah,
riwayat
ekspulsi hasil
konsepsi
Sesuai
Kram atau
dengan
nyeri perut
usia
bawah
kehamilan Belum terjadi
ekspulsi
konsepsi
Kram atau
nyeri perut
bawah
Ekspulsi
sebagian
hasil
konsepsi

Diagnosis
Ab.
Imminen
Ab.
kompletus

Ab.
Incipien

Ab.
Incompletus

Pem. Penunjang

Darah rutin
Hb, Gol darah, trombosit, uji pembekuan darah sederhana
Test kehamilan
USG

Penanganan

Abortus Imminen :
- Tidak perlu penanganan khusus
- Istirahat
- Jangan melakukan aktifitas fisik atau hubungan seksual
Abortus Incipien :
- Jika usia kehamilan < 16 minggu, lakukan ekakuasi uterus dengan
aspirasi vakum manual
- Bila tidak dapat dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg im dan
persiapkan untuk dilakukan pengeluaran hasil konsepsi dengan
kuret.
- Jika usia kehamilan > 16 minggu , tunggu ekspulsi spontan hasil
konsepsi , kemudian evakuasi sisa sisa hasil konsepsi
- Jika perlu lakukan infus oksitosin 10 IU dalam 500 cc cairan RL
IV dengan kecepatan 40 tetes/menit
- Tetap memantau keadaan ibu setelah penanganan.
- Inj. Cefotaxim 1 gr / 12 jam
Abortus Incomplit :
- Jika perdarahan tidak banyak dan kehamilan < 16 minggu,
evakuasi dapat dilakukan dengan digital atau dengan alat curet
untuk mengeluarkan hasil konsepsi, bila perdarahan berhenti
berikan ergometrin 0,2 mg IM
- Jika kehamilan > 16 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam
500 cc RL IV dengan kecepatan 40 gtt/menit sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi, dan sisa hasil konsepsi dievakuasi.
- Pastikan harus tetap memantau keadaan ibu setelah penanganan.
- Inj. Cefotaxim 1gr /12 jam
Abortus komplit :
- Tidak perlu evakuasi lagi
- Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
- Pastikan untuk memantau keadaan ibu setelah penanganan
- Apabila terdapat anemia sedang, berika tab. SF 600 mg/hari
selama 2 minggu, bila anemia berat beri tranfusi darah
- Amoksisillin 500 mg 4 x 1 dan ergometrin 3 x 1 tab
Miss Abortion :
- Pasang folley cateter intra uteri yang diisi cairan 10 cc, dan
dilakukan pembukaan Cervix selama 8 jam
- Setelah Cx terbuka dilakukan evakuasi hasil konsepsi denga curet
- Bila usia kandungan > 16 minggu, berikan infus oksitocin 10 IU
dalam 500 cc RL IV dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi, dan sisa konsepsi dievakuasi
- Pastikan harus tetap memantau keadaan ibu
- Inj. Cefotaksim 1gr / 12 jam

Komplikasi

Prognosis

Tergantung saat pasien ditemukan dan dilakukan tindakan

Wewenang

Dokter ahli kebidanan dan Penyakit kandungan

Anemia
Perforasi
Infeksi
Sepsis

Diagnosis
Perdarahan
Bercak
Hingga
Sedang

Sedang
hingga
massif /
banyak

:
Servik

Uterus

Gejala / tanda

Diagnosis

Tertutup

Sesuai dgn
Usia gestasi

Kram perut bawah


Uterus lunak

Ab. Imminen

Terbuka

Lebih kecil
Dr usia
gestasi

Sedikit/tampa rasa nyeri


perut
Bawah, riwayat ekspulsi
hasil konsepsi

Ab. kompletus

Terbuka

Sesuai
dengan usia
kehamilan

Kram atau nyeri perut


bawah
Belum terjadi ekspulsi
konsepsi

Ab. Incipien

Kram atau nyeri perut


bawah
Ekspulsi sebagian hasil
konsepsi

Ab. Incompletus

PROSEDUR PENANGANAN KEHAMILAN EKTOPIK


TERGANGGU
No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian

Kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus. Tuba


fallopii merupakan tempat yang tersering untuk terjadinya
implantasi KET.

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat


dan optimal
1. SMF Kebidanan dan Kandungan
2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Gejala

Kollaps dan kelelahan


Denyut nadi cepat dan lemah (110 kali/menit)
Hipotensi
Hypovolemia
Akut abdomen dan nyeri pelvis
Distensi abdomen
Nyeri tekan
Pucat

Pem. Penunjang

Darah rutin, Hb, Gol. darah, COT


Test kehamilan
Punksi cavum douglasi
USG

Diagnosis Banding

Penyakit Radang panggul


Kista ovarium terpelintir
Appendicitis Acut
Abortus Immminen
Laparatomi dilakukan tanpa menunggu adanya darah untuk
donor
Bila kerusakan pada tuba berat lakukan Salpingektomy
Bila kerusakan pada tuba sedikit dilakukan Salphingostomi
Tranfusi bila Hb < 7 gr %
Inj. Cefotaxim 1gr /12 jam

Penanganan

Prognosa
Wewenang

Tergantung kapan pasien ditemukan


Dokter Ahli Kebidanan dan Penyakit Kandungan

PROSEDUR PENANGANAN KEHAMILAN MOLA


HIDATIDOSA
No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian

Merupakan proliferasi abnormal dari villi chorialis

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat


dan optimal
1. SMF Kebidanan dan Kandungan
2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Gejala

Tinggi Fundus uteri lebih tinggi dari tua kehamilan


Mual, muntah berlebihan
Perdarahan pervaginam
Balolotemen (-)
DJJ (-)

Pem. Penunjang

- Plano test pengenceran


- USG
- Foto torak

Penanganan

- Bila usia muda dan masih kepingin hamil dilakukan Curet


- Bila usia sudah lanjut dan tidak kepingin hamil lagi dilakukan
hystrektomi
Pengamatan Lanjutan
- Pemeriksaan plano test pengenceran setiap minggu hingga
negatif 3 minggu berturut-turut
- Foto torak setiap 1 bulan sekali
- USG
- Anjurkan hamil > 1 tahun

Prognosa

Bisa berlanjut menjadi Chorio Carcinoma

Wewenang

Dokter ahli Kebidanan dan Penyakit Kandungan

PROSEDUR PENANGANAN PLASENTA PREVIA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian
Tujuan

Keadaan dimana implantasi plasenta terletak di dekat OUI


Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat
dan optimal
1. SMF Kebidanan dan Kandungan
2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Gejala

Perdarahan tanpa nyeri pada usia kandungan > 22 minggu


Darah yang keluar segar
Syok bila perdarahan banyak
Kontraksi uterus (-)
Kondisi janin normal
Floating
Perdarahan berulang

Pem. Penunjang

- Darah rutin, Hb, Gol darah, COT


- Periksa dalam dan pemeriksaan digital
- USG

Penanganan

- Perbaiki kekurangan darah / cairan dengan memberikan Inf.


Cairan IV Ringer lactase/ NaCl
- Bila Hb < 7 Gr % lakukan Tranfusi darah
- Bila perdarahan banyak dan berlangsung terus lakukan SC
tampa memperhitungkan tua kehamilan
- Bila perdarahan sedikit dan berhenti, janin hidup dan usia
kandungan < 37 minggu, pertimbangkan penanganan
ekspektatif.

Prognosa

Tergantung cepatnya penanganan. Dan tersedianya darah

Wewenang

Dokter ahli Kebidanan dan Penyakit Kandungan

PROSEDUR PENANGANAN SOLUTIO PLASENTA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian
Tujuan

Prosedur :
Gejala

Lepasnya Plasenta dari tempat implntasinya yang normal pada


uterus sebelum janin lahir
Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat
dan optimal
1. SMF Kebidanan dan Kandungan
2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.
- Perdarahan pervaginam disertai rasa nyeri
- Warna darah kehitam hitaman
- Syok yang tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang
terjadi
- Anemia Berat
- Djj melemah menghilang
- Uterus tegang dan nyeri

Predisposisi

Pem. Penunjang

- Darah lengkap, Hb, Gol Darah, COT


- USG

Penanganan

- Tranfusi darah segar


- Jika perdarahan hebat lakukan persalinan segera, jika
pembukaan Cx lengkap persalinan dilakukan dgn EV, bila
pembukaan belum lengkap lakukan SC
- Jika perdarahan ringan (ibu tidak dalam keadaan bahaya), Djj
Normal atau tidak terdengar lakukan pemecahan ketuban dan
lakukan induksi persalinan dengan Oksitosin 10 IU, tapi bila
Cx masih tertutup lakukan SC
- Anemia Berat
- PPH
- DIC
Tergantung penanganan yang tepat dan cepat dan tersedianya
darah segar
Dokter ahli Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Komplikasi
Prognosa
Wewenang

Hypertensi
Versi Luar
Trauma Abdomen
Poli hydramnion
Gamelli

10

PROSEDUR PENANGANAN RUPTUR UTERI


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian
Tujuan

Prosedur :
Gejala

Predisposisi

Pem. Penunjang
Penanganan

Komplikasi

Prognosa
Wewenang

Robekan atau diskontiniunitas dinding rahim akibat


dilampauinya daya regang miometrium.
Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat
dan optimal
1. SMF Kebidanan dan Kandungan
2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.
-

Nyeri perut hebat pada perut bawah


Ring Van Bandls
Syok
Perdarahan pervaginam
Hematuria
Multigravida
CPD
Persalinan Bekas SC terutama sc classic, Myomectomi
Partus macat
Induksi Persalinan
Riwayat Trauma abdomen
Darah lengkap
USG
Berikan cairan isotonik (RL atau NaCl) 500 ml dalam 15-20
menit dan siapkan laparatomi
- Lakukan laparotomi untuk melahirkan anak dan plasenta
- Bila keadaan uterus masih baik dan uterus masih dibutuhkan,
lakukan reperasi uterus
- Bila luka uterus mengalami nekrosis, lakukan hystrektomi
- Lakukan bilas peritonium
- Beri Anti Biotik
- Infeksi sampai Sepsis
- Kematian Janin Dalam Kandungan
- Anemia
- Syok
- Robekan Blass
- Kematian ibu
Tergantung cepat pasien didiagnosa dan ditemukan serta
tersedianya darah
Dokter ahli Kebidanan dan Penyakit Kandungan

11

PROSEDUR PENANGANAN PERDARAHAN


POSTPARTUM
No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian

Perdarahan setelah persalinan yang dapat mengganggu keadaan


umum pasien (pervaginam > 500 cc dan SC > 1000 cc)

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat


dan optimal
1. SMF Kebidanan dan Kandungan
2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Gejala

Perdarahan segera terjadi setelah bayi lahir


Kontraksi Uterus tidak ada
Plasenta lepas > jam
Ada robekan jalan lahir
Tanda tanda syok

Predisposisi

Bekas SC
Partus Lama
Retensio plasenta, solutio plasenta
Episiotomi medio lateral
Regangan uterus yag berlebihan
Infeksi Intra partum
PE

Pem. Penunjang

- Darah lengkap, Hb, gol darah, trombocyt, Nilai pembekuan


darah
- USG

Penanganan

Komplikasi
Prognosa
Wewenang

Atasi syok haemorrhagic


Perbaiki tanda vital
Hentikan perdarahan sesuai penyebab
Tranfusi darah sesuai dgn kebutuhan
Gangguan organ (ginjal, paru-paru, dll)
Hystrektomi

Tergantung kondisi pasien saat ditemukan dan tersedianya donor


darah
- Bidan senior
- Dokter umum
- Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan

12

PENANGANAN ATONIA UTERI

Massage uterus dan nkompressi bimanual


Oksitocin 10 IU Im, dan Infus 20 IU dalam 500 cc Rl 40 gtt/guyur

Perdarahan terus berlangsung

Identifikasi sumber
perdarahan lainnya.

Uterus tidak berkontraksi

Kompressi bimanual
Kompressi aorta abdominalis
Tekan segmen bawah rahim
Pemberian Mesoprostol
Berhasil
Tidak berhasil

Operasi
Dilakukan ligasi arteri uterina dan ovarika
Terkontrol

Tranfusi

RAWAT LANJUT, OBSERVASI KETAT

Perdarahan
masih berlangsung
Tranfusi

HYSTREKTOMI

13

PENANGANAN RETENSIO PLASENTA

PLASENTA ACRETA

EKSPLORASI

Tertanam seluruhnya

Tertanam sebagian

Tak ada perdarahan

Manual Plasenta

Sebagian besar plasenta dapat


di keluarkan, tak ada
perdarahan

Sebagian besar plasenta


Tertanam dalam

HISTREKTOMI
OBSERVASI

UTERO TONIKA/

14

PENANGANAN PERSALINAN TRAUMATIKA

Nilai derajat perdarahan


Eksplorasi jalan lahir

Tidak adal laserasi


Atau haematoma

Atonia uteri
Ruptura uteri
Inversio

Identifikasi area trauma

Haematoma /
Lacerasi perineum
Vagina / cerviks

Haematoma
Ligamnetum
latum

Progressif

Stabil

Ekspektatif

HAEMOTASIS
REPERASI

LIGASI ILIAKA
INTERNA
EVAKUASI

OBSERVASI
INFEKSI SEC

PEMANTAUAN KETAT PASCA PERSALINAN

15

PROSEDUR PENANGANAN PARTUS LAMA

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian
Tujuan

Prosedur :
Gejala

Pem. Penunjang
Penanganan

Wewenang

Persalinan dimana fase laten > 8 jam atau lamanya persalinan >
16 jam sejak inpartu
Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat
dan optimal
1. SMF Kebidanan dan Kandungan
2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.
- Pembukaan Cx tidak melewati 3 cm setelah 8 jam inpartu
- Freq dan lamanya kontraksi < 3 / 10 menit dan kuarang 40
detik
- Secondary arrest of dilatation Cx
- Bagian terendah kepala dgn kaput, moulage hebat, oedema
Cx
- RUI, Fetal distress
- Kelainan presentasi
- Darah lengkap
- KTG
- USG
I. Prolong laten phase
Bila Cx ada penipisan dan pembukaan, lakukan oxitocin drip
Bila tidak ada kemajuan setelah 4 jam dilakukan SC
II. Prolong active phase
Bila tidak ada CPD atau tanda obstruksi dilakukan perbaikan
kontraksi dan pecahkan ketuban
Oksitocin drip
Bila kontraksi kuat, pertimbangkan adanya CPD, obstruksi,
malposisi dan malpresentasi
CPD ......... SC
Obstruksi ....... SC
KJDK .........Embriotomi
III Kala II memanjang
Bila malpresentasi dan tanda obstruksi disingkirkan beri
oksitocin drip
Bila tidak ada kemajuan dalam 1 jam pasca oksitocin drip,
lakukan EV, Forcep
Persaratan EV tidak terpenuhi ...... SC
- Bidan senior
- Dokter umum
- Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
16

PROSEDUR PENANGANAN PRE EKLAMSI BERAT


DAN EKLAMSI
No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian

Komplikasi kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi


dan protein uria dan lanjutnya dapat diikuti dgn nyeri kepala,
nyeri ulu hati, kelainan penglihatan. Eklamsia diiringi dengan
kejang

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat


dan optimal
1. SMF Kebidanan dan Kandungan
2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Gejala

Tekanan darah diastolik > 110 mmHg


Protein uria
Oligo uria
Nyeri epigastrium
Ggn penglihatan
Nyeri kepala
Pertumbuhan janin terhambat

Pem. Penunjang

Darah rutin
Fungsi ginjal
KTG
USG
EKG

Penanganan

Penanganan Kejang :
- Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, suction,
masker oksigen, O2)
- Lindungi pasien dari trauma
- Aspirasi mulut dan tenggorokan
- Baringkan pasien pada sisi, kiri, trandelenburg
- Beri O2 Beri obat anti convulsan
- Dosis awal SM 20 % 10 cc IV pelan pelan (5 menit)
- Dosis pemeliharaan SM 20 % 15 cc di dalam cairan RL 500
cc dengan kecepatan 15 tts/menit
- Bila kejang berulang bisa di beri SM 20 % 5 cc IV
- Sebelum pemberian SM periksa : freq pernafasan minimal 16
17

x/menit, reflek patella (+), urin minimal 30 cc / jam dalam 4


jam terakhir
- Siapkan antidotum SM yaitu Calsium glukonas 2g IV
perlahan- lahan
Penanganan Umum :
- Bila tekanan darah diastolik > 110 mmHg , berikan anti
hypertensi (Nifedipin 10 mg) sampai tekakan diastolik antara
90 100 mmHg
- Pasang cairan RL dgn IV Cateter No 16-18 dengan tetesan 15
tetes/menit
- Pasang dawer cateter menetap
- Jika jumlah urin < 30 ml / jam beri cairan 1 l / 8 jam, awasi
oedema paru
- Jangan ditinggalkan pasien sendirian
- Observasi tanda vital, reflek, djj setiap jam
- Awasi tanda tanda kejang
Penangan Persalinan :
- Pada PE Berat persalinan harus selesai 24 jam, sedangkan
Eklamsi harus lahir 12 Jam
- Jika terdapat gawat janin ...... SC
- Bila Cx matang dilakukan Induksi persalinan
- Bila Cx tdk matang lakukan SC
Perawatan Post Partum :
- SM 20 % dilanjutkan 24 jam post partum atau kejang terakhir
- Teruskan anti hypertensi bila diastolik > 110 mmHg
- Pantau jumlah urin
Komplikasi

Pertumbuhan janin terhambat


Kematian janin
Prematur
Solusio plasenta
Perdarahan cerebral
Gagal jantung, hati, ginjal
Ablatio retina
Tromboembolisme
Gangguan pembekuan darah
Trauma kejang
Asprasi cairan .... gangguan pernafasan, pneumonia
Infeksi saluran kemih
Odema paru

Wewenang

- Bidan senior
- Dokter umum
- Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan

18

PROSEDUR PENANGANAN KETUBAN PECAH DINI


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian
Tujuan

Pecahnya ketuban sebelum inpartu


Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat
dan optimal
1. SMF Kebidanan dan Kandungan
2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Gejala

Ditemukan air ketuban yang keluar dari cervix sebelum inpartu

Pem. Penunjang

- Darah lengkap
- USG
- Pemeriksaan tanda-tanda infeksi

Penanganan

- Dirawat
- Berikan anti biotik amoksillin 500 mg 3x1
- Bila usia kandungan < 34 mg dirawat hingga air ketuban
berhenti
- Bila usia kandungan 34 37 mg, tidak ada tanda infeksi,
belum inpartu, beri dexametason im 5mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali, terminasi kehamilan pada usia kandungan 37
mg
- Bila ditemukan tanda inpartu berikan tokolitik, dexametason,
induksi setelah 24 jam
- Bila ditemukan tanda tanda infeksi, beri antibiotik, lakukan
induksi
- Bila usia kandungan 37 minggu, induksi dgn oksitocin, bila
gagal SC
Penanganan Post Partum :
- Berikan anti biotik hingga 24 48 jam bebas panas

Komplikasi

- Prematur
- Infeksi

Wewenang

- Bidan senior
- Dokter umum
- Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan

19

PROSEDUR PENANGANAN CHORIOAMNIONITIS


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian

Infeksi pada selaput chorion yang dapat menyebabkan janin dan


ibu terinfeksi

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat


dan optimal
1. SMF Kebidanan dan Kandungan
2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Gejala

Ibu demam tinggi


Pernafasan cepat
Tanda tanda sepsis
Fetal distress
Air ketuban berbau

Penanganan

Pemberian Antibiotik kombinasi dan spektrum yang luas


Induksi persalinan
Upayakan persalinan pervaginam
Atasi komplikasi terhadap bayi dean ibu
SC harus melalui pertimbangan yang matang

Komplikasi

Sepsis
Kematian janin
DIC
Atonia Uteri

Wewenang

- Dokter umum
- Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan

20

PROSEDUR PENANGANAN MALPRESENTASI


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian

Semua presentasi janin kecuali verteks

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat,


tepat dan optimal

Kebijakan

1. SMF Kebidanan dan Kandungan


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Jenis

Presentasi Dahi
Presentasi Muka
Presentasi Ganda
Presentasi Bokong
Letak lintang

Diagnosis
Hasil pemeriksaan
Pemeriksaan abdominal : Bgn terendah abdomen datar, bgn kecil janin
teraba di bagian anterior dan djj terdengar di bagian samping.
Pemeriksaan Vagina : Oksiput kearah sakrum, sinsiput dianterior akan
mudah diraba bila kepala defleksi.

Diagnosis
Posisi oksiput
posterior

Pemeriksaan Abdominal : Kepala janin lebih separuhnya diatas pelvis,


djj sepihak dengan bagian kecil.
Pemeriksaan Vagina : Oksiput lebih tinggi dari sinsiput, teraba
fontanella anterior dan orbita. Bagian kepala yang masuk PAP adalah
antara tulang orbita dan daerah ubun ubun besar. Ini adalah diameter yg
paling besar, sehingga sulit lahir p/v

Presentasi dahi

Pemeriksaan Abdominal : Lekukan akan teraba antara ndaerah oksiput


dan punggung. Djj sepihak dengan bagian kecil janin.
Pemeriksaan Vagina : Muka dengan mudah teraba , teraba mulut , dan
bagian rahang mudah diraba, tulang pipi , tulang orbita. Kepala jani n
dalam keadaan defleksi maksimal.
Untuk membedakan mulut dan anus :
Anus merupakan garis lurus dengan tuber ischii
Mulut merupakan segitiga dengan prominen molar

Presentasi muka

21

Prolaps ekstremitas bersamaan dengan bagian terendah janin

Presen. majemuk

Gerakan janin teraba dibagian bawah abdominal


Pemeriksaan Abdominal : Kepala teraba dibagian atas, bokong pada
daerah pelvis.
Auskultasi menunjukkkan bahwa djj lokasinya lebih tinggi.
Pemeriksaan Vaginal : teraba bokong dgn/tanpa kaki, mekonium (+)

Presentasi
bokong

Pada pemeriksaan Abdominal : sumbu panjang janin teraba melintang, Letak lintang
tidak teraba bagian pada pelvis inlet sehingga terasa kosong.
Pemeriksaan Vaginal: sebelum inpartu tidak ada bagian terendah yang
teraba di pelvis, sedangkan pada saat inpartu yg teraba adalah bahu,siku
atau tangan
Penanganan

Posisi Oksiput Posterior


- Periksa ketuban : bila ketuban intak ,...... pecahkan ketuban
- Bila penurunan kepala lebih dari 3/ diatas pintu atas
panggul atau diatas 2, ...... SC
- Bila pembukan servik belum lengkap dan tidak ada
obstruksi, ...... oksitocin drip
- Bila pembukan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase
pengeluaran, ulangi apakah ada tanda obstruksi, bila
tidak ...... oksitocin drip
- Bila pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai tidak
kurang dari 1/5 atau 0, ...... EV
- Bila ada tanda tanda obstruksi ....... SC
Presentasi Dahi :
- Janin hidup ....... SC
- Janin meninggal ...... Pembukaan belum lengkap ...... SC
....... Pembukaan lengkap ................. Kraniotomi
Presentasi Muka :
I. Posisi dagu anterior
- Pembukaan lengkap :
= Lahirkan dengan PSP
= Kemajuan persalinan
lambat......Oksitocin drip
= Kala II memanjang ....... forceps
- Pembukaan belum lengkap : Tidak ada tanda obstruksi ...
oksitocin drips
II. Posisi dagu posterior :
- Bayi hidup ....... SC
- Bayi Meninggal ...... Kraniotomi
Presentasi Majemuk :
- Koreksi tidak berhasil ...... SC
- Bayi meninggal ........ Embriotomi
Presentasi Bokong ;
SC dianjurkan :
- Double footling breech
- CPD
- Janin Besar
- Bekas SC
- Kepala hyperekstensi
Kesulitan melahirkan pervaginam :
- Badan janin tidak bisa diputar untuk melahirkan lengan
depan dulu..... lahirkan lengan belakang
- Tangan dan lengan terjebak disekitar leher ..... pirasat lovset
- Kepala bayi macet ..... Pirasat mauricou dan dapat dengan
forceps piper

22

Komplikasi :
- Kematian perinatal
- Prolaps funiculi
- Trauma pada bayi
- Asfiksia
- Robekan pada vagina
Presentasi Lintang ....... SC
Wewenang

Dokter Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan

23

PROSEDUR PENANGANAN DISTOCIA BAHU

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

Kepala janin sudah lahjir tetapi bahu belum masuk PAP

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat


dan optimal
1. SMF Kebidanan dan Kandungan
2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Gejala

- Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva


- Dagu tertarik dan menekan perineum
- Penarikan kepala tidak dapat melahirkan bahu yang
terperangkap di belakang simpisis

24

25

Wewenang

- Bidan Senior
- Dokter Umum
- Dokter Obgyn

26

PROSEDUR PENANGANAN PERSALINAN PREMATUR


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian

Persalinan yang terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu


atau dengan BB bayi < 2500 gr

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat


dan optimal
1. SMF Kebidanan dan Kandungan
2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Diagnosa

- Kontraksi teratur dan disertai tanda tanda inpartu


- Usia kandungan < 37 mg

Pem. Penunjang

USG

Penanganan

- Usahakan mengehntikan kontraksi uterus


- Bila ditemukan : Usia kandungan < 35 mg, pembukaan Cx< 3
cm, Amnionitis (-), PE (-), Perdarahan akif (-), Gawat janin
(-)
- Berikan kortikosteroid (dexametason 5 mg IM selang 6 jam)
- Tokolitik (salbutamol)
- Bila persalinan berlanjut Persiapkan : Incubator, Dr anak,
Oksigen, Resusitasi bayi

Komplikasi

- Asfiksia
- Infeksi
- Perdarahan

Wewenang

Bidan Senior
Dokter umum
Dokter Obgyn
Dokter anak

27

PROSEDUR PENANGANAN LEWAT WAKTU


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian

Kehamilan yang umur kehamilannya lebih dari 42 minggu

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat


dan optimal
1. SMF Kebidanan dan Kandungan
2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Diagnosa

Menentukan taksiran persalinan dengan HT

Pem. Penunjang

- USG
- NST
- KTG

Penanganan

- Cx matang ( skor bishop > 5) ..... Induksi


- Cx Belum matang ..... NST dan Vol ketuban Normal .....
Observasi
...... NST dan Vol ketuban tdk normal ..... induksi
- Bayi besar ...... SC

Komplikasi

Wewenang

- Bidan Senior
- Dokter umum
- Dokter Obgyn

Anak Besar ...... CPD


Oligohidramnion
Kompressi tali pusat
Gawat janin
Aspirasi mekonium

28

PROSEDUR PENANGANAN KEHAMILAN GANDA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian

Ditemukannya kehamilan dengan janin lebih dari satu

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat


dan optimal

Kebijakan

1. SMF Kebidanan dan Kandungan


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Diagnosa

Anamnese : gerakan bayi yang banyak


Besar rahim lebih dari usia kandungan
BB cepat bertambah
Teraba 2 ballotemen
Teraba 3 bagian besar janin
Terdengar 2 jj

Pem. Penunjang

- USG
- Rontgen

Penanganan

- Siapkan istrumen dan bahan untuk pertolongan gawat janin


- Pasang infus RL
- Bayi I : Bila vertex ..... Persalinan normal
Bila bokong .... Manual aid
Bila Lintang ... SC
- Bayi II : Bila Vertex ... pecahkan ketuban , bila his (-) ...
Induksi, bila belum lahir 30 menit .. EV
Bila Bokong ... Manual aid., bila his (-) ... Induksi, ...
ekstraksi kaki
Letak lintang .... Versi ekstraksi, gagal ...... SC

Komplikasi

Anemia
PPH
PE
Retensio plasenta
Bayi kecil
Malpresentasi

29

Wewenang

- Bidan Senior
- Dokter umum
- Dokter Obgyn

30

PROSEDUR PENANGANAN MALARIA DALAM


KEHAMILAN
No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian
Tujuan

Infeksi yang disebabkan oleh plasmodium (falsifarum, vivax)


Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat
dan optimal

Kebijakan

1. SMF Kebidanan dan Kandungan


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Gejala

- Demam tinggi
- Sakit kepala
- Mialgia
- Menggigil
- Berkeringat
- Anemia
Malaria Dengan Komplikasi :
- Kejang
- Kebingungan, coma
- Nafas cepat
- Muntah setiap makan
- Pucat pada tangan, konjungtiva
- Kering pada lidah dan mulut
- Ikterik

Pem. Penunjang

- Pemeriksaan darah tepi malaria


- Darah lengkap (Hb, leukosit)
- Fungsi hati

Penanganan

Tanpa Komplikasi
- Khloroquin 4, 4 ,3 tab (150 mg)
- Sulfadoksin 500 mg + pirimetamin 2,5 mg dosis tunggal
Dengan Komplikasi
- Rujuk Penyakit Dalam

Wewenang

Bidan Senior
Dokter umum
Dokter Obgyn
Dokter Internis

31

PENANGANAN MALARIA DALAM KEHAMILAN

KOMPLIKASI

TIDAK

YA

Berikan pengobatan
- Khloroquin
- SP
- PCT
- Cairan

Rujuk ke Penyakit Dalam

Kondisi membaik

Tidak ada perbaikan

Lanjutkan ANC
- IPT
- ITN
- Besi/folat
- Nutrisi

Singkirkan Non complience

Berikan pengobatan selama 3 hari


- Kina Plus dan SP dosis tunggal

Kondisi membaik
Lanjutkan ANC
- IPT , ITN, Besi/folat

Tidak ada perbaikan


Rujuk Peny. Dalam

32

PROSEDUR PENANGANAN PROLAPSUS TALI PUSAT


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian

Dalam keadan inpartu terdapat tali tali pusat berada didepan


atau disamping bagian terbawah janin

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat


dan optimal

Kebijakan

1. SMF Kebidanan dan Kandungan


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Diagnosa

VT : teraba tali pusat di bagian terdepan

Pem. Penunjang

- KTG
- USG
- Darah lengkap

Penanganan

- Bila tali pusat tidak berdenyut lagi ....... tunggu lahir spontan
- Bila bayi masih hidup ...... reposisi tali pusat ..... gagal ......
SC
- Presentasi kepala : pembukaan lengkap ..... EV
- Presentasi bokong : ... Reposisi tali pusat ... Ekstraksi
bokong..... gagal .... SC
- Letak Lintang : dorong bahu janin ...... SC

Komplikasi

- Gawat janin
- Infeksi Intra partum
- Partus prematuritas

Wewenang

- Dokter Obgyn

33

PROSEDUR PENANGANAN GAWAT JANIN


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian

Suatu keadaan dimana keadaan janin mengalami hypoksia

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat


dan optimal

Kebijakan

1. SMF Kebidanan dan Kandungan


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Gejala

Djj Irreguler
Bradicardia
Tachicardia
Meconium

Pem. Penunjang

- KTG
- USG
- Darah lengkap

Penanganan

Komplikasi

- Kematian janin
- Aspirasi Mekonium
- Dokter Obgyn

Wewenang

Bila sedang di drip oksitocin : STOP


Ibu berbaring ke kiri
Beri ibu O2
Cari penyebab hypoksia : kompressi tali pusat, air ketuban
sedikit
- Bila tidak ada perbaikan ... akhiri persalinan .... EV, SC

34

PROSEDUR PENANGANAN KEMATIAN JANIN


DALAM KANDUNGAN
No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian

Sebagai hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, atau


kegawatan janin

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat


dan optimal

Kebijakan

1. SMF Kebidanan dan Kandungan


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Diagnosa

Tidak ditemukanya gerakan janin


Tidak terdengar denyut jantung janin
Kehamilan mengecil
BB Ibu menurun
Tulang kepala kolaps

Pem. Penunjang

KTG
USG
Darah lengkap
Plano Test
Fungsi pembekuan darah

Penanganan

Induksi persalinan
SC hanya dilakukan pada letak bayi melintang dan bayi besar
Inj. Cefotaxim
Bila persalinan macat lakukan embriotomi

Komplikasi

- Trauma emosional pada ibu


- Infeksi ..... Sepsis
- DIC

Wewenang

- Dokter Obgyn

35

PROSEDUR PENANGANAN INFEKSI NIFAS


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian

Infeksi yang melalui traktus genitalis setelah melahirkan

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat


dan optimal

Kebijakan

1. SMF Kebidanan dan Kandungan


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Diagnosa

Temperatur > 380 C


Terjadi setelah hari ke 2 10 persalinan
Anemia
Nyeri pada perut bagian bawah
Lochia purulen dan berbau
Uterus tegang dan subinvolusi
Syok

Jenis-jenis

Metritis
Abses pelvik
Peritonitis
Bendungan payu dara
Mastitis
Abses payu dara
Selulitis pada luka jahitan

Pem. Penunjang

- USG
- Darah lengkap

Penanganan

- Berikan tranfusi darah bila dibutuhkan


- Beri Anti Biotik spektrum luas : Ceftriaxon 1gr /12 jam dan
Metronidazol 500 mg IV / 8 jam
- Bila dicurigai ada sisa plasenta ..... lakukan curetse
- Bila dicurigai ada pus..... lakukan drainage
- Bila tidak ada perbaikan ..... lakukan histrektomi
- Sepsis
- Dokter Umum
- Dokter Obgyn

Komplikasi
Wewenang

36

PROSEDUR PENANGANAN DIARE


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Buang air besar > 3 x /hari dengan konsistensi cair dengan atau
tanpa darah/lendir

Tujuan

Mencret > 3 x/hari dengan atau tanpa darah/lendir


Tentukan derajat dehidrasi (kriteria WHO)
Tanpa dehidrasi : kehilangan cairan < 5 % BB
Dehidrasi ringan/sedang : 5-10 % BB
Dehidrasi berat : > 10 % BB

Penilaian derajat dehidrasi


Penilaian
Tanpa dehidrasi
LIHAT
Keadaan umum
Mata
Air mata
Mulut dan lidah
Rasa haus

Baik, sadar
Normal
Ada
Basah
Minum biasa,tdk haus

PERIKSA
Turgor

Kembali cepat

Ringan sedang

Dehidrasi berat

*gelisah ,rewel
Cekung
Tidak ada
Kering
*haus,ingin minum
banyak

*lesu,lunglai atau tdk


sadar
Sangat cekung
Tidak ada
Sangat kering
*malas minum/tdk bisa

*kembali lambat

*kembali sangat lambat

* = tanda kunci

Pem. Penunjang

Feses rutine, darah rutine


Elektrolit

Konsultasi
Perawatan
Penatalaksanaan

Spesialis anak
Bila perlu rawat inap
Pemberian cairan dan elektrolit
a. Fase rehidrasi :
Tanpa dehidrasi : oralit
Ringan sedang : oralit 75 cc/kgbb selama 4 jam I, bila tidak
bisa oral berikan IVFD Ringer laktat.
Dehidrasi berat : IVFD RL 100 cc/kgbb dalam wkt 3-6 jam
< 1 tahun : 30 cc/kgbb/jam, diikuti 70 cc/kgbb/5jam
1 thn : 30cc/kgbb/30 mnt,diikuti 70 cc/kgbb/2,5 jam
b.Fase pemeliharaan ( rumus holiday segar )
Rumus holiday segar

37

Berat badan (kg)


< 10
10-20
> 20

Kebutuhan cairan
100 cc/kgbb
1000 + 50 cc/kgbb/kenaikan > 10 kg
1500 + 20 cc/kgbb/kenaikan > 20 kg

Penatalaksanaan

Untuk cairan yang hilang selama diare berlangsung dapat


diberikan oralit:
Usia < 2 tahun = 50 cc/kali mencret atau 500 cc/hari
Usia 2-10 tahun = 100-200 cc/x mencret atau 1000 cc/hari
Usia > 10 tahun 2000 cc/hari
Pemberian diit sedini mungkin segera setelah tercapai Rehidrasi
Pada diare osmotik diberikan susu formula rendah/bebas
laktosa.
Pemberian obat-obatan tergantung kausal.
Bila ada berikan zincum : <6 bulan 10 mg , >8 bulan 20 mg
selama 10-14 hari.

Komplikasi

Asidosis metabolik
Gangguan elektrolit

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

sesuai kondisi pasien

38

PROSEDUR PENANGANAN INFEKSI NIFAS


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Pengertian

Infeksi yang melalui traktus genitalis setelah melahirkan

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Kebidanan yang cepat, tepat


dan optimal

Kebijakan

1. SMF Kebidanan dan Kandungan


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Kebidanan dan
Kandungan
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Kebidanan
dan Kandungan, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Prosedur :
Diagnosa

Temperatur > 380 C


Terjadi setelah hari ke 2 10 persalinan
Anemia
Nyeri pada perut bagian bawah
Lochia purulen dan berbau
Uterus tegang dan subinvolusi
Syok

Jenis-jenis

Metritis
Abses pelvik
Peritonitis
Bendungan payu dara
Mastitis
Abses payu dara
Selulitis pada luka jahitan

Pem. Penunjang

- USG
- Darah lengkap

Penanganan

- Berikan tranfusi darah bila dibutuhkan


- Beri Anti Biotik spektrum luas : Ceftriaxon 1gr /12 jam dan
Metronidazol 500 mg IV / 8 jam
- Bila dicurigai ada sisa plasenta ..... lakukan curetse
- Bila dicurigai ada pus..... lakukan drainage
- Bila tidak ada perbaikan ..... lakukan histrektomi
39

Komplikasi
Wewenang

- Sepsis
- Dokter Umum
- Dokter Obgyn
PROSEDUR PENANGANAN HEPATITIS AKUT
No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi
Kriteria Diagnosa

Hepatitis adalah suatu keadaan hati yang mengalami inflamasi


dan atau nekrosis
Gejala non spesifik (prodromal) ditandai dengan timbulnya
anoreksia, mual, muntah dan demam.
Dalam beberapa hari sampai beberapa minggu timbul gejala
ikterus, tinja pucat dan urin yang berwarna gelap; kemudian
gejala prodromal berkurang.
Keadaan umum sebagian besar tampak sakit ringan, suhu badan
tidak tinggi, mata Ikterik
Hepatomegali
Splenomegali
Kulit ikterus, perdarahan kulit

Diagnosa Banding

Pankreatitis, infeksi mononukleosis, leptorpirosis dll

Pem. Penunjang

Darah rutin
Bilirubin urin
Biokimia : bilirubin direk dan indirek, ALT (SGPT) dan AST
(SGOT), albumin, globulin, glukosa darah, koagulasi, waktu
protrombin
Seromarker : IgM antiHAV, HbsAg, IgM anti HBc
USG hati dan saluran empedu

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Penatalaksanaan

Suportif berupa pembatasan aktifitas, pemberian makanan dan


cairan yang adekuat sesuai umur.
Hindari pemberian obat-obatan yang bersifat hepatotoksik.
Vitamin yang larut dalam lemak
Terapi simtomatis untuk menghilangkan rasa gatal

Komplikasi

Timbul gejala fulminan; Sirosis hepatis, kesadaran menurun,


gejala perdarahan, SGOT dan SGPT meningkat

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

40

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

PROSEDUR PENANGANAN MUNTAH


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Pengeluaran yang cepat dari isi lambung melalui mulut, dan


merupakan gejala terintegrasi dari reflek somatik terhadap
berbagi macam rangsangan.

Kriteria Diagnosa

Isi lambung keluar melalui mulut


Bedakan dengan regurgitasi, pada regurgitasi isi lambung keluar
tanpa usaha pengeluaran.

Diagnosa Banding

Kasus bedah : obtruksi usus,tumor, perdarahan kepala


Kasus non bedah : gastroenteritis, infeksi sistemik, batuk

Pem. Penunjang

Darah lengkap, urine dan feses rutine


Faal hati, ginjal
Elektrolit, analisa gas darah
KGD adrandom
Foto polos abdomen

Konsultasi

Spesialis anak
Spesialis bedah

Perawatan

Rawat inap

Penatalaksanaan

Cairan intravena, jaga keseimbangan cairan dan elektrolit


Terapi kausal, medikamentosa atau bedah
Domperidon 0,2-0,4 mg/kgbb tiap 4-8 jam
Metoklopramid (hati-hati gangguan ektrapiramidal)
Bila ada osefagitis berikan ranitidin 2-3mg/kgbb,2 kali/hari

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

41

PROSEDUR PENANGANAN PERDARAHAN SALURAN


CERNA

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Perdarahan saluran cerna dapat berasal dari setiap bagian


saluran cerna (atas maupun bawah), dapat berupa perdarahan
tersamar (occult bleeding) ataupun perdarahan massif
(hematemesis, melena, hematokezia dan bloody-diarhoe) dan
dapat bersifat akut atau kronis

Kriteria Diagnosa

Anamnese :
1. Perhatikan umur penderita
* Neonatus :
- sering dengan hemorrhagic disease of the Newborn
- tertelan darah ibu sewaktu partus atau puting susu
berdarah
- obat-obatan yang diberikan pada ibu
- penyakit yang berat seperti RDS, sepsis dll
* Bayi/anak :
- epistaksis yang tertelan
- pernah mengalami perdarahan sebelumnya
- pemakaian obat-obat
iritatif
2. Kwalitas dan kwantitas perdarahan
3. Perdarahan tempat lain
4. Keluhan abdominal
5. Apakah ada problem diare
6. Apakah ada ruda paksa
Pemeriksaan fisik :
- Tanda vital, tanda hipovolemia lain, anemia
Cari
kelainan
kulit
(hemangioma,
telangiektasi,hiperpigmentasi dll)
- Perut : distensi, tumor, hepatosplenomegali
- Rektum : fisura ani, colik dubur (polip atau tumor)
- Aspirasi lambung

Pem. Penunjang

Darah rutin
Skrining perdarahan
Foto polos abdomen (terlentang, tegak atau lateral dekubitus)
Apt Downey Test : untuk membedakan darah ibu atau neonatus,
cara
- 1 bagian cairan lambung atau tinja berdarah + 5 bagian air
dalam tabung reaksi

42

- dilakukan dgn pemusingan dengan 2000 rpm dalam masa 1-2


mnt
- supernatan diambil sebanyak 5 cc dan ditambahkan 1 ml
NaOH 1% dan tunggu 1-2 menit
- Kalau darah ibu warna coklat, kalau darah bayi warna tetap
jernih
Konsultasi

Spesialis anak
Spesialis bedah

Perawatan

Rawat inap

Penatalaksanaan

Atasi syok
Pemberian transfusi sesuai kebutuhan dan penyebab
Hentikan perdarahan dengan bilas lambung melalui NGT
dengan NaCl 0,9% dingin sebanyak 50-100 ml dilakukan tiap 13 jam tergantung perdarahannya sampai cairan lambung jernih,
hati-hati hipotermia
Tindakan bedah bila diperlukan

Komplikasi

Aspirasi, hipoksia, hipotermia, hipokalsemia

Standar Tenaga

Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

43

PROSEDUR PENANGANAN DISENTRI


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Diare dengan lendir atau darah disertai dengan sakit perut dan
tenesmus

Kriteria Diagnosa

Klinis : diare disertai mukus, sindrom disentri (sakit perut, diare


lendir dan darah, tenesmus)

Diagnosa Banding

Disentri Shigella
Disentri Amoeba
Invaginasi

Pem. Penunjang

Darah rutin
Feses rutin

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat jalan
Rawat inap

Penatalaksanaan

Trimethoprim-sulfamethoxazole
Metronidazole

Komplikasi

Dehidrasi

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

44

PROSEDUR PENANGANAN SAKIT PERUT PADA ANAK


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Sakit perut merupakan gejala umum dan sering dijumpai seharihari

Kriteria Diagnosa

Menentukan kasus bedah atau non bedah


Manifestasi sakit perut tergantung umur :
0-3 bulan : Digambarkan dengan adanya muntah
3-24 bln : muntah, menjerit, menangis tanpa menerangkan apa
penyebabnya.
2-5 thn : mengatakan sakit perut tapi lokalisasi belum tepat.
> 5 thn : dapat menerangkan sifat dan lokalisasi sakit perut.
Sakit perut akut biasanya terlihat sangat sakit, menangis,
keringat
dingin,
dengan
posisi
meringkuk/membungkuk
Perlu dicari tanda kedaruratan perut (peritonitis) :
Dinding abdomen kaku,defense muskular,nyeri tekan,
Rebound tenderness

Diagnosa Banding

Sakit perut memerlukan tindakan bedah


Sakit perut non bedah (lihat skema)

Pem. Penunjang

Darah rutin, feses rutin, rutin rutin


Foto polos abdomen
Foto torak

Konsultasi

Spesialis anak
Spesialis bedah

Perawatan

Rawat inap

Penatalaksanaan

Paling penting menentukan kasus bedah /non bedah


Jika kasus bedah : Tindakan bedah
Non bedah
: Cari penyebab
Terapi simptomatis
Istrahat, cairan yang cukup

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi

45

46

PROSEDUR PENANGANAN DEMAM TIFOID


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Penyakit sistemik akut yang di sebabkan oleh kuman salmonela


typosa, secara klinis ditandai dengan demam berkepanjangan,
gangguan kesadaran dan saluran cerna.

Kriteria Diagnosa

Diagnosa Banding

Stadium dini : influenza, gastroenteritis, Pneumonia


Malaria, TBC
Demam tifoid berat : sepsis, Meningitis, encefalitis

Pem. Penunjang

Darah rutin
Widal test
Foto torak bila diduga terjadi pneumonia
Foto polos abdomen bila diduga komplikasi intraintestinal

Konsultasi
Perawatan
Penatalaksanaan

Spesialis anak
Rawat inap
- Berikan cairan intravena
- Khloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kg BB/hari bagi
4 dosis selama 10-14 hari.
- Ceftriaxon 80 mg/kg BB sekali sehari selama 5 hari
- Parasetamol 10-15 mg/kali
- Pada kasus berat dengan gangguan kesadaran berikan
dexametason inj. 1-3 mg/kg BB bagi 3 dosis
- Transfusi darah bila ada perdarahan massif
- Diet : cukup cairan dan makanan mudah dicerna serta tidak
merangsang.

Komplikasi

Perdarahan gastrointestinal
Perforasi usus, pneumonia, toxic encephalopati
Meningitis, Gangguan psikiatri

Standar Tenaga

Dokter umum

Demam > 1 minggu


Adanya penurunan kesadaran (mengigau/delirium)
2-3 gejala gastrointestinal (mual/muntah, mencret, konstipasi)
Lidah tifoid (di tengah kotor, pinggir hiperemis)
Hepatosplenomegali
Gejala klinis bervariasi dari ringan sampai berat dengan
komplikasi

47

Lama Perawatan

Spesialis anak
Sesuai kondisi pasien
PROSEDUR PENANGANAN MALARIA PADA ANAK
No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Penyakit infeksi akut hingga kronik yang disebabkan oleh satu


atau lebih spesies Plasmodium, ditandai dengan panas tinggi
bersifat intermiten, anemia dan hepatosplenomegali.

Kriteria Diagnosa

Pasien berasal dari daerah endemis malaria atau riwayat


bepergian ke daerah endemis malaria
Malaria infeksi tunggal pada pasien non imun; beberapa
serangan demam dengan interval tertentu (paroksisme),
diselingi periode bebas demam, sebelum demam pasien merasa
lemah, nausea, muntah, tidak ada nafsu makan, nyeri punggung,
nyeri daerah perut.
Malaria infeksi majemuk/campuran; demam terus menerus
Pada pejamu imun gejala klinisnya minimal
Periode paroksisme terdiri atas stadium dingin, stadium demam
dan stadium berkeringat. Paroksisme jarang dijumpai pada anak,
stadium dingin sering bermanifestasi sebagai kejang
Pucat, mialgia, atralgia, muntah, diare, ikterus &
hepatosplenomegali

Pem. Penunjang

Apus darah tepi tebal dan tipis


Darah rutin

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Penatalaksanaan

Klorokuin sulfat oral, 25 mg/kgbb terbagi dalam 3 hari yaitu 10


mg/kgbb pada hari ke-1 dan 2, serta 5 mg/kgbb pada hari ke-3
Kina dihidroklorid intravena 1 mg /kgbb/dosis dalam 10
cc/kgbb larutan dekstrose 5% atau larutan NaCl 0,9%,
diberikan per infus dalam 4 jam, diulangi tiap 8 jam dengan
dosis yang sama sampai terapi oral dapat dimulai.
Keseluruhan pemberian obat adalah 7 hari dengan dosis total
21 kali
Untuk P. falciparum yang resisten terhadap klorokuin dapat
diberikan Kuinin sulfat oral ditambah Tetrasiklin
Regimen alternatif Kuinin sulfat oral ataub kuinin dihidroklorid
intravena ditambah Pirimetamin sulfadoksin.
Pencegahan relaps Primakuin fosfat oral

48

Terapi suportif

Komplikasi

Pada P. falciparum dapat terjadi malaria serebral, black water


fever (hemoglobinuria masif), malaria algida (syok), malaria
biliosa (gangguan fungsi hati)
Pada P.malariae dapat terjadi sindroma nefrotik

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

49

50

PROSEDUR PENANGANAN DEMAM TIFOID


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Penyakit sistemik akut yang di sebabkan oleh kuman salmonela


typosa, secara klinis ditandai dengan demam berkepanjangan,
gangguan kesadaran dan saluran cerna.

Kriteria Diagnosa

Diagnosa Banding

Stadium dini : influenza, gastroenteritis, Pneumonia


Malaria, TBC
Demam tifoid berat : sepsis, Meningitis, encefalitis

Pem. Penunjang

Darah rutin
Widal test
Foto torak bila diduga terjadi pneumonia
Foto polos abdomen bila diduga komplikasi intraintestinal

Konsultasi
Perawatan
Penatalaksanaan

Spesialis anak
Rawat inap
- Berikan cairan intravena
- Khloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kg BB/hari bagi
4 dosis selama 10-14 hari.
- Ceftriaxon 80 mg/kg BB sekali sehari selama 5 hari
- Parasetamol 10-15 mg/kali
- Pada kasus berat dengan gangguan kesadaran berikan
dexametason inj. 1-3 mg/kg BB bagi 3 dosis
- Transfusi darah bila ada perdarahan massif
- Diet : cukup cairan dan makanan mudah dicerna serta tidak
merangsang.

Komplikasi

Perdarahan gastrointestinal
Perforasi usus, pneumonia, toxic encephalopati
Meningitis, Gangguan psikiatri

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Demam > 1 minggu


Adanya penurunan kesadaran (mengigau/delirium)
2-3 gejala gastrointestinal (mual/muntah, mencret, konstipasi)
Lidah tifoid (di tengah kotor, pinggir hiperemis)
Hepatosplenomegali
Gejala klinis bervariasi dari ringan sampai berat dengan
komplikasi

51

PROSEDUR PENANGANAN DEMAM BERDARAH


DENGUE (DBD)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Suatu penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus


Flafivirus melalui perantara nyamuk aedesagypti.

Kriteria Diagnosa

I. Klinis
Demam tinggi 2-7 hari
Manifestasi perdarahan :
Uji tourniquet (+)
Ptekia, ekimosis, epistaxis, perdarahan gusi
Hematemesis/melena
Hepatomegali
Syok
II. Laboratorium
Trombositopenia (<100.000)
Hemokonsentrasi (hematokrit 20 %)

Diagnosa Banding

- ITP
- Fase akut : campak, chikungunya

Pem. Penunjang

Darah rutin, trombosit, hematokrit


Dengue Blot
Foto torak

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Terapi

Dibagi 4 bagian (lihat bagan)


1. Tersangka infeksi dengue
2. DBD derjat I atau II tanpa hematokrit
3. DBD derjat II dengan hematokrit 20 %
4. DBD derjat III dan IV

Komplikasi

- Renjatan dan Renjatan berulang


- Perdarahan gastrointestinal
- Pleural efusi
- Overloading
Dokter umum
Spesialis Anak

Standar Tenaga
Lama Perawatan

Tergantung kondisi pasien

52

53

54

55

56

PROSEDUR PENANGANAN DEMAM TIFOID


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Penyakit sistemik akut yang di sebabkan oleh kuman salmonela


typosa, secara klinis ditandai dengan demam berkepanjangan,
gangguan kesadaran dan saluran cerna.

Kriteria Diagnosa

Diagnosa Banding

Stadium dini : influenza, gastroenteritis, Pneumonia


Malaria, TBC
Demam tifoid berat : sepsis, Meningitis, encefalitis

Pem. Penunjang

Darah rutin
Widal test
Foto torak bila diduga terjadi pneumonia
Foto polos abdomen bila diduga komplikasi intraintestinal

Konsultasi
Perawatan
Penatalaksanaan

Spesialis anak
Rawat inap
- Berikan cairan intravena
- Khloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kg BB/hari bagi
4 dosis selama 10-14 hari.
- Ceftriaxon 80 mg/kg BB sekali sehari selama 5 hari
- Parasetamol 10-15 mg/kali
- Pada kasus berat dengan gangguan kesadaran berikan
dexametason inj. 1-3 mg/kg BB bagi 3 dosis
- Transfusi darah bila ada perdarahan massif
- Diet : cukup cairan dan makanan mudah dicerna serta tidak
merangsang.

Komplikasi

Perdarahan gastrointestinal
Perforasi usus, pneumonia, toxic encephalopati
Meningitis, Gangguan psikiatri

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak
PROSEDUR PENANGANAN CAMPAK

Demam > 1 minggu


Adanya penurunan kesadaran (mengigau/delirium)
2-3 gejala gastrointestinal (mual/muntah, mencret, konstipasi)
Lidah tifoid (di tengah kotor, pinggir hiperemis)
Hepatosplenomegali
Gejala klinis bervariasi dari ringan sampai berat dengan
komplikasi

57

No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Campak, Measles atau rubeola adalah penyakit virus akut


yang disebabkan oleh virus campak

Kriteria Diagnosa

Demam tinggi terus menerus 38,5C atau lebih disertai batuk,


pilek, nyeri menelan, mata merah dan fotopobia, seringkali
diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam timbul ruam kulit. Terdiri
dari dari 3 stadium, Stadium prodromal, 2-4 hari, tanda
patognomonis bercak Koplik yaitu enantema mukosa pipi di
depan molar tiga Stadium erupsi, 5-6 hari, ruam makulo-papular
dimulai dari batas rambut belakang telinga kemudian menyebar
Stadium konvalesen, 1-2 minggu ruam berangsur hilang

Diagnosa Banding

Rubela, Roseola infantum, infeksi mononukleosus, erupsi obat

Pem. Penunjang

Darah rutin
Foto torak bila diperlukan

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Jika diperlukan rawat inap

Penatalaksanaan

Terapi suportif
Tirah baring
Vitamin A 100.000 IU
Pengobatan komplikasi

Komplikasi

Diare, Otitis media, Croup, Bronkopneumonia, Ensefalitis akut,


Subacute sclerosing panencephalitis (SSPE)

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

58

PROSEDUR PENANGANAN DEMAM TIFOID


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Penyakit sistemik akut yang di sebabkan oleh kuman salmonela


typosa, secara klinis ditandai dengan demam berkepanjangan,
gangguan kesadaran dan saluran cerna.

Kriteria Diagnosa

Diagnosa Banding

Stadium dini : influenza, gastroenteritis, Pneumonia


Malaria, TBC
Demam tifoid berat : sepsis, Meningitis, encefalitis

Pem. Penunjang

Darah rutin
Widal test
Foto torak bila diduga terjadi pneumonia
Foto polos abdomen bila diduga komplikasi intraintestinal

Konsultasi
Perawatan
Penatalaksanaan

Spesialis anak
Rawat inap
- Berikan cairan intravena
- Khloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kg BB/hari bagi
4 dosis selama 10-14 hari.
- Ceftriaxon 80 mg/kg BB sekali sehari selama 5 hari
- Parasetamol 10-15 mg/kali
- Pada kasus berat dengan gangguan kesadaran berikan
dexametason inj. 1-3 mg/kg BB bagi 3 dosis
- Transfusi darah bila ada perdarahan massif
- Diet : cukup cairan dan makanan mudah dicerna serta tidak
merangsang.

Komplikasi

Perdarahan gastrointestinal
Perforasi usus, pneumonia, toxic encephalopati
Meningitis, Gangguan psikiatri

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak
PROSEDUR PENANGANAN TETANUS ANAK

Demam > 1 minggu


Adanya penurunan kesadaran (mengigau/delirium)
2-3 gejala gastrointestinal (mual/muntah, mencret, konstipasi)
Lidah tifoid (di tengah kotor, pinggir hiperemis)
Hepatosplenomegali
Gejala klinis bervariasi dari ringan sampai berat dengan
komplikasi

59

No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Suatu penyakit toxemik akut dan fatal yang disebabkan


clostrodium tetani, dengan tanda utama kekakuan otot (spasme)
tanpa disertai gangguan kesadaran.

Kriteria Diagnosa

- Trismus, kaku kuduk, risus sardonikus, opistotonus


- Demam Sub febris
- Kejang rangsang dan kejang spontan
- Abdominal rigidity
- Adanya port d entre

Diagnosa Banding

Abses retrofaringeal
Abses gingival
Meningitis
Mastoiditis
Rabies

Pem. Penunjang

Darah rutin

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan
Terapi

Rawat inap
Berikan cairan intravena
Atasi kejang dengan Diazepam 5-10 mg IV
Bersihkan jalan napas/pasang NGT
Hindari rangsangan
ATS : - 20.000 IU dalam 200 ml NaCl 0,9 % habiskan
dalam 30-45 menit.
- 20.000 IU diberikan IM
Toksoid 0,5 cc IM tempat yang berbeda
Antibiotik : Prokain penisilin 50.000 IU/kg BB/12 jam/IM 7-10
hari.
Antikonvulsan : diazepam 0,1-0,3 mg/kgBB/kali Interval 2-4
jam. maksimal 25 mg/kgBB/hari.

Komplikasi

Spasme laring
Aspirasi pneumonia
Fraktur tulang belakang
Retensi urine

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien


PROSEDUR PENANGANAN VARISELA

60

No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Penyakit infeksi akut primer menular yang disebabkan varicella


zoster virus yang menyerang kulit dan mukosa, dengan ditandai
oleh adanya vesikel-vesikel.

Kriteria Diagnosa

- Demam ringan diikuti sakit kepala selanjutnya timbul ruam


muncul pertama di kulit kepala, muka dan dada
- Ruam mula-mula papuler berubah menjada vesikel kemudian
menjadi keruh dan dalam 3-5 hari berubah menjadi krusta dan
bisa ditemukan semua stadium.
- Riwayat kontak (+)

Diagnosa Banding

Impetigo
Variola
Dermatitis herpetiform

Pem. Penunjang

Tidak diperlukan pemeriksaan jika tidak ada komplikasi.

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Jika diperlukan rawat inap

Terapi

Simptomatis
Asiklovir 20 mg/kg BB /hari bagi 3-4 dosis

Komplikasi

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis Anak

Lama Perawatan

Tergantung kondisi pasien

Ensefalitis
Serebral ataxia
Pneumonia
Otitis media

PROSEDUR PENANGANAN ASMA BRONKIAL

61

No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Adalah episode yang progresif dari gejala batuk, sesak napas,


mengi, rasa dada tertekan atau kombinasi dari gejala tersebut

Kriteria Diagnosa

- Gejala batuk dan atau mengi yang berulang (episodik),


nocturnal, musiman, setelah beban fisik.
- Adanya riwayat atopi pada anak dan keluarga.
- Pada pemeriksaan fisik, anak kelihatan sesak (napas cepat dan
sukar) disertai batuk paroksimal.Anak lebih senang duduk
membungkuk, tangan memegang pinggir tempat tidur atau
kursi.
- Pada yang kronik bentuk torak emfisematus dan membungkuk
kedepan, sela iga lebar, pergerakan lambat pada saat
bernapas.Fase expirasi memanjang, ronki kering, wheezing
(mengi)

Diagnosa Banding

Bronkitis
Bronkiolitis
Tuberkulose
Pneumonia

Pem. Penunjang

Darah rutin
Foto torak

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Terapi

O2
Nebulizer salbutamol 0,1 ml/kg BB/kali
IVFD
Aminopilin 4-6 mg/kgbb dilarutkan dalam D5 % 20 ml 20-30
menit bolus/iv. Rumatan 12 mg/kgbb/hr
Kortikosteroid

Komplikasi

Pneumotorax
Gagal napas

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Bila tidak ada komplikasi 2-3 hari.

62

63

PROSEDUR PENANGANAN PNEUMONIA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi
Kriteria Diagnosa

Infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan


interstitial
Selalu didahului gejala infeksi saluran nafas atas dalam beberapa
hari seperti batuk, pilek.
Suhu meninggi (bisa tiba-tiba) menjadi 39-40C.
Sesak nafas (cepat dan dangkal), anak menjadi gelisah.
Keadaan umum tampak sakit berat, suhu badan tinggi
Pernafasan cuping hidung
Sianosis sekitar hidung dan mulut
Retraksi sela iga, ronki basah gelembung kecil/sedang

Diagnosa Banding

Bronkiolitis
Atelektase
Abses paru
Aspirasi benda asing
Gagal jantung
Tuberkulosis paru

Pem. Penunjang

Darah rutin
AGDA/elektrolit
Foto torak

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Penatalaksanaan

Beri oksigen
Atasi dehidrasi, koreksi cairan, kalori, elektrolit & asidosis
metabolik
Antibiotika polifragmasi

Komplikasi

Empiema, Otitis media akut, Meningitis, Osteomielitis, Abses


paru, Pneumomediastinum, dll

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

64

PROSEDUR PENANGANAN BRONKIOLITIS


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Radang akut bronkioli yang ditandai dengan sindroma klinik


pernapasan cepat, retraksi dada dan wheezing.

Kriteria Diagnosa

- Gejala awal rinore, batuk, demam tidak tinggi setelah 1-2 hari
timbul sindroma klinik berupa napas cepat, retraksi dada,
wheezing. Bayi gelisah , tidak mau makan dan muntah.
- Sering usia < 1 tahun (2-6 bulan)
- Sesak napas, expirasi memanjang suara pernapasan normal,
beberapa pasien sianosis

Diagnosa Banding

Bronkopneumonia
Asma bronkial

Pem. Penunjang

Darah rutin
Foto torak

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Terapi

IVFD
O2
Simptomatis
Antibiotik bila ada sekunder infeksi
Bronkodilator Nebulizer
Dexametason 0,5-1 mg/kgbb/hari

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Tergantung kondisi pasien

65

PROSEDUR PENANGANAN TUBERKULOSE


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi Mycobacterium


tuberculosis.

Kriteria Diagnosa

Berdasarkan TB score ( 6)

Parameter
Kontak TB

Uji tuberculin
(Mantoux test)

Skor
0

Tidak jelas

negatif

2
Laporan
Keluarga BTA
(-) / tidak tahu /
BTA tidak jelas

3
BTA (+)

Positif (10 mm,


atau 5 mm pada
keadaan
imunosupresif
-

Berat badan /
keadaan gizi

BB/TB <90%
atau BB/U <80%

Klinis gizi
buruk atau
BB/TB <70%
atau BB/U
<60%

Demam yang
tidak diketahui
penyebabnya

2 minggu

Batuk kronik

3 minggu

1 cm, jumlah
> 1, tidak nyeri

Ada
pembengkakan

Normal/kelainan
tidak jelas

Gambaran
sugestif TB

Pembesaran
kelenjar limfe
kolli, aksila,
inguinal
Pembengkakan
tulang/sendi
panggul, lutut,
falang
Foto toraks

Pem. Penunjang

Mantoux test
Darah rutin
Foto torak

Konsultasi

Spesialis anak
Spesialis Bedah
66

Perawatan

Jika diperlukan rawat inap


Penatalaksanaan Kontak Infeksi Sakit

Tatalaksana

:
Populasi
manusia
berdasarkan
status TBKelas
0
I
+
II
+
III
+
*) Pada kelompok risiko tinggi

+
+

Profilaksis I*
Profilaksis II*
Terapi OAT

Terapi TB terdiri dari dari 2 fase, yaitu fase intensif dengan paduan
3-5 OAT selama 2 bulan awal dan fase lanjutan dengan paduan 2
OAT (H-R) hingga 6-12 bulan. Biasanya 2HRZ-4HR. Untuk TB
milier dan efusi pleura TB diberikan prednison 1-2 mg/kgBB/hari
selama 2 minggu kemudian tappering off selama 2 minggu
Obat yang lazim digunakan dalam terapi TB pada bayi, anak dan remaja
Obat

Sediaan

Isoniazid
(INH/H)

Tab.100
dan 300 mg;
sirup 10
mg/ml
Kapsul/tablet
150, 300,450,
600 mg, sirup
20 mg/ml
Tab.500 mg

Rifampisin
(Rif/R)
Pirazinamid
(PZA/Z)
Etambutol
(EMB/E)

Tab.500 mg

Streptomisin Vial 1g
(SM/S)

Dosis
mg/kgBB
5-15

Dosis
maksimal
300 mg

Efek samping

10-15

600 mg

Urin/sekresi warna kuning, mual


Muntah, hepatitis, flu-like reaction

25-35

2g

Hepatotoksisitas, hipersensitivitas

15-20

2,5 g

15-30

1g

Neuritis optika (reversibel), gangguan


Visus, gangguan warna, gangguan
Saluran cerna
Ototoksisitas, nefrotoksisitas

Peningkatan transaminase, hepatitis,


neuritis perifer, hipersensitivitas

Komplikasi

TB tulang, efusi pleura, gejala milier

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

67

PROSEDUR PENANGANAN STATUS KONVULSIV


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Kejang yang terjadi terus menerus lebih dari 30 menit atau


berulang selama lebih dari 30 menit.

Kriteria Diagnosa

Kejang konvulsiv lebih dari 30 menit atau kejang berulang


selama lebih dari 30 menit, selama kejang pasien tidak sadar

Pem. Penunjang

Darah rutin,elektrolit
DDR, LED, KGD adrandom

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Terapi

Diazepam rektal < 10 kg : 5mg, > 10 kg : 10 mg


Pasang cairan intravena
Jika masih kejang diazepam 0,3-0,5 mg/kgbb
Jika masih kejang : fenobarbital 10-20 mg/kgbb
Kejang berlanjut berikan : fenitoin 10-20 mg/kgbb
Berikan rumatan fenobarbital 8-10 mg/kgbb/hr
Cari penyebab

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

68

PROSEDUR PENANGANAN KEJANG DEMAM


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Kejang demam adalah kejang yang berhubungan dengan demam


(suhu di atas 38,4C per rektal) tanpa adanya infeksi susunan
saraf pusat atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak
berusia di atas 1 bulan dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam
sebelumnya.

Kriteria Diagnosa

Adanya demam disertai dengan kejang dengan menyingkirkan


penyebab kejang lainnya

Diagnosa Banding

Epilepsi

Pem. Penunjang

Darah rutin, KGD, Elektrolit

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Bila diperlukan rawat inap

Terapi

Tatalaksana kejang saat kejang


Parasetamol 10-15 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam atau
Ibuprofen 5-10 mg/kgBB/hari tiap 4-6 jam
Diazepam oral 0,3 mg/kgBB/hari tiap 8 jam saat demam atau
Diazapam rektal 0,5 mg/kgBB/hari tiap 12 jam saat demam
Pengobatan jangka panjang selama 1 tahun dapat
dipertimbangkan pada kejang demam kompleks dengan faktor
risiko, dapat diberikan fenobarbital 3-5mg/kgBB/hari atau asam
valproat 15-40 mg/kgBB/hr

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Tergantung kondisi pasien

69

PROSEDUR PENANGANAN ENCEFALITIS


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Infeksi jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai macam


penyebab, paling banyak virus.

Kriteria Diagnosa

Panas tinggi mendadak /tiba-tiba disertai kejang dan kesadaran


menurun. Kejang dapat bersifat umum atau hanya berupa
twitching saja dan dapat berlangsung lama. Dapat diikuti dengan
parese maupun paralisa.

Diagnosa Banding

Meningoencefalitis
Meningitis purulenta
Meningitis serosa
Abses otak

Pem. Penunjang

Darah rutin, elektrolit, KGD ad random


Foto torak

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Terapi

IVFD
O2
Anti kejang diazepam 0,5 mg/kgBB (lihat bagan penanganan
kejang)
Antibiotik bila ada sekunder infeksi
Metilpredinisolon 1-2 mg/kg/bb/hari
Asiklovir 10 mg/kgbb/8 jam bila curiga herpes simplex.

Komplikasi

Parese/paralisa
Gangguan penglihatan

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

70

PROSEDUR PENANGANAN MENINGITIS


BAKTERIALIS
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri patogen

Kriteria Diagnosa

Seringkali didahului infeksi saluran nafas atas atau saluran cerna.


Demam, nyeri kepala dan meningismus dengan atau tanpa
penurunan kesadaran merupakan hal yang sugestif. Kaku kuduk
atau tanda perangsangan meningeal lain, kejang dan defisit
neurologik fokal.

Diagnosa Banding

Ensefalitis
Meningitis bakterialis

Pem. Penunjang

Darah rutin, elektrolit, KGD adrandom, biakan darah. Pada kasus


berat, lumbal pungsi (LP) harus ditunda
Foto torak

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Terapi

IVFD
1-3 bulan : Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari tiap 6 jam IV dan
sefotaksim 200 mg/kgBB/hari tiap 6 jam IV atau seftriakson 100
mg/kgBB//hari tiap 12 jam IV
> 3 bulan : Sefotaksim 200 mg/kgBB/hari tiap 6-8 jam IV atau
seftriakson 100 mg/kgBB//hari tiap 12 jam IV atau ampisilin
200mg/kg/hari tiap 6 jam plus kloramfenikol 100 mg/kg/hari per
6 jam
Deksametason 0,6 mg/kg/hari dibagi 4 dosis 2 hari pertama

Komplikasi

Parese/paralise

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

71

PROSEDUR PENANGANAN MENINGITIS


TUBERKULOSA
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Radang selaput otak


tuberkulose.

yang disebabkan oleh Mycobacterium

Kriteria Diagnosa

Demam kronis, kejang-kejang, penurunan kesadaran, penurunan


berat badan.
Imunisasi BCG (-)
Stadium I : apatis, iritable, nyeri kepala
Stadium II : mengantuk, disorientasi, tanda rangsang meningeal,
refleks tendon meningkat.
Stadium III: koma, pupil terfiksasi, spasme, pernapasan Ireguler

Diagnosa Banding

Ensefalitis
Meningitis bakterialis

Pem. Penunjang

Darah rutin, elektrolit, KGD adrandom


Foto torak

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Terapi

IVFD
INH 5-10 mg/kgBB/hari
Rifampicin 10-20 mg/kgbb/hr
Pirazinamid 20-40 mg/kgbb/hr
Etambutol 15-25 mg/kgbb/hr
Prednison 1-2 mg/kgbb/hr

Komplikasi

Parese/paralise
Hidrosefalus

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

72

PROSEDUR PENANGANAN NYERI KEPALA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Nyeri yang terjadi pada kepala dengan intensitas, frekuensi dan


lama yang bervariasi

Kriteria Diagnosa

Nyeri kepala migren


nyeri kepala yang berulang dengan interval bebas gejala dan
berkaitan dengan sedikitnya 3 dari gejala berikut : nyeri
abdominal berulang, mual dan muntah, adanya aura, nyeri
berdenyut, membaik setelah tidur, unilateral, riwayat migren
keluarga, faktor pencetus fisik dan psikologis
Nyeri kepala nonmigren
Disebabkan oleh traksi atau pergeseran pembuluh darah
intrakranial
Gejala mirip dengan migren
Sering ditemukan sebagai akibat obat atau toksin, pekerja fisik
berlebihan, panas, hipertensi dan nyeri kepala paska trauma
Nyeri kepala tegang otot (NKTO) sedikitnya 2 gejala tsb
Nyeri bersifat menekan atau mengikat dan bukan berdenyut
Intensitas nyeri ringan-sedang, yang dapat menghambat namun
tidak menghentikan kegiatan sehari-hari
Distribusi bilateral
Tidak diperberat oleh kegiatan fisis rutin

Pem. Penunjang
Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Bila perlu rawat inap

Terapi

Simtomatis
Prometazin untuk migren serangan akut
Propanolol untuk pencegahan migren
Antidepresan, antiansietas, obat relaksasi otot untuk NKTO

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

73

PROSEDUR PENANGANAN ANEMIA KEKURANGAN


ZAT BESI
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Anemia yang disebabkan kurangnya zat besi untuk sintesis


hemoglobin.

Kriteria Diagnosa

Pucat, lemah, lesu, anorexia


Tampak pucat, tidak disertai ikterus, organomegali
Stomatitis angularis, atropi papil lidah
Terkadang ditemui bising jantung

Diagnosa Banding
(Penyebab)

Anemia defesiensi
Anemia hemolitik
Anemia aplastik
Anemia perdarahan

Pem. Penunjang

Darah rutin, Feses rutin


Malaria

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Bila perlu rawat inap

Penatalaksanaan

Makanan gizi seimbang


Preparat besi 4-6 mg/kgbb/hari bagi 3 dosis
Bila perlu tranfusi

Komplikasi

Gagal jantung

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

74

PROSEDUR PENANGANAN IMMUNE


THROMBOCYTOPENIC PURPURA (ITP)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Disebut juga autoimmune thrombocytopenic purpura, morbus


Wirlhof atau purpura hemorrhagica, merupakan kelainan
perdarahan pada anak usia 2-4 tahun, dengan insiden 4-8 kasus
per 100.000 anak pertahun

Kriteria Diagnosa

Trombositopenia terjadi 1-3 minggu setelah infeksi bakteri atau


virus
Riwayat perdarahan, riwayat pemberian obat-obatan, riwayat
keluarga

Diagnosa Banding

DHF
Anemia

Pem. Penunjang

Darah rutin, Morfologi darah

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Bila perlu rawat inap

Penatalaksanaan

Prednison 4 mg/kgBB/hari/po atau IV selama 7 hari, kemudian


tappering of 7 hari.
Pada perdarahan emergensi metilprednisolon 8-12 mg/kgbb/IV
atau deksametason 0,5-1 mg/kg/IV atau po bersamaan dengan
transfusi trombosit bila tersedia

Komplikasi

Perdarahan

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

75

PROSEDUR PENANGANAN GAGAL JANTUNG PADA


BAYI DAN ANAK
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Ketidakmampuan jantung sebagai pompa darah untuk memenuhi


secara adekwat kebutuhan metabolisme tubuh.

Kriteria Diagnosa

Sesak napas, takikardia, irama gallop


Ronki basah di paru, peninggian TVJ
Kardiomegali, hepatomegali, asites, edema
Rasa lelah, pucat, nadi kecil, urine berkurang
Keringat berlebihan
Bayi sulit minum

Diagnosa Banding

Asma bronkial
Bronkopneumonia
Gagal ginjal
Cirhosis hepatis

Pem. Penunjang

Foto torak
EKG
Darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Terapi

O2
IVFD
Digoxin 0,01 mg/kgBB/hari bagi 2 dosis
Furosemid 1-2 mg/kgBB/hari bagi 2 dosis
Sprinolakton 1-3 mg/kgBB/hari bagi 2 dosis
Captopril 0,3-0,6 mg/kgBB/hari bagi 2-3 dosis

Komplikasi

Kematian mendadak
Intoksikasi digitalis
Gangguan elektrolit
Gagal ginjal

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

76

PROSEDUR PENANGANAN SINDROMA NEFROTIK


(SN)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Sindroma nefrotik adalah keadaan klinis dengan gejala


proteinuria
masif,
hipoalbuminemia,
edema
dan
hiperkolesterolemia. Kadang-kadang gejala disertai dengan
hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.

Kriteria Diagnosa

Bengkak di kelopak mata, perut, tungkai atau seluruh tubuh


yang dapat disertai penurunan jumlah urin

Diagnosa Banding

Gagal jantung
GGK
Gizi buruk

Pem. Penunjang

Proteiuria masif (3+ - 4+)


Hipoalbuminemia (<2,5g/dl), hiperkolesterolemia dan LED
meningkat serta rasio albumin/globulin terbalik

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Penatalaksanaan

Tirah baring, diet nefrotik dan diuretik


Prednison 60mg/m2/hari atau 2 mg/kgBB/hari (maksimal 80
mg/hari) dalam dosis terbagi selama 4 minggu, dilanjutkan
dengan 2/3 dosis awal (40mg/m2/hari, atau maksimal 60 mg/hari)
dosis tunggal (alternate dose) selama 4-8 minggu

Komplikasi

Gagal ginjal, anemia, gangguan tumbuh kembang

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

77

PROSEDUR PENANGANAN GLOMERULONEFRITIS


AKUT
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Suatu sindoma nefritik akut yang ditandai dengan timbulnya


hematuria, edema, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. Gejala
timbul biasanya setelah infeksi streptokokus.

Kriteria Diagnosa

Hematuria, edema, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.


Biasanya didahului ISPA atau infeksi kulit
Edema biasanya dimulai di kelopak mata.

Diagnosa Banding

Sindroma nefrotik

Pem. Penunjang

Darah rutin, urine rutin


Faal ginjal, elektrolit
Foto torak

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Jika perlu rawat inap

Terapi

Golongan penisilin amoxilin 50 mg/kgbb 10 hari atau eritromisin


30 mg/kg bb
Kalau perlu diuretik, anti hipertensi

Komplikasi

Ensefalopati hipertensi
Gagal ginjal
Gagal jantung

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

78

PROSEDUR PENANGANAN GAGAL GINJAL AKUT


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Terjadinya penurunan fungsi ginjal yang mendadak yang


mengakibatkan
hilangnya
kemampuan
ginjal
untuk
mempertahankan homeostasis tubuh, ditandai dengan peningkatan
kadar Kreatinin darah secara progresif 0,5 mg/dl perhari dan
peningkatan ureum sekitar 10-20 mg/dl perhari. GGA dapat
bersifat oliguria dan nonoliguria.

Kriteria Diagnosa

Sakit kepala, lelah, letargi, urine kurang atau (-), edema


Pernapasan Kussmaul, hipertensi, bisa terjadi penurunan
kesadaran

Diagnosa Banding

Gagal jantung, Intoksikasi, Sepsis

Pem. Penunjang

Darah rutin, urin rutin


Elektrolit, analisa gas darah
Faal ginjal
Foto torak, BNO, USG, EKG

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Terapi

IVFD sesuai keadaan hidrasi


Koreksi asidosis metabolik
Furosemid 1-2 mg/kgbb 2x sehari
Atasi infeksi
Bila gagal, maka dilakukan hemodialisis

Komplikasi

Hiperkalemia
Gagal ginjal terminal

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

79

PROSEDUR PENANGANAN INFEKSI SALURAN


KEMIH (ISK)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Keadaan adanya infeksi dalam saluran kemih, meliputi infeksi di


parenchim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah
bakteruria bermakna.

Kriteria Diagnosa

Dari asimptomatis sampai gejala sepsis


Demam, sakit sewaktu miksi, nyeri perut
Polakisuria, urine bau menyengat.

Diagnosa
Diferensial

Batu saluran kemih (BSK)

Pem. Penunjang

Urine rutin, darah rutin, kultur urin


Faal ginjal
Foto polos abdomen/BNO

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Bila perlu rawat inap

Terapi

Antibiotik secara empirik 7-10 hari

Komplikasi

Parut ginjal
Hipertensi
GGK

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

80

PROSEDUR PENANGANAN GAGAL GINJAL KRONIK


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Terjadinya penurunan fungsi ginjal sehingga kadar Kreatinin


serum > 2-3 x normal dan GFR < 30 ml/menit sekurangnya
selama 3 bulan

Kriteria Diagnosa

Penurunan fungsi ginjal dengan kadar kreatinin > 2-3 x normal,


GFR < 30 ml/mnt.
Sakit kepala, lelah, letargi, gangguan pertumbuhan, anoreksia,
muntah, polidipsi, urine kurang dan edema

Pem. Penunjang

Darah rutin, urin rutin


Elektrolit, analisa gas darah
Faal ginjal
Foto torak, BNO, EKG

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Terapi

Koreksi asidosis metabolik


Furosemid 1 mg/kgbb/hr
Obati hipertensi
Atasi infeksi

Komplikasi

Gagal ginjal terminal

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

81

PROSEDUR PENANGANAN MALNUTRISI ENERGI


PROTEIN (MEP)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Malnutrisi energi protein merupakan penyakit akibat kekurangan


gizi terutama energi protein dalam jangka waktu lama, sehingga
timbul gejala-gejala.

Kriteria Diagnosa

Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang


kurang, BB kurang, nafsu makan menurun, sering sakit
MEP ringan
Sering ditemukan gangguan pertumbuhan
- Pertumbuhan linier berkurang atau terhenti
- Kenaikan BB berkurang/berhenti atau menurun
- Lingkar lengan atas menurun
- Maturasi tulang terlambat
- Rasio BB terhadap TB normal/menurun
- Tebal lipatan kulit normalatau berkurang
- Anemia ringan
- Aktivitas dan perhatian berkurang banding anak sehat
- Adakalanya dijumpai kelainan kulit atau rambut
MEP berat
Kwashiorkor
- Perubahan mental sampai apatis
- Edema sering dijumpai
- Atrofi otot
- Gangguan sistem gastrointestinal
- Perubahan rambut
- Perubahan kulit
- Pembesaran hati
- Anemia
Marasmus
- Penampilan wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus
- Perubahan mental
- Kulit kering, dingin dan mengendor
- Rambut kering, tipis dan mudah rontok
- Lemak subkutan menghilang, turgor kulit berkurang
- Otot atrofi hingga tulang terlihat jelas
- Sering diare atau konstipasi
- Kadang terdapat bradikardi
- Tekanan darah lebih rendah

82

- Kadang frekuensi pernafasan menurun


Pem. Penunjang

Darah rutin, urin rutin, feses rutin


Protein serum (albumin, globulin), Elektrolit
Foto torak, EKG

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Terapi

Atasi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit


- rehidrasi
- gangguan elektrolit
- hipoglikemi
Atasi infeksi
Atasi hipotermi
Diet oral (enteral)
- Gizi kurang : 120-150 kkal/kgBB/hari
- Gizi buruk : 150-220 kkal/kgBB/hari

Komplikasi

Diare kronis, TB

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

83

PROSEDUR PENANGANAN URTIKARIA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Erupsi kulit yang berbatas tegas dan menimbul, berwarna


memutih bila ditekan dan rasa gatal.

Kriteria Diagnosa

Erupsi kulit berbatas tegas dan menimbul (makula papula,bentol),


berwarna putih bila ditekan dan disertai rasa gatal, bisa akut,
kronis atau berulang.
Tentukan alergen penyebab timbulnya urtikaria

Pem. Penunjang

Darah rutin

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap jika urtikaria berat

Terapi

Antihistamin
- Klorfenirami maleat 0,35 mg/kgBB/hari
- Setirizin 0,25 mg/kgBB/kali
Kortikosteroid

Komplikasi

Sekunder infeksi akibat garukan

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

84

PROSEDUR PENANGANAN ANAFILAKSIS


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Merupakan reaksi hipersensitivitas generalisata atau sistemik


yang berat, mengancam kehidupan

Kriteria Diagnosa

Reaksi lokal : urtikaria dan angioedema daerah kontak


Reaksi sistemik
- ringan : gatal dan panas, urtikaria dan angioedema ringan
- sedang : reaksi ringan ditambah bronkospasme
- berat : reaksi sedang ditambah bronkospasme hebat

Pem. Penunjang

Bila perlu darah rutin

Konsultasi

Spesialis anak
Dokter Bedah

Perawatan

Bila perlu rawat inap

Penatalaksanaan

Tempatkan penderita dalam posisi datar, kaki ditinggikan


Resusitasi jantung paru bila diperlukan
Berikan oksigen
Adrenalin (epineprin) 0,01 mg/kgBB maksimum 0,3 mg (larutan
1:1000) IM atau subkutan pada lengan atas atau paha, dapat
diulang 5 menit kemudian.
Bila tidak ada respon berikan adrenalin 0,01-0,05 mg/kgBB
(larutan 1:10.000) IV selama 1-2 menit, dapat diulang 5-10 menit
kemudian
Intubasi dan Trakeostomi sesuai indikasi
Turniket bila akibat gigitan hewan berbisa
Difenhidramin 1-2 mg/kgBB
IVFD RL atau NaCl 0,9% 20 ml/kgBB
Aminofilin 4-7 mg/kgBB diencerkan dengan Dekstrose 5% 1:1
intravena
Suportif

Komplikasi

Ensefalopati

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

85

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

PROSEDUR PENANGANAN GAGAL NAFAS AKUT


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Terjadi akibat sistem pernapasan tidak dapat memenuhi


kebutuhan metabolik tubuh

Kriteria Diagnosa

Penurunan kesadaran
Pernapasan cuping hidung
Retraksi suprasternal, interkostal, supraklavikular dan epigastrik,
takipneu, pernapasan paradoks
Dalam keadaan lanjut bradipne
Sianosis
Diaforesis, takikardi, hipertensi

Diagnosa Banding

Gagal jantung

Pem. Penunjang

Sesuai penyebab
Analisa gas darah
Foto torak bila diperlukan

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat PICU

Terapi

Resusitasi jantung paru


Oksigen
IVFD sesuai keadaan hidrasi
Obat bronkodilator
Kortikosteroid
Koreksi asidosis metabolik
Atasi penyebab

Komplikasi

Penurunan kesadaran

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

86

PROSEDUR PENANGANAN SYOK (RENJATAN)


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Kegagalan peredaran darah yang ditandai dengan menurunnya


tekanan darah dan gejala umum lainnya.

Kriteria Diagnosa

Pucat/sianosis/motling, pengisian kapiler lambat


Akral dingin, nadi halus cepat/tidak teraba
Tekanan darah turun/tidak terukur
Oligouria
Pernapasan kusmaul

Pem. Penunjang

Darah rutin, golongan darah


Kadar elektrolit dan gas darah

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan
Penatalaksanaan

Rawat PICU
Tempatkan penderita dalam posisi datar, kaki ditinggikan
Bebaskan jalan napas
Berikan oksigen
Pasang cairan intravenaBolus atau drip cairan intravena 20
cc/kgBB dalam 30 mnt, ulangi 1-2 x.
Bila ada indikasi, koreksi asidosis dan elektrolit.
Bila nadi tidak teraba pertimbangkan epineprin 0,5-1
microgram/kgBB/menit.

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Perawatan

Sesuai kondisi pasien

87

PROSEDUR PENANGANAN INTOKSIKASI MINYAK


TANAH
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Timbulnya gejala klinis akibat terminum, teraspirasi atau


terinhalasi minyak tanah

Kriteria Diagnosa

Riwayat terminum, teraspirasi atau terinhalasi minyak tanah.


Rasa terbakar di faring, esofagus.
Batuk, sesak napas, sianosis

Pem. Penunjang

Foto torak
Darah rutin, elektrolit

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Penatalaksanaan

Bebaskan jalan napas


Oksigen
Berikan cairan intravena
Koreksi asidosis dan elektrolit bila ada
Antibiotik bila ada indikasi
Terapi simptomatis
Kumbah lambung kontraindikasi

Komplikasi

Pneumonia
Vibrilasi ventrikel
Depresi SSP

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

88

PROSEDUR PENANGANAN INTOKSIKASI


ORGANOPHOSPHAT
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Timbulnya gejala klinis akibat terpapar insektisida golongan


organophosfat

Kriteria Diagnosa

Riwayat terminum, teraspirasi atau terinhalasi organoposfat


Berkeringat banyak, air liur banyak, mual, muntah, diare
Miosis, bradikardi, tremor dan kejang.

Pem. Penunjang

Darah rutin, elektrolit


Analisa gas darah
EKG, foto torak

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Penatalaksanaan

Bersihkan dengan air; kulit, mukosa dan mata


Tanggalkan pakaian
Bersihkan jalan napas
Berikan oksigen
Berikan cairan intravena
Atropin 0,05 mg/kgbb (iv) dan diikuti 0,02-0,05 mg/kgBB/ dosis
setiap 15-60 menit sampai atropinisasi.
Antibiotik bila ada indikasi
Kumbah lambung kontraindikasi

Komplikasi

Dokter umum
Spesialis anak

Standar Tenaga

Sesuai kondisi pasien

89

PROSEDUR PENANGANAN INTOKSIKASI SINGKONG


(CYANIDA)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Timbulnya gejala klinis akibat memakan makanan yang


mengandung asam sianida.

Kriteria Diagnosa

Riwayat memakan makanan yang mengandung asam sianida


Mual, muntah, diare, sesak napas, sianosis, penurunan
kesadaran, syok dan kejang.

Pem. Penunjang

Darah lengkap
Elektrolit dan analisa gas darah.
EKG

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Penatalaksanaan

Bersihkan jalan napas


Oksigen
Berikan cairan intravena
Natrium tiosulfat 25 % atau 30 % 1 ml/kgBB (IV), dapat diulang
1 kali apabila pasien belum sadar.
Antibiotik bila ada indikasi
Kumbah lambung kontraindikasi

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Rawatan

Sesuai kondisi pasien

90

PROSEDUR PENANGANAN KOMA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Keadaan tidak sadar yang lama disertai penurunan seluruh


refleks.

Kriteria Diagnosa

Skala koma Glasgow < 7 (lihat skema)

SKALA KOMA PEDIATRIK


Membuka mata
Spontan
4
Terhadap bicara
3
Terhadap nyeri
2
Tidak ada
1

Nilai normal :

Respon verbal
Terorientasi
Kata-kata
Suara
Menangis
Tidak ada

5
4
3
2
1

Respon motor
Menurut perintah
Lokalisasi nyeri
Fleksi terhadap nyeri
Ekstensi terhadap nyeri
Tidak ada

5
4
3
2
1

> 5 tahun

Diagnosis Banding

Lahir - 6 bulan
:9
6 -12 bulan
: 11
1 - 2 tahun
: 12
2 - 5 tahun

: 13
: 14

Trauma kepala
Perdarahan intrakranial
Infeksi SSP
Metabolik

91

Keracunan
SOL (tumor, abses otak)
Pem. Penunjang

Darah lengkap, golongan darah


KGD ad random, elektrolit
Foto torak

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Penatalaksanaan

Posisi semi fowler, elevasi kepala 30


Bebaskan jalan napas
Pasang cairan intravena dan NGT
Cari penyebab
Bila kejang berikan diazepam atau fenobarbital

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Rawatan

Sesuai kondisi pasien

92

93

PROSEDUR PENANGANAN ASFIKSIA NEONATORUM


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau
beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan
hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis

Kriteria Diagnosa

Lahir tidak bernapas atau megap-megap


Denyut jantung kurang dari 100 kali permenit
Kulit sianosis, pucat
Tonus otot menurun

Pem. Penunjang

Analisa gas darah


Foto torak bila diperlukan

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat NICU

Terapi

Resusitasi bayi baru lahir


Epinefrin sesuai indikasi
IVFD
Bikarbonat sesuai indikasi

Komplikasi

Penurunan kesadaran
Gagal Napas

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Rawatan

Sesuai kondisi pasien

94

PROSEDUR PENANGANAN BAYI BERAT LAHIR


RENDAH (BBLR)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Bayi dengan berat badan lahir di bawah 2500 gr tanpa


memandang usia kehamilan ditimbang 1 jam I

Kriteria Diagnosa

Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gr tanpa memandang


masa gestasi, berat lahir ditimbang 1 jam setelah lahir.
Tanda prematuritas (bila bayi kurang bulan)
Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk
masa kehamilan)

Pem. Penunjang

Darah rutin, KGD ad random


Bila perlu babygram

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Terapi

Rawat dalam inkubator


Resusitasi
Pemberian vitamin K1 1mg
Pasang NGT bila perlu
IVFD
Pemberian minum dan pengaturan suhu inkubator

Komplikasi

Apnoe periodik
Ikterus
Sepsis
NEC

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Rawatan

Sesuai kondisi pasien

95

PROSEDUR PENANGANAN BAYI NORMAL


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Bayi yang lahir dengan masa gestasi cukup bulan 37-40 minggu,
dengan berat lahir 2500-4000 g, lahir tidak dalam keadaan
asfiksia dengan skor Apgar menit pertama lebih dari 7 serta
tidak terdapat kelainan kongenital

Kriteria Diagnosa

Riwayat perawatan antenatal teratur, riwayat HPHT, riwayat


kehamilan baik, riwayat persalinan normal dan riwayat bayi
lahir langsung menangis
Berat lahir 2500-3000 g, tidak prematur, bayi bugar dan tidak
ada kelainan kongenital

Pem. Penunjang

Umumnya tidak diperlukan

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat gabung (rooming in)

Penatalaksanaan

Manajemen BBL normal


- Inisiasi pernapasan spontan (resusitasi)
- Stabilisasi suhu
- Pemberian ASI dini dan eksklusif 30 menit I
- Pemberian vitamin K 1 mg/IM
- Pemberian tetes mata Tetrasiklin atau Kloramfenikol
- Perawatan tali pusat
- Pemberian vaksin polio dan hepatitis B pertama

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Rawatan

Sesuai kondisi pasien

96

PROSEDUR PENANGANAN ASPIRASI MEKONIUM


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Komplikasi pada bayi baru lahir akibat terdapatnya mekonium


pada cairan ketuban dan dapat menimbulkan hipoksia dan
gangguan pernapasan.

Kriteria Diagnosa

Adanya mekonium dalam air ketuban 30 % terjadi pada usia


kehamilan 42 minggu
Asfixia berat dan dalam beberapa jam menimbulkan gangguan
napas, bayi diliputi mekonium
Tali pusat dan kulit bayi berwarna hijau kekuningan

Pem. Penunjang

Darah rutin
Foto torak

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Penatalaksanaan

Resusitasi
IVFD
Oksigen
Jaga kehangatan (inkubator)
Pasang NGT
Antibiotik :
ampicilin + gentamicin
Cefotaxim

Komplikasi

Hipoksia serebri, gagal ginjal


Epilepsi, cerebral palsi

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Rawatan

Sesuai kondisi pasien

97

PROSEDUR PENANGANAN SEPSIS NEONATORUM


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama


satu bulan pertama

Kriteria Diagnosa

Riwayat ibu mengalami infeksi intrauterin, demam dengan


kecurigaan infeksi berat dan ketubab pecah dini
Riwayat persalinan kurang higienis
Riwayat lahir asfiksia berat, bayi kurang bulan, berat lahir
rendah
Riwayat air ketuban keruh, purulen atau bercampur mekonium
Suhu tubuh tidak normal, letargi, malas minum, iritabel.
Muntah, diare, perut kembung, hepatomegali.
Sianosis, pucat, petekie, ruam, sklerema, ikterik
Takipnu, distress respirasi, merintih, takikardi, hipotensi
Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun membonjol, kaku
kuduk

Pem. Penunjang

Darah rutin, kultur darah


Analisa gas darah, KGD
Foto torak

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat NICU

Penatalaksanaan

Infus cairan dengan dosis rumatan


Oksigen
Antibiotika sesuai kuman penyebab, tetapi bila tidak diketahui
dapat diberikan antibiotik awal yaitu ampisilin dan gentamisin,
bila 48 jam tidak ada perbaikan ganti ampisilin dengan
sefotaksim
Transfusi bila perlu
Nutrisi adekuat

Komplikasi

Sepsis syok

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Rawatan

Sesuai kondisi pasien

98

PROSEDUR PENANGANAN KEJANG DAN SPASME


PADA NEONATUS
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Merupakan keadaan emerjensi atau tanda bahaya dan bila


berkepanjangan dapat mengakibatkan hipoksia otak yang cukup
berbahaya bagi bayi. Keadaan ini dapat diakibatkan asfiksia,
hipoglikemia dan gangguan metabolik lain.

Diagnosa Banding

Kejang metabolik : hipoglikemia, hiponatremia.


Kejang karena infeksi : meningitis
Spasme : Tetanus neonatorum
Kejang : paska asfiksia ensefalopati hipoksik iskemia

Kriteria Diagnosa

Kejang gerakan abnormal pada wajah, mata, mulut, dan


lidah. Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas
Spasme bayi tetap sadar, menangis kesakitan, trismus, rahang
kaku, mulut mencucur

Pem. Penunjang

Darah rutin, KGD ad random

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Penatalaksanaan

-Fenobarbital 20 mg/kgbb iv atau im jika masih kejang


Dapat diulang 10 mg/kgbb sebanyak 2 kali jarak 30 menit.
Rumatan 3-5 mg/kgbb/hari oral
-Bila kejang tidak berhenti berikan fenitoin 20 mg/kgBB dalam
larutan Nacl 0,9 %
- Bebaskan jalan napas dan beri oksigen
- IVFD
- Obati penyebab

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Rawatan

Sesuai kondisi pasien

99

PROSEDUR PENANGANAN TETANUS NEONATORUM


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Penyakit toxemic akut yang disebabkan oleh kuman


Clostrodium tetani yang terjadi pada bayi baru lahir dan
berhubungan dengan perawatan tali pusat.

Kriteria Diagnosa

Malas minum, mudah terangsang, bayi menangis tidak sanggup


menghisap, mulut sukar terbuka (trismus), perut teraba keras
(perut papan), mulut mencucur, kaku seluruh tubuh, kejang
rangsang/spontan, adanya fokus infeksi biasanya pada tali pusat
(kotor dan berbau)

Diagnosa Banding

Sepsis neonatorum
Meningitis

Pem. Penunjang

Darah rutine
Foto torak

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Terapi

- Rawat incubator/IVFD
- Atasi kejang dengan diazepam 2-10 mg/IV
- kontrol kejang diazepam 20 mg/kg BB/hari interval 2-4 jam
dosis maximal 40 mg/kg BB/ hari.
- ATS 10.000 IU/IV
- Prokain penisilin 100.000 IU/kg/BB/hari/IM
- Bersihkan tali pusat : H2O2
- Hindari rangsangan
- Pasang NGT bila kejang telah teratasi

Komplikasi

Spasme laryng
Aspirasi pneumonia
Obstruksi jalan napas
Sepsis
Infeksi nasokomial

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Rawatan

Sesuai kondisi pasien

100

PROSEDUR PENANGANAN HYPERBILIRUBINEMIA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Defenisi

Peningkatan kadar bilirubin total pada minggu I kelahiran.


Kadar normal maksimal 12-13 mg %

Kriteria Diagnosa

Bayi tampak warna kuning


Dijumpai faktor resiko pada BBLR dan bayi kurang bulan
Sepsis, hemolisis.

Diagnosa Banding

Ikterus hemolitik
Ikterus pada prematur
Ikterus karena sepsis
Ikterus fisiologis

Pem. Penunjang

Darah rutin
Bilirubin total, direk, indirek

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Penatalaksanaan

Infus cairan dengan dosis rumatan


Cari penyebab
Terapi sinar dengan indikasi
1. Bila ikterus muncul pada hari I
2. Hari ke 2 kadar bilirubin > 15 mg atau ikterus terlihat pada
tangan dan tungkai.
3. Hari ke 3 kadar bilirubbin > 18 mg, hari ke 4 > 20 mg

Komplikasi

Ensefalopati bilirubin (kern ikterus)


Prolong jaundice

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Rawatan

Sesuai kondisi pasien

101

PROSEDUR PENANGANAN PENYAKIT PERDARAHAN


PADA NEONATUS
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Defenisi

Penyakit perdarahan akibat kekurangan vitamin K, yang


biasanya terjadi pada hari kedua dan keempat setelah lahir.

Kriteria Diagnosa

Riwayat perdarahan pada tali pusat, tinja, urin, kulit atau


muntah darah.
Riwayat perdarahan selama hamil atau dalam proses persalinan
Bayi tampak letargis atau tidak, pucat, ikterus, nyeri tekan
abdomen.

Diagnosa Banding

Koagulopati
NEC
Kelainan bedah
Tertelan darah ibu

Pem. Penunjang

Darah rutin dengan angka trombosit yang normal


PT dan PTT memanjang

Konsultasi

Spesialis anak

Perawatan

Rawat inap

Penatalaksanaan

Hentikan perdarahan
Infus cairan dengan dosis 20 ml/kg selama satu jam I
Berikan Vitamin K1 1 mg IM sekali pada saat masuk
Beri transfusi darah bila Hb kurang dari 12 g/dl
Oksigen bila perlu
Bila perdarahan tidak berhenti dalam tiga jam, tangani sebagai
sepsis
Pemberian cairan dan nutrisi yang sesuai
Pertahankan suhu tubuh dan KGD dalam batas normal

Komplikasi

Anemia
Sepsis

Standar Tenaga

Dokter umum
Spesialis anak

Lama Rawatan

Sesuai kondisi pasien

102

PROSEDUR PENANGANAN HIPERTENSI

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Penyakit Dalam yang cepat,


tepat dan optimal

Kebijakan

1. SMF Penyakit Dalam.


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Dalam.
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Penyakit
Dalam, Dokter Umum, perawat dan tenaga penunjang medik.

Petugas

Dokter Spesialis Penyakit Dalam


Dokter Umum

Prosedur
Pemeriksaan Fisik

Hipertensi, komplikasi organ target (Funduskopi)

Pem. Penunjang

Darah : Hb, Ht, gula puas, kreatinin, asam urat, K, Ca,


kolesterol (total HDL), trigliserid.
Urine : urinalisis.
Elektrokardiografi dan foto dada

Pengelolaan

1. Terapi tanpa obat : (untuk hipertensi ringan tanpa


komplikasi)
a. Penurunan berat badan
b. Pembatasan garam
c. Pembatasan Alkohol
2. Terapi obat antihipertensi
a. Pendekatan layanan bertingkat :
Diuretik (HCT), Reserpin, Hydralizin
b. Pendekatan layanan bertingkat individual :
Langkah I : Obat pilihan pertama
Diuretik, Betabloker, Penghambat ACE
Antagonis Kalsium
Langkah 2 :Meningkatkan dosis pilihan obat pertama
Diganti obat pilihan pertama lain
Ditambah obat jenis lain (kombinasi 2)
Diuretik, Beta bloker, penghambat ACE,
Antagonis Kalsium, Alfa bloker, Alfa-2
agonis sentral, reserpin atau vasodilator.
Langkah 3 : Ditambah obat ke-3 atau ke-4
Pengelolaan Penderita Hipertensi Krisis
a. Hipertensi Gawat Darurat
1. Furosemid intravena
2. Clonidine antravena (dpat diulang sampai 3 kali)
Apabila menunjukkan perbaikan dapat diberikan obat

103

peroral : nifedipin sublingual)


b. Hipertensi Gawat

104

PROSEDUR PENANGANAN BATU SALURAN


KENCING
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Penyakit Dalam yang cepat,


tepat dan optimal.

Kebijakan

1. SMF Penyakit Dalam.


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Dalam.
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Penyakit
Dalam, Dokter Umum, perawat dan tenaga penunjang medik.

Petugas

Dokter Umum
Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Prosedur
Diagnosis

- Anamnesis
- Pemeriksaan

: Kolik, kencing darah


: Hidrinefresis

Penunjang

- Laboratorium : piuri + hematuria


- Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
USG atau BNO / IVP

Pengelolaan

Mempunyai 2 tujuan :
1. Mengambil atau menghilangkan batu yang sudah berbentuk
2. Mencegah rekurensi
Pengelolaan BSK harus berusaha mencari penyebabnya
(metabolik, infeksi dan efek tubuler herediter)
Terapi untuk pencegahan medik
a. Umum (berlaku untuk semua jenis batu)
- Minum air putih banyak sehingga urin mencapai 2,5
3,5 lt/hari dan secara merata selama 24 jam dan 50%
berupa air
- Batu dapat keluar spontan dgn minum banyak dan
olahraga
- Diuresis paksa (force diuresis)
b. Khusus
- Batu Kalsium
- Hiperkalsiuri idiopatik : diuretika tiazid & diet rendah
Kalsium
- Hiperurikosuria : rendah purin, allopurinol : 2x100 mg
s/d 900 mg
- Hiperoksaluria : Diet rendah oksalat, suplementasi
kalsium, rendah lemak dan cholestyramin.
- Batu Infeksi :
- Antibiotika dan menghilangkan kelianan dasar

105

- Batu urat :
- Urin dibuat alkali
- Allupurinol

106

PROSEDUR PENANGANAN SINDROMA NEFROTIK

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Penyakit Dalam yang cepat,


tepat dan optimal.

Kebijakan

1. SMF Penyakit Dalam.


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Dalam.
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Penyakit
Dalam, Dokter umum, perawat dan tenaga penunjang medik.

Petugas

Dokter Umum
Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Prosedur
Diagnosis

Gejala Klinik
- Kencing berbuih
- Edema, dapat seluruh tubuh (anasarka)
- Sesak nafas kalau ada cairan

Penunjang

Urin : protein urea + 2 atau + 4, lipiduria Esbach (ekskresi


protein 24 jam)
Darah : Hipoalbuminuria, Hiperlipidemia/ hiperkolesterolemia
Patognomik : proteinuria 3,5 gr/ 24 jam

Pengelolaan

1. Diet
- Tinggi kalori (25 50 kal/KgBB)
- Tinggi protein (100 150 gr)
- Rendah garam
2. Terapi/ koreksi penyakit primernya bila memungkinkan
3. Obat-obatan
- Diuretik : furosemid 40 80 mg/hari bila diperlukan
- Imunosupresi :
- Kortikosteroid : 2 mg/KgBB/hari (maks 80 mg/hari)
selama 4
8 minggu, diturunkan bertahap sampai 5 10 mg/hari
- Imunosupresi lain
- Anti-agregasi trombosit : Dipiridamole 3 x 75 mg/hari
- Infus human albumin bila ada indikasi

107

PROSEDUR PENANGANAN GAGAL GINJAL KRONIK

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Penyakit Dalam yang cepat,


tepat dan optimal.

Kebijakan

1. SMF Penyakit Dalam.


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Dalam.
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri Spesialis Penyakit
Dalam, Dokter Umum, perawat dan tenaga penunjang medik.

Petugas

Dokter Umum
Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Prosedur
Diagnosis

Pengelolaan

a. Diagnosis gagal ginjal ditegakkan dengan adanya sindroma


Uremi
b. Patognomonik GGK :
- Bila kedua ginjal mengecil/ mengerut (pada pemeriksaan
USG/ BNG)
- Osteodistrofi, pruritus, anoreksi, anusea yang sudah lama
1. Penanganan gawat darurat bila ada
2. Cari dan koreksi setiap faktor yang dapat memperjelek faal
ginjal, seperti :
- Obstruksi (batu, hipertrofi prostat dan lain-lain)
- Infeksi renal
- Deplesi cairan/ elektrolit
- Hipertensi terutama hipertensi maligna
- Payah jantung kongestif
- Obat-obatan neefrotoksik
3. Tentukan tingkat gangguan faal ginjalnya dengan mengukur
bersihan kreatinin
- Bersihkan kreatinin kurang/ sma dengan 5 cc/menit :
Technical treatment dapat berupa :
- Dialisis kronik : hemodialisis ,CAPD
- Transplantasi
- Bersihkan kreatinin lebih besar dari 5 cc/menit :
Terapi konservatif berupa :
a. Pengaturan diet
b. Pencegahan makin menjeleknya GGK dan komplikasi
c. Memperlambat progresifitas GGK
d. Tindakan/pengobatan
untuk
mengurangi/meredakan
keluhan uremi.

108

PROSEDUR PENANGANAN GLOMERULONEFRITIS


AKUT
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Tujuan

Melaksanakan pelayanan Spesialis Penyakit Dalam yang cepat,


tepat dan optimal.

Kebijakan

1. SMF Penyakit Dalam.


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Dalam.
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri Spesialis Penyakit
Dalam, Dokter Umum, perawat dan tenaga penunjang medik.

Petugas

Dokter Umum
Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Prosedur
Diagnosis

Pengelolaan

Post Infeksi streptokokus B hemolitikus


Hipertensi
Oliguri
Edem
Uremi
Piuria, Hematuria, Silinder Eritrosit (+)
Proteinuri
Bersihkan kreatinin manurun

Konservatif :
- Diit rendah protein 0,3 0,5 gr/KgBB/hari, kalori 2000 kal
dengan KH 100 gr rendah garam, keseimbangan cairan.
- Penanganan terhadap hipertensi, bila terdapat hipertensi
ensefalopati dikelola sebagai hipertensi ensefalopati dikelola
sebagai hipertensi emergensi (pemberian Klonidin i.v)
Dialisis :
- Bila dijumpai kegawatan pada sindroma

109

PROSEDUR PENANGANAN INFEKSI SALURAN


KENCING
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Tujuan

Diagnosis dan Penatalaksanaan infeksi saluran kencing

Kebijakan

- SMF Penyakit Dalam


- Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Dalam

Petugas

Dokter Umum
Spesialis Penyakit Dalam
Perawat dan tenaga penunjang medik

Prosedur
Diagnosis

Pengelolaan

Pemeriksaan kultur urine, yang didapat dari :


Urine porsi tengah (mid stream urinre)
Urine aspirasi subprapublik
Urine kateter kandung kemih (sebaiknya dihindari bila hanya
untuk tujuan diagnostik).
ISK sederhana : terutama pada wanita dan sering dan sering
disebut sindroma. Disuria frekuensi : antibiotika dosis tunggal
(Ampicilin 3 gram).
Bila karena chalmydia trachomatid : doxycycilin atau
sulfonamide.
Sindroma urethal akut : analgetika saluran kemih.
Bila pengobatan berhasil dan sering terjadi reinfeksi maka perlu
dipikirkan pemberian antibiotika dosis rendah sebagai
pencegahan (Nitrofurantion 50 mg/hari) atau hexamine
hippurate 1 gram/hari.
ISK complicate dibedakan atas :
- Asimtomatik : tidak memerlukan antibiotika.
- Simtomatik : Pielonefritis akut. Disini memerlukan :
Tindakan umum : pemberian cairan cukup, elektrolit dn nutrisi.
Pemberian antibiotika : antibiotika prenteal selama panas 24 jam
bebas panas untuk kemudian diganti oral.
Sambil menunggu kultur diberikan antibiotika berspektrum luas:
Kombinasi ampicilin sephalosporin generasi I.
Ticarcilin dengan clavulanic acid.
Bila sudah ada hasil kultur dengan sensitifitas, antibiotika
diganti dengan obat yang paling tidak toksik dengan paling
murah.
Setelah 24 jam bebas panas, antibiotika oral diberikan 5 14
hari atau diberi 4-6 minggu.

110

PROSEDUR PENANGANAN ABSES PARU

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Abses paru adalah lesi di paru yang bersifat supurasi edan


nekrosis dari jaringan. Faktor predisposisi ialah infeksi saluran
nafas, dengan daya pertahanan saluran nafas yang terganggu
serta adanya obstruktur mekanis saluran nafas.

Kriteria Diagnosis

Klinis :
Gejala yang kurang khas, bervariasi seperti flu biasa yang
timbul perlahan - lahan ringan sampai sedang.
Gejala yang khas biasanya timbul 3 hari setelah aspirasi berupa
malaise, dengan demam diikuti batuk - batuk, nyeri pleuritik,
sesak nafas dan sianosis.
Bila tidak diobati gejala bisa meningkat menjadi batuk
bercampur darah yang banyak, berbau (infeksi kuman anaerob).
Bila abses pecah ke pleura bisa terbentuk Pleuropneumotoraks.
Pada pemeriksaan fisis didapati tanda konsolidasi, redup, suara
pernafasan bronkial, ronki basa atau krepitasi, bisa dijumpai
jari tubuh, perlu dicari faktor predisposisi.
Radiologik :
Adanya gambaran khas berupa permukaan udara - Cairan (Air
Fluid Level).
Laboratorium : LED meningkat, Lekositosis 20.000-30.000/m3
dengan pergesran ke kiri.
Dahak dengan pewarnaan Gram : penuh Lekosit dan bermacammacam kuman.

Diagnosa Banding

a. Karsinoma Bronkogenik yang mengalami kavitasi.


b. Tuberkulosa Paru.
c. Jamur Paru.
d. Kista Paru Terinfeksi.
e. Hiatus Hernia.
f. Skwester Paru.

Pem. Penunjang

a. Biakan (kultur) darah untuk pemeriksaan kuman anaerob &


aerob.
b. Pemeriksaan radiologik untuk melihat lokasi abses.

Konsultasi

Ahli Fisioterapi
Perawatan Rumah Sakit : Bila penderita membatukkan darah
dalam
jumlah yang banyak disertai demam tinggi dan
menggigil, sesak nafas hebat dan sianosis.

111

Pengobatan

Umum :
Intake cairan yang cukup, Drainase postural, bromkoskopi
untuk membersihkan jalan nafas sehingga drainase pus lancar.
Antibiotika dapat diberi berupa Penisislin 1 juta IU/2-3xsehari
intramuskular.
Bila diperkirakan kuman Gram Negatif juga dapat
ditambahakan Kloramfenikol selama 2 4 minggu.
Kemudian diteruskan dengan pemberian obat-obatan secara oral
selama 4 bulan.
Bila dengan rejim diatas kurang berhasil terapi dirobah menjadi
Klindamisin dosis 3x 600 mg/hari dan Metronidazol 4x500
mg/hari, serta Gentamisin 5 mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis.
Khusus : Terapi terhadap penyakit dasar dan penyulit

Penyulit

Abses Otak, Empiema, Anemi, Amiloidosis.

Informed consent

Bila diperlukan pembedahan

Lama Perawatan

2 4 minggu.

Masa Pemulihan

Sampai 4 bulan.

Output
PA
Otopsi/Risalah
Rapat

112

PROSEDUR PENANGANAN ASBESTOSIS

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Asbestosis adalah penyakit yang disebabakan oleh debu asbes

Kriteria Diagnosis

Klinis :
Sesak nafas waktu latihan yang timbul setelah fibrosis
progresif. Biasanya timbul setelah pemaparan dengan asbes
selama 15 - 20 tahun.
Fisis :
Ronki basah akhir inspirasi pada bagian bawah paru. Biasa
dijumpai jari tabuh dan sianosis. Gerakan dinding dada
berkurang. Auskultasi suara jantung ke III dan ke IV di daerah
epigastrium.
Foto dada :
Pada pleura terdapat penebalan dan kalsifikasi sering berupa
obliterasi pada sinus disertai dengan kalsifikasi didaerah
diafragma.
Paru-paru, tampak bayangan opaque yang berbentuk garis
terutama bagian bawah. Juga biasa didapati kekaburan antara
batas diafragma dan jantung. Didapati pula kista dan honey
comb, pembesaran jantung dan juga pembesaran arteri
pulmonalis. Sangat jarang didapati gambaran massa.

Diagnosa Banding

Semua fibrosis yang disebabkan penyakit paru lain.

Pem. Penunjang

Anamnesis : terkena paparan debu asbes selama bertahun-tahun


minimal 3 tahun.
Faal paru : kapasitas vital menurun progressif, penurunan
volume total. Difusi CO menurun, kompliance paru menurun.

Konsultasi
Perawatan RS

Bila timbul tanda kor pulmonale dekompensasi.

Terapi

Tidak ada obat mempengaruhi perjalanan penyakit

Penyulit

Kor Pulmonale
Keganasan (tumor paru, mesothelioma).

nformed Concern :

Lama Perawatan
Masa Pemulihan

113

Output
P. A.
Otopsi/Risalah
Rapat

114

PROSEDUR PENANGANAN ASMA BRONKIAL (AB)


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Serangan yang berulang akibat peneyempitan saluran nafas,


sembuh spontan maupun dengan pengobatan

Kriteria Diagnosis

Klinis :
Sesak nafas wheezing.
Riwayat serangan sesak yang berulang dan reversible.
Riwayat faktor pencetus/predisposisi wheezing dan tanda-tanda
fisik yang hilang dengan pengobatan.
Adanya eosinofilia dalam darah dan sputum.
Skin tes positif.
IgE dalam serum meninggi.

Diagnosa Banding

- Bronkitis Akut.
- Bronkitis Kronis.
- Asma Kardiak

Pem. Penunjang

Foto Toraks :
- Tidak waktu serangan : Normal
- Waktu serangan :
Hiperinflation : Diafragma rendah Iga II tampak jantung kecil
panjang.
Bayangan Tramline : Bulat dan elipsoid.
Faal paru
:
- Tidak waktu serangan : Normal
- Waktu serangan : VEP1,VEP1/KVP dan APE merendah
Analisa Gas Darah :
- Pasien Asimtomatik : Normal
- Serangan ringan sedang : Hipocapnia dan respiratory
alkalemia.
- Serangan berat : Hipercapnea dan respiratory acidemia.

Konsultasi

Bagian Anestesia untuk pemasangan ventilasi mekanis

Perawatan RS

Penderita asma yang berat yang memerlukan pengobatan yang


mendesak atau ventilasi mekanis

Terapi

Serangan Asma Akut Ringan Sedang.


Beta 2 Agonist (Salbutamol, Terbutalin,
Fenoterol).
Inhaler 4 x 2 puff sehari.
Beclomethasone aerosol 4 x 2 puff sehari.
Prednisolone 40 mg per hari selama 7 - 10

115

hari tanpa tapering off.


Serangan Asma Akut yang Berat.
- Pemberian O2 2 L/menit dengan nasal Prong dan dapat
ditingkatkan dosisnya.
- Pemberian Beta 2 Agonist dengan Nebulizer atau Ventilator.
- Pemberian Aminophyline intra venuos :
- Loading dose 5,6 mg/Kg BB pelan-pelan 5 - 20 menit.
- Dosis pemeliharaan : 0,5-0,9 mg/kgBB/jam per infus.
- Pemberian epinefrine atau Beta 2 Agonist subcutan (sc)
- Hydrocortisone 150 mg iv dan dapat diulangi setiap 6 jam
dengan dosis maksimum 1000 mg.
- Bila pasien sudah bisa makan obat :
- Beri oral steroid Prednisolone 60 mg/hari kemudian tapering
10 mg sehari selama 2 hari dan 5 mg sehari sampai mencapai
dosis pemeliharaan 10 mg/hari.
- Pemberian Beta 2 Agonist inhaler.
Pencegahan :
- Beclothasone inhaler 4 x 1-2 puff/hari.
- Beta 2 Agonist 4 x 2 puff/hari.
- Ipratropium Bromide 4 x 1-2 puff/hari (usia diatas 40).
- Oral Theophyline Slow release 2 x 1 tablet.
- Slow release Salbutamol 4 - 8 mg untuk wheeze malam hari.
- Ketotifen 2 x 1 tablet.
Penyulit

Spontaneous Pneumothorax

Lama Perawatan

10 hari.

Masa Peralihan

1 minggu

Output

Sembuh

P. A.
Otopsi/Risalah
Rapat

116

PROSEDUR PENANGANAN EFUSI PLEURA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Penumpukan cairan dalam jumlah abnormal dirongga pleura


basik berupa transudat maupun eksudat yang disebabkan
infeksi, keganasan, gangguan kardiovaskular dan lain-lain.

Kriteria Diagnosis

Klinis : berupa sesak nafas, rasa tidak lemak di dada, batukbatuk non produktif
Pemeriksaan fisis :
Perkusi didaerah efusi redup, pada palpasi resonans berkurang,
auskultasi suara pernafasan melemah sampai hilang.

Diagnosa Banding

a. Pneumotoraks.
b. Tumor disertai kolaps paru.
c. Pneumoni.

Pem. Penunjang

Foto dada PA dan lateral.


Aspirasi cairan untuk keperluan diagnostik
pemeriksaan biokimiawi dan mikrobiologik.
Biopsi Pleura.

terutama

Konsultasi

Onkologist bila disangkakan penyebabnya tumor,


Dokter bedah toraks

Perawatan RS

Bila efusi disertai sesak nafas hebat.

Terapi

Aspirasi cairan pleura untuk mengurangi sesak.


Pengobatan kausal tergantung penyebabnya, bila penyebabnya
TBC paru diberi OAT dsb.
Kortikosteroid diberikan untuk mencegah perlengketan/fibrosis.
Bila penyebabnya proses keganasan diberi kemoterapi intra
pleural.

Penyulit

Gagal nafas.

Informed Concent

Diperlukan bila dilakukan aspirasi atau biopsi fleura.

Lama Perawatan

1 minggu.

Output

Tergantung penyebab

117

PROSEDUR PENANGANAN ESOFAGITIS


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Suatu keadaan
keradangan.

dimana

mukosa

esofagus

mengalami

Kriteria Diagnosis

- Rasa terbakar didada (Heart burn), nyeri di ulu hati, mualmual.


- Kadang-kadang penderita mengeluh dapat merasakan
jalannya makanan yang ditelan dari kerongkongan ke
lambung, kadang-kadang nyeri retrosternal yang menyebar
sampai kedaerah skapula.
- Regurgitas yang kadang-kadang amat pahit.

Diagnosa Banding

a. Esofagitis refluks.
b. Esofagitis refluks basa.
c. Esofagitis infeksi (moniliasis, herpes).
d. Esofagitis Korosif.
e. Esofagitis pil.
f. Esofagitis radiasi

Pem. Penunjang

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam

Perawatan RS

Umumnya rawat jalan.


Rawat inap bila keadaan umum kurang baik atau timbul
komplikasi

Terapi

Esofagitis Refluks :
- Menghindari faktor predisposisi.
- Mengurangi berat badan jika gemuk.
- Menghindari makanan yang merangsang, merokok atau
alkohol.
- Menghindari terlalu banyak makan.
- Menghindari makanan/minuman 3 jam sebelum tidur.
Terapi postural :
- Meninggikan bagian kepala (tempat tidur diganjal dengan
balok).
- Pencegahan posisi yang meninggikan refluks, menghindari
pekerjaan / olahraga yang menimbulkan refluks.
Obat : Metoklopropamide, Domperidone, Cicapride, Antasida,
Antisekretorik. (terutama PPI)

Radiologi dengan barium.


Endoskopi.
Manometri esofagus.
Pengukuran pH 24 jam.

118

Operasi : Bila resisten dengan pengobatan konservatif


(Funduplikasi)
Esofagitis Monilia : Nystatin 3 x 200.000 atau obat jamur
lainnya.
Esofagitis herpes : Acyclovir, Adenosine arabinoside.
Esofagitis korosif : Antibiotika, Antasida, obat sitoprotektor.
Esofagitis pil : Minum obat dalam posisi tegak sebaiknya
bentuk obat cair atau bubuk disertai minum air yang cukup.
Penyulit

Striktura esofagus perdarahan, transisi ke epitel kolumnar


(Baretis) pramaligna.
Sindroma aspirasi pulmonal.

Informed Concent

Diperlukan bila melakukan tindakan endoskopi

Output

Sembuh.

119

PROSEDUR PENANGANAN KARSINOMA


BRONKOGENIK
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Tumor Ganas Paru primer, yang berasal dari saluran nafas.

Kriteria Diagnosis

Klinis terdiri dari :


- Gejala dari endobrokial : batuk dan batuk berdarah.
- Gejala dari obstruksi bronkus sesak, pneumoni.
- Gejala dari keterlibatan pleura : sesak, efusi pleura.
- Gejala dari struktur yang berdekatan : berupa jantung
(gangguan fungsionil, efusi perikarditis), esofagus (disfagi).
- Gejala dari komplikasi keterlibatan mediatinum : berupa n.
frenikus
(parase/paralise
diagframa),
n.rekuren
(parase/paralise cord vokalis). Vena kava superior (sindroma
vena kava superior).
- Gejala metastasis jauh ; keotak, hati, tulang, adrenal.
- Gejala ekstra pulmoner non metastatik.
Neuromuskuler : Neuropatia Karsinomatosa.
Endokrin/Metabolik : S. Cushing, S. Carcinoid Hiponatremia,
Hiperparatiroid + Hiperkalsemia, sekresi insulin +
Hipoglikemia, Ginekosmatia, hiperpigmantasi.
Jaringan ikat/tulang : Hypertrophic osteo arthropathy.
Gejala Sistemik : Anoreksia, berat badan menurun.
Fisis didapati berat badan menurun, jari tubuh, limfadenopati
(leher, supraklavikuler, ketiak), Kardiovaskuler (fibrilasiatrium,
efusi perikardial), perut (Hepatosplenomegali).
Foto dada : bisa didapat Tumor yang sangat besar, pneumonis,
Kolaps paru, efusi pleura.
Histologis untuk menentukan jenis Tumor.

Diagnosa Banding

Benda asing, Tuberkulosa, Jamur Paru, Hamartoma, penyakit


autoimun, Tumor Metastatik.

Pem. Penunjang

Foto Thoraks, Sitologi sputum, Bronkoskopi, Biopsi kelenjar


limfe, Biopsi paru perkutan, CT Scan, Bronkografi, bedah
eksploratif.

Konsultasi

Onkologis.

Terapi

1. Karsinoma Bronkogenik non Small Cell Type :


Bila Masih operabel : Operasi
Non Operabel : paliatif.
2. Small cell type : tidak dioperasi, oleh karena telah menyebar
saat didiagnosa.
Untuk keperluan evaluasi tidak dilakukan pentahapan NTM.
Tetapi dibagi atas :

120

- Limited disease : Tumor terbatas pada Hemitoraks dan


kelenjar ipsilateral.
- Extensive disease : Penyebaran tumor melampaui batas
limited disease.
Pemberian Kemoterapi pada : Non Small cell (bila telah ada
metastase).
a. FAM (4mg)
- Flouracil 300mg/M2, iv hari ke 1,8,15,21.
- Adriamycin 40mg/M2, iv hari ke 1.
- Methotrexate 15 mg/M2, iv hari 1,8,15 dan 21.
b. PV (4mg)
- Cisplatin 100 mg/M2, iv hari I
- Vinblastine 6mg/M2, iv hari 1, 15.
Small cell :
- MVCA (3 - 4 MG)
- Methotrexate 50mg / M2 iv, hari I
- Vincristine 1,4 mg/M2 iv, hari I
- Cyclospospamide 500mg/M2 iv, hari I
- Adriamycin 30mg / M2 iv, hari I
Informed Concent

Diperlukan setiap melakukan tindakan invasif baik untuk


diagnostik maupun pengobatan.

121

PROSEDUR PENANGANAN MIKOSIS PARU

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Adalah penyakit paru baik berupa infeksi maupun kelainan


imunologi yang disebabkan oleh jamur patogen dan jamur
opurtunis

Kriteria Diagnosis

Klinis : sangat bervariasi mulai tanpa gejala sampai kepada


yang paling berat.
Gejala utama yang sering adalah batuk-batuk kronis dengan
dahak kadang-kadang sesak nafas, batuk darah, sakit dada,
demam. Dijumpai jamur dari kultur (dahak, bilasan bronkus,
darah)

Diagnosa Banding
Pem. Penunjang

Tuberculosa paru, Tumor paru, Pneumonia


Biopsi jaringan, test kulit dan reaksi serologis, pemeriksaan
radiologis sangat bervariasi, gambaran khas berupa aspergilosis
paru (fungus ball) berupa bayangan bulat atau oval yang
dikelilingi oleh bayangan udara.

Konsultasi
Perawatan RS

Ahli mikrobiologi klinik.


Bila dijumpai tanda-tanda sistemik berupa demam tinggi ,
limfadenopati, hepatosplenomegali, pansitopenia dan terlibatnya
organ-organ lain.

Terapi

Ringan :
Pilihan utama Flukonasol dan bila tidak berhasil Itrakonasol.
Berat (Sistemik) :
Terapi awal dengan Amphoterisin B kemudian deteruskan
dengan Flukonasol atau Itrakonasol.
Khusus terhadap Aspergillosis Bronkopulmoner Alergik dan
Kandidiosis Bronkopulmoner Alergik diberikan Kortiko steroid
0,5 mg / kg BB / hari selama 1 bulan kemudian dilanjutkan lagi
beberapa bulan berikutnya.
Aspergilloma paru tidak memerlukan pengobatan, tetapi bila
timbul batuk darah hebat dengan fungsi cadangan paru cukup
memadai dilakukan reaksi paru.
Untuk Nokardiosis diberikan preparat Sulfa.
Batuk darah masif, empiema, osteomiolitis iga.

Informed consent

Bila diperlukan pemeriksaan bronkoskopi dan biopsi paru

P. A.

Diperlukan setelah biopsi paru.

122

PROSEDUR PENANGANAN PENYAKIT JANTUNG


PARU (KOR PULMONALE)
NO. ICD 416.9
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Keadaan Patologis dengan ditemukannya hipertrofi ventrikel


kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktur
paru.

Kriteria Diagnosis

Diagnosa Banding

- Kardiomiopati / payah jantung kiri.


- Perikarditis konstriktiva.
- Hipertensi pulmonal.

Pem. Penunjang

Laboratorium : Hb, Ht darah tepi lainnya, analisa gas darah.


Ekokardiografi.
Tes faal paru.

Konsultasi

- Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiologi.


- Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.
- Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Pulmonologi.
Ruang rawat kardiologi.
Non farmakologis : Istirahat, hindari aktifitas fisik yg
memberatkan.
Fisioterapi.
Farmakologis : Oksigen.
Terutama untuk penyakit dasar :
- Antibiotika untuk atasi infeksi.
- Mukolitik
- Bronkodilator.
Pengobatan payah jantun :
- Diuretika.
- Digitalis.
- Vasodilator pada kasus-kasus dengan hipertensi pulmonal.
- Antikoagulan bila ada emboli paru.
Payah jantung, Gagal nafas.
Tidak diperlukan, kecuali ada tindakan invasive
Pada payah jantung 1-2 minggu.
Tidak bisa pulih.
Dubia

Perawatan RS
Terapi

Informed consent
Lama perawatan
Masa Pemulihan
Output

Riwayat penyakit paru menahun (PPOM).


Keluhan sesak dan bisa disertai tanda bendungan perifer.
Tanda-tanda pembesaran jantung kanan (P.D, EKG, Ro).
Tanda-tanda kelainan paru : Emfisema, tanda-tanda obstruktif.

123

PROSEDUR PENANGANAN PENYAKIT PARU


OBSTRUKTIP KRONIK (PPOK), BRONKITIS KRONIS
DAN EMFISEMA.
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Bronkitis Kronis :
Batuk-batuk dengan sputum selama lebih dari 3 bulan dalam
setahun selama sekurang-kurangnya 2 tahun.
Emfisema : Dilatasi rongga udara yang letaknya distal dari
terminal bronchiole dan kerusakan dindingnya. Dalam stadium
lanjut Bronkitis Kronis (BK) dan emfisema (EF) menjadi 2
bentuk Pink Puffer dan Blue Bloater yang mempunyai beberapa
sifat yang sama dari bentuk itu.

Kriteria Diagnosis

1. Gejala batuk dengan dahak dan pada stadium lanjut sesak


nafas waktu bekerja dan sesak malam hari.
2. Tanda - tanda fisik Emfisema : Infeksi : Dada bentuk tong
(Bralel chest), diameter AP bertambah.
Palpasi : Fremitus suara melemah.
Perkusi : Hipersonor.
Auskultasi : Suara pernafasan melemah.
3. Pemeriksaan Faal Paru :
Bronkitis Kronis : VEP 1, VEP 1/KVP rendah.
Enfisema : TLC, RV/TLC meninggi (hiperinflation).
Transfer faktor (TCO) rendah.
4. Pink Puffer :
- Kurus, sesak menonjol.
- Hiperinflation
- Analisa Gas Darah : PaO2 dan PaCO2 relatif normal.
5. Blue Bloater :
- Tidak begitu sesak
- Sentral sianose
- Oedem.
- Analisa Gas Darah : PaO2 rendah, PaCO2 tinggi.

Diagnosa Banding

Pem. Penunjang

1. Pemeriksaan Faal Paru :


Bentuk obstruktif : VEP 1, VEP 1/ KVP rendah.
Hiperinflation : TLC, RV/TLC tinggi
Emfisema : Toc rendah.
2. Analisa Gas Darah :
Pink Puffer : PaO2 rendah/sedikit rendah, PaCO2 meninggi.
3. Foto toraks :

TB.
Ca. Bronchus
Bronkiectasis
Asma Bronkial.

124

- Untuk menyingkirkan penyebab batuk yang lain.


Hiperinflation :
- Diafragma rendah.
- Tanpa iga 11.
- Jantung kurus.
Blue Boater :
- Jantung membesar
- Hilus melebar
- Conus Pulmonalis menonjol.
4. Pemeriksaan Bakteriologis :
Pengecatan Gram sediaan hapus, lebih berguna untuk
konfirmasi
- Kultur sputum :
- Bakteri yang biasa : S. pneumoniae, S. Aureus, H.
Influenzae.
- Bakteri yang jarang : Klebsiella pneumoniae, E. coli,
Proteus, Pseudomonas.
Konsultasi

- Anaestesia untuk pemasangan Ventilasi Mekanis.


- Bagian Rehabilitasi dan Fisioterapi, untuk memperbaiki
kemampuan dan toleransi kerja dengan latihan pernafasan dan
postural drainase.

Perawatan RS

- Penderita dengan eksaserbasi infeksi yang berat.


- Penderita yang memerlukan ventilasi mekanis.
- Penderita dengan CPC (Blue - Blue Bloater).

Terapi

I Pengobatan Jangka Panjang.


A. Menghentikan merokok.
B. Menghindari polusi udara.
C. Pencegahan infeksi Ampicilin/Tetracycline 1 minggu
perbulan.
D. Pengobatan eksaserbasi akut dengan bakteri yang biasa :
E. Influenzae, S. pneumonia, S. aureus dengan :
Ampicillin 4x500 mg/hari.
Amoxicilin 4x500 mg/hari.
Erythromycine 4 x 500 mg/hari.
Trymethoprim - cotrimoxazole 2 x 2 tablet Cephalosporin.
F. Bronkolidator :
1. Ipatropium Bromide : 4 x 2 puff
2. Betab 2 Agonist : Salbutamol, terbutalin Fenoterol 4x2
puff.
3. Theohyline/xanthine : Tablet Long acting 300 - 900
mg/hari, 2 x 1 tab.
Pada eksaserbasi akut : Aminophyline loading dose 5,6
mg/kg BB maintenanse 0,5 mg/kgBB/ jam.
Perhatian interaksi theopylyline dengan
- Obat-obatan : cimetidine, erythromycine dan
ciprofloxacine
- Keadaan : perokok, orang tua, penyakit jantung.
4. Kortikosteroid.
- Beclomethasone 4 x 2 puff.
- Prednisone 40 mg/hari selama 14 hari dan tapering
sampai dosis 0 - 10 mg/hari atau dengan inhalasi.
Bila dalam 1 minggu tidak ada respon, hentikan.
G. Terapi Oksigen Jangka Lama.
Tipe Blue Bloater : Hipoksemia : PaO2 kurang dari 60

125

H.

II.
A.

B.

C.
D.

mmHg O2 2 L/menit.
Fisioterapi :
- Latihan pernafasan.
- Latihan batuk.
- Postural drainase
Penatalaksanaan Eksaserbasi Akut :
Faktor pencetus : Infeksi H. Influenza, S. Pneumoniae
Eksaserbasi Akut memperberat :
- Keadaan hipoksenia
- Hiperkapnia
- Asidosis
Terapi
Ampicillin 4x500 mg/hari
Amoxcilin 4x500 mg/hari
Erythromycine 4x500 mg/hari
Trimethoprim - cotrimoxazole 2x2 tab.
Cephalosporin parenteral, pasien RS.
Kontrol Oksigen Terapi :
Pemberian O2 2 L/ menit dengan nasal prong, Ventimask,
Edimburgmask.
Ventilasi Mekanis.

- Pneumothorax
- CPC
Lama perawatan

2 minggu

Masa Pemulihan

1 minggu

Output

Keadaan Penyakit kembali stabil.

Penyulit

Informed Concent : Lama Rawatan :


Masa Pemulihan : .
Output

P.A.

: -

Otopsi/Risalah Rapat : -

126

PROSEDUR PENANGANAN PNEUMOTORAKS


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Terdapatnya udara dalam rongga pleura.

Kriteria Diagnosis

Klinis :
Nyeri dada dan sesak nafas yang mendadak, sianosis, gagal
nafas dan kollaps.
Pemeriksaan fisis :
Infeksi bulging, palpasi fremitus suara melemah sampai
menghilang, perkusi hipersonor.
Auskultasi : Suara pernafasan menghilang.

Diagnosa Banding

a. Pleuritis.
b. Perikarditis.
c. Emboli paru.
d. Hernia diafragma.
e. I M A.

Pem. Penunjang

Foto toraks (foto dada)

Konsultasi

Bedah toraks

Perawatan RS

Perlu

Terapi

Pada keadaan ringan :


Konservatif saja, diharapakan udara diserap spontan.
Pada Tension Pneumothorax :
Pemasangan WSD
Pemberian Oksigen.
Bila pengembangan paru lambat :
Dilakukan penghisapan udara.
Bila ada fistel Bronkopleural : Operasi ekstirpasi.
Pneumotoraks berulang : Sclerosing agents.
Gagal nafas, renjatan

Informed Concent

Diperlukan bila ada pemasangan WSD atau tindakan operatif

Lama perawatan

Tergantung keadaan, umumnya 7-10 hari

Output

Tergantung penyulit. Dengan terapi intensif hasil biasanya


memuaskan

127

PROSEDUR PENANGANAN TUBERCULOSIS PARU

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Adalah penyakit infeksi kronis disebabkan oleh Mikobakterium


tuberkulosis yang ditandai dengan pembentukan granuloma dan
menimbulkan nekrosis pada jaringan

Kriteria Diagnosis

Klinis :
Gejala bervariasi dari tidak ada keluhan sama sekali sampai
keluhan yang sangat mencolok. Timbulnya gejala secara
perlahan-lahan.
Gejala sistemik :
Bisa berupa demam, malaise, badan terasa tidak enak, pegalpegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit kepala,
mudah capek, pada wanita dapat terjadi gangguan siklus haid.
Gejala respiratorik :
Berupa batuk, batuk darah, sesak nafas atau sakit dada.
Fisis :
Pada permulaan penyakit umumnya tidak banyak membantu.
Pada tahap ini bisa ditemukan ronki basah halus yang umumnya
dipuncak paru. Pada stadium lanjut macamnya proses bervariasi
dari infiltrasi sampai fibrosis, kadang ada kavitas.
Foto dada sesuai dengan pemeriksaan fisis.
Ditemukannya kuman BTA baik secara hapusan dahak maupun
dengan kultur

Diagnosa Banding

Semua penyakit paru menahun atau subakut

Pem. Penunjang

- Pewarnaan Ziehl-Neelsen atau pewarnaan Auramin.


- Kultur pada medium Lowenstein-Jensen.
- Biopsi.

Perawatan RS

Perdarahan masif, infeksi sekunder, gagal nafas

Terapi

Pada terapi kasus baru harus dipertimbangkan pemberian obatobatan yang bersifat bakterisid, sterilisator dan dapat mencegah
terjadinya rensistensi. Terapi jangka pendek dengan memakai
Rifampisin.
Fase permulaan : INH 400 mg, Rifampisin 450 sampai 600 mg
(tergantung berat badan kurang atau lebih dari 50 kg) ditambah
dengan salah satu obat dibawah ini yaitu : Pirazinamid 25-35
mg/kg BB yang diberikan setiap hari selama 2 bulan.
Fase lanjutan : INH 700 mg + Rifampisin 600-900 mg seminggu
2 kali sampai total 6-9 bulan atau INH 400 mg + Rifampisin
450-600 mg tiap hari.
Pada populasi dengan tingkat resistensi awal tinggi, untuk ini

128

dipertimbangkan untuk memberikan obat ke 4 pada fase awal,


yaitu Etambutol atau Streptomisin.
2 EHRZ / 4 HR
2 SHRZ / 4 HR
Terapi jangka panjang, yaitu tanpa Rifampisin lamanya 12-18
bulan.
Obat inti :
INH + Streptomisin, mulanya ditambah Etambutol/Pirazinamid.
INH + Etambutol, mulanya ditambah Streptomisin atau
Pirazinamid.
Pengobatan dengan INH harus disertai dengan Vitamin B6.
Infeksi sekunder, efusi pleura, tuberkulosis organ lain
Lama Perawatan

Tergantung penyulit

Output

Baik, selama patuh dalam pengobatan

129

PROSEDUR PENANGANAN TUMOR MEDIASTINUM


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Tumor yang terdapat dalam rongga mediastinum dan berasal


dari salah satu organ mediastinum.

Kriteria Diagnosis

Klinis : Tumornya sendiri umumnya tidak memberikan gejala,


kecuali timoma bisa memberikan gejala miastenia gravis.
Gejala yang diberikan berupa batuk, sesak, parau, disfagi,
sindroma vena kava superior, gangguan hemodinamik adalah
gejala akibat penekanan organ sekitar.
Foto dada : adanya bayangan bulat/lonjong di daerah
mediastinum atau pelebaran bayangan mediastinum mempunyai
batas yang tegas, tanpa disertai kelainan yang berhubungan pada
parenkim paru.
Laboratorium : Tidak ada yang khas atau menunjang.

Diagnosa Banding

Atas dasar lokasi tumor yang mempunyai predileksi dibagian


tertentu mediastinum.
Mediastinum anterior : Timoma, Teratoma, Tiroid intratorakal,
kistaperikardial.
Mediastinum medial : Limfoma, kista Bronkogenik.
Mediastinum posterior : Tumor neurogenik.

Pem. Penunjang

Computerized Tomography Scan (CT Scan), untuk menentukan


lokasi tumor dan bagaimana hubungannya dengan organ
sekitarnya.
Mediastinoskopi, berguna untuk menentukan diagnosa pasti tipe
tumor mediastinum dan juga pertimbangan operabilitas.

Konsultasi

Onkologis

Perawatan RS

Untuk keperluan operasi

Terapi

Operasi sedini mungkin, kecuali pada limfoma radiasi &


sitostatika
Penekanan organ sekitarnya dan menjadi ganas.
Penekanan trakes dan bronkus --- batuk, sesak.
Penekanan n. laringeus reccurens --- parau.
Penekanan esofagus --- disfagi.
Penekanan V. Cava superior --- sindroma V. Cava superior.
Penekanan jantung dan pembuluh darah --- gangguan
hemodinamik.

130

Informed Concent

Diperlukan bila akan melakukan tindakan invasif baik dalam


rangka diagnosis maupun terapi.

131

PROSEDUR PENANGANAN TUMOR PARU


METASTASIS
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Tumor soliter atau multipel diparu dimana dari organ lain yang
mana bisa berasal dari organ kepala/leher, kolon, testis, ginjal,
tulang hati, prostat dan lain-lain.

Kriteria Diagnosis

Tegakkan adanya tumor ganas primer. Dibuktikan kelainan paru


ganas.
Cara : Sama dengan yang dilakukan Tumor bronkus. Kelainan
PA diparu sama dengan kelainan PA tumor primernya.
Foto dada : Bisa didapatkan beberapa bentuk yaitu tipe milier,
limfangitis, softball, noduler, sub pleural, pneumoni dan
peribronkial.
Laboratorium : Tidak ada yang khas, kelainan laboratorium
tergantung tumor primer.

Diagnosa Banding

Semua kelainan paru multinoduler

Konsultasi

Onkologis

Perawatan RS

Segera

Terapi

Palliatif.
Hormonal untuk tumor primer tertentu (buah dada, prostat).
Reseksi tumor primer (ginjal, chorio karcinoma).

Informed Concent

Untuk tindakan invasif baik dalam rangka diagnosis dan terapi.

P.A.

Untuk menegakkan tumor ganas primer atau paru.

132

PROSEDUR PENANGANAN AKHALASIA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Gangguan/hilangnya peristaltik dinding esofagus dan kegagalan


sfingter kardio-esofagus untuk relaksasi sehingga makanan bisa
tertahan di esofagus.

Kriteria Diagnosis

Disfagi setiap makan makanan baik cair maupun padat,


berlangsung secara kronis dan progresif. Nyeri biasanya tidak
dijumpai, namun selalu ada rasa tidak enak retrosternal,
regurgitasi tanpa ada rasa asam atau pahit .Penurunan berat
badan, gejala paru berupa batuk, dispnu, aspirasi pneumoni.

Diagnosa Banding

a. Adenokarsinoma gaster yang meluas sampai ke esofagus.


b. Spasme esofagus yang difus.
c. Penyakit Chagas.

Pem. Penunjang

- Esofagogram
- Esofagogastroskpi
- Manometri

Konsultasi

Spesialis Bedah (Bila dilatasi tidak berhasil, ruptur esofagus


akibat dilatasi kesukaran dalam menempatkan dilatopneumatik).

Perawatan RS

Umumnya rawat jalan.


Rawat inap hanya kalau memerlukan tindakan operatif

Terapi

Dilatasi : Non Operatif (dengan Bougie).


Operatif (Kardiomiotomi Heller).
- Perforasi akibat tindakan dilatasi.
- Aspirasi pneumoni.
- Anemi defisiensi.

Informed Concent

Diperlukan bila ada endoskopi atau tindakan bedah.

Lama rawatan

Tergantung berat ringan keadaan dan komplikasi.

Output

Penyakit reversible, kesembuhan diharapkan pada 80% kasus.

P.A.

Tak diperlukan pada akhalasia primer.

133

PROSEDUR PENANGANAN ASITES


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Berkumpulnya cairan dalam rongga peritoneum.

Kriteria Diagnosis

Perut membesar seperti kodok, ada undulasi, ada pekak beralih,


ada suara ganda (double sounds).

Diagnosa Banding

a. CHF
b. Sindroma nefrotik
c. TBC Peritonium
d. Sindroma Meig
e. Sirocis hepatis

Konsultasi
Perawatan RS

Bedah.
Pada asites permagna (amat besar dan mengganggu penderita)
Untuk penjajagan diagnostik.

Terapi

Tirah Baring : Diit rendah/pantang garam (tergantung Na


kemih), restriksi cairan cukup 1 L / 24 jam.
Bila dengan cara-cara diatas tidak ada penurunan berat badan
atau diuresis spontan maka diberikan spinorolakton 100 mg
yang dapat ditingkatkan sampai 400mg/h, bila juga tidak
berhasil dapat diberi furosemide 40 sd 240 mg/hari.
Bila ada ginekomasti diberi amilorid 10 mg/hari.
Untuk asites yang sangat besar dan membandel (refraktoir),
dapat dilakukan parasen tesis dengan infus albumin 6 gr/1 L
cairan asites.
Shunt/TIPPS.
Peritonitis
bakterial
Ensefalopati hepatik.

spontan,

Sindroma

hepatorenal,

Lama rawatan

Tergantung respon pengobatan, umumnya 2 - 4 minggu.

Output

Asites berkurang sd menghilang.

134

PROSEDUR PENANGANAN DISPEPSI


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Kumpulan keluhan saluran cerna bagian atas yang beraneka


ragam, seperti perut gembung, rasa penuh rasa cepat kenyang,
nyeri epigastrium, mual, muntah.
Berdasarkan pengamatan endoskopik dibedakan atas Dispepsi
Non Ulser dan Dispepsi Ulser.

Kriteria Diagnosis

Nyeri diulu hati, rasa mual dan muntah, perut gembung rasa
penuh, rasa cepat kenyang. Gejala-gejala dapat berhubungan
atau tidak ada hubungannya dengan makan.

Diagnosa Banding

Tukak peptik, IMA, Esofagitis,

Pem. Penunjang

Esofagogastroduodenoskopi
:
Foto
Esofagus,
lambung/duodenum.
Pemeriksaan EKG, USG.
Pemeriksaan lengkap dianjurkan pada penderita dengan keluhan
berat, muntah-muntah yang telah berlangsung >4 minggu,
penurunan berat badan, dan usia > 40 tahun.

Konsultasi

Bila perlu ke Divisi Gastroenterologi Penyakit Dalam.

Perawatan RS

Umumnya rawat jalan


Rawat inap bila banyak muntah-muntah dan dhidrasi.

Terapi

- Diet lunak, tidak merangasang, sedikit- sedikit, sering-sering.


- Diberikan penjelasan yang memadai keluhan mungkin hilang
timbul berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga rasa
aman dapat membantu penderita agak cukup toleran.
- Terapi obat-obatan disesuaikan dengan keluhan yg paling
dominan
- Ulcer like dyspepsia : Antasida, H2-Receptor Blocker,
Omeprazole, Prokinitic.
- Reflux like dyspepsia : Prokinetic, Antasida, H2-Receptor
Blocker Omeprazole, Mucosa protector.
- Dismotility like dyspepsia : Prokinetic.
- Non Specipic : Prokinetic, Antasida.

Cholangitis kronis.

Malnutrisi : Dehidrasi.
Informed Concent

Diperlukan bila ada pemeriksaan endoskopi.

135

Lama rawatan

Bila diperlukan perawatan biasanya 7 - 10 hari.

Masa Pemulihan

Kurang dari 7 hari tergantung lingkungan dan kepribadian si


sakit.

Output

Umumnya dapat sembuh total

P.A.

Dilakukan pemeriksaan jaringan bila pada endoskopi ada yang


mencurigakan.

136

PROSEDUR PENANGANAN ENSEFALOPATI HEPATIK


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Sindroma neuropsikiatrik yang terjadi pada pasien dengan gagal


hati karena menderita penyakit hati kronis dan dapat tercetus
oleh diit yg tinggi protein, infeksi, perdarahan usus, hipokalemi,
penggunaan obat sedatif/hipnotik, asites terinfeksi, konstipasi,
dan azotemia.

Kriteria Diagnosis

Kelainan
intelektual,
Dispraksia
konstruksional,
(uji
menghubungkan angka, menulis nama, menggambar bintang :
tak bisa), flapping tremor, foetor hepatikum.
Tanda-tanda menderita kelainan/penyakit hati kronis (+)
kelainan-kelainan EEG yang khas.

Diagnosa Banding

Koma oleh sebab-sebab serebral.

Pem. Penunjang

EEG, pemeriksaan kadar amoniak.

Konsultasi

- Spesialis Penyakit Dalam


- Spesilis Penyakit Syaraf
- Psikiater
- Ahli Bedah Digestif

Perawatan RS

Perlu

Terapi

Tirah baring total,


Diit sonde bebas protein maksimal 3 hari, kemudian protein
dinaikkan menjadi 40-60 gram/h sebaiknya protein nabati,
Koreksi faktor pencetus,
Stop pemberian obat-obat diuretika, sedatifa/hipronika,
Laktulosa diberi 30 cc / 8 jam sd b.a.b 2 - 3 x hari,
Klisma, Salah satu dari pemberian obat oral Neomisin 4 x 1
gram, Metronidazol 4 x 250 mg atau pemberian vancomycine,
Infus BCAA 1 fls/hari,(500 ml)
Antibiotika sistemik bila ada infeksi.

Lama rawatan

2 - 4 minggu.

Output

Sadar.

137

PROSEDUR PENANGANAN HEPATITIS AKUT


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Radang hati difus yang dapat disebabkan oleh infeksi virus


(Virus hepatitis A.B.C.D dan E), alkohol dan obat-obatan,
penyakit Wilson, leukemi, limfoma dan bakteri (Tifoid penyakit
weil), dengan kematian sel-sel hati yang mengakibatkan
terjadinya serangkaian
kelainan klinis, biokemis,
imunoserologik dan morfologik yang berlangsung tidak lebih
dari 6 bulan sejak timbulnya gejala penyakit

Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis :
a. Fase prodromal : Demam ringan, Anoreksi, sakit
kepala/sendi, mual muntah.
b. Fase ikterus : Kemih gelap, kuning, mata kuning, gejala
prodromal berkurang.
c. Fase penyembuhan : mata kuning berangsur membaik, sedang
rasa lelah dapat bertahan beberapa bulan.
Laboratorium :
AST dan ALT meninggi > 10 x normal pada minggu I sedang
bilirubin meninggi pada fase lebih lanjut dari penyakit.
IgM Anti HAV (+) pada Hepatitis A, HBsAg dan IgM anti HBC
(+) pada Hepatitis B, Anti HCV IgM (+) pada Hepatitis C dan
Anti HDV, HBsAg (+) pada Hepatitis D dan Anti HEV (+) pada
Hepatitis E, Copper urine meninggi dan seruloplasmin darah
menurun serta Copper sel hati meninggi pada sediaan biopsi hati
penderita dengan Penyakit Wilson.

Diagnosa Banding

Influensa pada fase prodromal, Penyakit Weil.

Pem. Penunjang
Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam.

Perawatan RS

Muntah-muntah berat, Billirubin >10 mg%, Masa Protrombin


memanjang > 3 detik, perobahan mental.

Pengobatan

Aktivitas ringan sesuai dengan toleransi, Diit tinggi kalori,


protein, karbohidrat, lemak secukupnya, dan pengobatan
simptomatis.

Penyulit

Hepatitis fulminans, Ikterus berkepanjangan pada hepatitis A


dan Hepatitis kronis Hepatitis B dan C.

Informed consent

Perlu bila ada biopsi.

Lama rawatan

Antara 1 - 2 minggu.

138

Masa Pemulihan

Dibawah 6 bulan sd semua faal hati normal

Output

Umumnya Hepatitis Akut A sembuh total.


Hepatitis B 5-10% dan Hepatitis C 50-70% menjadi Hepatitis
Kronis

P. A.

Diperlukan biopsi hati bila diagnosa meragukan

139

PROSEDUR PENANGANAN HEPATITIS FULMINANS


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Gagal hati mendadak oleh karena nekrosis sel-sel hati masif


yang terlihat berupa suatu sindroma klinis (ensefalopati
progresif, ikterus progresif, hati yang mengecil). Pada penderita
yang belum pernah menderita penyakit hati sebelumnya (timbul
8 minggu sejak timbulnya penyakit Hepatitis akut)
Etiologi (penyebab) , Virus Hepatitis A, B, C, D dan E, obatobatan, perlemakan hati akut pada ibu hamil.

Kriteria Diagnosis

Gejala klinis :
- Ikterius yang progresif (bilirubin > 20 mg%).
- Gangguan kesadaran yang progresif.
- Mual dan muntah.
- Hati mengecil.
- Masa protrombin sangat memanjang.
-Transaminase cepat dan sangat meninggi.
-Albumin darah menurun.

Diagnosa Banding

Psikosis

Pengobatan

- O2 2-4 L/menit, Dextrose 10% 3 L/24 jam dengan KCL 50


mEq
- Hindari obat sedatif dan bila sangat perlu pilihan adalah :
Diazokside, antihistamin, laktulosa dan kalau perlu dilakukan
klisma, Neomisin 4 x 500 mg oral.
- Koreksi kelainan faktor pembekuan darah dan elektrolit serta
antibiotika bila terbukti ada infeksi.
- Mannitol i.v 1 Gr/KgBB dan steroid pada udem otak.
Glukosa 10-25% pada hipoglikemi.
- Terapi suportif dan perawatan sebaiknya di IPI.
- Transplantasi hati.

Penyulit

- Udem serebri dengan kejang-kejang.


- Kelainan kardiovaskular dgn hipoksemi, asidosis & aritmi
jantung
- Kelainan paru yang cenderung pneumoni.
- Kelainan ginjal dgn Sindroma Hepatorenal (Na kemih <20
mEq/L)
- Perdarahan saluran cerna atas.
- Pankreatitis akut.

Konsultasi

- Spesialis Penyakit Dalam (Nefrologi).


- Anestesi.

140

- Bedah saluran cerna.


Output

Mortalitas 95%

141

PROSEDUR PENANGANAN HEPATITIS KRONIS

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Peradangan hati yang berlanjut lebih dari 6 bulan sejak


timbulnya keluhan/gejala penyakit dengan fibrosis dan tanpa
nodul regenerasi yang terdiri dari kelompok kronik persisten
lobular dan kronik aktif, yang dapat disebabkan oleh virus
hepatitis B, C dan D, obat-obatan (metildopa), alkohol,
autoimun (Hepatitis lupid), penyakit Wilson, kolestasis empedu,
hemokromatosis, def. antitripsinal, kriptogenik.

Kriteria Diagnosis

Gejala klinis :
Pada Hepatitis kronik persisten dan lobular : Rasa lekas letih,
kurang enak perut kanan atas, anoreksi, hepatomegali ringan.
Pada Hepatitis kronik aktif :
Fase eksaserbasi :
Rasa letih, demam, ikterus, nyeri sendi anoreksi, berat badan
menurun.
Fase remisi :
Keluhan dan tanda klinis pada fase akut (eksaserbasi) berkurang
hepatomegali, kadang-kadang ditemukan spidernevi, Eritema
palmaris dan splenomegali.
Laboratorium : peninggian AST dan ALT yang berfluktuasi,
peninggian bilirubin, peninggian gamma globulin tanpa
penurunan albumin plasma, HBSAg, Anti HCV dan Anti HDF
(tergantung penyebabnya) positif.

Diagnosa Banding

a. Hepatitis akut.
b. Sirosis hati tahap awal.

Pem. Penunjang

Laboratorium faal hati (AST, ALT, Bilirubin), imunoserologik.


Ultrasonografi (melihat ukuran, pinggir, permukaan parenkim
dan pembuluh darah hati).
Biopsi hati dan pemeriksaan P.A.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam.

Perawatan RS

HKA yang progresif dan bilirubin yang meninggi.

Terapi

HK persisten HK Lobular : tak perlu diobati.


HK Aktif Autoimun : Kortikosteroid.
HK Aktif Type C : Anti HCV (+), HCV RNA (+), dan
transminase > 3 x normal diberi Interferon 3 x 3 MU/minggu
selama 6 bulan digabung dengan Ribavirin 1000-1200 mg /hari.
Hepatitis B kronik bila HbeAg (+) anti Hbe (-) dan transaminase

142

meninggi antara 3-5x normal diberi Lamivudine 100 mg/hari


sampai terjadi seroconversi.Bila transaminase diatas 5 x normal
diberi Interferron 3 x 5-6 juta unit/mg selama 4 - 6 bulan.
Hemokromositosis : Flebotomi.
Penyakit Wilson : Copper < 1 mg/hari,
D Penicillamine.
Penyulit

Sirosis Hati, Ensefalopati hepatik.

Informed Concent

Perlu bila biopsi hati.

Output

HKA B dan C : kemungkinan sembuh 10 - 25 %.

143

PROSEDUR PENANGANAN HEPATOMA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Tumor ganas hati primer yang biasanya didapati bersamaan


dengan sirosis hati, dengan etiologi yang berhubungan dengan
Virus Hepatitis B dan C, Predisposisi pada sirosis hati, dan
Aflatoksin.

Kriteria Diagnosis

- Rasa pembengkakan di hipokondrium kanan kadang-kadang


nyeri.
- Hepatomegali berbenjol-benjol, dan kadang ada bruit didaerah
hati.
- Biasanya dengan sirosis hati B atau C.
- Alfafetoprotein >500 atau terus meningkat pada pemeriksaan
serial.
- USG ada lesi fokal.
- Gambaran khas pada pemeriksaan PA jaringan dari biopsi hati.

Diagnosa Banding

a. Tumor hati sekunder.


b. Abses hati.
c. Tumor jinak hati.

Pem. Penunjang

USG, CT Scan, MRI.

Konsultasi

Ahli Bedah.
Ahli Radiologi.

Perawatan RS

Kalau ada sirosis hati dekompensata, atau bila ada nyeri.

Terapi

Tumor soliter < 5 cm, tenaga cadangan hati baik Reseksi


tumor.
Percutaneous etanol injeksi 0,5 cm.
Kemo-Embolisasi transarteriall bila vena porta utuh (intact = tak
ada tromboemboli).
Pengobatan sintomatis

Penyulit

Hipoglikemi, Perdarahan SMBA.

Informed Concent

Tak perlu bila ada biopsi, PEI, TACE, atau tindakan operasi.

Lama Perawatan

2 - 4 minggu.

Output

Prognosa jelek / fatal.

P A.

Perlu (diagnosa pasti).

144

PROSEDUR PENANGANAN COLITIS ULSEROSA

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Radang kronis non spesifik kolon dan rektum yang tidak


diketahui penyebabnya

Kriteria Diagnosis

Diare dengan darah dan lendir, mungkin disertai dengan kramkram serta gejala infeksi seperti demam, nyeri abdomen bagian
bawah yang berderajad sedang, bersifat hilang timbul sehingga
kurang mendapat perhatian.

Diagnosa Banding

a. Tuberkulosis intestinal
b. Shigelosis
c. Kolitis kampilobakter
d. Kolitis hemoragika akut
e. Poliposis kolon famial
f. Infeksi virus sitomegali
g. Penyakit Crohn.

Pem. Penunjang

Sigmoidoskopi, pemeriksaan / biakan tinja, Barium enema,


Kolonoskopi.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam.

Perawatan RS

Bila masih ringan dapat rawat jalan, bila keadaan sedang/berat


harus rawat inap.

Terapi

Serangan akut dan eksaserbasi :


Diit Tinggi kalori tinggi protein, tidak minum susu,
kortikosteroid, (prednison 60 mg pada pagi hari, dosis
diturunkan bila penyakit terkontrol). Dapat juga dipakai
metilprednisolon 40 mg.
Sulfasalazin dimulai dosis 3 x 1-2 gr/h secara oral sampai
perbaikan khas terlihat lalu diturunkan, dilanjutkan dengan dosis
pemeliharaan sampai pasien sembuh sama sekali.
Pengobatan simptomatik :
Dapat diberikan toperamide atau codein. Pada keadaan berat
mungkin memrlukan transfusi, pemberian elektrolit/steroid i.v.
Pengobatan rekurensi : Sulfasalazin 3 x 1 gr diberikan
seterusnya
Pencegahan terjadinya Karsinoma kolon :
Dilakukan pada penderita yang lebih dari 10 tahun, penyakit
luas dengan melakukan kolonoskopi tiap tahun dan Biopsi
multipel.
Tindakan pembedahan :
Dilakukan pada megakolon, perforasi, karsinoma kolon.

145

Penyulit

Terlokalisir pada rektum dan kolon :


Mega kolon, Perforasi kolon, pendarahan masif, supurasi
peritoneal, karsinoma.
Jauh dari rektum dan kolon : Artritis, Sakroileitis, Uveitis,
Perikolangitis, Kritamarnodosum, Pioderma gangrenosum.

Informed Concent

Diperlukan bila dilakukan endoskopi atau pembedahan.

Lama Perawatan

Tergantung kondisi penderita.

Output

Kolitis ini tidak dapat diobati sampai tuntas. Tiap saat bisa
kambuh.

P A.

Diperlukan pengevaluasian terjadinya keganasan.

146

PROSEDUR PENANGANAN PANKREATITIS

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Reaksi keradangan parenkim pankreas yang berjalan secara akut


(pankreatitis akut) ataupun kronis (pankreatitis kronis) yang
menimbulkan nekrosis dan perdarahan atau fibrosis dan atrofi
parenkim.
Penyebab pankreatitis akut :
Minum alkohol berlebihan, penyakit hati biliar, idiofatik.
Penyebab pankreatitis kronis :
Minum/kecanduan alkohol, malnutrisis, hiperparatiroidi,
herediter, kelainan ampula Vateri, koledokolitiasis, batu
keganasan saluran pankreas, trauma.

Kriteria Diagnosis

Pankreatitis akut
Gejala klinis :
- Nyeri tiba-tiba pada perut tengah atas yang terus menerus dan
progresif.
- Mual dan muntah serta demam
- Teraba massa pada epigastrium yang nyeri tekan.
- Bising usus melemah sampai menghilang (ileus pankreatitis)
Laboratorium :
- Lekositosis
- Lipase dan amilase meninggi > 3 x normal.
USG :
Gambaran khas :
Pembengkaan setempat atau difus dari pankreas dengan eko
parentim berkurang.
CT Scan : Gambaran khas.
Pankreatitis kronis klinis : Nyeri berfluktuasi atau terus menerus
pada perut bagian atas yang akan bertambah bila minum alkhol,
diare dan steatore, serta kurus.
Laboratorium : Heperglikemi labil, cenderung menjadi
hipoglikemi dengan cepat.
USG : Pankreas bisa membesar atau mengecil dengan
hiperekoik dengan kontour iregular, pelebaran saluran pankreas.
ERCP : Saluran pankreas iregular seperti manik manik.

Diagnosa Banding

Pankreatitis akut :
Kolik biliar, Kolesistitis akut, Perforasi tukak lambung, IMA,
aneurisma aorta yang pecah, ileus obstruktif, infark
mesenterium, kehamilan ektopik yang pecah, kolik ginjal.
Pankreatitis kronis :
Tukak peptik, IMA, Batu empedu.

147

Pengobatan

Pankreatitis akut :
Puasa 24 jam dgn NGT untuk aspirasi cairan lambung terus
menerus.
NPE, Analgetika kuat, H2 Antagonist, antasid, antibiotika,
Pembedahan ; eksplorasi dan drainage.
Pankreatitis kronis :
Simptomatik, eksaserbasi akut seperti pankreatitis akut. Stop
minum alkohol, diet tinggi protein/rendah lemak, substitusi
enzim pankreas, Insulin bila ada DM, Reaksi parsil,
pankreatektomi sub total atau total.

Penyulit

Pankreatitis akut :
Pseudokista atau abses pankreas, penjalaran radang kesekitar,
pembentukan fistel, ulkus duodeni, asites, sepsis, Koma DKA.
Pankreatitis Kronis : Pseudokista, eksudat pleura, efusi perikard,
kecanduan opiat.

Konsultasi

- Patologi klinik.
- Radiologi.
- Bedah saluran cerna.

148

PROSEDUR PENANGANAN PERDARAHAN SALURAN


CERNA BAGIAN ATAS (PSCBA)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi
Kriteria Diagnosis

Diagnosa Banding
Pem. Penunjang
Konsultasi
Perawatan RS
Terapi

PSCBA adalah perdarahan yang terjadi pada saluran cerna,


proksimal dari ligamentun Treitz.
Anamnese :
- Perdarahan varises : Ada tanda-tanda penyakit hati kronis
(ikterus, spider naevi, palmar eritem, vena kolateral,
splenomegali dan asites
- Riwayat dispepsia, pada tukak yang berdarah (tukak peptik)
- Riwayat dispepsia karena makan obat, jamu, NSAID, obat obat ulsegenik
- Riwayat muntah-muntah sebelum perdarahan akni : pada
Sindroma Mallory weiss.
- Umur lanjut, Berat Badan menurun, anoreksia, keluhan
dispepsia yang baru, dan teraba massa tumor di epigastrium
kemungkinan kanker lambung.
- varises esofagus
- Gastritis erosiva
- Keganasan SCBA
- Lesi Mallory Weiss
- Tukak peptik
- Hemobilia dll
- Endoskopi dini dan USG
- Foto Barium dengan kontras ganda, jarang dilakukan
Bedah digestif, bila perdarahan tidak dapat diatasi segera atau
perdarahan masif
Setiap penderita perdarahan saluran cerna atas dianggap kasus
darurat , sehingga harus dirawat di rumah sakit.
Tindakan umum :
- Tindakan resusitasi: tindakan pertama adalah menilai apakah
penderita dalam keadan syok apa tidak
Tanpa syok :
- Perdarahan < 500 cc observasi
- Periksa Hb, Ht secara berkala untuk evaluasi kemungkinan
tranfusi
- Tranfusi bila :
- TD sistolik < 100mmHg, Nadi>100x/ 1 mnt, Hb < 9 gr%
- Perdarahan 500 - 1000 cc: evaluasi untuk tranfusi sambil
terpasang cairan infus kristaloid.
- Perdarahan masif > 1000 cc, atau Hb < 8 gr %, percepat infus
sambil menunggu darah.
Dengan syok :
- Letakkan penderita posisi terlentang tanpa bantal, kepala
miring ke samping, beri oksigen.
- Pasang kateter, ukur produksi urin.
- Bila tetap syok, beri plasma ekspander sambil menuggu darah
datang

149

Kuras lambung

Penyulit

- Bila resusitasi sudah berhasil baik, pasang NGT untuk


aspirasi isi lambung dan kuras lambung.
- Cairan lambung warna merah tua/ keruh perdarahan masih
terus terjadi. Evaluasi terus sambil persiapkan endoskopi
SCBA, sebaiknya dalam 48 jam I, setelah hemodinamika
stabil
- Dengan endoskopi dapat dilihat sumber perdarahan yang bisa
berupa :
- perdarahan berasal dari varises esofagus
- perdarahan bukan berasal dari varises esofagus
Terapi medikamentosa :
- Pemberian injeksi hemostatika :
- Transemic acid : IV / sesuai dengan kebutuhan.
- Bila perdarahan ok varices esofagus di anjurkan pemberian :
- Octreotide 2 ampul / 100 cc. NaCl / diberikan dalam 4 jam dan
bisa dilanjutkan lagi dengan dosis yang sama 4 jam setelah
pemberian I, apabila masih ada perdarahan.
- Bila perdarahan masif bisa diberikan dosis awal 1 ampul
diberikan per bolus
- Somatostatin 250 gr bolus 3 mg dalam 500cc Dextrosa 5%/
RL dalam 12 jam
- Bila hemodinamik stabil, Ligasi bandage atau skleroterapi
varises
- Pada perdarahan varises dapat diberikan injeksi skleroterapi
setelah resusitasi berhasil, atau elektif setelah beberapa
perdarahan berhenti
- Bila perdarahan o.k tukak pepetik dianjurkan pemberian :
- Cimetidine inj 200mg/IV? 4 jam selama masih ada
perdarahan , dilanjutkan dengan pemberian peroral
- Omeprazole inj. 1 ampul/ iv/ 24 jam selama masi ada
perdarahan dilanjutkan pemberian oral
- Bila perdarahan tidak teratasi , dilakukan hemostatik
endoskopi,
adanya pembuluh darah pada dasar tukak
(vissible vessel) : klip atau injeksi adrenalin, atau operasi bila
gagal.
- Amoxillin 3x500 mg, dan metronidazol 3x500 mg diberikan
pada penderita dengan hasil endoskopi tukak lambung atau
tukak duodenum disamping pemberian Omeprazole atau
ARH2
Perdarahan tidak teratasi

Informed Consent

Perlu untuk tindakan endoskopi dan biopsi

Lama rawatan

- Tergantung pada penyulitnya


- Pada perdarahan ok varises, lama rawatan 1 bulan
- Pada perdarahan ok tukak peptik lama rawatan 2 minggu

Masa pemulihan

Tergantung penyakitnya

Out put
P.A.

Tergantung penyakitnya
Perlu untuk diagnosa pasti hasil biopsi

150

PROSEDUR PENANGANAN PERDARAHAN SALURAN


CERNA BAGIAN BAWAH (PSCBB)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Merupakan perdarahan saluran cerna yang bersumber dari


bagian bawah duodenum yang bukan disebabkan oleh gangguan
pembekuan

Kriteria Diagnosis

Keluhan bisa berupa berak darah berwarna hitam, hitam


kemerahan atau darah segar
Anamnesa :
- Perlu ditanya jumlah perdarahannya, apakah masif, sedikitsedikit dan sudah berapa lama
- Apa ada demam sebelumnya, perdarahan bercampur tinja,
mencret atau lendir
Pemeriksaan P.D :
- abdomen: apakah ada tanda akut abdomen
- Penting periksa colok dubur.
Laboratorium :
- Hematologi: Darah rutin, jumlah trombosit,Ht,gol darah
- Pemeriksaan Faal hati (Bil.total, direk, SGOT, SGPT)
- Feses dan urin

Diagnosa Banding

- Tifus abdominalis dgn komplikasi


- Peradangan usus / kolitis

151

PROSEDUR PENANGANAN PERITONITIS BAKTERIAL


SPONTAN
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Peritonitis yang terjadi pada p[enyakit hati akut dan kronik


dimana tidak didapati sumber intraabdomen yang menularkan
seperti abses dan perforasi. Terjadi pada 10 - 30 % pasien
dengan asites yang berlama-lama, yang dapat disebabkan
(etiologinya) Escherechia coli, pneumococcus, Klebsiella, atau
anaerob (jararang). Patogenesisnya multifaktorial seperti
penurunan filtrasui retikuloendotelial bakteri usus, penurunan
aktifitas antibakterial, cairan asites dengan rendahnya aktiofitas
opsonik.

Kriteria Diagnosi

Klinis : Asimptomatik dan Simptomatik :


Simptomatik : Pada pasien dengan asites klasik : demam
menggigil, nyeri perut dengan rebound, peristaltik menurun.
Analisa cairan asites :
Asimptomatik : sel > 1000/mm3, tipe granulositik atau sel >
1500 neutrofil/mm3.
Simptomatik : Sel > 250 Neutrofil/mm3.

Diagnosa Banding

a. Peritonitis TBC
b. Peritonitis Sekunder

Pem. Penunjang

- U S G.
- Analisa dan biakan cairan asites.

Perawatan RS

Rawat inap sesuai dengan sirosis dekompensata.

Terapi

Sefalosporin generasi III minimal 55 hari intravena atau


Amoksisilin Asam klauvulanat.

Penyulit

Ensefalopati hepatik.

Lama rawatan

2 - 4 minggu.

Masa pemulihan

1 minggu

Out put

Sirosis hati kompensata.

152

PROSEDUR PENANGANAN SINDROMA HEPATO


RENAL
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Gagal ginjal fungsional yang progresif pada penyakit hati yang


berat. Kebanyakan pada penderita Sirosis hati dekompensata
dengan asites yang tegang. Ginjal secara anatomis dan
histologis normal. Etiologi (pasti tidak diketahui tetapi sering
akibat pemakaian diuretik yang berlebihan, parasentesis,
perdarahan saluran cerna, diare.

Kriteria Diagnosi

Azotemi progresif oliguri/anuri Osm kemih / Osm plasenta


rasionya > 1.
Konsentrasi Na kemih < 10 mEq/L,
Urinalisis normal.

Diagnosa Banding

Gagal Ginjal Akut.

Pem. Penunjang

- U S G.
- Urinalisis.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam (Nefrolog).

Perawatan RS

Perlu (rawat inap)

Terapi

Mengenali, mengurangi dan menghilangkan faktor pencetus


gagal ginjal.
- Hentikan penggunaan diuretika, penggantian cairan tubuh
(perdarahan, diare).
- Hentikan pemakaian obat yang menghambat prostaglandin.
- Tingkatkan (ekspansi) volume plasma dengan albumin.
- Dialisis pada pasien yang potensial reversibel, Transplantasi
hati.

Out put

90 % meninggal

153

PROSEDUR PENANGANAN SIROSIS HATI


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Penyakit hati menahun dengan proses peradangan, nekrosis sel


hati, usaha regenerasi dan penambahan jaringan ikat difus
dengan terbentuknya nodul-nodul yang mengganggu susunan
lobulus hati, dapat disebabkan oleh Virus hepatitis B, C dan D,
alkohol, gangguan
metabolisme (DM, penyakit Wilson,
Hemokromatosis, Galaktosemi), Kolestatik bilier yang lama,
bendungan vena hepatika yang lama, skistosomiasis, obatobatan, malaria, sirosis primer ataupun kriptogenik (idiofatik).

Kriteria Diagnosi

Klinis :
Gejala pada stadium awal tidak khas, seperti cepat letih,
anoreksi, berat badan semakin menurun, diare atau konstipasi,
kemih warna kuning tua, demam sore dan malam hari, ikterus,
udem pretibial, eritema palmaris, spider naevi, splenomegali
dengan atau tanpa hepatomegali dan asites, ginekomasti dan
atrofi testis serta hiperpigmentasi, venakolateral dinding perut
(Caput Medusae).
Laboratorium :
Bilirubin darah dan transaminase meninggi, albumin darah
menurun sedangkan gamma globulin meninggi.
USG:
Perobahan ukuran, permukaan pinggir dan parenkim hati serta
perobahan pembuluh darah didalamnya, juga perobahan ukuran
limpa, vena lienalis, dan adanya asites.

Diagnosa Banding

a. Hipertensi portal nom sirotik.


b. Sirosis dengan hepatoma.

Pem. Penunjang

- U S G.
- CT Scan.
- MRI Upper abdomen.

Konsultasi

Bedah digestif bila ada kemungkinan shunt.

Perawatan RS

Bila sirosis dekompensata.

Terapi

Sirosis Kompensata :
Latihan jasmani hanya boleh yang ringan saja.
Diet Kalori dengan protein 1 mg/KgBB/H.
Roboransia.
Sirosis dekompensata :
- Penanganan asites (lihat bagian asites).

154

- Penanganan Ensefalopatihepatik (lihat Ensefalopatihepatik).


- Penanganan perdarahan varices esofagus (lihat bagian ybs).
- Penanganan Sindroma hepatorenal (lihat bagian ybs).
Penyulit

Asites, Ensefalopati hepatik, peritonitis bakterial spontan,


perdarahan varices esofagus, hipertensi portal, sindroma
hepatorenal

Lama Perawatan

Tergantung penyulit, rata-rata 2 4 minggu.

Masa Pemulihan

2 minggu

Out put

Menjadi Kompensata.

Informed Concent

Perlu bila ada biopsi.

P.A

Perlu untuk diagnosa pasti.

155

PROSEDUR PENANGANAN ABSES HATI AMUBIK


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Proses infeksi akibat masuknya tropozoit Entamoeba histolytica


kedalam hati melalui vena porta menyebabkan nekrosis sentra
lobulus hati.

Kriteria Diagnosi

Nyeri perut kanan atas, demam, hati membesar dengan


fluatuasi dan nyeri tekan, lekositosis polimorfonuklear, anemi,
peningkatan Laju Endap Darah, sedikit kenaikan bilirubin
konyugasi.

Diagnosa Banding

a. Hepatitis Amubik
b. Abses hati piogenik.
c. H e p a t o m a.
d. Pneumoni lobus kanan bawah.
e. Demam oleh sebab-sebab lainnya

Pem. Penunjang

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam.

Perawatan RS
Terapi

Harus
Medikamen :
- Metronidazol 3x750 mg/h selama 10 hari,atau
- Tinidazole 3X800 mg/h selama 5 hari atau
- Seknidazol 3 x 1 tablet / h selama 5 hari.
Tindakan : Aspirasi perkutaneus dituntun USG

Penyulit

Fistula hepatobronchial,effusi pleura/empiema paru, abses paru


amubik, konsolidasi paru, perikarditis amubik / effusi perikard,
peritonitis amubik, abses otak amubik, perforasi ke gaster dan
kolon mengakibatkan perdarahan saluran cerna

Lama Perawatan

7 hari

Masa Pemulihan

3 hari

Out put

Sembuh total. Jarang relaps (kambuh)

Informed Concent
P.A

Perlu untuk melakukan aspirasi


Perlu

Darah lengkap : leukositosis


Faal hati : Meningkat
Foto torak : gambaran doom diafragma
USG : Ecoic lucent, Uji serologi (CFT Elisa ), Aspirasi/ PA.

156

PROSEDUR PENANGANAN A I D S
(Acquired Immune Deficiency Syndrome)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Sindroma (kumpulan gejala) yang timbul akibat menurunnya


kekebalan tubuh akibat tertular virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus)

Kriteria Diagnosis

Terdapatnya riwayat kontak seksual dengan bukan pasangannya,


menerima transfusi darah, mendapat suntikan atau tindakan
invasif lain.

Pem. Penunjang

Penilaian kadar antibodi HIV secara ELISA dikonfirmasi


dengan Western Blot, kadar CD4, gamma globulin, sel T helper.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam

Perawatan RS

Untuk
melindungi
pengobatan/perawatan

Terapi

Antiretroviral :
Zidovudin + Didanosin atau
Zidovudin + Zalcitabin atau
Zidovudin + Lamivudin atau
Didanosin atau :
Obat-obat diatas ditambah penghambat protease yaitu indinavir,
saquinavir, nelvinavir.
Kalau gagal , beri obat pengganti.
Dosis :
Zidovudin : 200 mg/8 jam atau 5 x 100 mg PO
Didanosin : BB 60 kg : 200 mg/12 jam PO < BB 60 kg : 125
mg/12 jam PO
Zalcitabin : BB 60 kg : 0,75 mg/8 jam PO < BB 60 kg :
separuhnya
Lamivudin : 150 mg/ 12 jam PO.
Indinavir : 800 mg/ 8 jam PO.
Saquinavir : 600 mg/ 8 jam PO.
Nelvinavir : 750 mg/ 8 jam PO.
Antijamur :
Amfoterisin B : 0,6 mg/kgBB/hari/IV (total maksimal 2
gram/hari) dilanjutkan 1 mg/kg BB/minggu atau :
Intrakonazol 1-2 x 200 mg/hari PO selama 2 bulan sampai 1
tahun atau :
Flukonazol : 400 mg diikuti 200-400 mg/hari atau 3-6
mg/kgBB/hari
Immunomodulator :
Interferon gamma dan alfa, Interleukin-2. Tumor Necrotizing

penderita

dari

infeksi

luar

157

Factor (TNF), Human Granulocyte Stimulating Factor (HGSF),


Levamisol.
Penyulit

Tergantung organ yang terlibat.

Lama Perawatan

Sesuai klinis

Masa Pemulihan
Out put

Umumnya meninggal, sebagian sehat sementara

Informed Concent

Perlu

P.A

Untuk kecurigaan neoplasma

Otopsi/Risalah
rapat

Perlu

158

PROSEDUR PENANGANAN DEMAM


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Kenaikan suhu tubuh yang disebabkan oleh kenaikan titik tetap


(set point) suhu di hipotalamus.

Kriteria Diagnosis

Suhu badan istirahat > 37,60C pada pengukuran oral.

Diagnosa Banding

a. Demam Trivial (1-3 hari) : Common Cold, Malaria, Infeksi


Saluran Kemih.
b. Demam tanggung (4-7 Hari) : Infeksi Virus.
c. Demam serium (> 7 hari ) :
- Bakteri : Demam Tifoid Tuberkulosis.
- Virus : Dengue.
- Protozoa : Amebiasis, Toksoplasmosis.
- Spirocheta : Leptospirosis.
- Cacing : Filariasis.
d. Prolonged Fever (Demam berkepanjangan) : Kenaikan suhu
38,30C atau lebih selama beberapa minggu, misal : Demam
yang tak diketahui penyebabanya (Febris of Unknown
Origin atau FUO).

Pem. Penunjang

Darah lengkap, hapusan darah tepi, urinalisa rutin , tinja


lengkap, uji widal, biakan darah, pemeriksaan enzim-enzim
serum uji imunologik (ASTO, CRP, ANA dsb).

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam.

Perawatan RS

Rawat inap untuk demam yang lama (> 2 minggu), demam yang
munculnya perlahan-lahan, demam dengan perdarahan, demam
kejang-kejang, dan demam dengan kesadaran yang menurun.

Terapi

Umum : Dipiron (antalgin) tablet 3 x 500 mg/hari, ataupun


injeksi parasetamol 3 x 500 mg/hari.
Khusus : Lihat uraian diagnosa/terapi masing-masing penyakit
penyebab demam.

Lama Perawatan

7 - 14 hari.

Masa Pemulihan

1 minggu.

Out put
Informed Concent
P.A

Sembuh total.
Tidak perlu.
Tidak diperlukan.

159

PROSEDUR PENANGANAN DEMAM BERDARAH


(DENGUE HEMORRHAGIC FEVER/DHF)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh masuknya virus dengue


(arbovirus) melalui gigitan nyamuk Aedes dan, menimbulkan
manifestasi klinis berupa demam akut, perdarahan serta
kecenderungan terjadinya renjatan yang dapat berakibat fatal.

Kriteria Diagnosis

Dengue klasik :
demam akut selama 2-7 hari dan turun secara lisis, bisa naik
kembali setelah beberapa jam sampai 2 hari selama 1-2 hari,
disertai tes torniquet positif dengan atau tanpa perdarahan
spontan.
DHF derajat I : Disertai trombositopenia (trombosit </= 100.000
/mm3 dan hemokonsentras (kenaikan hematokrit >/= 20 % ).
DHF derajat II : Disertai perdarahan spontan
DHF derajat III : disertai kegagalan sirkulasi, tekanan nadi </=
20mmHg, hipotensi, dingin, kulit basah, gelisah.
DHF derajat IV : Disertai renjatan, tensi dan nadi tidak terukur.

Diagnosa Banding

a. Purpura Trombositopenik.
b. Lekemia stadium lanjut.
c. Anemia aplastik.
d. Sepsis.

Pem. Penunjang

Darah lengkap, Serologik (Haemaglutinin Inhibition Test,


Complement Fixation Test).

Konsultasi

Spasialis Penyakit Dalam.

Perawatan RS

Perlu.

Terapi

Simtomatik : Dipiron 3 x 500 mg PO atau injeksi atau


Parasetamol 3x500 mg PO
Asam traneksamat 500 mg/ 8jam IV
Infus cairan Ringer Laktat (RL) kalau kenaikan hematokrit >/=
20%.
Transfusi trombosit bila sampai pada derajat II
Dengue Syok Sindrome/DSS (derajat III-IV) : Oksigen 2-4
liter/m
Infus RL /NaCI 0,9 % 10-20 ml/ kg BB dalam 30 menit.
Bila renjatan tak teratasi :
- Infus diatas dilanjutkan dengan 15-20 mg/kgBB /jam.
- Infus Dextran atau kolloid plasma atau FFP dengan dosis 1020 ml/kg BB/jam sampai renjatan teratasi.
- Koreksi asidosis.

160

Bila renjatan teratasi : Infus RL ml/kgBB/jam (selama 24 jam)


dilanjutkan dengan 5ml/kgBB/ jam.
Penyulit

Koagulasi Intravaskular Disseminata

Lama Perawatan

7 hari.

Out put

Dengue klassik sampai derajat II sembuh total.


DSS, Case Fatality Rate tinggi

Informed Concent

Tidak perlu.

P.A

Tidak perlu

161

PROSEDUR PENANGANAN DEMAM TIFOID


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Penyakit sistemik akut dan menular yang disebabkan infeksi


Salmonella tiphi.

Kriteria Diagnosis

Demam lebih dari 5 hari, naik turun secara bertangga, tidak


pernah mencapai normal, bradikardi relatif, pembesaran hati dan
limpa, bintik-bintik roseola, keluhan gastro-intestinal, toksemia,
ditemukan Salmonella pada biakan darah, tinja ataupun urin.

Diagnosa Banding

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pem. Penunjang

Darah lengkap, Urinalisa, Faal Hati, ureum/ kretinin, biakan


darah, urin tinja, sumsum tulang, empedu, serologik (widal,
immunofluoresen ).
Foto toraks, EKG.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam.

Perawatan RS

Harus

Terapi

Tirah Baring
Supportif : Diet tinggi kalori rendah serat/ cellulose.
Kausal :
- Kloramfenikol 4 x 500 mg PO (10-14 hari) atau :
- Tiamfenikol 4 x 500 mg / h PO atau;
- Kotrimoksazol forte 2 x 1tab selama 7 hari atau
- Ampisilin trihidrat 4 x1gram/h,14 atau.
- Amoksilin 4 x 500 mg/h 14 -21 hari.
Pada demam Tifoid yang sangat toksik yaitu demam tinggi,
kesadaran menurun, gelisah, terapi diatas ditambah dengan
injeksi Dexametason 3 mg/kgBB dalam Ringer Laktat 2
cc/kgBB, di infuskan selama 30 menit dilanjutkan dengan 1
mg/kgBB/ 6jam /IV sebanyak 6 kali pemberian.
Pada demam Tifoid dengan perdarahan/ perforasi terapi kausal
diberikan parenteral, puasa 24 jam dan pemberian NPE,
transfusi darah, koreksi cairan/elektrolit & asam traneksamat
500 mg/8jam IV

Influensa.
Malaria.
Disentri Basiler.
Abses Hati Amubik.
Tuberkulosis.
Hepatitis.
Penyebab lain demam lebih dari 7 hari.

162

Penyulit

Intestinal : Perdarahan, Perforasi, ileus paralitik.


Ekstra intestinal : miokarditis, trombosis, tromboflebitis,
renjatan septik, hemolitik, trombositopenia, KID,pneumonia,
empiema, pleuritis, hepatitis, kolesistitis, glomerulonefritis,
pielonefritis, perinefritis, osteomielitis, periotitis, spondilitis,
artritis, psikosa, meningitis, meningismus, polineuritis perifer,
sindroma Guillain Barre

Lama Perawatan

14 hari.

Masa Pemulihan

6 hari.

Out put

Penyembuhan atau sebagai Carrier.

Informed Concent

Perlu.

P.A

Tidak perlu

163

PROSEDUR PENANGANAN DISENTRI AMUBA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Penyakit infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh Entamuba


histolitika dgn gejala diare, tenesmus & berak darah disertai
mucus

Kriteria Diagnosis

Ditemukannya trofozoiddan atau kista dlm tinja secara


Mikroskopik
Gejala klinis : diare dengan tenesmus, muntah, nyeri abdomen,
demam, tinja berbau amis.

Diagnosa Banding

a. Disentri basiler.
b. Kolitis Ulserosa.
c. Irritable Bowel Syndrome (IBS).
d. Tumor kolon

Pem. Penunjang

Tinja rutin
Biakan Entamoeba histolyca.
Foto Barium
Kolonoskopi
Tes serologis

Konsultasi
Perawatan RS
Terapi

Spesialis Penyakit Dalam


Bila keadaan umum jelek.
MetronIdazol 3x750 mg/hari selama 10 hari atau Seknidazol 2
gr (4 tablet) dosis tunggal. Atau 2x1 gram selama 3 hari atau
Tinidazol 2 gr dosis tunggal atau Tetrasiklin 4x500 mg/hari
selama 10 hari
Perforasi intestinal Apendisitis amubik.
Abses hati amubik.
Perdarahan massif.
Ameboma.
Striktur amubik.
Pleuropulmonari amebiasis.
Perikarditis amubik.
Cerebral amebiasis.
Kutaneus amebiasis.

Penyulit

Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Out put

10 hari.
3 hari
Sembuh

Informed Concent
P.A

Tak diperlukan.
Tidak perlu

164

PROSEDUR PENANGANAN DISENTRI BASILER


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Penyakit infeksi saluran cerna yang disebabkan bakter dengan


gejala mual, muntah, demam, dan diare yang disertai darah.

Kriteria Diagnosis

Ditemukannya kuman dalam tinja


Gejala klinis : Nyeri perut, tenesmus, demam, menggigil,
anoreksi, tinja bercampur darah dan mukus.

Diagnosa Banding

A.
B.
C.
D.
E.

Pem. Penunjang

Tinja rutin : ditemukan banyak lekosit dan eritrosit. Biakan tinja

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam.

Perawatan RS

Kalau keadaan umum jelek dan mencegah penyebaran infeksi

Terapi

Kausal : Kotrimokazol forte 2x1 tablet/h selama 5 hari atau;


Siprofloksasin 2 x 750 mg (kontra indikasi pada wanita hamil
dan anak dibawah 12 tahun)

Penyulit

Dehidrasi, Asidosis, Artritis.

Lama Perawatan

5 hari.

Masa Pemulihan

1 minggu.

Out put

Sembuh total.

Informed Concent

Tidak perlu.

P.A

Tidak perlu

Disentri amuba.
Salmonella enterokolitis.
Enterotoxigenic E. coli.
Campilobacter enteritis.
Kolitis ulserosa

165

PROSEDUR PENANGANAN GASTROENTERITIS


KOLEROFORMIS
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Penyakit infeksi akut saluran cerna manusia disebabkan serotip


Vibrio cholerae.

Kriteria Diagnosis

Diare akut dan berat (frekwensi > 6 x /hari, bisa > 1 L/jam),
tinja tidak berbau, tidak mengandung darah ataupun pus,
(seperti air cucian beras) dan tidak ada disertai mulas.

Pem. Penunjang

Mikroskopis (Lapangan gerlap ataupun fluoresen) : Biakan


tinja, Aglutinasi serologik spesifik.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam

Perawatan RS

Harus

Terapi

Kausal :
- Tetrasiklin HCL 500 mg (awal) dilanjutkan 4x500 mg/hari
selama 3 hari
- Kloramfenikol 500 mg (awal) dilanjutkan 4x500 mg/hari
selama 3 hari
- Kotrimoksazol forte 2x1 tablet/hari selama 5 hari.
- Doksisiklin 2 x 200 mg/hari (hari I) diteruskan dengan 1x100
mg/hari selama 5 hari.

Penyulit

Dehidrasi, asidosis, hipokalemi, hipotensi.

Lama Perawatan

3 hari.

Masa Pemulihan

2 hari.

Out put

Sembuh total.

Informed Concent

Tak perlu.

166

PROSEDUR PENANGANAN KERACUNAN


HIDROKARBON
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Kumpulan gejala klinis akibat terpapar bahan kimia


hidrokarbon (misalnya : DDT, TDE, DFDT, Aldrin, Chlordane,
Eldrin, Dieldrin).

Kriteria Diagnosis

Ada riwayat pemaparan (terminum, terhirup, kontak dengan


kulit atau mata). Manifestasi pneumositis aspirasi (batuk,
perasaan tercekik, muntah, tanda-tanda bronkhopneumoni).
Manifestasi sistem (kebingungan, vertigo, lesu, sinkop, koma,
henti nafas, aritmia jantung, gangguan fungsi hati dan ginjal).
Manifestasi kontak kulit/mata : iritasi, terbakar, kerusakan
kornea).

Diagnosa Banding

Tergantung bahan kimianya.

Pem. Penunjang

Analisa gas darah arteri (AGDA), elektrolit, ureum/kreatinin, tes


faal hati, foto torak, EKG.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam, Kulit, Mata, THT.

Perawatan RS

Untuk
Penanganan
endotrakheal.

Terapi

Kausal :
Kumbah lambung bila tertelan kecuali kerosens.
Bersih kulit.
Irigasi mata dengan larutan garam fisiologis bila terjadi kontak
Untuk kasus inhalasi, bebaskan jalan nafas dan beri oksigen.

Penyulit

Aspirasi pneumonia

Lama Perawatan

Tergantung klinis.

Masa Pemulihan
Out put

Umumnya sembuh bila pertolongan segera

Informed Concent

Perlu.

Otopsi/Risalah
Rapat

Perlu.

komplikasi,

Pemasangan

selang

167

PROSEDUR PENANGANAN KERACUNAN MAKANAN


(BOTULISMUS)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Suatu bentuk keracunana yang spesifik akibat penyerapan


toksin botulin dari makanan yang tercemar Clostiridium
botulinum dan sering berakibat fatal.

Kriteria Diagnosis

Riwayat memakanan makanan yang tercemar Cl. botulinum


atau sporanya. Manifestasi klinis :mual, muntah, mulut kering,
nyeri tenggorokan, vertigo, ptosis, disartria, konstipasi gejala
neurologik (diplopia, disfonia, disfagia kelelahan, paralisis
desending,) midrasis, kesadaran normal.
Masa inkubasi beberapa jam sampai 8 hari (umumnya 18-36
jam)

Diagnosa Banding

a.
b.
c.
d.

Pem. Penunjang

Indentifikasi toksin pada makanan yang dicurigai, dari sampel


muntahan, tinja dan darah.
Elektrolit, AGDA, analisis CSF.
EEG.

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam.


Spesialis THT.
Spesialis Penyakit Syaraf.

Perawatan RS
Terapi

Harus.
Langsung : intubasi trakhea, kalau gagal nafas dilakukan
ventilasi mekanis.
Katartik, enema.
Medikamen :
- Prokain penisilin 1,2 juta unit 12 jam
- Antitoksin : ABE Trivalen 1 vial/ 4 jam (minimal 4-5 x
pemberian)
Gagal nafas.
7 hari.
7 hari.
Tergantung strain (bisa fatal).
sembuh dengan sekuele neurologik.
Perlu.
Tidak perlu.

Penyulit
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Out put
Informed Concent
P. A.

Miastenia gravis.
Sindroma Guillan Barre.
Poliomielitis Akut.
Sindroma Eaton-Lambert.

168

PROSEDUR PENANGANAN KERACUNAN OPIAT


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Kumpulan gejala klinis akibat intoksikasi obat yang kerjanya


menyerupai morfin.

Kriteria Diagnosis

Ringan : Perubahan Mood, euforia, mual, kadang-kadang


muntah, miosis, hipotensi, bradikardia, kelemahan otot.
Berat : Depressi pernafasan, vasodilatasi perifer, pupil, pin
point, udem paru, koma, bisa terjadi kematian mendadak.

Diagnosa Banding

Tergantung jenis obat.

Pem. Penunjang

Laboratorium rutin, elektrolit, AGDA.


Foto toraks.

Konsultasi

- Spesialis Penyakit Dalam.


- Spesialis Penyakit Jiwa.

Perawatan RS

Pemberian antidotum.
Penanggulangan komplikasi.

Terapi

Langsung, Antidotum :
Naloksan 0,4 mg IV.
Methadon 10 mg PO untuk gejala withdrawal, diulang tiap 4-8
jam, kemudian turunkan dosis setelah 24 jam.
Clonididn 0,1 mg/hari (10-14 hari) bila terjadi keracunan
Methadon.
Bebaskan jalan nafas, kalau perlu ventilasi mekanik, beri
oksigen.
Atasi koma, kejang hipotensi dan udem paru (bila terjadi).

Penyulit

Udem paru.

Lama Perawatan

Tergantung penyulit.

Out put

Tergantung penyulit.

P. A.

Tidak perlu

Otopsi/Risalah
Rapat

Perlu.

169

PROSEDUR PENANGANAN KERACUNAN


ORGANOPOSFAT
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Kumpulan gejala klinis akibat terpapar bahan insektisida


organoposfat (suatu penghambat kolinesterase) baik pada kulit
maupun saluran makanan.

Kriteria Diagnosis

Terdapat riwayat pemaparan.


Gejala muncul sekitar 2 jam pemaparan.
Hiperhidrosis, hiperlakrimasi, muntah, diare, kelemahan otot,
kejang, gangguan kesadaran miosis, bronkhoreamengi.
Tergantung jenis bahan kimia
Sampel darah untuk pemeriksaan kadar kolinesterase eritrosit/
plasma.

Diagnosa Banding
Pem. Penunjang
Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam.


Spesialis Penyakit Jiwa.

Perawatan RS

Harus,tindakan awal dilakukan di IGD

Terapi

Tindakan Umum :
- Tirah Baring, kumbah lambung, klisma tinggi.
- Oksigen 2-4 liter / menit.
- Infus Ringer Laktat 40 tetes/menit
- Monitor EKG dan Refleks pupil.
Tindakan Khusus :
Pasien sadar :
Sulfas atropin 2 mg/ IV kemudian 0,5 mg/ 30 menit sampai
terjadi atropinisasi, dilanjutkan dengan 0,25/4 jam sampai
24 jam.
Pasien tidak sadar :
Sulfas atropin 4 mg / IV dilanjutkan 2 mg/30 menit
sampai pasien sadar, kemudian 0,5 mg/30 menit sampai
atropinisasi, selanjutnya 0,25/ 4 jam sampai 24 jam.

Penyulit

Udem paru akibat :


- Gangguan aktivitas Pace Maker
- Gangguan konduksi atrioventrikular.

Lama Perawatan
Masa Pemulihan

3 hari.
1 hari.

Out put
P. A.

Umumnya sembuh.
Tidak perlu

170

PROSEDUR PENANGANAN MALARIA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Penyakit infeksi yang disebabkan sporozoa genus plasmodium


ditandai dengan serangan demam paroksismal dan periodik
disertai anemi, pembesaran limpa dan kadang-kadang penyulit
lainnya.

Kriteria Diagnosis

Riwayat pemaparan di daerah endemik malaria, serangan


menggigil diikuti demam dan berkeringat banyak yang bersifat
periodik, splenomegali.
Laboratorium : Terhadap plasmodium pada pemeriksaan darah
tepi.

Diagnosa Banding

a. Influensa.
b. I.S.K.
c. Demam tifoid.
d. Hepatitis.
e. Demam Dengue.
f. Abses hati amuba.
g. Leptospirosis.

Pem. Penunjang

Darah / Urine lengkap, hapusan darah tebal / tipis , Faal hati.

Konsultasi
Perawatan RS
Terapi

Spesialis Penyakit Dalam.


Bila terjadi resistensi antimalaria.
Bergantung pada jenis plasmodium, beratnya penyakit, dan
resistensi terhadap obat, Lengkapnya dapat dilihat pada
lampiran malaria.
Khususnya pada Malaria Falsifarum :
Malaria serebral.
Shock Lung Syndrome.
Gagal ginjal akut.
Hemolisis akut.
Kelainan Gastrointestinal.
Hipoglikemia.
Asidosis Metabolik.
Gagal Nafas.
Malaria Algida.

Penyulit

Informed consent
Lama Perawatan
Out put
P. A.

Tak perlu
7 hari
Sering kambuh kembali
Tidak perlu.

171

PLASMODIUM

KLINIS

FALSIPARUM.
Terpapar di
daerah Resisten
Klorokin Atau :
Infeksi iketahui
Resisten
Klorokin

FALSIPARUM
Terpapardi
daerah yang tak
diketahui
Resisten
Klorokin.

OBAT PILIHAN

OBAT ALTERNATIF

Berat

Kuinin dihidroklorida 20
mg/kgBB dalam 220
NaCI 0,9% diinfuskan
Selama 4 jam diikuti
10mg/kgBB tiap 8-12
jam. + Pyrimetaminsulfadoksin 3 tablet dosis
tunggal.
Atau : Kuinidin glukonat
10-15 mg/kg BB dalam
500 ml NaCI + glukosa
isotonik selama 2 jam,
diikuti 1-1,5 mg/kgBB/
jam selama maksimal 72
jam + Pyrimetaminsulfadoksin 3 tablet
dosis tunggal.

Kuinin dihidroklorida 20 mg/


kgBB dalam 200 ml NaCI
0,9% diinfuskan Selama 4 jam
diikuti 10 mg/kgBB setiap 812 jam. + Tetrasiklin 4x500 mg
selama 7 hari.
Atau : Kuinidin glukonat 1015 mg/ KgBB dalam 500 ml
NaCI + Glukosa isotonik
selama 2 jam, diikuti 1-1,5 mg/
kgBB/ jam selama maksimal
72 jam + Tetrasiklin 4x500mg
selama 7 hari.
Atau : Meflokin 750- 1250 mg
dosis tunggal.

Tidak

Kuinin sulfat 3x 650mg


selama 3-7 hari +
Pyrimetamin-sulfadoksin
Atau : Kuinidin sulfat 3x
650 Selama 3x7 hari +
PyrimetaminSulfadoksin 3 tablet
dosis tunggal

Kuinin sulfat 3x 650 mg


selama 3-7 hari + Tetrasiklin
4x500 mg
Atau : Kuinidin sulfat 3x650
mg Selama 3x7 hari +
Tetrasiklin 4x500 mg selama 7
hari.
Atau : Meflokin 750 1250
mg Dosis tunggal.

Berat

Kuinin dihidroklorida 20
mg/kgBB dalam 200 ml
NaCI 0,9% diinfuskan
selama 4 jam diikuti 10
mg/kgBB setiap 8-12 jam
Diikuti : Klorokuin
posfat/diposfat 600 mg
diikuti 300 mg pada jam
ke 6, 24 & 48 Atau :
Kuinidin glukonat10-15
mg/kgBB dalam 500 ml
NaCI + glukosa isotonik
selama2 jam, diikuti 1-,5
mg/kgBB/jam selama
maksimal 72 jam
Diikuti :
Klorokuin posfat/diposfat
600 mg diikuti 300 mg
pada jam ke 6, 24 & 48.

Klorokuin dihidroklorida 300


mg tiap 8-12 jam IM diikuti
(kalau sudah bisa minum ) :
Klorokuin posfat/ diposfat 600
mg diikuti 300 mg pada jam ke
6,24 & 48.
Atau : Klorokuin
dihidroklorida 10 mg/ kg BB
dilarutkan dalam 500ml NaCI
0,9% diberikan selama 8 jam
Diikuti : Klorokuin posfat/
diposfat NaCL 0,9% diberikan
dalam 8 jam, diulang 3 kali
Diikuti : Klorokuin posfat /
diposfat 600 mg diikuti 300 mg
pada jam ke 6, 24 & 48.

Tidak
berat

Amodiakuin600 mg (inisal)
Klorokuin posfat/diposfat Diikuti
600 mg diikuti 300 mg
300-400 mg pada jam ke 24
pada jam ke 6, 24 & 48.
dan 48.

172

FALSIPARUM
Berat
Terpapar di
daerah yang
diketahui resisten
Klorokuin dan
Pyrimetamin
sulfadoksin atau
infeksi iketahuai
resisten
Klorokuin dan
Pyrimetamin
sulfadoksin atau
daerah
pemaparan tak
diketahui .

Kinin dihidroklorida 20
mg/KgBBperdrip selama
4 jam Diikuti 10 mg/kg
BB setiap 8-12 jam .
+ Tetrasikilin 4 x500 mg
sselama 7 hari.
Atau :
Kinidin glukonat 10-15
mg/KgBB dalam 500 ml
NaCI + glukosa isotonik
selama 2 jam, diikuti 11,5 mg/kgBB/jam selama
maksimal 72 jam +
Tetrasiklin 4x 500 mg
selama 7 hari.

Kinin dihidroklorida 20 mg/


KgBB perdip selama 4 jam
Diikuti 10 mg/kgBB setiap
8-12 jam. + Meflokin 7501250 mg dosis tunggal.
Atau :
Kinidin glukonat 10-15 mg/
KgBB dalam 500 ml NaCI +
glukosa isotonik selama 2 jam,
diikuti 1-1,5 mg/kgBB/jam
selama maksimal 72 jam +
Meflokin 750-1250 mg dosis
tunggal.

Tidak
Berat

Kinin sulfat 3x 650 mg


Selama 3-7 hari. +
Tetrasiklin 4x500 mg
selama 7 hari.
Atau
Kinindin sulfat 3x650 mg
Selama 3-7 hari. +
Tetrasiklin 4 x 500 mg
selama 7 hari.

Amodiakuin 600 mg (inisial)


diikuti 300-400 mg pada jam
ke 24 dan 48.
Primakuin 1x15 mg PO
Selama 14 hari.

MALARIA
VIVAX &
OVALE

Klorokin posfat / diposfat


600 mg diikuti 300 mg
pada jam ke 6, 24 & 48.
Diikuti :
Primakuin 1 x 15 mg PO
Selama 14 hari

TAK
DIKETAHUI

= FALSIPARUM

= FALSIPARUM

INFEKSI
CAMPURAN

= FALSIPARUM
DIIKUTI SPESIES
LAIN

= FALSIPARUM DIIKUTI
SPESIES YANG LAIN.

173

PROSEDUR PENANGANAN RABIES


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Definisi

Penyakit infeksi akut susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh


virus rabies (Rhabdo virus) dan hampir selalu berakhir dengan
kematian.

Kriteria Diagnosis

Ada riwayat gigitan hewan.


Manifestasi klinik : hidrofobia, aerofobia,inspirasi, yang
menyentak-nyentak, spasmus otot bantu pernafasan, kepala
tertarik kebelakang, opistotonus, kejang umum, parese /
paralise, hipersalivasi, hiperhidrosis, hiperlakrimasi, tindak
tanduk maniakal, agresif, meningismus, hiperestesia, fluktuasi
tekanan darah dan tempratur yang tinggi, diabetes insipidus,
libido meningkatkan dengan orgasme spontan.

Diagnosa Banding

A.
B.
C.
D.

Pem. Penunjang

Isolasi virus.
Uji antibodi fluoresen (Fluorescent Antibody Test = FAT)

Konsultasi

Spesialis Penyakit Dalam

Perawatan RS

Sangat perlu.

Terapi

Profilaksi :
- A T S 5000 10000 subkutan
- Human Diploid Cell Vacicine HDCV 0,5
- 1 ml suntikan subkutan atau IM pada hari 0, 3, 7, 14, dan 28.
- Nerve Tissue Vaccine (Verorav).

Penyulit

Kelumpuhan otot-otot pernafasan, Apnu.

Informed consent

Perlu.

Lama Perawatan

Umumnya sampai pasien meninggal

Out put

Infaus / fatal.

P. A.

Tidak perlu

Histeria
Intoksikasi obat (strichin, fenotiazin, canabis)
Ensefalomielitis herpes simplex
Tetanus.

174

PROSEDUR PENANGANAN TETANUS

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi
Kriteria Diagnosis

Diagnosa Banding

Pem. Penunjang
Konsultasi
Perawatan RS
Terapi

Penyulit
Informed consent
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Out put
P. A.

Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Clostiridium tetani yang


menghasilkan toksin tetanospasmin yang mengakibatkan
ketegangan otot seluruh tubuh diikuti kejang otot paroksismal
Manifestasi klinis : timbul mendadak, dimulai dengan
ketegangan otot terutama rahang dan leher, diikuti trismus dan
opistotonus, risus sardonikus, kejang rangsang atau spontan.
Ada riwayat luka/trauma.
a. Abses Retrofaringeal.
b. Abses ginggiva berat.
c. Infeksi Akut Susunan Syaraf Pusat.
d. Keracunan strichnin / fenotiazin
Darah Lengkap.
Spesialis Penyakit Dalam
Perlu
Pasien dirawat di ruangan yang sejuk dan tenang (isolasi).
1. Hilang sumber toksin.
a. Eksplorasi luka.
b. Antibiotik.
Prokain Penisilin 1,2 juta unit/ 12 jam IM selama 10 hari
atau : Eritromisin 4x 500 mg PO selama 10 hari atau
Klindamisin 4x 300 mg PO atau
Tetrasiklin 4x 500 mg PO atau
Metronidazol 2 x 2 gram PO selama 10 hari.
2. Netraliser toksin bebas.
- Anti Toksin Tetanus 10.000 unit IM.
- Atau : Tetanus Immuno Globulin Human 500 unit IM.
3. Cegah / atasi kejang.
Injeksi Diazepam 50 mg dalam 500 ml NaCI 0,9 %, 20 tetes/
menit (150 mg/hari).
Bila masih kejang, injeksi Diazepam 10 mg/jam, maksimun
pemverian 400 mg sehari.
Bila masih kejang berikan injeksi Klorpromazin 25-75 mg /
hari IM atau Fenobarbital.
4. Perawatan jalan nafas, kalau perlu ventilasi mekanik.
Spasme otot pernafasan dan obstruksi jalan nafas.
Perlu.
14 hari.
14 hari.
Umumnya sembuh.
Tidak perlu

175

PROSEDUR PENANGANAN DIABETES MELLITUS


TERDIRI DARI :
1. DIABETES MELLITUS TIPE I ( IDDM ).
2. DIABETES MELLITUS TIPE II (NIDDM).
3. DIABETES MELLITUS MALNUTRISI (MRDM).
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosis

Gejala klinis polifagi, polidipsi, poliuri, pruritus, berat badan


menurun dalam waktu singkat yang tidak dapat diterangkan,
lemah (kekuatan fisik menurun).
Kadar glukosa plasma puasa > 140 mg/dl.
Kadar glukosa plasma 2 jam setelah mendapat beban 75
gram gula 2 jam > 200 mg/dl.

Diagnosa Banding

- IDDM didapatkan umumnya pada usia < 30 tahun.


- NIDDM didapatkan umunya pada usia > 40 tahun.
- MRDM didapatkan umumnya pada usia antara 30-40 tahun
dan mempunyai riwayat malnutrisi.
- Diabetes melitus sekunder (misal Pemakai kortikosteroid
jangka lama, penyakit cushing, akromegali/gigantis, stress
hyperglycemia)

Pem. Penunjang

- Pemeriksaan urin : reduksi protein.


- HbA1, HbA1c, Fruktosamin.
- Trigliserida, kolesterol total, HDLkolesterol
LDL kolesterol.
- Foto sinar - X dada, abdomen untuk melihat kalsifikasi
pankreas.
- E K G.

Rujukan

Indikasi R. Inap

Spesialis Mata.
Spesialis Saraf.
Spesialis Paru.
Spesialis
Penyakit
Dalam
gastroenterologi).
- Spesialis Rehabilitasi Medik.
- Spesialis Bedah.
- Spesialis Gizi.

(ginjal,

kardiologi,

Krisis ketoasidosis diabetik.


Krisis hiperglikemia hiperosmoler nonketotik.
Infeksi.
Glukosa darah tinggi tidak terkontrol dengan diet, latihan
jasmani dan obat penurun glukosa darah oral untuk NIDDM.
Pengobatan :
- Diet sesuai dengan berat badan, tinggi badan, aktifitas, usia,
penyakit penyerta.
- Latihan jasmani disesuaikan dengan kebugaran jasmani

176

penderita.
- Obat penurun glukosa darah oral (gol. Sulfonilurea, biguanid,
acarbose) bagi NIDDM yang tidak terkontrol dengan diet dan
latihan jasmani.
- Insulin bagi IDDM, bisa dikombinasikan dengan obat
penurun glukosa darah oral golongan biguanid atau akarbose.
- Penderita MRDM bisa dimulai dengan obat penurun glukosa
oral disamping diet dan latihan jasmani, dan bila tidak
berhasil bisa diganti dengan insulin atau gabungan insulin
dengan obat penurun glukosa darah oral.
Penyulit

Ketoasidosis sampai koma diabetik.


Hiperglikemia hieprsmoler nonketotik sampai koma diabetik.
Penyakit jantung koroner.
Gangren diabetik.
Nefropati diabetik.
Neuropati diabetik.
Kardiomopati diabetik.
TBC paru.
Hiperlipdemia.
Hipoglokimia.
Stroke.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam.

Lama Perawatan

Diperlukan waktu sekitar 2 minggu untuk mengendalikan


glukosa darah.

Masa Pemulihan

Diperlukan waktu lebih kurang 7 hari.

Hasil

Dicapai dengan glukosa darah terkendali.

177

PROSEDUR PENANGANAN DIABETES INSIPIDUS


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Kriteria Diagnosis

Gejala klinis : Poliuria, dehidrasi, rasa haus, tidur terganggu.


Laboratorium : Jumlah urin/24 jam 5-10 liter BD urin <1005.
ADH menurun.

Diagnosa Banding

1. Diabetes Mellitus : Kadar glukosa plasma meninggi.


2. Diabetes Insipidus Nefrogenik : ureum dan kreatinin plasma
meninggi.
3. Gagal Ginjal Kronik : Ureum dan kreatinin plasma meninggi.
4. Compulsive Water Drinking, Gangguan jiwa, respon ADH
normal.

Pem. Penunjang

- Foto X-Ray Kepala.


- Water Depriviation Test.

Rujukan

- Spesialis Radiologi.
- Spesialis Bedah

Indikasi R. Inap

Poliuria, dehidrasi.

Pengobatan

Ada beberapa alternatif.


1. Aqueosus vasopressin. 5-10 usc/im 3-5 x/hari.
2. Lysin vasopressin, nasal spray 1 - 20 unit setiap beberapa jam.
3. Desmopressin, 10-20 mcg 2 kali sehari nasal spary atau
suntikan.
4. Obat-obat non-hormonal misal Diuretika, chlorpropamid,
carbamazepin, clofibrat.
5. Microsurgery.

Penyulit

Dehidrasi berat, koma.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam.

Lama Perawatan

Diperlukan waktu sekitar 3 - 5 hari.

Masa Pemulihan

Diperlukan waktu sekitar 2 - 3 hari.

Hasil

Diuresis dapat dikendalikan.

178

PROSEDUR PENANGANAN DIABETES MELLITUS


GESTASI
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosis

- Kadar glukosa plasma puasa.


- Tes Toleransi glukosa dengan beban glukosa 100 gram.

Diagnosa Banding

- Diabetes mellitus sebelum hamil biasanya ditemukan pada


usia <30 tahun (IDMM).
- Diabetes mellitus semasa hamil biasanya ditemukan pada ibu
yang mempunyai faktor resiko : gemuk, riwayat melahirkan
bayi > 4 kg, riwayat keluarga diabetes mellitus.

Pem. Penunjang

- HbA1, HbA1c, Fruktosamin.


- E K G.
- Trigliserida, kolestrol total, LDL - kolesterol.

Rujukan

Indikasi R. Inap

- Kehamilan.
- Infeksi.
- Penyakit Kardiovaskular

Pengobatan

- Diet.
- Latihan jasmani.
- Insulin.

Penyulit

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam.

Lama Perawatan

6 - 8 minggu.

Masa Pemulihan

1 minggu.

Hasil

Dicapai dengan kadar glukosa darah terkendali, berat badan


ideal.

Spesialis gizi.
Spesialis Kebidanan / Penyakit Kandungan.
Spesialis Mata
Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi).

Obes.
Retinopati.
Neuropati.
P J K.

179

PROSEDUR PENANGANAN HIPERGLIKEMIA


HIPEROSMOLAR NON KETOTIK
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosis

- Gejala klinis : Dehidrasi, kulit dan membrana mukosa kering,


mata cekung, oliguria, sampai anoria, temperatur tubuh
meninggi, hipovolemia sampai syok, stupor sampai koma.
- Glukosa plasma > 600 mg/dl.
- Osmolalitas plasma > 340 mOsm/l.

Diagnosa Banding

- Ketoasidosis diabetik krisis biasanya glukosa plasma > 350


mg/dl, badan keton plasma positif kuat (4+).
- Hipoglikenia krisis biasanya glukosa plasma < 55 mg/dl,
badan keton plasma negatif.

Pem. Penunjang

Rujukan

- Spesialis penyakit saraf.


- Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi, Paru.
- Spesialis Radiologi.

Indikasi R. Inap

Dehidrasi berat, hiperosmolaliti, oliguria sampai anuria, syok,


stupor atau koma.

Pengobatan

Penyulit

Koma diabetik.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit dalam.

Lama Perawatan

Diperlukan waktu 1 hari bergantung pada faktor pencetus.

Masa Pemulihan

Diperlukan waktu lebih kurang 1 hari.

Hasil

Dicapai dengan kadar glukosa plasma dalam batas normal.

Badan keton plasma.


Serum elektrolit (Na, K, Cl).
pH dan gas darah arteri.
EKG, foto sinar - X dada, enzim jantung,
Kultur darah, pemeriksaan serebrovaskular.

Memberikan cairan intravena.


Insulin.
Memperbaiki gangguan elektrolit.
Mencari faktor pencetus.

180

PROSEDUR PENANGANAN KRISIS KETOASIDOSIS


DIABETIK
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosis

Gejala klinis : Dehidrasi dengan kulit dan mukosa kering, mata


cekung, pernafasan cepat sampai anuria, muntah, otot-otot sakit,
hipotensi dan takhikardia, stupor sampai koma.
- Glukosa plasma biasanya > 350 mg/dl, keton plasma positif
kuat (4+), pH darah dalam batas asidosis, pC02 arteri
menurun.

Diagnosa Banding

- Koma dan asidosis yang disebabkan infark serebri, trauma


kepala, meningitis, ensefalitis.
- Asidosis disebabkan seperti uremia atau keracunan.
- Ketosis alkoholik biasanya tidak disertai hiperglikemia.
- Hiperosmolar non ketotik glukosa plasma > 600 mg/dl.
- Hipoglikemia glukosa plasma < 55 mg/dl.

Pem. Penunjang

Rujukan

- Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi).


- Spesialis saraf.

Indikasi R. Inap

Asidosis, dehidrasi, stupor sampai koma

Pengobatan

Penyulit

- Brain syndrome.
- Infark miokard.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam.

Lama Perawatan

Diperlukan waktu 1 hari bergantung pada faktor pencetus.

Masa Pemulihan

Diperlukan waktu lebih kurang 1 hari

Hasil

Dicapai dengan kadar glukosa darah dalam batas normal.

Pemeriksaan urin : reduksi, keton.


Pemeriksaan darah : elektrolit, bikarbonat serum.
EKG
Head Scanning.

Memperbaiki volume cairan.


Memperbaiki metabolisme dengan insulin.
Memperbaiki gangguan elektrolit.
Mencari faktor pencetus.

181

PROSEDUR PENANGANAN KRISIS HIPERKALEMIA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis :
- Weakness, lassitude, dan fatigue.
- Refleks tendon dalam menurun.
- Parestesia (kadar kalium 6,5-8,0 mEq/liter).
- Paralisa neuromuskular.
- Bradikardia, aritmia, cardiac arrest, cardiovascular collapse
(kadar kalium > 8,0 mEq/liter).
Laboratorium : Kalium serum.

Diagnosa Banding

- Manifestasi
neuromuscular
irritability.dijumpai
pada
hiperkalsemia dan hipokalsemia.
- Manifestasi kardiovascular dijumpai pd penyakit jantung
koroner dan kardiomiopati.

Pem. Penunjang

- serum elektrolit, glukosa, ureum dan pH darah.


- E K G : T Tall.

Rujukan
Indikasi R. Inap

Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi, Nefrologi).


Aritmia kordis.

Pengobatan

Perbaikan jantung keracunan hiperkalemia : 1-3 ampul 10%


kalsium khlorida intravena selama 3-5 menit.
Pengobatan hiperkalemia ada tiga pilihan :
1. 1 ampul natrium bikarbonat (50mEq) dalam 5-10 menit.
2. Larutan glukosa 5 - 10 % 500-1000 ml infus intravena 1-2
jam. Bisa ditambahkan regular insulin (1 U per 3 gr glukos)
ke dalam larutan infus atau dengan subkutan.
3. Terapi glukosa dan insulin bisa diberikan bersama-sama
dengan infus natrium bikarbonat.
Removal of Potassium.
1. Cation exchange resin.
2. Peritoneal dialysis atau hemodialysis.

Penyulit

Aritmia jantung.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam.

Lama Perawatan

Diperlukan waktu 3-7 hari.

Masa Pemulihan
Hasil

Diperlukan waktu 7 hari.


Penurunan kadar kalium.

182

PROSEDUR PENANGANAN KRISIS HIPERKALSEMIA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Kriteria Diagnosis

Gejala klinis :
- Simptom gastrointestinal (anoreksia, nausea, muntah dan
konstipasi, abdominal pain).
- Simpton ginjal (poliuria, polidipsia)
- Simptom neuromuskular.
- Simptom non spesifik (hidung, mata kering, letargi, disfagia,
berat badan, menurun, sakit belakang kepala, insomnia,
denyut jantung ireguler, sakit sendi, mialgia).
- Keratopati.
- Hipertensi.
Laboratorium :
- Kalsium serum meninggi.
- Fosfor serum merendah, normal meninggi.
EKG : QTc memendek.

Diagnosa Banding

Pem. Penunjang

Fosfor serum.

Rujukan

Spesialis Penyakit Dalam. (Endokrinologi).

Indikasi R. Inap

Rasa sakit perut yang hebat.

Pengobatan

Penyulit

Sakit perut yang hebat.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam

Lama Perawatan

Diperlukan waktu sekitar 3-5 hari bergantung pada penyakit


dasar.

Masa Pemulihan

Diperlukan waktu sekitar 2 -3 hari .

Hasil

Memuaskan.

Pankreatitis akut.
Ulkus peptikum.
Hiperparatiroidi.
Diabetes insipidus.

Larutan salin isotonik.


Furosemid intravena.
Prednosin 40 mg/hari.
Larutan 0,1 M fosfat.

183

PROSEDUR PENANGANAN KRISIS HIPOKALEMIA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Kriteria Diagnosis

Gejala klinis :
- Weakneas and lethargy (kalium serum < 3,5 mEq/liter).
- Anoreksia, mual, muntah, perut terasa penuh, ileus (kalium
serum < 2,5 mEq / liter).
- Gangguan kardiovaskular aritmia, dilatasi ventrikel kiri,
asistole
- Paralisis dan koma.
Laboratorium : Kalium serum < 3,5 mEq/liter.

Diagnosa Banding

- Penyakit gastrointestinal primer.


- Penyakit-penyakit metabolik.
- Penyakit kardiovaskular primer.

Pem. Penunjang

EKG.

Rujukan

- Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi).


- Dokter Spesialis Saraf.

Indikasi R. Inap

Aritmia kordis.

Pengobatan

Terapi penggantian kalium.

Penyulit

Aritmia kordis.

Tenaga Standar

Dokter Spesialis Penyakit Dalam.

Lama Perawatan

Diperlukan waktu 3-5 hari bergantung pd penyakit yg


mendasarinya

Masa Pemulihan

Diperlukan waktu 3 hari.

Hasil

Kalium serum dalam rentangan normal.

184

PROSEDUR PENANGANAN KRISIS HIPOKALSEMIA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Kriteria Diagnosis

Gejala klinis:
- Tetani (Chovostek`s sign, twitching pada sudut mulut,
Trousseau`s sign, main d`accoucheur). Spasme otot-otot laring,
kejang.
- Oedema papil.
- Halusinasi.
- Katarak.
- Kulit kering dan coarse.
Laboratorium :
- Kalsium rendah.
- Fosfor serum bisa rendah, normal, tinggi bergantung pada
etiologi hipokalsemia.
EKG : QTc memanjang.
EEG voltase tinggi gelombang lambat (+).
X-Ray tengkorak : Kalsifikasi basal gangglia.

Diagnosa Banding

- Respiratory acidosis.
- Pankreatitis akut
- Tetanus : Spasme mulai pada kepala dan leher.

Pem. Penunjang

- Fasfor serum.
- PTH serum.
- Clostridium tetani

Rujukan

Spesialis Penyakit Dalam (Endokrinologi, penyakit infeksi).

Indikasi R. Inap

Spasme.

Pengobatan

- Calcium gluconate 10%


- Terapi pendukung bergantung pada penyakit dasar.

Penyulit

Spasme.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam.

Lama Perawatan

Dibutuhkan waktu sekitar 1-3 hari bergantung pada penyakit


dasar.

Masa Pemulihan

Dibutuhkan waktu sekitar 2 hari.

Hasil

Baik

185

PROSEDUR PENANGANAN PHEOKHROMOSITOMA


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis : Sakit kepala serang-serangan, berkeringat,


palpitasi, hipertensi.
Laboratorium : Metanefrin urin/24 jam mininggi.

Diagnosa Banding

1. Hipertensi esensial : Tekanan darah menetap.


2. Hipertiroidi : T3 dan T4 meninggi, struma (+).
3. Diabetes mellitus : kadar glukosa plasma meninggi.
4. Anxietas : Tekanan darah normal.

Pem. Penunjang

- Kadar glukosa plasma


- EKG
- T3, T4 dan TSH

Rujukan

- Spesialis Penyakit Dalam (Neprologi, Endokrinologi).


- Spesialis Jiwa.
- Spesialis Bedah.

Indikasi R. Inap

- Hipertensi maligna.
- Sakit kepala yang hebat

Pengobatan

Eksisi tumor.

Penyulit
Tenaga Standar

- Hipertensi maligna
- Sakit kepala yang hebat
Spesialis Penyakit Dalam.

Lama Perawatan

Diperlukan waktu 7 hari, dilanjutkan tindakan bedah.

Masa Pemulihan

Lihat bagian bedah

Hasil

Diharapkan kadar katekolamin (metanefrin urin) normal.

P. A.

Lihat bagian bedah.

186

PROSEDUR PENANGANAN KRISIS TIROTOKSIK


(HIPERTIROID STROM)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosis

Gejala klinis : Demam, hiperpireksia (37,7-41oC) takikardia >140


x/menit atrial fibrilasi. Tremor, nause, muntah, diare, oedema
paru, agitasi, konvulsi, koma.
Laboratorium : T3 dan T4 meninggi.

Diagnosa Banding

- Infeksi, demam, kenaikan denyut jantung sesuai dengan


kenaikan tempratur, lekosit meninggi.
- Penyakit gastrointestinal, nausea, muntah dan diare tidak
spesifik.
- Gambaran tekanan darah mirip dengan pheocoromocytoma
tidak ada gondok, sistolik dan diastolik meninggi.
- Manifestasi neurologik dan psikiatri pada hipertiroidi bisa
dikacaukan dengan berbagai penyakit neuropsikiatri.

Pem. Penunjang

- TSH
- Lekosit, kultur urin dan darah.
- Foto x-ray dada dan leher.

Rujukan

- Spesialis Saraf
- Spesialis Jiwa
- Spesialis Penyakit Dalam

Indikasi R. Inap

- Demam, hiperpireksia
- Gangguan kesadaran

Pengobatan

- Menghentikan peningkatan sintesia dan sekresi T3 dan T4.


- Menekan sinergisme iodotironin-katekolamin pada target
organ.
- Mengobati penyakit pencetus.
- Memperbaiki mekanisme pertahanan tubuh

Penyulit

- Atrial fibrilasi, dekompensasi kordis.


- Koma
- Hiperpireksia
- Mual, muntah, dan diare.
Spesialis Penyakit Dalam
Diperlukan waktu sekitar 14 hari.

Tenaga Standar
Lama Perawatan
Masa Pemulihan
Hasil

Diperlukan waktu sekitar 7 hari.


Menghilangkan tanda-tanda neuropsikiatri, gastrointestinal, kerja
iodotironin-katekolamin pada target organ.

187

PROSEDUR PENANGANAN SINDROMA CHUSING


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis : Berat badan bertambah, amenorroe sekunder,


infertilitas, otot-otot melemah, moon face.
Simpton hipertensi.
Simpton diabetes mellitus.
Sakit pinggang, pink striae, acne, hirsutis.
Perubahan mental.
Laboratorium : Kortisol serum meninggi.

Diagnosa Banding

1. Penyakit Cushing : ACTH Meninggi.


2. Tumor supraren : Kortisol meninggi, ACTH rendah.
3. Sindroma produksi hormon ektopik.
4. Alkoholis.
5. Sindroma Cushing sekunder : Pemakaian steroid.

Pem. Penunjang

- Foto X Ray Kepala, toraks, abdomen.


- ACTH serum.
- 17 ketosteroid urin.

Rujukan

- Spesialis Radiologi.
- Spesialis Penyakit Dalam (Endokrin).
- Spesialis Bedah.

Indikasi R. Inap

- Hipertensi berat.
- Tumor basofilik hipofisa.
- Oat celled bronchial carcinoma.

Pengobatan
Penyulit

- Hentikan pemakaian steroid.


- Tindakan bedah.
Metastase.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam

Lama Perawatan

Bergantung pada etiologi.

Masa Pemulihan

Bergantung pada etiologi.

Hasil

Sindroma Cushing
pemakaian steroid.

sekunder

baik

dengan

menghentikan

188

PROSEDUR PENANGANAN PENYAKIT CHUSING


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis :
Berat badan bertambah, amenorroe sekunder, infertilitas, otot-otot
melemah, moon face.
Simpton hipertensi.
Simpton diabetes mellitus.
Sakit pinggang, pink striae, acne, hirsutis.
Perubahan mental.
Laboratorium : Kortisol serum meninggi.

Diagnosa Banding

1. Penyakit Cushing : ACTH Meninggi.


2. Tumor supraren : Kortisol meninggi, ACTH rendah.
3. Sindroma produksi hormon ektopik.
4. Alkoholis.
5. Sindroma Cushing sekunder : Pemakaian steroid.

Pem. Penunjang

- Foto X Ray Kepala, toraks, abdomen.


- ACTH serum.
- 17 ketosteroid urin.

Rujukan

- Spesialis Radiologi.
- Spesialis Penyakit Dalam (Endokrin).
- Spesialis Bedah.

Indikasi R. Inap

- Hipertensi berat.
- Tumor basofilik hipofisa.
- Oat celled bronchial carcinoma.

Pengobatan

- Hentikan pemakaian steroid.


- Tindakan bedah.

Penyulit

Metastase.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam

Lama Perawatan

Bergantung pada etiologi.

Masa Pemulihan

Bergantung pada etiologi.

Hasil

Sindroma Cushing
pemakaian steroid.

sekunder

baik

dengan

menghentikan

189

PROSEDUR PENANGANAN STRUMA ENDEMIK


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis :
Pembesaran kelenjar tiroid sejak kecil, berasal dari daerah
endemik kekurangan yodium,mental retardasi.
Kadar hormon tiroid merendah.
TSH meninggi.

Diagnosa Banding

Pem. Penunjang

Pemeriksaan yodium urin

Pengobatan

- Hormon tiroid.
- Lipiodol.
- Garam yodium.

Penyulit

Penekanan organ leher.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam

Hasil

Gondok mengecil, perbaikan mental.

Struma non toksik.


Tiroiditis.
Tumor ganas tiroid.
Adenoma Tiroid.

190

PROSEDUR PENANGANAN STRUMA NON-TOKSIK


(STRUMA SIMPEL)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosis

- Struma.
- T3, T4 dalam rentangan normal

Diagnosa Banding

- Adenoma tiroid biasanya dijumpai pada usia pertengahan,


soliter.
- Struma endemik biasanya dijumpai di daerah endemik
kekurangan yodium.
- Hipertiroidi biasanya kadar hormon tiroid meninggi, TSH
merendah.
- Tiroiditis biasanya disertai tanda-tanda inflamasi.
- Tumor ganas tiroid biasanya pada aspirasi biopsi jarum halus
menunjukkan gambaran sel ganas.

Pem. Penunjang

- Biopsi aspirasi jarum halus.


- Kultur cairan aspiat.
- T S H.

Pengobatan

Hormon tiroid.

Penyulit

- Penekanan organ leher.


- Keganasan.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam

Hasil

Pengecilan gondok.

P.A.

Memilah diagnosis banding.

191

PROSEDUR PENANGANAN TIROIDITIS HASHIMOTO


(LIMPHOCYTIC THYROIDITIS)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis :
Kelenjar tiroid membesar, tertanam erat, berlobus.
Laboratorium :
- Infiltrasi limfosit, folikel rusak, oksifilia (+), fibrosis.
- Antitiroid antibodi.
- Antibodi tiroid (tiroglobulin antibodi, mikrosomal antibodi,
antinuklear antibodi).
- Cell mediated antibody.

Diagnosa Banding

- Tiroiditis Supuratif akut : mikroorganisme (+), demam, sakit


didaerah leher menjalar ke telinga.
- Tiroiditis subakut : Infeksi virus, demam, sakit didaerah leher
menjalar ke telinga.
- Tumor Tiroid : sel-sel tumor jinak atau ganas.
- Struma nontoksit : Antibodi antitiroid (-) cell-mediated
immunity (-)
- Struma Endemik : Hormon tiroid rendah.

Pem. Penunjang

- Biopsi aspirasi jarum halus.


- Foto leher.
- Kultur cairan aspirat.

Rujukan

Spesialis Bedah

Pengobatan

Terapi supresif.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam

192

PROSEDUR PENANGANAN TIROIDITIS SUB AKUT


(DEQUERVAINS THYROIDITIS, GRANULOMATOUS
THYROIDITIS)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis :
- Wanita, dekade 2 dan 5.
- Mengikuti parotitis, measles, adevirus atau infeksi virus
lainnya.
- Akut, sakit berat menjalar ke telinga, mandibula atau occiput.
- Demam (38,9 C ), disertai malaise.
- Tiroid membesar.
Laboratorium : Mikroabses, sel besar (+).

Diagnosa Banding

- Tiroiditis supuratif akut : Mikroorganisme (+).


- Tiroiditis Hashimoto : Cell mediated immunity (+), anti tiroid
antibodi (+).
- Tumor Tiroid : Sel sel tumor ganas atau jinak.
- Struma Non-toksik : Demam (-), sakit (-).
- Struma Endemik : T3 dan T4 rendah.

Pem. Penunjang

- Biopsi aspirasi jarum halus.


- Foto leher.
- Kultur cairan aspirat.

Rujukan

- Spesialis Bedah
- Spesialis Patologi.

Indikasi R. Inap

Infeksi.

Pengobatan

Kortikosteroid & hormon tiroid

Penyulit

Demam tinggi

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam

Lama Rawatan

Diperlukan waktu 2 minggu.

Masa Pemulihan

Diperlukan waktu 7 hari.

Hasil

Baik.

193

PROSEDUR PENANGANAN TIROIDITIS SUPURATIF


AKUT
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis :
- Muncul mendadak dengan demam, menggigil, malaise dan sulit
menelan
- Rasa sakit di daerah leher yang menjalar ketelinga, mandibula
atau occiput. Rasa sakit menjadi berat dengan menggerakkan
kepala atau menelan.
- Leher dalam posisi fleksi.
- Leher membengkak dan keras.
- Bisa terlihat tanda-tanda abses.
Laboratorium :
- Lekositosis sedang sampai berat.
- T3 dan T4 dalam batas normal.
- Kultur : mikroorganisme (+).

Diagnosa Banding

- Tiroiditis sub akut : Mikroorganisme (-).


- Tiroiditis Hashimoto : Anti tiroid antibodi (+), sell mediated
immunity (+).
- Tumor Tiroid : Folikel kecil, hurthle sel (+), T3 dan T4 normal
atau meninggi, menunjukkan sel tumor jinak atau ganas.
- Struma Non-toksik : Demam (+), mikroorganisme (-).
- Struma Endemik : T3 dan T4 rendah.

Pem. Penunjang

- Biopsi aspirasi jarum halus.


- Foto leher.
- Kultur cairan aspirat.

Rujukan

- Spesialis Bedah.
- Spesialis Patologi.

Indikasi R. Inap

- Infeksi.
- Perforasi ke mediastinum.

Pengobatan
Penyulit
Tenaga Standar

- Antibiotika.
- Trakheostomi.
- Partial tiroidektomi.
Perforasi.
Spesialis Penyakit Dalam

Lama Rawatan
Masa Pemulihan

Diperlukan waktu sekitar 2 minggu.


Diperlukan waktu sekitar 7 hari.

Hasil

Bergantung pada ketepatan diagnosis dan terapi.

194

PROSEDUR PENANGANAN TIROTOKSIKOSIS


(HIPERTIROIDI)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosis

Gejala Klinis :
Gugup, berkeringat banyak, palpitasi, lemah, berat badan
menurun, kulit hangat, nadi cepat, tekanan nadi melebar.
Laboratorium :
T4 dan T3 meninggi, TSH rendah, FT4 meninggi.

Diagnosa Banding

- Struma non-toksik biasanya T3, T4 & TSH dlm rentangan


normal
- Mobes Basedowi biasanya terdapat pada usia muda, dan LATS
positif (dekade ke 3).
- Gondok multinoduler toksik biasanya dijumpai pada usia tua
(dekade ke 5).
- Adenoma toksik biasanya pada usia pertengahan (dekade ke 4),
gondok kecil (soliter).
- Yod Basedowi biasanya ditemukan di daerah struma endemik
yang mendapat terapi yodium.
- Tirotoksikosis factitia ditemukan orang yang mendapat terapi
hormon tiroid (obat pengurus, obat jerawat).
- Struma ektopik toksik biasanya didapati jaringan tiroid di luar
tempat biasanya (mis ovarium).

Pem. Penunjang

- FT4I, TSH
- Foto sinar X leher.

Rujukan

Spesialis Penyakit Dalam (Kardiologi).

Indikasi R. Inap

- Dehidrasi.
- Penyakit Jantung Tiroid.
- Toksikosis Krisis.

Pengobatan

- Propiltiourasil atau kartbimazol.


- Vitamin B kompleks dan vitamin C.

Penyulit

- Toksikosis krisis
- Penyakit jantung tiroid
Spesialis Penyakit Dalam
Diperlukan waktu biasanya 7 hari.
Diperlukan waktu biasanya 7 hari.

Tenaga Standar
Lama Rawatan
Masa Pemulihan
Hasil

Gejala perifer menghilang dan hormon tiroid mendekati batas


normal

195

PROSEDUR PENANGANAN TOLERANSI GLUKOSA


TERGANGGU
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosis

- Kadar glukosa darah puasa 120 139 mg/dl.


- Kadar glukosa plasma 2 jam setelah pemberian beban 75 gram
gula 2 jam < 200 mg/dl.

Diagnosa Banding

Diabetes melitus umumnya menunjukkan polifagi, polidipsi,


poliuri, pruritus, berat badan menurun dalam waktu singkat, kadar
glukosa plasma puasa > 140 mg/dl dan kadar glukosa plasma 2
jam prospandial > 200 mg/dl.

Pem. Penunjang

- HbA1, HbA1c, Fruktosamin.


- Triglesirida, kolesterol total, HDL- kolesterol, LDL kolesterol.

Rujukan

- Spesialis Gizi
- Spesialis Mata
- Spesialis saraf

Pengobatan

- Diet
- Latihan jasmani
- Kalau gagal bisa ditambah dengan
glukosidase (alfa-glukosidase inhibitor).

Penyulit

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam

Hasil

Kadar glukosa terkendali.

penghambat

alfa

Obes
Retinopati
Neuropati
Diabetes mellitus

196

PROSEDUR PENANGANAN TUMOR GANAS TIROID


1. KARSINOMA TIROID PAPILER
2. KARSINOMA TIROID FOLIKULER
3. KARSINOMA TIROID MEDULER
4. UNDIFFERENTIATED CARCINOMA.
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosis

Sel tumor tiroid ganas.

Diagnosa Banding

- Adenoma tiroid.
- Struma nontoksik.
- Tiroiditis.

Pem. Penunjang

- T3, T4 dan TSH.


- Kultur aspirat.
- Biopsi aspirasi jarum halus.

Rujukan

- Spesialis Onkologi
- Spesialis Radiologi
- Spesialis Patologi

Indikasi R. Inap

Keganasan.

Pengobatan

- Hormon tiroid supresi.


- Sitostatika.
- Radiasi.

Penyulit

Metastase.

Tenaga Standar

Spesialis Penyakit Dalam

Lama Rawatan

Tidak tertentu

Masa Pemulihan

Tidak tertentu

Hasil

Jelek.

P.A.

Memilih jenis sel ganas.

197

PROSEDUR PENANGANAN ANAFILAKSIS SHOCK


No. Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah

Prosedur Tetap

Halaman

dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002
Anafilaksis Shock
Reaksi Akut

Awasi tanda-tanda vital.


Resusitasi kardiopulmoner.
Berikan 0,3-0,5 ml/1: 10000 epinefrin subkutan/IM.
Bila terjadi shock, Infus dengan 10 cc/100000 selama 40 menit.
Bila perlu intubasi.
Jaga volume sirkulasi beri 500-2000 ml cairan, 5 % dektrose,
tambahkan plasma ekspander bila perlu.
Jaga tekanan darah dapat beri infus dopamin 2-20 g/kg/menit
atau non-epinefrin 4-8 mg/menit lalu dititrasi, jaga tekanan
darah.
Beri antihistamin, difenilhidramin 25-50 g/IU selama 5-10
menit, H2 antagonis semtidin.
Bila ada bronkospasme dapat diberi 2 agonis, dan aminofilin
4-7 mg/kg IU, infus.
Hidrokortison 100 mg IU/M.
Bila ada blokade beri glukagen 5-15 mg/menit infus.
Observasi minimal 4-5 jam.
Setelah pasien dipulangkan, diberi penerangan agar tidak
terjadi episode anafilaksis lagi.

198

PROSEDUR PENANGANAN BRADIARITMIA

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

Perlambatan denyut jantung di bawah 50 kali/menit yang dapat


disebabkan oleh disfungsi sinus node, hipersensivitas/ kelainan
sistem persarafan dengan dan atau adanya gangguan konduksi
atrioventrikular. Dua keadaan yang sering ditemukan:
1. Gangguan pada sinus node (sick sinus syndrome)
2. Gangguan konduksi atrioventrikular/blok AV (AV block) : blok
AV derajat satu, blok AV drajat dua, blok AV total.

Diagnosis

Gangguan pada sinus node (sick sinus syndrome)


Keluhan :
- Penurunan curah jantung yang bermanifestasi dalam bentuk
letih, pening, limbung, pingsan
- Kongesti pulmonal dalam bentuk sesak nafas
- Bila disertai takikardia disebut braditakiaritmia ; terdapat
palpitasi, kadang-kadang disertai angina pektoris atau sinkop
(pingsan)
- Dapat pula menyebabkan kelainan atau perubahan kepribadian,
lupa ingatan dan emboli sistemik
EKG :
- EKG monitoring baik selama dirawat di rumah sakit maupun
dalam perawatan jalan (ambulatory/holter ECG monitoring),
dapat menemukan kelainan EKG berupa bradikardia sinus
persisten.
Blok AV
Blok AV derajat Satu : Irama teratur dengan perpanjangan interval
PR melebihi 0,2 detik
Blok AV derajat dua :
Mobitz tipe I (Wencbach)
- Gelombang P bentuk normal dan irama atrium yang teratur,
pemanjangan PR secara progresif lalu terdapat gelombang P
yang tidak dihantarkan, sehingga terlihat interval RR
memendek dan kemudian siklus tersebut berulang kembali
Mobitz tipe II
- Irama atrium teratur dengan gelombang P normal. Setiap
gelombang P diikuti gelombang QRS kecuali yang tidak
dihantarkan dan bisa lebih dari 1 gelombang P berturut-turut
yang tidak dihantarkan. Irama QRS bisa teratur atau tidak
teratur tergantung pada denyut yang tidak dihantarkan.
Kompleks QRS bisa sempit bila hambatan terjadi pada berkas
his, namun bisa lebar seperti pada blok cabang berkas bila
hambatan ini pada cabang berkas
Blok total AV (Complete AV Block):
- Hambatan total konduksi antara atrium dan vartikel. Atrium

199

dan vartikel masing-masing mempunyai frekwensi sendiri


(frekwensi vartikel<frekwensi atrium)
Keluhan : Sinkop, vertigo, denyut jantung (<50 kali/menit)
EKG : Disosisasi atrioventrikular Denyut atrium biasanya lebih
cepat
Pem. Penunjang

EKG 12 sadapan
Rekaman EKG 24 jam
Ekokardiografi
Angiografi koroner
EPS (Electrophysiology)

Terapi

Gangguan pada sinus node (sick sinus syndrome) :


Pada keadaan gawat darurat : Dapat diberikan sulfat atropin (SA)
0.5-1 mg IV total (0.04 mg/kgBB) jika tidak ada respon diberikan
drip isoproterenol dimulai dengan dosis 1 ug/menit sampai 10
ug/kg/menit secara bertahap. Kemudian dapat dilanjutkan dengan
memasang pacu jantung. Tergantung sarana yang tersedia
(transcutancus temporary pace maker dan transvenous
temporary pace maker). Pada penatalaksanaan selanjutnya dapat
dilakukan pemasangan pacu jantung permanen.
Blok AV :
Pengobatan hanya diberikan pada penderita simtomatik.
Walaupun demikian etiologi penyakit dan riwayat alamiah
penyakit ikut menentukan tindakan selanjutnya. Bila
penyebabnya obat-obatan maka harus dihentikan. Demikian pula
bila penyebabnya oleh karena faktor metabolik yang reversibel
maka faktor-faktor tersebut juga harus dihilangkan (seperti
hipotiroidisme,asidosis, gangguan elektrolit, dan sebagainya).
Bila penyebab yang mendasarinya diketahui dan bila hal itu
bersifat sementara, maka mungkin hanya perlu diberikan
pengobatan sementara (pacu jantung sementara) seperti pada
halnya infark miokard akut inferior. Pada penderita yang
simptomatik, perlu dipasang pacu jantung tetap.
Blok AV total :
Pada keadaan gawat darurat (simptomatik/asimptomatik) dapat
diberikan sulfas atropin (SA) 0.5-1 mg IV (total 0.04 mg/kgBB)
atau isoproterenol. Bila obat tidak menolong, dipasang alat pacu
jantung sementara selanjutnya pemasangan alat pacu jantung
permanen.

Komplikasi
Prognosis

Sinkop, tromboemboli bila disertai takikardia, gagal jantung.


Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respons terapi

Wewenang

- RS Pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam Dengan Konsultasi pada konsulen Penyakit
Dalam
- RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
- RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi
Kardiologi
- RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Unit Terkait

- RS pendidikan : Departemen Patologi Klinik, Medical High


Care/ICCU
- RS non pendidikan : Bagian Patologi Klinik, ICCU

200

PROSEDUR PENANGANAN EDEMA PARU AKUT


(KARDIAK)
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

Akumulasi cairan di paru-paru secara tiba-tiba akibat peninggian


tekanan intravaskular

Diagnosis

Riwayat sesak nafas yang bertambah hebat dalam waktu singkat


(jam atau hari) disertai gelisah, batuk dengan sputum berbusa
kemerahaan
Pemeriksaan Fisik :
1. Sianosis sentral
2. Sesak napas dengan bunyi napas melalui mukus berbuih
3. Ronki basah nyari di basal peru kemudian memenuhi hampir
seluruh lapangan bronkospasme sehingga disebut asma kardial.
4. Takikardia dengan gallop S3
5. Murmur bila ada kelainan katup
Elektrokardiografi :
- Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasi
Atrium, tergantung penyebab gagal jantung
- Gambaran infark, hipertrofi ventrikel kiri atau aritmia bisa
ditemukan
Laboraturium :
- Gas darah menunjukan pO2 rendah, pCO2 mula-mula rendah
dan kemudian hiperkapnia
- Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark
miokard
Foto toraks :
- Opasifikasi hilus dan bagian basal paru kemudian makin kearah
aspek paru kadang-kadang timbul efusi pleura
Ekokardiogafi
- Tergantung penyebab gagal jantung
- Kelakuan katup
- Hipertrofi ventrikel (hipertensi)
- Segmental wall motion abnormality (penyakit jantung koroner)
- Umumnya ditemukan dilatasi ventrikel kiri dan atrium kiri

Diagnosa Banding

Edema paru akut non kardiak, emboli paru, asma bronkial

Pem. Penunjang

Darah rutin, ureum, kreatinin, analisis gas darah, elektrolit,


urinalisis, foto toraks, EKG, Enzim jantung (CK-CKMB,
Troponin T), Ekokardiografi transtorakal, angiografi koroner.

Terapi

1. Posisi duduk
2. Oksigen (40-50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan
masker. Jika memburuk: pasien makin sesak, takipnu, ronki
bertambah, PaO2 tidak bisa dipertahankan 60 mmHg

201

dengan O2 konsentrasi dan aliran tinggi, retensi CO2,


hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema
secara adekuat : dilakukan intubasi endotrakeal, suction dan
ventilator/bipep
3. Infus emergensi
4. monitor tekanan darah, monitor AKG, oksimetri bila ada
5. Nitrogliserin sublingual atau intravena. Nitrogliserin per oral
0.4-0.6 mg tiap 5-10 menit. Jika tekanan darah sistolik > 95
mmHg bisa diberikan nitrogliserin intravena mulai dosis 3-5
ug/kgBB. Jika tidak memberi hasil memuaskan maka dapat
diberikan nitroprusid. Nitroprusid IV dimulai dosis 0,1
ug/kgBB/menit bila tidak memberi respons dengan nitrat,
dosis dinaikan samapai didapatkan perbaikan klinis atau
sampai tekanan darah sistolik 85-90 mmHg pada pasien yang
tadinya mempunyai tekanan darah normal atau selama dapat
dipertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital
6. Morfin sulfat : 3-5 mg iv, dapat diulangi tiap 25 menit sampai
total dosis 15 mg
7. Diuretik ; furosemid 40-80 mg IV bolus dapat diulangi atau
dosis ditingkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip kontinu
sampai dicapai produksi urin 1 ml/kgBB/jam
8. Bila perlu (tekanan darah turun/tanda hipoperfusi) : Dopamin
2-5 ug/kgBB/menit untuk menstabilkan hemodinamik. Dosis
dapat ditingkatkan sesuai respon klinis atau keduanya.
9. trobolitik atau
10. Intubasi dan ventilator pada pasien dengan hipoksia berat,
asidosis atau tidak berhasil dengan terapi oksigen
11. Atasi aritmia atau gangguan konduksi
12. Operasi pada komplikasi akut infark jantung akut, seperti
regurgitasi, VSD & ruptur dinding ventrikel atau korda
tendinae
Komplikasi

Gagal napas

Prognosis

Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respon terapi

Wewenang

- RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam dengan konsultasi pada Konsulen Penyakit
Dalam
- RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
- RS Pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi
Kardiologi
- RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Unit Terkait

- RS pendidikan : ICCU, Departemen Anestesi, Bedah Toraks


- RS non pendidikan : Bagian Anestesi, ICCU/ICU, Bedah

202

PROSEDUR PENANGANAN ENDOKARDITIS INFEKTIF

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

Inflamasi pada endokard yang biasanya melibatkan katub dan


jaringan sekitarnya yang terkait dengan agen penyebab infeksi

Diagnosis

Kriteria klinis Duke untuk Endokarditis Infektif (EI) :


El definite:
Kriteria Patologis
Mikro organisme : Ditemukan dengan kultur atau histologi dalam
vegetasi yang mengalami emboli atau dalam suatu abses
intrakardiak
Lesi patologis : vegetasi atau terdapat abses intrakardiak yang
dikonfirmasi dengan histologis yang menunjukan endokarditis
aktif
Kriteria klinis : menggunakan defenisi specifik, yaitu : Dua
kriteria mayor atau satu mayor dan tiga kriteria minor atau lima
kriteria minor
Kriteria Mayor :
1. Kultur darah positif untuk Endokarditis Infektif (Endokarditis
Infektif)
A. Mikro organisme khas konsisten untuk Endokarditis Infektif
dari 2 kultur darah terpisah seperti tertulis dibawah ini:
(i) Streptococciviridans, streptocuccus bovis atau grup
HACEK atau
(ii).
Community acquired Staphylococcus aureus
atau enterococci tanpa ada fokus primer atau
B. Mikroorganisme konsisten dengan Endokarditis Infektif dari
kultur darah positif persisten didefinisikan sebagai:
(i). 2 kultur dari sampel darah yang diambil terpisah > 12
jam atau
(ii).
Semua dari 3 atau mayoritas dari 4 kultur
darah terpisah (dengan sampel awal dan akhir diambil
terpisah 1 jam)
2. Bukti Keterlibatan kardial
A. Ekokardiografi positif untuk Endokarditis Infektif
didefinisikan sebagai :
(i). Massa intraardiak oscilating pada katup atau struktur
yang menyokong, dijalur aliran jet regurgitasi atau pada
material yang diimplantasikan tanpa ada alternatif
anatomi yang dapat menerangkan, atau
(ii) Abses atau
(iii) Tonjolan baru pada katup prosteteik atau
B. Regurgitasi valvular yang baru terjadi (memburuk atau
berubah dari murmur yang ada sebelumnya tidak cukup)
Kriteria minor :

203

1. Predisposisi : predisposisi kondisi jantung atau pengguna obat


intravena
2. Demam : suhu 380C
3. Fenomena vaskular : emboli arteri besar, infark pulmonal
septik, aneurisma mikotik, perdarahan konjungtiva, dan lesi
janeway
4. Fenomena imunologis : glomerulonefritis, Oslers nodes, Roth
Spots dan faktor reumatoid.
5. Bukti mikrobiologis : kultur darah positif tetapi tidak
memenuhi kriteria mayor seperti tertulis diatas atau bukti
serologis infektif aktif oleh mikroorganisme konsisten dengan
Endokarditis Infektif
6. Temuan kardiografi : konsisten dengan Endokarditis Infektif
tetapi tidak memenuhi kriteria seperti tertulis diatas
Endokarditis Infektif possible
Temuan konsisten dengan Endokarditis Infektif turun dari kriteria
definite tetapi tidak memenuhi kriteria rejected
Endokarditis Infektif Rejected
Diagnosis alternatif tidak memenuhi manifestasi indokardits atau
resolusi manifestasi endokarditis akan terapi antibiotik selama 4
hari atau
Tidak ditemukan bukti patologis Endokarditis Infektif pada saat
operasi atau autopsi setelah terapi antibiotik 4 hari
Diagnosa Banding

Demam rematik akut dengan karditis, sepsis Tuberkulosis milier,


lupus eritematosus sistemik, pasca glomerulonefritis streptokokal,
pielonefritis, poliarteritis nodosa, reaksi obat

Pem. Penunjang

Darah rutin, EKG, foto toraks, ekokardiografi, transesofagea


ekokardiografi, kultur darah

Terapi

Oksigenasi, cairan intravena yang cukup, antipiretik, antibiotika,


regimen yang dianjurkan (AHA)
1. Endokarditis katup asli karena Streptocuccus viridans dan Str.
Bovis :
- Penisilin G kristal 12-28 juta unit/24 jam iv kontinu atau 6
dosis terbagi selama 4 minggu atau seftriakson 2 g 1kali/hari
iv atau im selama 4 minggu
- Penisilin G kristal 12-28 juta unit/24 iv kontinu atau 6 dosis
terbagi selama 2 minggu dengan gentamicin sulfat 1
mg/kgBB im atau iv tiap 8jam selama 2 minggu
- Vankomisin hidroklorida 30 mg/kgBB/24 jam iv dalam 2
dosis terbagi, tidak > 2g/24 jam kecuali kadar serum
dipantau selama 4 minggu
2. Endokarditis katup asli karena Str. Viridans dan Str. Bovis
relatif resisten terhadap Penisilin G
- Penisilin G kristal 18 juta unit/24 iv kontinu atau 6 dosis
terbagi selama 4 minggu dengan gentamicin sulfat 1
mg/kgBB im atau iv tiap 8jam selama 2 minggu
- Vankomisin hidroklorida 30 mg/kgBB/24 jam iv dalam 2
dosis terbagi, tidak > 2g/24 jam kecuali kadar serum
dipantau selama 4 minggu
3. Endokarditis karena Enterococci
- Penisilin G kristal 18-30 juta unit/24 iv kontinu atau 6 dosis
terbagi selama 4-6 minggu dengan gentamicin sulfat 1
mg/kgBB im atau iv tiap 8jam selama 4-6 minggu
- Ampisilin 12 g/24 jam iv kontinu atau dalam 6 dosis terbagi

204

selama 4-6 minggu dengan gentamicin sulfat 1 mg/kgBB im


atau iv tiap 8jam selama 4-6 minggu
- Vankomisin hidroklorida 30 mg/kgBB/24 jam iv dalam 2
dosis terbagi, tidak > 2g/24 jam selama 4-6 minggu dengan
gentamicin sulfat 1 mg/kgBB im atau iv tiap 8jam selama 46 minggu
4. Endokarditis karena Stafilokokus tanpa materi prospetika
a. Regimen untuk Methicilin Succeptible Staphylococci
- Nafsilin atau oksasilin 2 g IV tiap 4 jam selama 4-6
minggu dengan opsional ditambah gentamisin sulfat 1
mg/kgBB im atau iv tiap 8 jam selama 3-5 hari
b. Regimen untuk pasien alergi beta laktam
- Cefazolin (atau Sefalosporin generasi 1 lain dalam dosis
setara) 2 g iv tiap 8 jam selama 4-6 minggu dengan
opsional ditambah gentamisin sulfat 1 mg/kgBB im/iv
tiap 8 jam selama 3-5 hari
- Vankomisin hidroklorida 30 mg/kgBB/24 jam iv dalam 2
dosis terbagi, tidak > 2g/24 jam kecuali kadar serum
dipantau selama 4-6 minggu
Operasi bila
- Bakteremia yang menetap setelah pemberian terapi medis
yang adekuat,
- Gagal jantung kongestif yg tidak responsif terhadap
terapi medis
- Vegetasi yang menetap setelah emboli sistemik dan
- Ekstensi perivalvular
Komplikasi

Gagal jantung, emboli, aneurisma nekrotik, gangguan neurologi,


perikarditis

Prognosis

Tergantung beratnya gejala dan komplikasi

Wewenang

- RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam dengan konsultasi pada Konsulen Penyakit
Dalam
- RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
- RS Pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi
Kardiologi
- RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Unit Terkait

- RS pendidikan : Departemen Bedah


- RS non pendidikan : Bagian Bedah

205

PROSEDUR PENANGANAN FIBRILASI ATRIAL

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

Adanya irregularitas kompleks QRS dan gambaran gelombang


P dengan frekuensi antara 350-650 permenit

Diagnosis

Gambaran EKG berupa adanya irregularitas kompleks QRS dan


gambaran gelombang P dengan frekuensi antara 350-650
permenit
Klasifikasi :
Berdasarkan ada tidaknya penyakit jantung yang mendasar :
1. Primer : bila tidak ditemukan kelainnan struktur jantung dan
kelainan sismetik yang dapat menimbulkan aritmia.
2. Sekunder : bila tidak ditemukan kelainan struktur jantung tetapi
ada kelainan system yang menimbulkan aritmia
Berdasarkan waktu timbulnya AF serta kemungkinan
keberhasilan usaha konversi ke irama sinus :
1. Paroksismal, bila AF berlangsung kurang dari 7 hari, berhenti
dengan sendirinya tanpa intervensi pengobatan atau tindakan
apapun.
2. Persisten, bilan AF menetap lebih dari 48 jam, hanya dapt
berhenti dengan intervensi pengobatan atau tindakan.
3. permanen bila AF berlangsung lebih dari 7 hari, dengan
intervensi pengobatan AF tetap tidak berubah.
Dapat pula dibagi sebagai :
1. Akut bila timbul kurang dari 48 jam
2. Kronik, bila timbul lebih dari 48 jam

Pem. Penunjang

- EKG bila perlu dengan Holter Monitorinng bila menghadapi


pasien AF paroksismal.
- Foto toraks, ekokardiografi untuk mengetahui adanya penyakit
primer
- Pemeriksaan elektrofisiologi tidak diperlukan kecuali untuk
kepentingan akademik

Terapi

Fibrilasi atrial paroksimal :


1. Bila asimptomatik, tidak diberikan obat antiaritmia, hanya di
beri penerangan saja.
2. Bila menimbulkan keluhan yang memerlukan pengobatan dan
tanpa kelainan jantung atau disertai kelainan jantung minimal
dapat diberi obat penyekat beta atau obat antiaritma kelas IC
seperti propafenon atau flekainid.
3. Bila obat tersebut tidak berhasil, dapat diberikan amiodaron
4. Bila dengan obat-obat itu juga tidak berhasil, dipertimbangkan
terapi ablasi atau obat-obat antiaritma lain
5. Bila disertai kelainan jantung, yang signifikan, amidaron

206

merupakan obat pilihan.


Fibrilasi atrial persisten
1. FA tidak kembali ke irama sinus secara spontan kurang dari 48
jam, perlu dilakukan kardioversi ke irama sinus dengan obatobatan (farmakologis) atau elektrik tanpa pemberian
antikoagulan sebelumnya. Setelah kardioversi diberikan obat
antikoagulan paling sedikit selama 4 minggu. Obat antiaritma
yang dianjurkan kelas IC (propafenon dan fklekainid)
2. Bila FA lebih dari 48 jam atau tidak diketahui lamanya maka
pasien diberi obat antikoagulan secara oral paling sedikit 3
minggu sebelum dilakukan kardioversi farmakologis atau
elektrik. Selama periode tersebut dapat diberikan obat-obat
seperti digoksin, penyekat beta, atau antagonis kalsium untuk
mengontrol laju irama ventrikel. Alternatif lain pada pasien
tersebut dapat diberikan heparin dan dilakukan pemekrisaan
TEE untuk mnyingkirkan adanya trombus kardiak sebelum
kardioversi.
3. FA persisten episode pertama, setelah dilakukan kardioversi
tidak diberikan obat antiaritmia profilaksis. Bila terjadi relaps
dan perlu kardioversi pada pasien ini dapat diberikan
antiaritmia profilaksis dengan penyekat beta, golongan kelas IC
(propafenon, flekainid), sotalol atau amiodaron.
Fibrilasi atrial permanen
1. Kardioversi tidak efekatif
2. Kontrol laju ventrikel dengan digoksin, penyekat beta, atau
antagonis kalsium
3. Bila tidak berhasil dapat dipertimbangkan ablasi nodus AV atau
pemasangan pacu jantung permanent.
4. FA resisten, perlu pemberian antitromboemboli
Komplikasi

Emboli, strok, trombus intrakardiak

Prognosis

Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respons terapi

Wewenang

- RS Pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam dengan konsultasi pada konsulen Penyakit
Dalam
- RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
- RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi
Kardiologi
- RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Unit Terkait

- RS pendidikan : Departemen Bedah Toraks, ICCU, Anestesi


- RS non pendidikan : ICCU, Departemen Anestesi, Bedah

207

PROSEDUR PENANGANAN GAGAL JANTUNG KRONIK

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

Sindrom klinis yang kompleks akibat kelainan fungsi atau


struktural jantung yang mengganggu kemampuan jantung untuk
berfungsi sebagai pompa

Diagnosis

Anamnesis
Dispnea on effort; Orthopnea; Parokcismal nocturnal dispnea;
Lemas; Anoreksia dan mual; Gangguan mental pada usia tua
Pemeriksaan Fisik
Takikardia, gallop bunyi jantung ketiga, peningkatan/eksistensi
vena jugularis, refluks hepatojugular, pilsus altenans,
kardiomegali, ronkhi basah halus di basal paru, dan bisa meluas
di kedua lapang paru bila gagal jantung berat, edema pretibial
pada pasien yang rawat jalan, edema sakral pada pasien tirah
baring. Efusi pluera, lebih sering pada paru kanan daripada paru
kiri Asites sering terjadi pada pasien dengan penyakit katup mitral
dan perikarditis, hepatomegali, nyeri tekan, dapat diraba pulsasi
hari yang berhubungan dengan hipertensi vena sistemik, ikterus,
berhubungan dengan peningkatan kedua bentuk bilirubin,
ekstremitas dingin, pucat dan berkeringat.

Kriteria Diagnosa

Kriteria Framingham
Kriteria Mayor
- Parokcismal nocturnal dispnea
- Distensi vena-vena leher
- Peningkatan vena jugularis
- Ronki
- Kardiomegali
- Edema paru akut
- Gallop bunyi jantung III
- Refluks hepatojugular positif
Kriteria Minor
- Edema ekstremitas
- Batuk malam
- Sesak pada aktivitas
- Hepatomegali
- Efusi pleura
- Kapasitas vital berkurang 1/3 dari normal
- Takikardia (>120 denyut per menit)
Mayor atau Minor
Penurunan berat badan 4,5 kg dalam 5 hari terapi
Diagnosis ditegakkan bila terdapat paling sedikit satu kriteria
mayor dan dua kriteria minor

208

Diagnosa Banding

1. Penyakit paru : pneumonia, PPOK, asma eksaserbasi akut,


infeksi paru berat misalnya ARDS, emboli paru
2. Penyakit ginjal : Gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik
3. Penyakit hati : sirotis hepatis

Pem. Penunjang

Foto rontgen dada :


Pembesaran jantung, distensi vena pulmonaris dan redistribusinya
ke apeks paru (opasifikasi hilus paru bisa sampai ke apeks),
peningkatan tekanan vaskular pulmonar, kadang-kadang
ditemukan efusi pleura.
Elektrokardiografi :
Membantu menunjukkan etiologi gagal jantung (infark, iskemia,
hipertrofi, dan lain-lain) Dapat ditemukan Low Voltage, T inversi,
QS, depresi ST, dan lain-lain.
Laboratoratorium :
Kimia darah (termasuk ureum, kreatinin, glukosa,elektrolit),
hemoglobin, tes fungsi tiroid, tes fungsi hari, dan lipid darah
Urinalisa untuk mendeteksi proteinuria atau glukosuria.
Ekokardiografi :
Dapat menilai dengan cepat informasi yang rinci tentang fungsi
dan struktur jantung, katup dan perikard. Dapat ditemukan fraksi
ejeksi yang rendah <35-40% atau normal, kelainan katup
(stenosis mitral, regurgitasi mitral, stenosis trikuspid atau
krikuspid reregurgitasi), hipertrofi ventrikel kiri, dilatasi atrium
kiri, kadang-kadang ditemukan dilatasi ventrikel kanan atau
atrium kanan, efusi perikard, tamponade, atau perikarditis.

Terapi

Non Farmakologi
1. Anjuran Umum :
a. Edukasi : terangkan hubungan keluhan, gelaja dengan
pengobatan
b. Aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat
dilakukan seperti biasa. Sesuai kemampuan fisik dengan
profesi yang masih bisa dilakukan
c. Gagal jantung berat harus menghindari penerbangan
panjang
d. Vaksinasi terhadap infeksi influensa dann pneumokokus
bila mampu
e. Kontrasepsi dengan IUD pada gagal jantung sedang dan
berat, penggunaan hormon dosis rendah masih dapat
dianjurkan.
2. Tindakan Umum :
a. Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 g pada gagal
jantung ringan dan 1 g pada gagal jantung berat, jumlah
cairan 1 liter pada gagal jantung berat dan 1,5 liter pada
gagal jantung ringan).
b. Hentikan rokok
c. Hentikan alkohol pada kardiomiopati. Batasi 20-30 g/hari
pada yang lainnya
d. Aktivitas fisik (latihan jasmani : jalan 3-5 kali/minggu
selama 20-30 menit atau sepeda statis 5 kali/minggu
selama 20 menit dengan beban 70-80% denyut jantung
maksimal pada gagal jantung ringan dan sedang)
e. Istirahan baring pada gagal jantung akut, berat dann
aksaserbasi akut.
3. Farmakologi
a. Diuretik, Kebanyakan pasien dengan gagal jantung

209

b.

c.

d.
e.
f.

g.

h.

i.

membutuhkan paling sedikit diuretik regular dosis rendah


tujuan untuk mencapai tekanan vena jugularis normal dan
menghilangkan edema. Permulaan dapat digunakan loop
diuretik dan tiazid. Bila respons tidak cukup baik dosis
diuretik dapat dinaikkan, berikan diuretik intravena, atau
kombinasi loop diuretik dan tiazid. Diuretik hemat
kalsium, spironolakton, dengan dosis 25-30 mg/hari
dapat mengurangi mortalitas pada pasien dengan gagal
jantung sedang sampai berat (klas fungsional IV) yang
disebabkan gagal jantung sistolik.
Penghambat ACE, bermanfaat untuk menekan aktivasi
neurohormonal, dan pada gagal jantung yang disebabkan
disfungsi sistolik ventrikel kiri. Pemberian dimulai
dengan dosis rendah, dititrasi selama beberapa minggu
sampai dosis yang efektif.
Penyekat Beta.bermanfaat sama seperti penghambat ACE
pemberian mulai dosis kecil, kemudian dititrasi selama
beberapa minggu dengan kontrol ketat sindrom gagal
jantung. Biasanya diberikan bila keadaan sudah stabil.
Pada gagal jantung kelas fungsional II dan III. Penyekat
beta yang digunakan carvedilol, bisoprolol atau
metoprolol biasa digunakan bersama-sama dengan
penghambat ACE dan diuretik.
Angioternsin II antagonis reseptor. Dapat digunakan bila
ada kontraindikasi penggunaan penghambat ACE
Kombinasi hidralazin dengan isosorbiden dinitrat
memberi hasil yang baik pada pasien yang intoleran
dengan penghambat ACE dapat di pertimbangkan.
Digoksin. Diberikan untuk pasien simptomatik dengan
gagal jantung disfungsi sistolik pentrikel kiri dan
terutama dengan fibrilasi atrial, digunakan bersama-sama
diuretik penghambat ACE, penyekat beta.
Antikoagulan dan antiplatelet. Aspirin diindikasikan
untuk pencegahan emboli serebral pada penderita dengan
fibrilasi aprial dengan fungsi pentrikel yang buruk.Anti
koagulen perlu di berikan pada fibrilasi atrial kronis
maupun dengan riwayat emboli, trombosit dan transient
ischemic Attacks, trombus intrakardiak dan aneurisma
ventrikel.
Antiaritmia tidak di rekomendasikan untuk pasien yang
asimptomatik atau aritma ventrikel yang tidak menetap.
Antiaritmia kelas I harus dihindari kecuali pada aritmia
yang mengancam nyawa.Antiaritmia kelas III trutama
amiodaron dapat digunakan untuk terapi aritmia atrial
dan tidak digunakan untuk mencegah kematian
mendadak.
Antagonis kalsium dihindari. Jangan menggunakan
kalsium antagonis untuk mengobati angina atau
hipertensi pada gagal jantung.

Komplikasi

Syok kardiogenik,
elektrolit

infeksi

paru,

gangguan

keseimbangan

Prognosis

Tergantung klas fungsionalnya

Wewenang

- RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam

210

- RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam


- RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam-Divisi
kardiologi
- RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Unit Terkait

- RS pendidikan : ICCU/Medhical High Care


- RS non Pendidikan : ICCU/ICU

211

PROSEDUR PENANGANAN TAKIKARDIA ATRIAL


PAROKSISMAL
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

Takikardia yang terjadi karena perangsangan yang berasal dari


AV node dimana sebagian rangsangan antegrad ke ventrikel
sebagian ke atrium.

Diagnosis

Gelombang P dapat negatif di depan kompleks QRS, terletak di


belakang kompleks QRS atau sama sekali tidak ada karena berada
dalam kompleks QRS. Jarak R-R teratur kompleks QRS langsing,
kecuali Pada rate ascendent aberrant conduction

Pem. Penunjang

EKG 12 sandapan
Rekaman EKG 24 jam
Pemeriksaan elektrofisiologi
Ekokardiografi
Angiografi koroner
TEE (Transesofageal echokardiografi)

Terapi

1. Manipulasi saraf autonom dengan manuver valsava, eye ball


pressure, pemijitan sinus karotikus dan sebagainya
2. Pemberian obat yang menyekat node AV
adenosin atau Adenosin tri phosphate (ATP) IV. Obat ini
harus diberikan secara IV dan cepat.
Verapamil IV
Obat penyekat beta
Digitalisasi : Pilihan utama adalah ATP dan Verapamil
3. Bila sering berulang dapat dilakukan ablasi dengan terlebih
dahulu EPS untuk menentukan lokasi Bypass tract atau ICD
(Defifibrillatore Intra Cardial)

Komplikasi
Prognosis

Emboli, kematian mendadak


Tergantung penyebab,beratnya gejala dan respons terapi

Wewenang

- RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam dengan konsultasi kepada dokter konsulen
Penyakit Dalam
- RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
- RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam-Divisi
kardiologi
- RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam
- RS pendidikan : ICCU/Medhical High Care, Departemen
Anestesi
- RS non Pendidikan : ICCU/ICU, Bagian Anestesi

Unit Terkait

212

PROSEDUR PENANGANAN PERIKARDITIS

Prosedur Tetap

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

Tanggal Terbit

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

Peradangan pada perikard periatalis, viseralis atau kedua-duanya,


yang dapat bermanifestasi sebagai :
1. Perikarditis akut
2. Efusi perikard tanpa tamponade
3. Efusi perikard dengan tamponade
4. Perkarditis konstriktiva

Diagnosis

Tergantung manifestasi klinis perikarditis :


A. Perikarditis akut
Sakit dada tiba-tiba substernal atau prekordial, yang
berkurang bila duduk dan bertambah sakit bila menarik napas
(sehingga perlu dibedakan dengan pleuritis). Pemeriksaan
fisik : Friction rub 2-3 komponen EKG : ST elevasi cekung
(bedakan dengan infark jantung akut dan repolarisasi dini).
Foto jantung normal atau membesar.
B. Tamponade
Awal : peninggian tekanan vena jugularis dengan cekungan X
prominen dan hilangnya cekungan Y (jua terlihat pada CVP)
Kemudian : Kusmaull sign (peninggian tekanan vena jugularis
pada saat inspirasi). Pulsus paradoksus (penurunan tekanan
darah > 12-15 mmHg pada inspirasi, terlihat pada arterial
line atau tensimeter) Penurunan tekanan darah umumnya
disertai : Pekak hati yang meluas, bunyi jantung melemah,
friction rub, takikardia. Foto toraks menunjukkan :
- Paru normal kecuali bila sebabnya kelainan paru seperti
tumor
- Jantung membesar membentuk kendi (bila cairan >250 ml)
- EKG low voltage, elektrikal alternans (gelombang QRS
saja, atau P, QRS dan T)
- Ekokardiografi : efusi perikard moderat sampai berat,
swinging heart dengan kompresi diastolik vena kava
inferior, atrium kanan dan ventrikel kanan
- Kateterisasi : peninggian tekanan atrium kanan dengan
gelombang X prominen serta gelombang Y menurun atau
menghilang. Pulsus paradoksus adan ekualisasi tekanan
diastolik di ke-4 ruang jantung (atrium kanan, ventrikel
kanan, ventrikel kiri dan PCW)
C. Perikarditis Konstriktiva
- Kelelahan, denyut jantung cepat, dan bengkak
- Pemeriksaan fisik menunjukkan tanda gagal jantung
seperti peningkatan tekanan vena jugularis dengan
cekungan X dan Y yang prominen, hepatomegali, asites
dan edema

213

- End diastolik sound (knock) (lebih sering pada kronik)


- Kusmuall sign (peninggian tekanan vena jugularis pada
inspirasi) terutama pada yang kronik
- Foto toraks : klasifikasi perikard, jantung bisa membesar
dan normal
- CT Scan dan MRI bisa mengkonfirmasi foto toraks. Bila
CT Scan/MRI normal maka diagnosis perokarditis
konstriktiva hampir pasti sudah bisa disingkirkan
- Kateterisasi menunjukkan perbedaan tekanan atrium
kanan, diastolik ventrikel kanan, ventrikel kiri, dan ratarata PCW , 5 mmHg. Gambaran dip dan plateu pada
tekanan ventrikel.
Diagnosa Banding

Pem. Penunjang

Terapi

Perikarditis akut : infark jantung akut, embuli paru,


pleuropneumonia, diseksi aourta, akut abdomen
Efusi perikard/tamponade : kardiomiopati silatasi atau gagal
jantung, emboli paru.
Perikarditis konstriktiva : kardiomiopati restriktif
EKG, foto toraks, ekokardiografi (terutama bila tersangka
pericardial efusion).
Kateterisasi, CT Scan, MRI

Perokarditis Akut
- Pasien harus dirawat inap dan istirahat bring untuk
memastikan diagnosis dan diagnosis banding serta melihat
kemungkinan terjadinya tamponade
- Simptomatik dengan aspirin 650 mg/4 jam atau OAINS
indemetasin 25-50 mg/6 jam. Dapat ditambahkan morfin 2-5
mg/6 jam atau petidin 25-50 mg/4 jam, hindarkan steroid
karena sering menyebabkan ketergantungan. Bila tidak
membaik dalam 72 jam, maka prednison 60-80 mg/jam dapat
dipertimbangkan selama 5-7 hari dan kemudian tapering off.
- Cari etiologi / kausal.
Efusi Perikard
- Sama dengan perikarditis akut, disertai fungsi perikard untuk
diagnostik.
Tamponade Jantung
- Perikardiosentesis perkutan
- Bila belum bisa dilakukan perikardiosentesis perkutan, infus
normal salin 500 ml dalam 30-60 menit disertai dobutamin 210 ug/kgBB/menit atau isoproterenol 2-20 ug/menit
- Kalau perlu membuat jendela perikardial dengan :
a. Dilatasi balon melalui perikardiostomi jarum perkutan
b. Pembedahan (dengan mortalitas sekitar 15%) untuk
membuat jendela perikardial dapat dilakukan bila : tidak
ada cairan yang keluar saat perikardiosentesis, tidak
membaik dengan perikardiosentesis, kasus trauma
- Pembedahan yang dapat dilakukan :
1. Bedah sub-xyphoid perikardiostomi
2. reseksi perikard lokal denga bantuan video
3. reseksi perikard anterolateral jantung. Pengobatan kausal :
bila sebabnya antikoagulan harus dihentikan ; antibiotik,
antituberkulosis, atau steroid tergantung etiologi,
kemoterapi intreperikard bila etiloginya tumor.
Perikarditis Konstrikitiva
- Bila ringan diberikan diuretika atau dapat dicoba OAINS

214

Komplikasi

Bila progresif dapat dilakukan perikardiektomi

Perikarditis akut : chronic pericarditis, efusi perikard,


tamponade perikarditis konstriktiva
Efusi perikard/tamponade : Henti jantung, aritmia : fibrilasi
atrial atau flutter, perikarditis konstriktiva.

Prognosis

Tergantung beratnya gejala dan komplikasi yang terjadi

Wewenang

Unit Terkait

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam dengan konsultasi kepada dokter konsulen
Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam - Divisi
kardiologi
RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RS pendidikan : ICCU / Medhical High Care, Departemen
Bedah
RS non Pendidikan : ICCU/ICU, Bagian Bedah

PROSEDUR PENANGANAN SINDROM KORONER AKUT

215

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

Suatu keadaan gawat darurat jantung dengan manifestasi klinis


perasaan tidak enak di dada atau gejala-gejala lain sebagai akibat
iskemia miokard. Sindrom koroner akut mencakup :
1. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST
2. Infark miokard akut tanpa elevasi segmen ST
3. Angina pektoris tak stabil (unstable angina pectoris)

Diagnosis

Anamnesis
Nyeri dada tipikal (angina) berupa nyeri dada substernal,
retrosternal, dan prekordial. Nyeri seperti ditekan, ditindih benda
berat, rasa terbakar, seperti ditusuk , rasa diperas dan dipelintir.
Nyeri menjalar ke leher, lengan kiri, mandibula, gigi,
punggung/interskapula, dan dapat juga ke lengan kanan. Nyeri
membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat, atau tidak.
Nyeri dicetuskan oleh latihan fisik, stres emosi, udara dingin, dan
sesudah makan. Dapat disertai gejala mual, muntah, sulit
bernapas, keringan dingin, dan lemas.
Elektrokardiogram :
- Angina pektoris tidak stabil : depresi segmen ST dengan atau
tanpa inversi gelombang T, kadang-kadang elevasi segmen ST
sewaktu ada nyeri tidak dijumpai gelombang Q
- Infark miokard ST elevasi : hiperakut T, elevasi segmen ST,
gelombang Q inversi gelombang T
- Infark miokard non ST elevasi : depresi segmen ST, inversi
gelombang T dalam.
Petanda Biokimia
- CK, CKMB, Troponin-T, dll
- Enzim meningkat minimal 2 kali nilai batas atas normal

Diagnosa Banding

Angina pektoris tak stabil : infark miokard akut


Infark miokard akut : diseksi aourta, perikarditis akut, emboli
paru akut, penyakit dingin dada, Sindrom Tietze, gangguan
gastrointestinal seperti : hiatus hernia dan refluks esofagitis,
spasme atau ruptur esofagus akut, tukak lambung, dan
pankreatitis akut.

Pem. Penunjang

EKG
Foto rontgen dada
Petanda biokimia : darah rutin, CK, CKMB, Troponin T, dll
Profil lipid, gula darah, ureum kreatinin
Ekokardiografi
Tes Treadmill (untuk stratifikasi setelah infark miokard)
Angiografi koroner
Tirah baring di ruang rawat intensif jantung (ICCU)
Pasang infus intravena dengan Nacl 0,9% atau dekstrosa 5 %
Oksigenisasi dimulai dengan 2 liter/menit 2-3 jam,
dilanjutkan bila sarurasi oksigen arteri rendah (<90%)
Diet : puasa sampai bebas nyeri, kemudian diet cair.
Selanjutnya diet jantung
Pasang monitor EKG secara kontinu

Terapi

216

Atasi nyeri dengan


- Nitrat sublingual / transdermal / nitrogliserin intravena titrasi
(kontradiindikasi bila TD sistolik < 90 mmHg), bradikardia
(<50 kali/menit), takikardia
- Morfin 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap 5 menit
sampai dosis total 20 mg atau petidin 25-50 mg intravena atau
tramadol 25-50 mg intravena.
Antitrombotik
- Aspirin (160-345 mg), bila alergi tau intoleransi/ tidak
responsif diganti dengan tiklopidin atau klopidogrel.
- Trombolitik dengan streptokinase 1,5 juta U dalam 1 jam atau
aktivator plasminogen jaringan (T-PA) bolus 15 mg,
dilanjutkan dengan 0,75 mg/kgBB (maksimal 50 mg) dalam
jam pertama dan 0,5 mg/kgBB (maksimal 35 mg) dalam 60
menit jika Elevansi segmen ST > 0,1 mv pada dua atau lebih
sadapan ekstremitas berdampingan atau > 0,2 mv pada dua
atau lebih sadapan prekordial berdampingan, waktu mulai
nyeri dada sampai terapi < 12 jam, usia < 75 tahun.
Blok cabang (BBB) dan anamnesis dicurigai infark miokard
akut.
Antikoagulan Heparin
- direkomendasikan
untuk
pasien
yang
menjalani
revaskularisasi perkutan atau bedah, pasien dengan resiko
tinggi terjadi emboli sistematik seperti infark miokard anterior
atau luas, fibrilasi atrial, riwayat emboli, atau diketahui ada
trombus ventrikel kiri yang tidak ada kontraindikasi heparin.
Heparin diberikan dengan target aPTT 1,5 2 kali kontrol.
Pada angina pektoris tidak stabil heparin 5000 unit bolus
intravena, dilanjutkan dengan drip 1000 unit/jam sampai
angina terkontrol dengan menyesuaikan aPTT 1,5 2 kali
nilai kontrol. Pada infark miokard akut yang ST elevasi > 12
jam diberikan heparin bolus intravena 5000 unit dilanjutkan
dengan infus selama rata-rata 5 hari dengan menyesuaikan
aPTT 1,5 2 kali nilai kontrol. Pada infark miokard anterior
transmural luas antikoagulan diberikan sampai saat pulang
rawat. Pada penderita dengan trombus ventrikular atau
dengan diskenesi yang luas di daerah apeks ventrikel kiri
antikoagulan oral diberikan secara tumpang tindih dengan
heparin sejak beberapa hari sebelum heparin dihentikan.
Antikoagulan oral diberikan sekurang - kurangnya 3 bulan
dengan menyesuaikan nilai INR (2-3).
Atasi rasa takut atau cemas :Diazepam 3 x 2,5 mg oral atau IV
Pelunak tinja : Laktulosa (laksadin) 2 x 15 ml
- Penyekat Beta diberikan bila tidak ada kontraindikasi
- Penghambat AC diberikan bila keadaan menizinkan terutama
pada infark miokard akut yang luas, atau anterior, gagal
jantung tanpa hipotensi, riwayat infark miokard
- Antagonis kalsium : verapamil untuk infark miokard non ST
elevasi atau angina pektoris tidak stabil bila nyeri tidak
teratasi.
Atasi Komplikasi :
1. Fibrilasi Atrium
- Kardioversi elektrik untuk pasien dengan gangguan
hemodinamik berat atau iskemia intraktabel
- Digitalisasi cepat
- Penyekat Beta
- Diltiazem atau verapamil bila penyekat beta

217

2.

3.

4.

5.
6.

7.
Komplikasi

1.
2.

Prognosis

dikontraindikasikan
- Heparinisasi
Fibrilasi ventrikel
DC Shock unsynchronized dengan energi awal 200 j, jika
tidak berhasil harus diberikan shock kedua 200 300 j dan
jika perlu shock ketiga 360 j.
Takikardia Ventrikel
- VT polimertik menetap (>30 detik) atau menyebabkan
gangguan hemodinamik : Dc shock unsynchronized dengan
energi awal 200 j, jika gagal harus diberikan Shock kedua
200-300 j dan jika perlu shock ketiga 360 j.
- VT monomorfik yang menetap diikuti angina, edema paru
atau hipotensi harus diterapi dengan DC Synchronized
energi awal 100 j. Energi dapat ditingkatkan jika dosis
awal gagal.
- VT monomorfik yang tidak disertai angina, edema paru
atau hipotensi dapat diberikan : Lidokain bolus 1-15
mg/kgBB. Bolus tambahan 0,5-0,75 mg/kgBB tiap 5-10
menit sampai dosis loading total maksimal 3 mg/kgBB.
Kemudian loading dilanjutkan dengan infus 2-4mg/menit
(30-50 ug/kgBB/menit); atau Disopiramid : bolus 1-2
mg/kgBB dalam 5-10 menit dilajutkan dosis pemeliharaan
1 mg/kgBB/jam; atau Amiodoran 15 mg infus selam 10-20
menit atau 5 ml/kgBB 20-60 menit dilanjutkan infus tetap
1 mg/menit selama 6 jam dan kemudian infus
pemeliharaan 0,5 mg/menit; atau Kardioversi elektrik
synchronized dimulai dosis 50 j (anestesi sebelumnya).
Bradiaritmia dan blok
- Bradiaritmia sinus simtomatik (frekuensi jantung < 50
kali/menit disertai hipotensi, iskemia aritmia ventrikel
escape)
- Asistol ventrikel
- Blok AV simtomatik terjadi pada tingkat nodus AV (derajat
dua tipe 1 atau derajat tiga dengan ritme escape kompleks
sempit)
- Terapi dengan sulfas atropin 0,5-2 mg. Isoproterenol 0,5
4 ug/menit bila atropin gagal, sementara menunggu pacu
jantung sementara.
Gagal jantung akut, edema paru, syok kardiogenik diterapi
sesuai standar pelayanan medis mengenai kasus ini
Perikarditis
- Aspirin (160 325 mg/hari)
- Indometasin
- Ibuprofen
- Kortikosteroid
Komplikasi mekanik
- Ruptur muskulus papilaris, ruptur septum ventrikel, ruptur
dinding ventrikel ditatalaksana operasi.
Angina pektoris tidak stabil : payah jantung, syok
kardiogenik, aritmia, infark miokard akut
infark miokard akut (dengan atau tanpa ST elevasi) : gagal
jantung, syok kardiogenik, ruptur korda, ruptur septum, ruptur
dinding bebas, aritma gangguan hantaran, aritmia gangguan
pembentukan rangsang, perikarditis, sindrom dresler, emboli
paru.

Tergantung daerah jantung yang terkena, beratnya gejala, ada

218

tidaknya komplikasi.
Wewenang

Unit Terkait

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam

RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam-Divisi


kardiologi
RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam

RS pendidikan : ICCU/Medhical High Care


RS non Pendidikan : ICCU/ICU

PROSEDUR PENANGANAN RENJATAN KARDIOGENIK


No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

219

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

Kegagalan sirkulasi akut karena ketidakmampuan daya pompa


jantung

Diagnosis

Trias Renjatan : tekanan darah < 90 mmHg, takikardia, dan


oliguria
Pemeriksaan fisik :
1. Tanda-tanda gaga jantung
2. Kemungkinan : komplikasi infark miokard akut seperti ruptur
septum interventrikel atau muskulus papilaris. Infark ventrikel
kanan pada infark inferior dimana denyut jantung rendah
karena blok AV, tanda gagal jantung kanan dengan paru
dengan paru yang tidak kongestif. Murmur : Regurgitasiakut
aorta, mitral, stenosis aorta berat, atau trombosit katup
prostetik.
Elektrokardiografi
1. Tanda iskemia, infark, hipertrofi, low voltage
2. Aritmia : AV blok, bradiatrimia, takikardia
Foto toraks
Opsisfikasi hilus dan bagian basal paru, kemudian makin ke arah
apeks paru. Kadang-kadang efusi pleura.
Ekokardiografi
Kontraktilitas ventrikel kiri atau ventrikel kanan yang buruk,
RWMA Dilatasi ventrikel kiri atau atruim kiri atau arteri
pulmonalis.
Regurgitasi katup Miksoma atrium Efusi perikard dengan
tamponade kardiomiopati hipertropik perikarditis konstraktiva.

Kriteria Diagnosa
Diagnosa Banding

Syok hipovolemik
Syok obstruktif (emboli paru, tension pneumotoraks)
Syok distributif (syok anafilaksis, sepsis, toksik, overdosis
obat)
Infark jantung kanan

Pem. Penunjang

Darah rutin, ureum, kreatinin, analisis gas darah, elektrolit, foto


toraks, EKG, Enzim jantung (CK_-CKMB, Troponin T),
Ekokardiografi, Angiografi koroner.

Terapi

1. Posisi duduk bila ada edema paru kecuali hipotensi berat


2. Oksigen (40-50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan
masker. Jika memburuk : pasien makin sesak napas, takipnu,
ronki bertambah, PaO2 tidak bisa dipertahankan 60 mmHg
dengan O2 konsentrasi dan aliran tinggi, retensi CO2
hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema
secara adekuat : dilakukan intubasi endotrakel, suction dan
ventilator
3. Infus emergensi
4. Bila ada tension pneumotoraks segera diidentifikasi dan
ditatalaksana untuk dekompresi dengan chest tube torakotomi
5. Atasi segera aritmia dengan obat atau DC

220

6. Jika ada defisit volume yang ikut berperan berikan normal


salin 200 500 ml kecuali ada edema paru akut. Jika terapi
cairan gagal pasang kateter Swan Ganz
7. EKG prekordial kanan untuk deteksi gagal jantung kanan bila
ada infark akut inferior
8. Penilaian cukup tidaknya volume paling baik dengan katete
Swan Ganz untuk mendapatkan PAWP. Jika pemberian cairan
kontraindikasi atau tidak efektif berika vasopressor untuk
mempertahankan tekanan darah sistolik 100 mmHg. Dopamin
dimulai dengan 5 ug/kgBB/menit dititrasi sampai tercapai
target mempertahankan tekanan darah atau sampai 15
ug/kgBB/menit. Tambahkan norepinefrin bila tekanan darah <
80 mmHg dengan dosis 0,1-30 ug/kgBB/menit. Jika tidak ada
respon dengan dopamin dapat juga ditambahkan dobutamin
dengan dosis titrasi 2,5-20 ug/kgBB/menit. Atau
milrinon/amrinon
9. IABP (Intra Aortic Ballon Pimp) bila tidak responsif dengan
terapi adekuat sambil menunggu tindakan intervensi bedah.
10. Jika tekanan darah sudah stabil dapat diberikan vasodilator
untuk mengurangi afterload dan memperbaiki fungsi pompa
terutama berguna pada : hipertensi berat, edema paru
dekompensasi katup. Nitrogliserin sublingual atau intravena.
11. Nitrogliserin peroral 0,4-0,6 mg tiap 5-10 menit. Jika tekanan
darah sistolik > 95 mmHg bida diberika Nitrogliserin
intravena mulai dosis 3-5 ug/kgBB jika tidak memberi hasil
memuaskan maka dapat diberikan nitroprusid. Nitroprusid IV
dimulai dosis 0,1 ug/kgBB/menit bila tidak memberi respon
dengan nitrat, dosis dinaikan sampai didapatkan perbaikan
klinis atau sampai tekanan darah sisitolik 85-90 mmHg pada
pasien yang tadinya mempunyai tekanan darah normal atau
selama dapat dipertahankan perfusi yang adekuat ke organ
organ vital
12. Bila perlu : Diberikan Dopamin 2-5 ug/kgBB/menit atau
dobutamin 2-10 ug/kgBB/menit untuk menstabilkan
hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respons klinis.
13. Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien infrak miokard
14. Intubasi dan ventilator pada pasien dengan hipoksia
berat.asidosis atau tiidak berhasil dengan terapi oksigen
15. Atasi aritmia atau gangguan konduksi
16. Oprasi pada komplikasi akut infrak jantung akut seperti
regurgitasi, VSD dan ruptur dinding ventrikel atau korda
tendinae
Komplikasi
Prognosis

Gagal napas
Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respons terapi Standar
Pelayanan Medik PAPDI

Wewenang

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam

RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam

221

PROSEDUR PENANGANAN FIBRILASI VENTRIKULAR

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Tidak ditemukan depolarisasi ventrikel yang terorganisasi sehingga


ventrikel tidak mampu berkontraksi sebagai suatu kesatuan dengan
irama yang sangat kacau serta tidak terlihat gelombang P,QRS
maupun T

Diagnosis

: -

Kompleks QRS sudah berubah sama sekali


Amplitudo R sudah mengecil sekali

Diagnosa Banding: Pem. Penunjang

: EKG 12 sandapan, Rekaman 24 jam. Ekokardiografi, Angiografi


koroner

Terapi

: 1. DC Shock dengan evaluasi dan Shock sampai 3 kali jika perlu


dimulai dengan 200 joule, kemudian 200-300 joule dan 360 joule
2. Resusitasi jantung paru selama tidak ada irama jantung yang
efektif (pulsasi di pembuluh nadi besar dan tidak teraba)
3. Bila teratasi penatalaksanaan seperti takikardia ventikular.

Komplikasi

: Emboli paru, emboli otak, henti jantung

Prognosis

: Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respons terapi

Wewenang

: -

Unit yg Menangani Unit Terkait

: -

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi
Kardiologi
RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RS pendidikan : ICCU/Medhical High Care
RS non Pendidikan : ICCU/ICU

222

Prosedur Penanganan Takikardia Ventrikular

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Tiga atau lebih kompleks yang berasal dari ventrikel secara


berurutan dengan laju lebih dari 100 per menit.

Diagnosis

: 1. Frekuensi kompleks QRS meningkat, 150-200 kali/menit


2. Kompleks QRS melebar
3. Hubungan gelombang P dan kompleks QRS tidak tetap

Diagnosa Banding: Supraventrikular takikardia dengan konduksi aberans


Pem. Penunjang

: -

EKG 12 sandapan
Rekaman EKG 24 jam
Ekokardiografi Angiografi koroner
Pemeriksaan elektrofisiologi

Terapi

: 1. Atasi penyakit dasar : bila iskemia maka dilakukan revakularisasi


koroner, bila payah jantung maka diatasi payah jantungnya
2. Pada keadaan akut :
- Bila mengganggu hemodinamik : dilakukan DC Shock
- Bila tidak mengganggu hemodinamik : dapat diberikan
antiaritmia dan bila tidak berhasil dilakukan DC Shock
3. DC Shock diberikan dan dievaluasi sampai 3 kali (200 Joule,
200-300 Joule, 360 Joule atau bifasik ekuivalen) jika perlu
4. Antiritmia yang diberikan : lodokain atau adiodaron.Lidokain
diberikan mulai dengan bolus dosis 1 mg/kgBB (50-75 mg
dilanjutkan dengan rumatan 2-4 mg/kgBB). Bila masih timbul
bisa diulangi bolus 50mg/kgBB. Untuk amiodaron dapat
diberikan 15 mg/kgBB bolus 1 jam di lanjutkan 5 mg/kgBB
bolus / drip dalam 24 jam sampai dengan 1000 mg/24 jam.
Untuk jangka panjang
Bilamana selama takikardia tidak memberikan gangguan
hemodinamik maka dapat dilakukan tindakan ablasi kateter dari
223

ventrikal kiri maupun ventrikal kanan. Hal ini terutama untuk


ventrikular takikardia reentran cabang berkas. Bilamana
selamatakikardia memberikan gangguan hemodinamik diperlukan
tindakan konversi dengan defibrilator, kalau perlu pemasangan
dedifrilator jantung otomatik.
Komplikasi

: Emboli paru, emboli otak, kematian

Prognosis

: Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respons terapi

Wewenang

: -

Unit yg Menangani Unit Terkait

: -

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi
Kardiologi
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
RS pendidikan : ICCU/Medhical High Care
RS non Pendidikan : ICCU/ICU

224

Prosedur Penanganan Ekstrasistol Ventrikular

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Suatu Kompleks ventrikuler prematur timbul secara dini di salah satu


ventrikel akibat cetusan dini dari suatu fokus yang otomatis atau
melalui mekanisme reentri.

Diagnosis

: 1. P sinus biasanya terbenam dalam kompleks QRS, segmen ST


atau gelombang T
2. Kompleks QRS muncul lebih awal dari seharusnya
3. QRS melebar ( 0,12 detik)
4. Gambaran QRS wide and bizzare
5. Segmen ST dan gelombang T berlawanan arah dengan kompleks
QRS
6. Bila karena mekanisme reentri maka interval antara kompleks
QRS normal yang mendahuluinya dengan kompleks ekstrasistol
ventrikel akan selalu sama. Bila berbeda maka asalnya dari fokus
ventrikel yang berbeda

Diagnosa Banding: Pem. Penunjang

: EKG 12 sandapan, rekaman EKG 24 jam, ekokardiografi, angiografi


koroner

Terapi

: 1. Tidak perlu diobati jika jarang, timbul pada pasien tanpa/tidak


dicurigai kelainan jantung organik
2. Perlu pengobatan bila terdapat pada keadaan iskemia miokard
akut, bigemini, trigemini, atau multifokal, alvo ventrikel.
3. Koreksi gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa,
dan hipoksia
4. Obat : yang sering digunakan xilokain yang diberikan secara
intravena dengan dosis 1-2 mg/kgBB dilanjutkan dengan infus 24 mg/menit. Obat alternatif : prokainamid, disopiramid,
amiodaron, meksiletin. Bila pengobatan tidak perlu segera, obatobat tersebut dapat diberikan secara nol.

Komplikasi

: VT/VF, kematian mendadak

Prognosis

: Tergantung penyebab, beratnya gejala dan respon terap

Wewenang

: -

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam

225

Unit yg Menangani Unit Terkait

: -

RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi


Kardiologi
RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RS pendidikan : ICCU/Medhical High Care
RS non Pendidikan : ICCU/ICU

226

Prosedur Penanganan Gagal Napas

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Ketidakmampuan mempertahankan nilai pH (keasaman), oksigen


(O2), dan karbondioksida (CO2), darah arteri supaya tetap dalam
batas normal
Etiologi :
1. Penyakit saluran pernapasan : bronkitis kronik, emfisema, asma
bronkial, bronkietasis
2. Penyakit paru parenkim : pneumonia, edema paru, aspirasi,
inhalasi asap, gas
3. Gangguan hiperpermeabilitas : edema paru ARDS
4. Penyakit pembuluh darah : emboli paru, syok kardiogenik, fistula
A. V pulmoner
5. Trauma : dada, leher, kepala
6. Gangguan neuromuskular : polimielitis, sindrom tetanus, guillain
Barre, paralisis diafragma
7. Obat-obat : barbiturat, narkotik sedatif, obat-obat relaksasi
8. Kelainan dinding dada : kifoskoliosis, ankylosing spondylitis
9. Lain-lain : hipotemia

Diagnosis

: Sesak napas berat, batuk, sianosis, pulsus paradoksus, stridor,


aritmia, takikardia, konstriksi pupil
Gagal napas tipe I
- PCO2 normal atau meningkat
- PO2 turun
- Umumnya kurus
- Warna kulit pink puffer
- Hiperventilasi
- Pernapasan : purse-lips
Gagal napas tipe II :
- PCO2 meningkat
- PO2 menurun
- Sianosis
- Umumnya kegemukan
- Hipoventilasi
- Tremor CO2
Edema
-

Diagnosa Banding: Edema paru, ARDS


Pem. Penunjang

: -

Analisis gas darah


Foto toraks

227

Kateter Swan Ganz dengan monitor tekanan kapiler paru


(PCWP)
EKG

Terapi

: Tahap I
- Perbaiki gangguan hipoksemia dengan terapi O2
- Bronkodilator nebulizer
- Humidifikasi
- Fisioterapi dada
- Antibiotika
Tahap II
- Bronkodilator parenteral
- Kortikosteroid
Tahap III
- Stimulan pernapasan
- Mini trakeostomi jika retensi sputum
Tahap IV
- Ventilasi mekanik

Komplikasi

: Mortalitas

Prognosis

: Malam

Wewenang

: -

Unit yg Menangani Unit Terkait

: -

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi
Pulmonologi
RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RS pendidikan : Departemen Patologi Klinik, Radiologi,
Anestesi/ ICU
RS non Pendidikan : bagian Patologi Klinik, Paru, Radiologi,
Anestesi/ ICU

228

Prosedur Penanganan Artritis Pirai

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Penyakit yang disebabkan oleh deposisi kristal-monosodium urat


(MSU) yang terjadi akibat supersaturasi cairan ekstra selular dan
mengakibatkan satu atau beberapa manifestasi klinik.

Diagnosis

: Kriteria ACR (1977) :


A. Didapatkan kristal monosodium urat di dalam cairan sendi, atau
B. Didapatkan kristal monosodium urat di dalam tofus, atau
C. Didapatkan 6 dari 12 kriteria berikut :
1. Inflamasi maksimal pada hari pertam
2. Serangan artritis akut lebih dari 1 kali
3. Artritis monoartikular
4. Sendi yang terkena berwarna kemerahan
5. Pembengkakan dan sakit pada sendi MTP I
6. Serangan pada sendi MTP unilateral
7. Serangan pada sendi tarsal unilateral
8. Tofus
9. Hiperurisemia
10. Pembengkakan sendi asimetris pada gambaran radiologik
11. Kista subkortikal tanpa erosi pada gambaran radiologik
12. Kultur bakteri cairan sendi negatif

Diagnosa Banding: Pseudogout, Artritis septik, artritis reumatoid


Pem. Penunjang

: -

LED, CRP
Analisis cairan sendi
Asam urat darah dan urin 24 jam
Ureum, kreatinin, CCT
Radiologi sendi

Terapi

: 1. Penyuluhan
2. Pengobatan fase akut :
a. Kolkisin. Dosis 0,5 mg diberikan tiap jam sampai terjadi
perbaikan inflamasi atau terdapat tanda-tanda toksik atau dosis
tidak melebihi 8 mg/24 jam
b. Obat antiinflamasi non-steroid
c. Glukokortikoid dosis rendah bila ada kontraindikasi dari kolkisin
dan obat antiinflamasi non-steroid
2. Pengobtan hiperurisemia :
a. Diet rendah purin

229

b. Obat penghambat xantin (untuk tipe produksi berlebih), misalnya


allopurinol
c. Obat urikosurik (untuk tipe sekresi rendah) Obat
antihiperurisemik tidak boleh diberikan pada stadium akut.
Komplikasi

: -

Prognosis

: Bonam

Wewenang

: -

Unit yg Menangani Unit Terkait

Tofus
Deformitas sendi
Nefropati gout, gagal ginjal, batu saluran kencing

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi
Rematologi
RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam

: -

230

Prosedur Penanganan Artritis Reumatoid

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Penyakit inflamasi sistemik kronik yang terutama mengenai sendi


diartrodial. Termasuk penyakit autoimun dengan etiologi yang tidak
diketahui.

Diagnosis

: Kriteria Diagnosis (ACR, 1987) :


1. Kaku pagi sekurangnya 1 jam
2. Artritis pada sekurangnya 3 sendi
3. Artritis pada sendi pergelangan tangan, metacarpophalanx
(MCP) dan Proximal Interphalanx (PIP)
4. Artritis yang simetris
5. Nodul reumatoid
6. Faktor reumatoid serum positif
7. Gambaran radiologik yang spesifik
Untuk diagnosis AR, diperlukan 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1-4
haus minimal diderita selama 6 minggu.

Diagnosa Banding: Spondiloartropati seronegatif, sindrom Sjogren


Pem. Penunjang

: -

Terapi

: -

LED, CRP
Faktor reumatoid serum. Hasil positif dijumpai pada sebagian
besar kasus (85%), sedangkan hasil negatif tidak menyingkirkan
adanya AR.
Analisis cairan sendi. Dapat terlihat peningkatan jumlah leukosit
di atas 2.000/mm3. Analisis ini sekaligus digunakan untuk
menyingkirkan adanya artropati kristal.
Radiologi tangan dan kaki. Gambaran dini berupa pembengkakan
jaringan lunak, diikuti oleh osteoporosis juxta-articular dan erosi
pada bare area tulang. Keadaan lanjut terlihat penyempitan celah
sendi, osteoporosis difus, erosi meluas sampai daerah
subkondral.
Biopsi sinovium / nodul reumatoid.
Penyuluhan
Proteksi sendi, terutama pada stadium akut
Obat antiinflamasi non-steroid
Obat remitif (DMARD), misalnya :
- Klorokuin dengan dosis 1 x 250 mg/hari
- Metotreksat dosis 7,5-20 mg sekali seminggu
- Salazopirin dosis 3-4 x 500 mg/hari

231

- Garam emas per oral dosis 3-9 mg/hari, atau subkutan dosis
awal 10 g, dilanjutkan seminggu kemudian dengan dosis 25
mg/minggu, dan dinaikkan menjadi 50 mg/hari selama 20
minggu. Selanjutnya diturunkan setiap 4 minggu sampai dosis
kumulatif 2 g.
Glukokortikoid, dosis seminimal mungkin dan sesingkat
mungkin, untuk mengatasai keadaan akut atau kekambuhan.
Dapat diberikan prednison dengan dosis 20 mg dosis terbagi dan
secara tappering off
Bila terdapat peradangan yang terbatas hanya 1-2 sendi, dapat
diberikan injeksi steroid intraartikular seperti triamsinolon
acetonide 10 mg atau metilperdnisolon 20-40 mg.
Fisioterapi, terapi okupasi, bila perlu diberikan ortosis
Operasi untuk memperbaiki deformitas

Komplikasi

: -

Prognosis

: Dubia

Wewenang

: -

Unit yg Menangani Unit Terkait

: -

Deformitas sendi (boutonnierre, swan neck, deviasi ulnar)


Sindrom terowongan karpal

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi
Rematologi
RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RS pendidikan : Departemen Bedah Orthopedi
RS non Pendidikan : Departemen Bedah

232

Prosedur Penanganan Lupus Eritematosus Sistemik

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Penyakit autoimun yang ditandai produksi antibodi terhadap


komponen-komponen inti sel yang mengakibatkan manifestasi yang
luas.

Diagnosis

: Kriteria Diagnosis ACR 1982. Diagnosis ditegakkan bila didapatkan


4 dari 11 kriteria dibawah ini :
1. Ruam malar
2. Ruam diskoid
3. Fotosensitivitas
4. Ulserasi di mulut atau nasofaring
5. Artritis
6. Serositis (pleuritis atau nasokarditis)
7. Kelainan ginjal (proteinuri > 0,5 g/hari, atau silinder sel)
8. Kelainan neurologi, kejang-kejang atau psikosis
9. Kelainan hematologi, anemia hemolitik, atau lekopenia, atau
limfopenia, atau trombopenia.
10. Kelainan imunologik, sel LE positif atau anti DNA positif, atau
anti SM positif, tes serologis untuk sifilis positif palsu.
11. Antibodi antinuklear (ANA) positif.

Diagnosa Banding: Mixed connective tissue disease, sindrom vaskulitis


Pem. Penunjang

: -

LED, CRP
C3 dan C4
ANA, ENA (anti dsDNA dsb)
Coomb test, bila ada AIHA
Biopsi kulit

Terapi

: -

Penyuluhan
Proteksi terhadap sinar matahari, sinar ultraviolet, dan sinar
fluoresein
Pada manifestasi non-organ vital (kulit, sendi, fatigue) dapat
diberikan klorokuin 4 mg/kgBB/hari.
Bila mengenai organ vital, berikan prednison 1-1,5
mg/kgBB/hari selama 6 minggu, kemudian tappering off.
Bila terdapat peradangan terbatas pada 1-2 sendi, dapat diberikan
injeksi steroid intraartikular

233

Pada kasus berat atau mengancam nyawa dapat diberikan


metilprednison 1 gr/hari IV selama 3 hari berturut-turut, lalu
prednison 40-60 mg/hari per oral
Bila pemberian glukokortikoid selam 4 minggu tidak
memuaskan, maka dimulai pemberian imunosupresif lain, misal
siklofosfamid 500-1000 mg/m2 sebulan sekali selam 6 bulan,
kemudian tiap 3 bulan sampai 2 tahun.
Imunosupresan lain yang dapat diberikan adalah azatioprin,
siklosporin A.

Komplikasi

: Anemia hemolitik, trombosis, lupus serebral, nefritis lupus, infeksi


sekunder, osteonekrosis.

Prognosis

: Dubia

Wewenang

: -

Unit yg Menangani Unit Terkait

: -

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi
Reumatologi
RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RS pendidikan : Divisi alergi, ginjal, pulmonologi, hematologi,
dan Departemen kulit-kelamin
RS non Pendidikan : Departemen kulit kelamin

234

Prosedur Penanganan Artritis Septik

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Artritis yang disebabkan oleh adanya


mikroorganisme (bakteri, non-gonokokal).

Diagnosis

: -

infeksi

berbagai

Nyeri sendi akut, umumnya monoartikular


Umumnya terdapat penyakit lain yang mendasari
Ditemukan bakteri dari kultur cairan sendi

Diagnosa Banding: Artritis gonokokal, bursitis septic


Pem. Penunjang

: Analisis cairan sendi


Pewarnaan Gram dan kultur cairan sendi
Radiografi sendi yang terserang
LED, CRP, leukosit darah
Kultur darah, bila ada tanda-tanda sepsis

Terapi

: Aspirasi cairan sendi


Antibiotik berspektrum luas sebelum ada hasil kultur dan diubah
setelah hasil kultur diperoleh
Drainase sendi yang terinfeksi
Indikasi tindakan bedah :
- Infeksi koksa pada anak-anak
- Infeksi mengenai sendi yg sulit dilakukan drainase secara adekuat
- Terdapat bukti osteomielitis
- Infeksi berkembang ke jaringan lunak sekitarnya

Komlikasi

: Osteomielitis, sepsis

Prognosis

: Dubia

Wewenang

: -

Unit yg Menangani Unit Terkait

: -

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi
Reumatologi
RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RS pendidikan : Departemen Bedah Orthopedi
RS non Pendidikan : Departemen Bedah

235

Prosedur Penanganan Osteoartritis

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Osteoartritis (OA) merupakan penyakit degeneratif yang mengenai


rawan sendi. Penyakit ini ditandai oleh kehilangan rawan sendi
progresif dan terbentuknya tulang baru pada trabekula dan tepi
tulang (osteofit)

Diagnosis

: Osteoartritis sendi lutut :


1. Nyeri lutut, dan
2. Salah satu dari 3 kriteria berikut :
a. Pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih 10 sendi tangan
tertentu (DIP II dan III kiri dan kanan, CMC I kiri dan kanan)
b. Pembesaran jaringan keras dari 2 atau lebih sendi DIP
c. Pembengkakan pada < 3 sendi MCP
d. Deformitas pada minimal 1 dari 10 sendi tangan tertentu
Osteoartritis sendi pinggul :
Nyeri pinggul, dan Minimal 2 dari 3 kriteria berikut :
- LED < 20 mm/jam
- Radiologi : terdapat odteofit pada femur atau asetabulum
- Radiologi : terdapat pemyempitan celah sendi (superior, aksial,
dan/atau medial)

Diagnosa Banding: Artritis rematoid, artritis gout, artritis septik, spondilitis ankilosa
Pem. Penunjang

: -

LED (pada OA inflamatif, LED akan meningkat)


Analisis cairan sendi
Radiografi sendi yang terserang
Artroskopi

Terapi

: Penyuluhan proteksi sendi, terutama pada stadium akut


Obat antiinflamasi non-steroid.
Diantaranya : sodium diklofenak 50 mg t,i.d,, Poriksikam 20 mg
o.d, Meloksikam 7,5 mg o.d, dan sebagainya
Steroid intraartikular untuk OA inflamasi
Fisioterapi, terapi okupasi, bila perlu diberikan ortosis
Operasi untuk memperbaiki deformitas

Komplikasi

: Deformitas sendi

Prognosis

: Dubia

236

Wewenang

: -

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Unit yg Menangani -

RS pendidikan : Dept. Ilmu Penyakit Dalam - Divisi reumatologi


RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Unit Terkait

RS pendidikan : Departemen Bedah


RS non Pendidikan : Bagian Bedah

: -

237

Prosedur Penanganan Sklerosis Sistemik

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Sklerosis sistematik merupakan penyakit kronik yang mengenai


berbagai sistem organ dan terutama ditandai dengan penebalan kulit.
Penyakit ini dapat difus, terbatas, atau berupa sindrom tumpang
tindih

Diagnosis

: A. Kriteria Mayor
Skleroderma proksimal
B. Kriteria Minor
1. Slerodaktil
2. Pencekungan jari atau hilangnya substansi jari
3. Fibrosis basal di kedua paru
Diagnosis ditegakkan bila didapat 1 kriteria mayor dan 2 kriteria
minor atau lebih.

Diagnosa Banding: Mixed Connective Tissue Disease


Pem. Penunjang

: -

Terapi

: -

Komplikasi

LED, CRP Peningkatan hasil menunjukkan proses inflamasi aktif


ANA, anti topo-1 (Scl-70), antibody antisentromer, anti SS-A,
anti SS-B, anti RNP. Diharapkan hasil tersebut positif, terutama
anti-topoisomerase 1, RNA polymerase I, III , dan U3 RNP
Radiologi tangan, toraks
Uji fungsi paru
Ureum dan kreatinin
Biopsi kulit
Penyuluhan dan dukungan psikososial
Proteksi thd suhu dingin untuk mengatasi fenomena Raynaud.
Bila terdapat ulkus atau gangren, harus dirawat dengan baik dan
diberikan antibiotik yang adekuat.
Dapat dicoba D-penisilamin 3 x 250 mg. Bila gagal dapat dicoba
DMARD lain seperti metotreksat.
Bila didapatkan gangguan gastrointestinal, dapat diberikan H2
antagonis, ameprazol, dan obat-obat prokinetik.
Pada keadaan kritis renal, dapat diberikan kaptopril. Bila fungsi
ginjal memburuk, dapat dilakukan dialisis.
Pada pneumonitis dapat diberi glukokortikoid atau siklofosfamid.

: Hipertensi yang tidak terkontrol, krisis renal, pneumonitis, refluks


esofagitis, divertikulosis.

238

Prognosis

: Dubia

Wewenang

: -

Unit yg Menangani Unit Terkait

: -

RS pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan PPDS


Penyakit Dalam
RS non pendidikan : Dokter Spesialis Penyakit Dalam
RS pendidikan : Departemen Ilmu Penyakit Dalam Divisi
Reumatologi
RS non pendidikan : Bagian Ilmu Penyakit Dalam
RS pendidikan : Divisi alergi, ginjal, pulmonologi, hematologi,
dan Departemen kulit-kelamin
RS non pendidikan : Departemen kulit kelamin

239

Prosedur Penanganan Asma Bronkial

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Definisi menurut National Heart Lung Blood Institute 1992

Tujuan

: Melaksanakan pelayanan Spesialis Penyakit Paru yang cepat, tepat


dan optimal

Kebijakan

: 1. SMF Penyakit Paru


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Paru
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Penyakit Paru

Petugas

: Dokter Spesialis Penyakit Paru

Prosedur :
Gejala dan Tanda : Sesak nafas kumat-kumatan, saat serangan penderita gelisah, kesulitan
nafas, barrel chest, bising mengi, ekspirasi memanjang
Dasar Diagnosis : Keluhan sesak nafas, riwayat pengobatan asma (rawat jalan/rawat
inap/rawat ruang intensif), riwayat penggunaan obat anti asma,
kelainan fisik paru, kelainan radiologik, kelainan laboratorium,
spirometri (tanda obstruksi paru+)
DiagnosisBanding : Asma kardial, penyakit paru obstruktif kronik
Pem. Penunjang

: Rontgen foto dada, spriometri, arus puncak ekspirasi, pemeriksaan


sputum (eosinofil) tes kulit, tes provokasi.

Komplikasi

: Infeksi saluran nafas akut (ISPA), pneumotoraks spontan, gagal napas

Pengobatan

: Pendidikan penderita, penilaian dan pemantauan beratnya penyakit,


mencegah dan mengendalikan faktor pencetus asma, pengobatan
serangan akut asma. Pengobatan serangan akut asma di UGD/ruang
perawatan inap biasa/ICU.

Prognosis

: Serangan asma akut umummnya baik, asma bronkial kronik


prognosisnya, bervariasi

Konsultasi

: SMF Penyakit Paru / SMF Penyakit Dalam

240

Prosedur Penanganan Bronkiektasis

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Penyakit dengan adanya dilatasi dan kerusakan dinding bronkus


yang bersifat patologik dan menetap

Tujuan

: Melaksanakan pelayanan Spesialis Penyakit Paru yang cepat, tepat


dan optimal

Kebijakan

: 1. SMF Penyakit Paru


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Paru
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Penyakit Paru,
Perawat dan tenaga penunjang medik.

Petugas

: Dokter Spesialis Penyakit Paru

Prosedur :
Gejala dan Tanda : Batuk dengan dahak umumnya banyak sesudah adanya perubahan
posisi tubuh, hemoptysis, sesak nafas, sindroma kartagener, sianosis,
kelainan fisik paru, kelainan radiologik.
Dasar Diagnosis : Anamnesis (keluhan khas), kelainan fisik diagnostik, gambaran
radiologik (rontgen foto PA/lateral, bronkografi, bronkoskopi (kalau
perlu)
DiagnosisBanding : Bronkitis kronis, tuberkulosis paru, abses paru.
Pem. Penunjang

: Darah rutin, rontgen foto dada PA/lateral, bronkografi, bronkoskopi


(kalau perlu), faal paru (kalau perlu).

Komplikasi

: Bronkitis kronik, pneumoni, metastasis, abses di paru, empyema,


hemoptisis, cor pulmonal kronik, penyakit paru kronik (PPOK),
sinusitis, pleuritis, gagal nafas.

Pengelolaan

: Pengobatan umum, pengobatan khusus, (antibiotika kalau perlu),


drainase postural, rehabilitasi paru, drainase sekret bronkus dengan
bronkoskopi, pengobatan pembedahan (bila tindakan konservatif tidak
teratasi)

Prognosis

: Umumnya baik, bila kasusnya berat tidak terobati prognosis jelek.

Konsultasi

: SMF Penyakit Paru / SMF Penyakit Dalam

241

Pelaksanaan Tindakan Bronkoskopi

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Tindakan untuk menilai saluran nafas dengan alat Bronkoskopi

Tujuan

: Melaksanakan pelayanan Spesifikasi Penyakit Paru yang cepat, tepat


dan optimal dalam tindakan diagnostik dan terapetik, invasif semi
operatif

Indikasi
a.Diagnostik

b.Therapeutik

: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1.
2.
3.
4.

Tumor intra dan ekstra paru


Batuk, sesak nafas, mengi yang tidak diketahui penyebabnya
Batuk darah
Bronkhiektasis dan atelelektasis
Peradangan dan infeksi
Trauma torak
Sindroma vena cava superior
Bilasan bronkhus/lavase bronkhoalveolaris untuk
pemeriksaan bakteriologis dan sitologis
Biopsi jaringan dengan transbronkial needle aspiration
Pengambilan benda asing, bekuan darah, pus, sekret kental,
kasus aspirasi
Pemasangan tamponade balon intrabronkhus untuk
menghentikan perdarahan
Pemasangan stent trakheal/trakheobronkhial.
Memasukkan obat-obatan dan terapi laser untuk kanker.

Kontra indikasi

: 1.
2.
3.
4.

Perdarahan berat
Penyakit jantung berat
Kelainan tulang leher.
Penderita yang tidak kooperataif.

Kebijakan

: 1. SMF Penyakit Paru


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Paru
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Penyakit
Paru, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Petugas

: Dokter Spesialis Penyakit Paru

Persiapan

: 1. Surat persetujuan dari keluarga/penderita


2. Alat bronkhoskopi dan alat penunjang lain.
3. Hasil spirometri, BTA, tes petanda virus hepatitis, trombosit,
CT/BT, X-Toraks dan data radiologis lain.

242

4. Premedikasi serta anestesi local


Prosedur

: 1. Setelah penderita diberikan sedatif dan anesthesi lokal. maka


penderita dibaringkan dengan posisi kepala sedikit fleksi dan O2
diberikan sebesar 2-3 It/mnt
2. Operator siap dalam keadaan minimal steril dengan sarung
tangan steril penutup mulut dan kepala.
3. Pemasangn GUDEL pada mulut
penderita
kemudian
Bronkhoskopi dimasukan kemulut penderita melalui gudel,,
berturut turut kedalam rongga mulut, faring, laring, pitasuara,
trakhea, karina, bronkhus kanan dan kiri serta percabangannya.
Khusus pada daerah tertentu perlu diberi anesthesi lokal untuk
menghindari batuk dan membuka pita suara
4. Dilakukan pengamatan keadaan bronkhus dan percabangannya,
biopsi, sikatan, cucian bronkus, TTB, aspirasi jarum
transbronkhial, pengambilan benda asing, pemasangan
tamponade, stent, dll.
5. Bronkhoskopi dikeluarkan setelah seluruh pemeriksaan/ tindakan
telah dilakukan
6. Seluruh hasil yang diperoleh, digambar dan dicatat dalam blanko
yang telah disiapkan dan pemeriksaan yang diminta dikirim
bersama sediaan
7. Hasil dimasukkan ke dalam buku catatan.
Alat-atat
dibersihkan/disimpan pada tempatnya
8. Penderita diobservasi sampai pengaruh anesthesi hilang dan
tanda-tanda laringospasme / bronkhospasme tidak ditemukan.

243

Prosedur Penanganan Effusi Pleura

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Adanya penimbunan cairan di rongga pleura (air,darah,nanah dll)

Tujuan

: Melaksanakan pelayanan Spesialis Penyakit Paru yang cepat, tepat


dan optimal

Kebijakan

: 1. SMF Penyakit Paru


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Paru
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Penyakit Paru,
Perawat dan tenaga penunjang medik.

Petugas

: Dokter Spesialis Penyakit Paru

Prosedur :
Gejala dan Tanda : Sesak nafas, kelainan fisik dada hemitoraks yang terkena
Diagnosis

: Keluhan penyakit yang mendasarinya, kelainan fisik dada yang


terkena, kelainan radiologik, kelainan laboratorium.

DiagnosisBanding : Keganasan / massa paru


Pem. Penunjang

: Laboratorium rutin darah, analisis cairan pleura, rontgen foto dada,


torakosentesis, biopsi pleura, sitologi sputum, succution hippokratic,
infeksi/sepsis

Komplikasi

: Penebalan pleura, fistula bronko-pleural, fistula nesesitases, gangguan


hemodinamik

Pengelolaan

: Mengobtai penyakit dasar, pungsi terapeutik (bila perlu dengan WSD)

Prognosis

: Bervariasi (ada yang baik/buruk)

Konsultasi

: SMF Penyakit Paru / SMF Penyakit Dalam

244

Prosedur Penanganan Karsinoma Paru

Prosedur Tetap

No Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur,

Halaman

dr. Hardi Yanis, Sp.PD


Pengertian

: Pertumbuhan sel ganas primer sel-sel parenkim paru

Tujuan

: Melaksanakan pelayanan Spesialis Penyakit Paru yang cepat, tepat


dan optimal

Kebijakan

: 1. SMF Penyakit Paru


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Paru
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Penyakit Paru,
Perawat dan tenaga penunjang medik.

Petugas

: Dokter Spesialis Penyakit Paru

Prosedur :
Gejala dan Tanda : Batuk, batuk darah, sesak nafas, gejala lain. Bisa ditemukan kelainan
fisik bisa tidak ada kelainan fisik.
Dasar Diagnosis : Keluhan riwayat penyakit, faktor-faktor risiko karsinoma paru,
kelainan fisik paru dan/atau metastasis di ekstra paru, hasil-hasil
pemeriksan penunjang (rontgen foto dada, histopatologi jaringan
paru/metastasis), penetapan staging karsinoma paru.
DiagnosisBanding : Lesi inflamasi akut paru, TB paru, abses paru, tumor paru benigna,
tumor paru metastasis, tuberkuloma.
Pem. Penunjang

: Laboratorium rutin, sputum sitologi, bronkoskopi, biopsi, paru/


jaringan metastasis, rontgen foto dada, tumor marker.

Komplikasi

: Komplikasi mekanik, komplikasi inflamasi, komplikasi invasi tumor,


komplikasi neurologik, komplikasi endokrin/metabolik.

Pengelolaan

: Pengobatan suportif, pengobatan simptomatik, pengobatan terhadap


keganasan paru (pembedahan, radioterapi, kemoterapi, immunoterapi),
psikoterapi, penanganan komplikasi.

Prognosis

: Tergantung beberapa hal

Konsultasi

: SMF Penyakit Paru / SMF Penyakit Dalam

245

Pelaksanaan Tindakan Pleurodesis

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Tindakan melekatkan pleura visceral dan parietal dengan zat sklerosan


sehingga terjadi perlekatan pleura

Tujuan

: Melaksanakan pelayanan Spesifikasi Penyakit Paru yang cepat, tepat


dan optimal untuk menghilangkan sesak nafas karena effusi pleura
maligna sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien.

Indikasi

: 1. Effusi pleura maligna dengan kegagalan kemoterapi sistemik


atau kegagalan radioterapi
2. Pasien dengan effuse pleura berulang

Kontra indikasi

: Pneumonitis akut, ARDS, gangguan hemodinamik, gangguan


hemostatik

Kebijakan

: 1. SMF Penyakit Paru


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Paru
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Penyakit
Paru, Perawat dan tenaga penunjang medik.

Petugas

: Dokter Spesialis Penyakit Paru, Perawat

Prosedur

: 1. Dilakukan thorakhosintesis pada intercostal 5-6 line axilaris


posterior, sampai sesak berkurang sesuai dengan prosedur pungsi
pleura
2. Pasang WSD dan bila paru telah mengembang maka dilakukan
pleurodesis dengan memasukkan zat sklerosan melalui selang
dan diklem selama 2 jam. Dilakukan rotasi posisi sesering
mungkin supaya zat sklerosan merata selama 2 jam.
3. Untuk mengurangi rasa nyeri, sebelumnya dapat diberikan
lidokain 2 % sebanyak 10-20 cc intrapleura dan pasien
diinstruksikan untuk menarik napas dalam dan batuk. Kemudian
klem dilepas dan diobservasi sampai 24 jam sampai cairan tidak
keluar lagi atau produksi cairan pleura <150 cc/24 jam

246

Prosedur Penanganan Pneumonia / Bronkopneumonia

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Penyakit infeksi/inflamasi
berbagai mikroorganisme

jaringan

parenkim paru oleh

Tujuan

: Melaksanakan pelayanan Spesialis Penyakit Paru yang cepat, tepat


dan optimal

Kebijakan

: 1. SMF Penyakit Paru


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Paru
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Penyakit Paru,
Perawat dan tenaga penunjang medik.

Petugas

: Dokter Spesialis Penyakit Paru

Prosedur :
Gejala dan Tanda : Demam, batuk dengan sputum purulent, mukopurulent, mukkous,
sesak nafas, frekuensi nafas meningkat, kelainan paru (ronki basah,
suara gesek pleura), sianosis, perubahan kesadaran.
Dasar Diagnosis : Keluhan penyakit, riwayat mendapatkan infeksi (CAP/HAP) kelainan
fisik paru, kelainan radiologik, kelainan laboratorium (rutin, sputum
pengecatan/kultur dan sensitivitas tes)
DiagnosisBanding : Pneumoni non infeksi, emboli paru, infark paru.
Pem. Penunjang

: Darah, urin, tinja rutin, kultur darah


(kalau
perlu),
sputum
(pengecatan langsung, kultur dan sensitivitas kuman terhadap
antibiotik).
Radiologik, analisa gas darah arteri (kalau perlu)

Komplikasi

: Efusi pleura, empiema, abses paru, pneumotoraks


perikarditis, meningitis, kegagalan sirkulasi.

spontan,

Pengelolaan

: Pengobatan/perawatan umum, suportif, pengobatan


antimikroba, pengobatan komplikasi, oksigen (bila perlu)

dengan

Prognosis

: Umumnya baik, makin berat penyakit prognosisnya lebih jelek.

Konsultasi

: SMF Penyakit Paru / SMF Penyakit Dalam

247

Prosedur Penanganan Pneumotoraks

No Dokumen

No. Revisi

Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Tertimbunnya udara dalam rongga pleura (spontan/traumatik)

Tujuan

: Melaksanakan pelayanan Spesialis Penyakit Paru yang cepat, tepat


dan optimal

Kebijakan

: 1. SMF Penyakit Paru


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Paru
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Penyakit Paru,
Perawat dan tenaga penunjang medik.

Petugas

: Dokter Spesialis Penyakit Paru

Prosedur :
Gejala dan Tanda : Bisa tanpa gejala, bila dengan gejala (nyeri dada daerah terkena, sesak
nafas bila pneumotoraks ventil, sesak nafasnya, makin lama makin
bertambah), sianosis, gelisah.
Dasar Diagnosis : Keluhan, riwayat penyakit yang mendasarinya (bila ada). Kelainan
fisik paru daerah terkena (suara nafas hilang), kelainan gambaran
radiologik paru.
DiagnosisBanding : Emfisema paru, kavitas paru besar, bulls besar, kista paru, abses paru,
nyeri pleuritik.
Pem. Penunjang

: Rontgen foto, dada.

Komplikasi

: Infeksi sekunder/mediastinal, pneumohemotoraks, atelektasis paru,


gagal nafas, gangguan hemodinamik (pneumotoraks ventil,
pneumotoraks bilateral)

Pengelolaan

: Bedrest, Pengobatan penyakit dasar, tindakan WSD bila cukup


indikasi atau ada pneumotoraks ventil, pengobatan komplikasi,
pengobatan suportif

Prognosis

: Pneumotoraks spontan umumnya baik


Pneumotoraks ventil tergantung penanganan segera

Konsultasi

: SMF Penyakit Paru / SMF Penyakit Dalam

248

Prosedur Penanganan Penyakit Paru Obstruktif Kronik

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Beberapa penyakit (terutama bronkitis kronis dan emfisema


paru) yang ditandai kesulitan bernafas terutama saat ekspirasi dengan
pemanjangan periodde ekspirasi yang sifatnya menetap.

Tujuan

: Melaksanakan pelayanan Spesialis Penyakit Paru yang cepat, tepat


dan optimal

Kebijakan

: 1. SMF Penyakit Paru


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Paru
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Penyakit Paru,
Perawat dan tenaga penunjang medik.

Petugas

: Dokter Spesialis Penyakit Paru

Prosedur :
Gejala dan Tanda : Riwayat penyakit paru kronik (bronkitis kronik dan emfisema paru),
sesak nafas, demam (bila ada infeksi sekunder), sianosis, jari tabuh,
kelainan jantung, (cor pulmonal kronik), nafas terengah-engah,
(dyspneu d'effort), Keluhan, kelainan fisik (emfisema paru, bronkitis
kronik), ekspirasi diperpanjang, suara nafas lemah, mengi merata,
kelainan obstruksi paru (spirometri)
DiagnosisBanding : Asma bronkial, tuberkulosis paru, bronkiektasis, pneumokoniosis
Pem. Penunjang

: Rontgen foto dada, EKG, spriometri, analisis gas darah arteri,


laboratorium rutin.

Komplikasi

: Infeksi saluran nafas bawah, pneumotoraks spontan, cor pulmonal


kronik, gagal nafas, aritmia jantung, iskemi jantung

Pengelolaan

: Meniadakan faktor etiologi / presipitasi / risiko, drainase sekret


bronkus, memberantas infeksi (ISPA), mengatasi bronkospasme,
pengobatan simptomatik, pengobatan komplikasi, pengobatan oksigen,
249

rehabilitasi paru (fisioterapi, breathing, retraining, exercise


reconditioning, vocational guidance, pengelolaan psikososial)
Prognosis

: Kurang baik (penyakit irreversibel)

Konsultasi

: SMF Penyakit Paru / SMF Penyakit Dalam

250

Pelaksanaan Tindakan Test Faal Paru (Spirometer)

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Tindakan untuk menilai saluran nafas dengan alat spirometer

Tujuan

: Melaksanakan pelayanan Spesifikasi Penyakit Paru yang cepat, tepat


dan optimal dalam tindakan diagnostic dan noninvasif.

Persiapan

:: 1.
2.
3.
4.
5.
6.

Prosedur

:: 1. Siapkan alat spirometer dan pasang kertas mira spirometer


pada tempatnya. Putar jarum alat sampai ujung kertas sebelah
kanan
2. Penderita disiapkan dalam posisi berdiri atau duduk
3. Penderita supaya menarik nafas panjang lalu ditiupkan pada alat
spirometer dan bersamaan petugas menekan tombol merah pada
alat. Penderita harus meniup sekuat-kuatnya dengan satu tiupan
untuk mendapatkan hasil / grafik yang sempurna.
4. Setelah terlihat grafik pada kertas, petugas/dokter menghitung
hasil pemeriksaan dengan pedoman yang ada dan ditulis di CM
5. Hasil dimasukkan ke dalam buku catatan. Alat-alat dibersihkan /
disimpan pada tempatnya

Petugas

: Dokter Spesialis Penyakit Paru


Perawat

Alat Spirometer
Kertas Spirometer
Buku catatan
Penderita yang sudah diukur tinggi badan
Label pedoman untuk menghitung
Cap / Stempel test Faal Paru

251

Prosedur Penanganan Tuberkulosis


(Tuberkulosis Paru + Ekstapulmonal)

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian
Tujuan
Kebijakan

Petugas

: Infeksi jaringan paru dan rkstra paru oleh kuman M. Tuberkulosis


: Melaksanakan pelayanan Spesialis Penyakit Paru yang cepat, tepat
dan optimal
: 1. SMF Penyakit Paru
2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Paru
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Penyakit Paru,
Perawat dan tenaga penunjang medik.
: Dokter Spesialis Penyakit Paru

Prosedur :
Gejala dan Tanda : Gejala umum, kelainan fisik paru dan ekstra paru
Diagnosis

: 1. Tuberkulosis paru/ekstrapulmonal
2. Tuberkulosis paru/ekstra pulmonal tersangka (suspected)
3. Bekas tuberkulosis (paru/ekstra pulmonal)

Dasar Diagnosis : Keluhan, riwayat penyakit, riwayat pengobatan tuberkulosis yang


dialami, keluhan yang berhubungan dengan kelainan fisik (paru +
ekstra paru), kelainan radiologik, sputum (BTA) 3 x, kultur sputum
untuk M. Tuberkulosis (Lowenstein-Jensen,Bactec), tes manthoux,
PAP-TB
DiagnosisBanding : Bronkitis kronis, karsinoma paru, pneumoni / bronkopneumoni.
Pem. Penunjang

: Laboratorium rutin, kimia darah, tes tuberkulin, uji serologik (PAPTB, TB-EIA), histopatologik jaringan ekstrapulmonal hasil biopsi),
microbiologik (sputum BTA, kultur sputum), rontgen foto dada d1l.

Komplikasi

: Hemoptoe, kavitas paru, pneumotoraks spontan, pleuritis, efusi pleura,


emfiema, abses paru, infeksi sekunder (ISPA), cor pulmonal kronik,
gagal nafas, karsinoma paru, infeksi jamur

Pengelolaan

: Pengobatan umum, pengobatan khusus.


Pengobatan umum : perawatan penderita, bedrest (yang berat), diet
TKTP, pengobatan dengan obat anti tuberkulosis (OAT)
Pengobatan khusus
1. Terhadap, adanya komplikasi
2. TB berat/ekstra paru :perlu kortikostiroid (bila tidak ada kontra
indikasi)

252

3. Terapi terhadap, kasus TB resisten dengan OAT


4. Kasus TB paru/ekstra paru dengan penyakit lain bersama (DM,
ganguan fungsi ginjal,, kelainan fungsi hati, TB pada ibu sedang
hamil)
Prognosis

: Tergantung beberapa hal

Konsultasi

: SMF Penyakit Paru / SMF Penyakit Dalam

253

Pelaksanaan Tindakan Water Sealed Drainage (WSD)

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Tindakan pemasangan pipa di cavum pleura. Terdiri atas Mini WSD


dan WSD biasa

Tujuan

: Melaksanakan pelayanan Spesifikasi Penyakit Paru yang cepat, tepat


dan optimal dalam tindakan diagnostic dan therapeutic, invasive semi
operatif.

Indikasi

: 1. Pneumothoraks >20% baik pneumothoraks tertutup, terbuka,


serta ventil
2. Emphyema dari hasil thorakosintesis
3. Hemathothoraks
4. Trauma paru berat

Kebijakan

: 1. SMF Penyakit Paru


2. Pelayanan penderita rawat inap di bangsal Penyakit Paru
3. Tenaga pelayanan kesehatan terdiri dari Spesialis Penyakit Paru,
Perawat dan tenaga penunjang medik.

Persiapan
Mini WSD

::
:: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

WSD biasa

:: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Surat persetujuan dari keluarga/penderita


Disinfektan (betadine dan alkohol).
Infus set atau transfusi set.
Aboget no. 12-18
5.Botol / flabot 500 cc - I 000 cc
Lidocain 1%
Spuit 10 cc untuk pungsi thorakosintesis pemeriksaan kultur.
Meja ataupun tempat instrumen
Spuit 10 cc dan jarum suntik.
Benang jahit 2-0 atau 3-0 serta jarung cutting
Lidocain 1%
Trokart dan pipa NGT no.16-18 atau thorak tube dengan trokart
16-24.
Kasa steril
Peralatan WSD
Minor set dan scalpel
Antiseptik,kain duk operasi dan sarung Tangan.

254

Prosedur
Mini WSD

:
: 1. Tentukan tempat insersi aboget no.12-18 dengan perkusi daerah
paling redup biasanya setinggi iga 3-5 LAP pada emphyema dan
seta iga 1-2 pada pneurnothoraks.
2. Anestesi lokal kulit dan periosteum dengan lidokain 1 % setelah
disinfektan.
3. Lakukan insersi aboget pada tempat yang telah ditentukan
4. Mencabut trokart aboget lalu memasukkan ujung infus set yang
pangkalnya sudah di masukkan pada botol atau flabot.
5. Aboget di tutup dengan kassa dan plester untuk mencegah
tertarik dan bengkoknya aboget.
6. Mini WSD bersifat sementara untuk mengatasi kegawatan

WSD biasa

: 1. Sebaiknya dipasang infus untuk resusitasi cairan dan monitor


tanda vital
2. Tentukan tempat insersi thorakal tube dengan perkusi daerah
yang paling redup biasanya setinggi sela iga setinggi iga 3-5
Linea Axilaris Posterior pada emphyema dan sela iga 1-2 pada
pneurnothoraks
3. Anestesi lokal kulit dan periosteum dengan lidokain 1 %setelah
disinfektan.
4. Siapkan pembedahan dan tempat insersi ditutup, kain steril
5. Lakukan insersi horizontal 1-2 cm pada tempat yang telah
ditentukan dan diseksi tumpul melalui jaringan subkutan tepat
diatas iga sampai pleura parietalis
6. Masukkan trokart tube ataupun thorakal tube,thorakal tube
dicabut dan masukkan selang NGT no. 14-18 secukupnya.
7. Trokart di keluarkan dari tube atau thorakhal tube dicabut
throkartnya, sambungkan pipa kebotol WSD atau peralatanWSD.
8. Jahit luka bersama thorakhal tube dengan sistem tabasak
9. Tutup dengan kassa steril dan plester
10. Bila posisi tube tepat dan didapatkan tekanan intra pleura yang
positif selanjutnya dilakukan pengisapan sebesar 10-20 cm H20
11. Rawat dan evaluasi WSD dengan memperhatikan adanya
undulasi, adanya gelembung udara di botol saat batuk
menandakan adanya fistula bronkhopleura.
12. Jumlah cairan yang keluar 1500-2000/24 jam, bila lebih maka
sementara diklem 2-4 jam lalu dibuka lagi untuk mencegah
terjadinya edema paru
13. WSD di cabut bila cairan sudah jernih maksimal 25-50 cc/24
jam, rongga pleura sudah menutup atau mengecil dan paru sudah
mengembang
14. Cabut WSD dengan penderita inspirasi dalam, kemudian jahit
bekas insersi tutup dengan kassa disinfektan.s

255

Prosedur Penanganan Frozen Shoulder

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Gangguan sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan keterbatasan


ROM

Standar Tenaga

: Dokter Spesialis Penyakit Saraf

Kriteria Diagnosa : Penderita tak dapat menyisir rambut karena nyeri di bagian depan
samping bahu. Nyeri di daerah tersebut terasa juga kalau lengan
diangkat untuk mengambil sesuatu dari saku kemeja. Gerakan aktif
maupun pasif menjadi terbatas pada semua gerakan.Pada palpasi
juga dirasakan nyeri
Diagnosa Banding: 1.
2.
3.
Pem. Penunjang

Periarteritis :
tendinitis supraspinatus
tendinitis bicipitalis
bursitis akromialis
Kapsulitis adhesiva.
Polimialgia rematik

: 1. Darah rutin, GD I/II


2. X
foto
articulatio
coracoakromial

Terapi

: -

Konsultasi

: Bagian Rehabilitasi Medik

Perawatan

: Rawat jalan

glenohumeral,

akromioklavikular,

Injeksi lokal kortikosteroid dan anestesi


Analgetik
Fisioterapi

256

Prosedur Penanganan Hernia Nukleus Pulposus (HNP)

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Penonjolan Nukleus Pulposus menembus anulus fibrosus akibat


proses degeneratif yang dicetuskan oleh trauma fisik mengenai
tulang belakang. HNP paling sering terjadi pada daerah lumbal,
jarang pada daerah cervical dan thorakal.

Kriteria Diagnosa : Anamnesis


Nyeri tengkuk/ pinggang yang dapat disertai nyeri radikuler,
gangguan sensorik berupa rasa kebal, gringgingan pada ekstremitas,
dan gangguan motorik yaitu kelemahan tungkai atau lengan. Dapat
disartai adanya gangguan otonom yaitu gangguan BAK dan BAB
dan dapat disertai gangguan ereksi. Rasa nyeri bertambah pada kasus
nyeri kronik dimana tekanan intra tekal meningkat seperti pada
waktu batuk, bersin atau mengejan.
Pemeriksaan fisik
Nyeri gerak/ tekan, spasme otot para vertebral, lordosis (-), skoliosis
kompensasi.
Klinis HNP cervikalis, dapat ditemukan :
Test Lhermitte (+), Test Valsava, Test Nafziger (+).
Monoparesis superior flaksid, paraparesis inferior spastik,
tetraparesis spastik.
Klinis HNP Lumbalis, dapat ditemukan :
Iskialgia, Laseque kurang 70o, Laseque silang (+), Test Valsava (+)
Test Nafziger (+).
Monoparesis inferior flaksid. paraparesis inferior flaksid.
Hipestesi/anestesi setinggi radik spinalis/myelum yang tertekan.
Diagnosa Banding: -

Proses degenerasi di Medula spinalis lainnya : Spondilosis


lumbalis, Spondilolisthesis.
Kelainan kongenital : Anomali vaskuler, Kista enterogenes.
Proses tumor di Medulla spinalis.
Kelainan struktur tulang vertebra : Osteoporosis, fraktur
kompresi menekan discus.

Pem. Penunjang

: -

Laboratorium darah rutin dan urin rutin.


X foto polos vertebra A.P/ Lateral/ Obliq.

Konsultasi

: Bagian Rehabilitasi Medik

Perawatan

: Rawat jalan
Rawat inap tergantung kondisi pasien

257

Terapi

: Konservatif :
- Istirahat baring total 2 3 hari, kemudian bertahap dilakukan
mobilisasi dini.
- Medikamentosa : Analgetik/NSAID
Relaksan otot
Neurotropik
- Fisioterapi : Pemanasan, traksi, latihan otot, cervical collar/spinal
korset
Operatif : Bedah saraf dengan indikasi
1. Pada penderita dengan gangguan otonom (BAB dan BAK)
2. Adanya defisit neurologi dengan kelumpuhan yang makin berat.
3. Apabila dengan terapi konservatif selama 3 minggu belum ada
perbaikan atau terjadi keluhan berulang

Komplikasi

: -

Standar Tenaga

Gangguan berjalan dengan kaki Dropp foot


Gangguan BAB dan BAK.
Komplikasi operasi : infeksi/ abses epidural spinal, robek
duramater terbentuk pseudomeningokel.
Failed back syndrome.

: Dokter Spesialis Saraf

Lama Perawatan : Sesuai kondisi pasien

258

Prosedur Penanganan Meningitis TB

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Infeksi cairan serebrospinal disertai radang yang mengenai


araknoidmater, piamater dan dalam derajat yang ringan mengenai
bagian superfisial jaringan otak dan sumsum tulang belakang oleh
kuman Mycobacterum tuberculosa

Kriteria Diagnosa : Gambaran klinis :


Stadium I (dini)
- Gejala dan tanda non spesifik (demam, nyeri kepala, iritabel,
malaise, fotofobia, muntah)
- Tak ada perubahan kesadaran
- Tak ada defisit neurologis
- Letargi atau perubahan tingkah laku
Stadium II (intermediate)
- Iritasi meningen (nyeri dan kaku kuduk, tanda brudzinsky positif,
tanda kernig positif)
- Defisit neurologis ringan
Stadium III
- Gerakan abnormal
- Kejang
- Stupor atau koma
- Defisit neurologis berat (hemiplegia, paraplegia, deserebrasi)
Diagnosa Banding: Pem. Penunjang

Meningitis virus
Meningitis purulenta diobati secara parsial
Meningitis karena infeksi jamur, parasit (Criptococcus
neoformans, toxoplasma gondii), Sarkoid meningitis
Infiltrasi meningen oleh sel ganas (karsinoma, limfoma,
leukemia, glioma, melanoma, meduloblastoma)
Gangguan inflamasi lain yang menyebabkan disfungsi
neurologik progresif

: A. Laboratorium :
a. Pemeriksaan darah rutin (LED meningkat, hitung jenis lekosit
dominan sel mononuklear), urin rutin
b. Pemeriksaan dahak (pengecatan bakteri tahan asam 3 kali,
kultur)
c. Pemeriksaan gula darah sewaktu, elektrolit darah, fungsi ginjal
dan hati
d. Tes tuberkulin, TBICT,

259

e. Pemeriksaan cairan serebrospinal (melalui lumbal pungsi jika tak


ada kontraindikasi dan sudah ada inform consent). Dapat diulang
3-7 hari untuk evaluasi.
- Warna serosa
- Tekanan meningkat
- Nonne/Pandy (+)
- Pelikel (+), cobweb apperarance (+)
- Glukosa menurun <40 mg/dl atau <50%-60% dari gula darah
- Protein meningkat 100-200 mg/dl
- Lekosit pleiositosis 50 - 500/mm3 didominasi sel MN
- Pengecatan bakteri tahan asam
- Kultur TBC (MGIT), tes sensitivitas
- Tes antigen bakteri
- PCR jika diperlukan
Kriteria diagnosis :
1. Definite
Jika ditemukan isolat M. tuberculosis pada LCS atau terdapat
basil tahan asam pada LCS atau pada pemeriksaan histologis dari
spesimen meningen.
2. Highly probable
Jika ditemukan abnormalitas LCS curiga ke arah meningitis
tuberkulosis tanpa ditemukan sumber infeksi lain ditambah
ditemukannya baik isolat M. tuberculosis atau adanya basil tahan
asam pada jaringan ekstra meningen
3. Probable
Jika ditemukan abnormalitas LCS curiga ke arah meningitis
tuberkulosis tanpa ditemukan sumber infeksi lain ditambah
respon pengobatan persisten dengan perbaikan klinis terhadap
obat obat anti tuberkulosis
B. Foto rontgen paru-paru
C. Fundus okuli : untuk melihat adanya tuberkel khoroid
Komplikasi

: a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

i.
j.
k.
l.
Pengelolaan

Vaskulitis
Iskemi / infark serebri dan mielum
Hidrosefalus
SIADH
Ensefalitis tuberkulosa
Edema otak
Atrofi nervus optikus
Defisit neurologis :
- Kelumpuhan saraf kranial
- Kejang
- Ataksia
- Retardasi mental
- Kelumpuhan ekstremitas
- Gangguan pendengaran/ bicara
Hematemesis
Koagulasi intra vaskular disseminata
Respiratory distress syndrom
Sepsis sampai renjatan septik

: A. Umum :
a. Pengelolaan jalan nafas
b. Pemberian oksigenasi
c. Pemberian cairan perinfus
d. Balans cairan dan elektrolit
e Pengelolaan demam dengan kompres, parasetamol, atau obat-

260

obat NSAID
f. Alih baring / pengaturan posisi tiap 2 jam
g. Pemberian diet per sonde jika tak bisa per oral
B. Tuberkulostatika
1. Dua bulan pertama :
a. Isoniazid
: 400-600 mg/hari ditambah
b. Rifampisin : 450-600 mg/hari atau15 - 25 mg/kg/hari
ditambah
c. Pyrazinamid : Dosis 20 - 25 mg/kg/hari ditambah
d. Streptomisin : 750-1.000 mg/hari atau 20 mg/kg/hari,atau
e. Ethambutol : 15-20 mg/kgBB/hari
2. Tujuh bulan selanjutnya :
a. Isoniazid : 15mg/kgBB/hari (maks. 900 mg) 2x/ minggu
b. Rifampisin : 600mg/hari 2 kali per minggu
Efek samping tuberkulostatika :
a. Isoniazid :
- Hepatotoksik
- Neuropati, psikiatrik
b. Rifampisin ;
- Hepatotoksik. Lab/minggu, bila ALT >5x Normal : stop
- Reaksi hipersensitifitas
c. Pyrazinamide :
- Toksisitas hepatoselular
- Gangguan gastrointestinal
d. Streptomisin :
- Kerusakan saraf VIII (vertigo)
- Gagal ginjal
e. Ethambutol
- Neuritis optikus
C. Kortikosteroid :
Indikasi pemakaian Kortikosteroid :
- Perubahan tingkat kesadaran
- Tanda-tanda neurologik fokal progresif
- Dosis : Pertama 10 mg iv, kemudian 5mg iv setiap 6 jam
selama 2-3 minggu, kemudian dosis diturunkan tiap 5 hari
kira-kira lebih dari 1 bulan
D. Manitol dapat dipakai pada situasi akut
Konsultasi

: -

Bagian penyakit dalam (paru)


Rehabilitasi medik
Gizi

Perawatan

: Rawat inap

Lama Perawatan : Sesuai kondisi pasien


Standar Tenaga

: Dokter Spesialis Saraf

261

Prosedur Penanganan Meningoensefalitis Viral

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Infeksi cairan serebrospinal disertai radang yang mengenai


araknoidmater, piamater dan jaringan otak oleh virus

Kriteria Diagnosa : A. Lebih sering didapatkan pada anak-anak


Anamnesis:
- Panas mendadak, Nyeri kepala, Kaku kuduk, Mual, Muntah,
Fotofobia
Pemeriksaan :
- Kesadaran menurun
- Bisa didapatkan Rangsang meningeal (kaku kuduk)
- Disertai gambaran penyakit yang menyertai seperti :
- Bercak merah ---Morbili
- Parotitis
- Orchitis
- Diare, mialgia
B. Pada orang dewasa
Anamnesis
- Gejala Prodromal (panas, mialgia, capai)
- Panas mendadak , Nausea, Nyeri kepala, Kaku kuduk, Kesadaran
menurun s/d koma
- Kejang fokal/ umum
Pemeriksaan :
Bisa didapatkan :
- Papil edema (+)
- Paresis nervus kranialis
- Disartria/ Afasia, Hemiparesis
- Tremor muka/ tangan
- Refleks fisilogis meningkat / Spastisitas, Babinsky (+)
- Kortikal blindness
- Ataksia
- Rangsang meningeal
Diagnosa Banding: A. - Meningitis bakterial fase awal
- Meningitis bakterial dengan pengobatan tak sempurna
- Meningoensefalitis viral oleh karena herpes simpleks
- Perdarahan subaraknoid
B. Berbagai jenis virus :
- Eastern equine
- Venezuelan equine
- Japanese B

262

Pem. Penunjang

: A. Laboratorium :
Darah : - Jumlah lekosit normal
- Kenaikan titer antibody
LCS : - Tekanan normal/meningkat sedikit
- Sel : Pleiositosis, PMN limfosit
- Glukosa normal- meningkat
- Pengecatan negatif
- Kultur virus
B. Laboratium :
Darah : - Jumlah lekosit meningkat
- Ureum/kreatinin meningkat
LCS : - Sel : Lekosit >>
- Glukosa normal / menurun
- Protein normal / sedikit meningkat
- Pengecatan Gram
- Titer Antibodi : Ig. G LCS (+)
- Viral antigenimunoflouresen PCR
- Kultur jaringan (+)

Pengobatan

: Simptomatik :
- turunkan demam : antipiretika
- atasi kejang
- kurangi edema otak
- kebutuhan cairan
Antivirus:
- Acyclovir 10mg/kgBB, 3dosis iv untuk 14 hr herpes simpleks
- Acyclovir 5mg/kgBB, 3dosis iv untuk 5 hr variccella zoster

Prognosis

: Tergantung :
- umur pasien : makin muda makin jelek
- jenis virus :- Pada umumnya baik
- Eastern equine dan Herpes S > mortalitas tinggi.
- lama penyakit yang diderita
- kondisi daya tahan pasien
- faktor predisposisi dan fokal infeksi
- jenis dan dosis obat yang diberikan

Konsultasi

: Tergantung keadaan : - Penyakit Dalam

Lama Perawatan : Sesuai kondisi pasien


Standar Tenaga

: Dokter Spesialis Saraf

263

Prosedur Penanganan Nyeri Kepala

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Yaitu rasa nyeri atau sesuatu yang dirasakan tidak enak di bagian
atas kepala/kubah kranium, mulai dari mata sampai daerah sub
oksipital

Kriteria Diagnosa : Klasifikasi Nyeri Kepala


1. Migren
1.1 Migren Tanpa Aura
Kriteria diagnostik :
A. Sekurang-kurangya terjadi 5 serangan yang memenuhi
kriteria B-D
B. Serangan nyeri kepala berlangsung 4-72 jam (tak diobati
atau diobati tidak sembuh)
C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya 2 dari karakteristik
berikut :
1. Lokasi unilateral
2. Kualitas berdenyut
3. Intensitas nyeri sedang atau berat
4. Keadaan berambah berat oleh aktifitas fisik atau
penderita menghindari aktifitas fisik rutin (seperti
berjalan atau naik tangga)
D. Selama nyeri kepala disertai dengan
1. nausea dan atau muntah,
2. photophobia dan phonophobia
E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain.
1.2 Migren Dengan Aura
1.3 Sindroma Periodik Pada Anak Yang Sering Menjadi
Prekursor Migren
1.4 Migren Retinal
1.5 Komplikasi Migren
1.6 Probable Migren
2. Tension Type Headache (TTH)
2.1 TTH Episodik Yang Infrequent
Kriteria Diagnostik :
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan <1
hr/bln (<12 hr/thn) dan memenuhi kriteria B-D
B. Nyeri kepala berlangsung 30 menit-7 hari
C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
1. Lokasi bilateral
2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut)

264

3. Intensitasnya ringan atau sedang


4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin (seperti berjalan
dan menaiki tangga)
D. Tidak didapatkan :
1. Mual atau muntah (anoreksia)
2. Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia
E. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain
2.2 TTH Episodik Yang Frequent
Kriteria Diagnostik :
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15
hari/ bulan (12-180 hari/thn) selama paling tidak 3 bulan
dan memenuhi kriteria B-D ( TTH Episodik Infrequent)
B. B D. ( TTH Episodik Infrequent)
E. Tidak berkaitan dengan penyakit lain
2.3 TTH Kronik (CTTH)
Kriteria Diagnostik :
A. Nyeri kepala timbul 15 hari/bln ( 180 hari/thn),
berlangsung > 3 bln dan juga memenuhi kriteria B-D
B. Nyeri kepala berlangsung beberapa jam atau terus
menerus
C. (TTH Episodik Infrequent)
D. Tidak didapatkan :
1. Lebih dari satu: fotofobia, fonofobia atau mual yang
ringan
2. Mual yang sedang atau berat, maupun muntah.
E. Tidak ada kaitannya dengan penyakit lain.
2.4 Probable TTH
3. Nyeri Kepala Klaster Dan Sefalalgia Otonomik Trigeminal
(SOT) Yang lain.
3.1 Nyeri Kepala Klaster
3.2 Hemikrania Paroksismal
3.3 Short-lasting Unilateral Neuralgiform headache attacks with
Conjunctival injection and Tearing (SUNCT)
3.4 Probable Sefalalgia Trigeminal Otonomik
4. Nyeri Kepala Primer Lainnya
5. Nyeri Kepala Yang Berkaitan Dengan Trauma Kepala dan/atau
Leher
6. Nyeri Kepala Yang berkaitan Dengan Kelainan Vaskuler Kranial
dan/atau Servikalis
7. Nyeri Kepala Yang Berkaitan Dengan Kelainan Non Vaskuler
8. Nyeri Kepala Yang Berkaitan Dengan Suatu Substansi atau
Proses Withdrawalnya
9. Nyeri Kepala Yang Berkaitan Dengan Infeksi
10. Nyeri kepala Yang Berkaitan Dengan Kelainan Hemostasis
11. Nyeri Kepala Yang Berkaitan DenganKelainan Kranium, Leher,
Mata, Telinga, Hidung, Sinus, Gigi, Mulut atau Struktur Facial
atau Kranial lainnya
12. Nyeri Kepala Yang Berkaitan Dengan Kelainan Psikiatrik
13. Neuralgia Kranial dan Penyebab Sentral Nyeri Facial
14. Nyeri Kepala, Neuralgia Kranial, Sentral atau Nyeri Facial
Primer Lainnya
Pem. Penunjang

: -

Pemeriksaan Kimia Darah Lengkap


Indikasi : bila kecurigaan ke arah penyakit sistemik
Pungsi Lumbal
Indikasi :
a. Perdarahan sub arakhnoid
b. Infeksi SSP

265

Pemeriksaan Radiologi :
1. Foto polos kranium AP dan Lateral
Indikasi : nyeri kepala rujukan/ nyeri alih, nyeri kepala
sekunder, mis: gangguan gigi.
2. Foto vertebra servikalis
Indikasi : nyeri rujukan/nyeri alih dan nyeri kepala sekunder
yang bukan disebabkan oleh nyeri kepala tegang

Konsultasi

: -

Bagian Penyakit Dalam


Bagian Psikiatri
Bagian Mata
Bagian THT
Bagian Gigi Mulut
Bagian Rehab Medik

Perawatan RS

: Indikasi Rawat Inap pada keadaan gawat darurat nyeri kepala, yaitu :
a. Perdarahan Sub Arakhnoid
b. Tekanan Intrakranial meninggi
c. Peradangan, mis: meningitis, ensefalitis, abses otak
d. Komplikasi Migren

Terapi

: A. Migren :
I. Abortif :
Pada saat serangan diberi analgetik sederhana
Misalnya : Parasetamol 3x500mg, Antalgin 3x500mg atau asam
asetil salisilat 3x500mg, bila tidak menolong dapat diberikan
ergotamine dengan dosis 1-2 mg per oral pada saat onset dan bila
perlu dapat diulang setiap 30-60 menit. Analgetik yang lebih kuat
adalah AINS ( Anti Inflamasi Non Steroid ), misalnya Ibuprofen
(400-800 mg/4-6 jam,dosis maksimal 2.4 gr/hari), Naproxen
(275-550 mg/hari, dosis maksimal 1.5 gr/hari).
II.Interval/ Preventif :
- Propranolol 10-40 mg.
- Pizotifen 1x 0,5 mg / hari.
- Amitriptyline 5- 10 mg, nocte
- Flunarizine 1-2 x 5 mg
B. Tension Type Headache :
- Antidepresan: Amitriptilin 5-10 mg/hari (terutama pasien
dengan insomnia)
- Anti ansietas: Diazepam 3X1-2 mg/hari
Disamping terapi medikamentosa dapat diberikan terapi
nonmedikamentosa

Komplikasi

: Jarang, kecuali bila diagnosa kurang teliti (mis:tumor otak)

Lama Perawatan : Biasanya 7 hari


Sesuai kondisi pasien
Standar Tenaga

: Dokter umum
Dokter spesialis saraf

266

Prosedur Penanganan Carpal Tunnel Syndrome

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Carpal Tunnel Syndrome adalah kumpulan gejala dan tanda


neuropati akibat jebakan nervus medianus di terowongan karpal.

Standar tenaga

: Dokter Spesialis Penyakit Saraf

Kriteria Diagnosa : 1. Parestesia dan nyeri pada pergelangan tangan dan bagian volar 3
jari sering kali pada ujung kari, terutama pada malam hari
2. Tanda Tinnel (+)
3. Tes Phallen (+)
Diagnosa Banding: 1. Radikulopati servikal
2. Rematik non artikuler
Pem. Penunjang

: 1.
2.
3.
4.
5.

Penatalaksanaan : -

Darah rutin
Gula darah puasa
Fungsi ginjal
Fungsi tiroid
X-Foto pergelangan tangan
Bidai pergelangan tangan (Night splint)
NSAID
Injeksi lokal kortikosteroid-anestetik
Fisioterapi
Operasi bila gagal

Komplikasi

: 1. Penyakit dasar
2. Atrofi otot thenar pada penekanan jangka panjang

Unit terkait

: 1. Bagian Rehabilitasi Medik


2. Interna

267

Prosedur Penanganan Vertigo Vestibuler

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : Vertigo vestibuler perifer


- Onset paroksismal
- Intensitas serangan vertigo nyata dan berat
- Gejala penyerta autonom mual, muntah, hiperhidrosis, vertigo
jelas
- Perubahan posisi mencetuskan / memperberat vertigo
- Sering ada gangguan pendengaran berupa tuli dan tinnitus
vertigo vestibuler sentral
- Onset sering insidious
- Perubahan posisi jarang mencetuskan / memperberat vertigo
- Intensitas serangan kurang nyata dan jarang berat
- Gejala defisit neurologik tergantung letak lesi
- Neurinoma akustikus dan tumor sudut serebelopontin : tinitus
dan penurunan pendengaran, defisit N V dan N VII ipsilateral
- Medulla oblongata : gejala otonom,paresis nervus kranialis IX, X
- Serebelum : disartri, tremor, ataksia
- Riwayat penyakit sebelumnya : penyakit kardiovaskuler /
serebrovaskuler, penyakit psikiatri, minum obat-obatan
ototoksik/ anti diabetik/ anti hipertensi/ psikotropik.
- Riwayat penyakit keluarga : Hipertensi, DM, arteriosklerosis,
penyakit jantung, penyakit psikiatri, migren, epilepsi, karsinoma,
stroke
Diagnosa Banding: -

Dizzines non vestibuler


Disekuilibrium
Syncope
Psikogenik dizzines

Pem. Penunjang

Rutin : darah / urin rutin, hitung darah lengkap, kimia darah,


serologi, X foto thoraks, EKG
Khusus :
- audiometri / vestibulometri
- X Foto kranium AP/ Lat

: -

Konsultasi

: -

Dokter Spesialis THT


Rehabilitasi medik

Perawatan RS

: -

Rawat inap bagi penderita dengan intensitas serangan yang berat


(mengganggu aktivitas sehari-hari)
Vertigo vestibuler sentral

268

Terapi

: 1. Ca Entry Blocker : Flunarisin 5-10 mg


2. Anti histamine :
- Prometasin 25-50 mg
- Dimenhidrinate 50 mg
3. Fenotiasin : - Proklorperasin 3 mg
- Klorpromasin 25 mg
4. Bensodiasepin : Diasepam 2-5 mg
5. Histaminik : Betahistine 8mg
Kausatif : Untuk vertigo dengan dasar kelainan structural
Fisioterapi : Vestibular exercise

Komplikasi

: -

Standar Tenaga

: Dokter Spesialis Saraf


Dokter Spesialis THT

Lama Perawatan : 5-7 hari

269

Prosedur Penanganan Servikal Fibrositas

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Pengertian

: Sekumpulan gejala berupa nyeri tengkuk, nyeri yang menjalar, rasa


kesemutan yang menjalar, spasme otot yang disebabkan karena
perubahan struktur kolumna vertebra servikalis akibat perubahan
degeneratif pada diskus intervertebralis, pada ligamentum flavum,
facet joints.

Kriteria Diagnosa : -

Diagnosa Banding: Pem. Penunjang

Nyeri leher, bahu, dan menjalar kelengan (Brakialgia)


Nyeri lebih sering didahului spasme otot-otot posterior lehier
(tengkuk, kuduk) yang berlangsung sampai beberapa hari
Nyeri dan Brakialgia diperburuk oleh extensi yang disertai oleh
rotasi lateral leher secara bersamaan (Spurling manuver)
Nyeri leher dapat diperburuk oleh keadaan yang meninggikan
tekanan intradiskal seperti batuk, bersin dan mengejan, atau
manuver valsava.
Hernia Nukleus Pulposus Cervical
Meningitis TBC cervicalis

: Foto vertebra servikalis AP/Lat/Obliq kanan dan kiri

Terapi/Tindakan : Konservatif 3-6 minggu, berupa :


- Istirahat cervical collar neck bila perlu
- Analgetic, OAINS, Opioid, Relaksan otot.
- Rehabilitasi Medik
Operatif bila ada penyulit
Komplikasi

: -

Konsultasi

: -

SMF Rehabilitasi Medik


SMF Psikiatri
SMF Penyakit Dalam

Standar Tenaga

: -

Dokter umum
Dokter Spesialis Penyakit Saraf

Lama Perawatan : Sesuai kondisi pasien

270

Prosedur Penanganan Status Epileptikus

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Diagnosa

: Bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit atau adanya dua


bangkitan atau lebih dimana diantara bangkitan-bangkitan tadi tidak
terdapat pemulihan kesadaran.
Klasifikasi
- konvulsif (bangkitan umum tonik klonik)
- Non konvulsif (bangkitan bukan umum tonik klonik)
EEG : bentuk epileptikform yang terus menerus.
Manifestasi klinis :
1) Tahap kompensasi
berupa bangkitan terus menerus, metabolisme serebral
meningkat, kebutuhan oksigen, glukosa meningkat, terjadi
asidosis dengan peningkatan asam laktat serebral, denyut nadi
meningkat, banyak berkeringat, hiperpireksia, hipersekresi
bronkhial, hipersalivasi, peningkatan glukosa darah.
2) Tahap Dekompesasi
berupa,depresi respirasi sentral, peningkatan aktivitas metabolik,
edema paru, aritmia jantung, asidosis laktat sistemik,
hipoglikemia, gagal ginjal rabdomiolisis, gagal hati, DIC, infeksi
emboli paru, gangguan keseimbangan elektrolit, kematian
neuron. Berdasarkan penyakit lain yang melatarbelakangi
seperti : Trauma kepala, tumor otak, stroke, infeksi otak, dan
gangguan metabolik akut.

Diagnosa Banding: -

Sinkope, dapat bersifat vasovagal attack,


hipovolumik, hipotensi dan sinkope saat miksi
Serangan iskemik sepintas
Vertigo
Transient global amnesia
Narkolepsi
Bangkitan panik, psikogenik
Sindrom menier
Tics

kardiogenik,

Pem. Penunjang

: Laboratorium : darah, urin rutin, elektrolit, Glukosa darah, kadar


obat darah, ureum, kreatinin

Konsultasi

: Sesuai indikasi
- Bagian anaesthesi
- Bagian psikiatri

271

Bagian Interna
Bagian Anak

Perawatan

: Bangsal rawat inap bila tidak teratasi dipindah ke ICU

Terapi

: Pengobatan Stadium I (0-10menit)


- Rawat inap untuk semua kasus SE.
- Memperbaiki fungsi kardio-respiratorik
- Memperbaiki jalan nafas, Pemberian oksigen dan resusitasi.
Pengobatan Stadium II (1-60 menit)
- Pemeriksaan status neurologik
- Pengukuran tekandan darah, nadi dan suhu
- Monitor status metabolic, AGD, dan status hematologi
- Pemeriksaan EKG
- Pasang infus pada pembuluh darah besar dengan NaCl 0.9%
- Mengambil 50-100 cc darah untuk pemeriksaan Laboratorium
(AGD, glukosa fungsi ginjal dan hati, kalsium, magnesium,
hematologi)
- Pemberian OAE emergensi : Diazepam 0,2 mg/kg dengan
kecepatan pemberian 5 mg/menit iv dapat diulang bila kejang
masih berlangsung setelah 5 menit
- Memasukkan 50 cc glukosa 50% pada keadaan hipoglikemia
- Pemberian thiamin 250 mg intra vena pada pasien alkoholisme
- Menangani asidosis dengan bikarbonat.
Pengobatan Stadium Stadium III (0-60-90 menit)
- Menentukan etiologi.
- Bila kejang berlangsung terus setelah pemberian diazepam beri
phenytoin iv 15-20 mg/kg dengan kecepatan < 50 mg/menit,
(monitor tekanan darah dan EKG pada saat pemberian)
- dapat pula diberikan fenobarbital 10 mg/kg dengan kecepatan <
100 mg/menit (monitor respirasi pada saat pemberian)
- Memulai terapi dengan vasopresor (dopamine) bila diperlukan
- Mengkoreksik komplikasi
Pengobatan Stadium IV (30-90 menit)
- Bila kejang tetap tidak teratasi selama 30-60 menit, rujuk pasien
ke ICU. Berikan Propofol 2mg/kgBB bolus (iv),dapat diulang
bila perlu.atau Thiopentone 100-250 mg bolus (iv) pemberian
dalam 20 menit,dilanjutkan dengan bolus 50 mg setiap 2-3 menit,
dilanjutkan sampai 12-24 jam setelah bangkitan linis atau
bangkitan dari gambaran EEG ,lalu dilakukan terapi tapering off.
- Monitor bangkitan ulang dan gambaran EEG, tekanan
intrakranial.
- Memulai pemberian OAE dengan dosis meintenance

Standar Tenaga

: Dokter spesialis saraf

Lama Perawatan : 1 minggu / lebih tergantung penyakit yang mendasari

272

Prosedur Penanganan Stroke

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : A. STROKE NON HEMORAGIK


Defisit neurologis dapat berupa :
- TIA sembuh total dalam waktu 24 jam
- RIND sembuh total dalam waktu 21 hari
- Stroke in evolution defisit neurologi fokal masih berlangsung
terus.
- Skore siriraj < 0 atau negatif
- Tanda-tanda kenaikan TIK (tekanan intra cranial) jarang timbul
pada masa awal (baru muncul pada hari III-IV)
- Khusus untuk kausa emboli, biasanya didapatkan kelainan
jantung
- Kesadaran biasanya masih cukup baik
B. STROKE HEMORAGIK
Defisit neurologis yang ditemukan :
- Klinis selalu merupakan complete stroke
- Biasanya diikuti dengan kesadaran menurun/koma, nyeri kepala,
muntah, kejang.
- Tanda-tanda kenaikan TIK timbul awal (Tensi , bradikardi
relatif, tanda herniasi).
- Skore Siriraj > 0 atau positif
- Pada PSA dan perdarahan ventrikel dapat ditemukan kaku
kuduk dan meningeal
Diagnosa Banding: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pem. Penunjang

Ensefalopati toksis atau metabolik


Kelainan non neurologis /fungsional (contoh kelainan jiwa)
Bangkitan epilepsi yang disertai paresis Todds
Migren hemiplegik
Lesi struktural intrakranial (hematoma subdural, tumor otak,
AVM).
Infeksi ensefalitis, abses otak
Trauma kepala
Sklerosis multipel
Ensefalopati hipertensif

: A. Laboratorium :
Dilakukan Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap (DPL), Gula
Darah Sewaktu (GDS), Fungsi Ginjal (Ureum, Kreatinin dan
Asam Urat), Fungsi hati (SGOT dan SGPT), Protein darah

273

(Albumin Globulin), Hemostatis, Profid Lipid (Kolesterol,


Trigliserida, HDL, LDL), Analisa Gas Darah dan Elektrolit.
B. Radiologi : X Foto Thorak
C. EKG
Konsultasi

: -

Dokter Spesialis Penyakit Dalam


Gizi
Rehabilitasi medik setelah dilakukan prosedur Neurorestorasi
dalam 3 bulan pertama pasca onset)

Perawatan

: -

Rawat inap fase akut


Rawat jalan pasca fase akut

Terapi/Tindakan : Penatalaksanaan
1. Umum
Ditujukan terhadap fungsi vital paru-paru, jantung, ginjal,
keseimbangan elektrolit dan cairan, gizi, higiene.
2. Khusus
Pencegahan dan pengobatan komplikasi
Rehabilitasi
Pencegahan stroke : tindakan promotif, primer dan sekunder
Penatalaksanaan khusus
1. Stroke iskemik/infark :
Anti agregasi platelet : aspirin, tiktopidin, klopidogrel,
dipiridamol, Neuproprotektan
2. Perdarahan subraknoid :
Antivasospasme : Nimodipin
Neuroprotektan
3. Perdarahan Intra Serebral
Konservatif
- Memperbaiki faal hemostasis (bila ada gangguan faal
hemostasis).
- Mencegah/mengatasi vasospasme otak akibat perdarahan
Nimodipine
- Neuroprotektan
Operatif : dilakukan pada kasus yang indikatif. Memungkinkan :
Volume perdarahan lebih dari 30 cc atau diameter > 3 cm pada
fossa posterior
- Letak lobar dan kortikal dengan tanda-tanda peninggian TIK
akut dan ancaman herniasi otak
- Perdarahan serebellum
- Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum
- GCS >7
Terapi komplikasi
- Antiedema : larutan manito 20 %
- Antibiotika, Antidepresan, Antikonvulsan, atas indikasi
- Anti trombosis vena dalam dan emboli paru.
Penatalaksanaan faktor risiko
- Anti hipertensi : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu
(Guidelines stroke 2007)
- Anti diabetika : fase akut stroke dengan persyaratan tertentu
(Guidelines stroke 2007)
- Antidislipidemia : atas indikasi
Terapi Nonfarmaka
- Operatif
- Phlebotomi
- Neurorestorasi ( dalam fase akut) dan Rehabilitasi medik

274

Edukasi

Komplikasi

: Fase akut
Neurologis
- Stroke susulan
- Edem otak
- Infark berdarah
- Hidrosefalus
Non Neurologis
- Hipertensi/Hiperglekemi reaktif
- Edema paru
- Gangguan Jantung
- Infeksi
- Gangguan keseimbangan cairan dan etektrolit
Fase Lanjut
Neurologis : Gangguan Fungsi Luhur
Non Neurologis
- Kontraktur
- Dekubitus
- Infeksi
- Depresi

Standar Tenaga

: Dokter spesialis saraf, dokter umum. Perawat, terapis

Lama Perawatan : Stroke perdarahan : rata-rata 3-4 minggu (tergantung keadaan umum
penderita)
Stroke iskemis : 1 minggu bila tidak ada penyulit/penyakit lain

275

Prosedur Penanganan Konjungtivitis

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : -

Hiperemi konjungtiva tarsalis dengan berbagai kemungkinan


tanda seperti papil, folikel dan cobble stone
Injeksi konjungtiva tanpa injeksi silier
Sekret (mucous, purulen)

Diagnosa Banding: -

Konjungtivitis bacterial
Konjungtivitis viral
Konjungtivitis vernalis
Konjungtivitis flikten
Konjungtivitis allergika
Konjungtivitis lakrimalis
Konjungtivitis iatrogenic

Pem. Penunjang

Pemeriksaan sediaan langsung untuk mengidentifikasi adanya


bakteri, jamur dan sitologinya
Bila ada dugaan bakteri atau jamur lakukan biakan pada agar
darah, media thioglycolat atau sabouraud untuk identifikasi
bakteri atau jamur dan tes resistensi
Bila dijumpai folikel di konjungtiva tarsalis atau forniks, maka
dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dari kerokan
konjungtiva untuk mencari tanda-tanda infeksi virus dan analisa
sitologi
Bila dijumpai flikten dicari kemungkinan TBC paru/ kelenjar dan
lekukan pemeriksaan ada telur cacing pada tinja
Test anel

: -

Konsultasi

: -

Perawatan

: Tidak dirawat inap/ berobat jalan

Terapi

: -

Komplikasi

: -

Bila ditegakkan infeksi bakteri diberikan antibiotika topikal


sesuai hasil test resistensi
Bila ditegakkan infeksi virus diberikan vasokonstriktor dan
antiviral topikal
Bila ditegakkan infeksi jamur diberikan obat anti jamur topical
Bila ditegakkan alergi diberi topikal antihistamin pada yang
ringan, dan steroid topikal apabila berat. Pemberian steroid perlu
diwaspadai efek sampingnya.
Ulkus kornea

276

Standar Tenaga

Bila kronis : trikhiasis, entropion, ektropion

: -

Dokter Umum
Dokter Spesialis Mata

Lama Perawatan : -

5 hari 3 minggu
Sesuai kondisi pasien

277

Prosedur Penanganan Pterygium

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : I. Anamnesa :


- Riwayat trauma
- Riwayat mata merah/ infeksi mata
- Riwayat pekerjaan
II. Pemeriksaan oftalmologis
a. Gradasi Klinis (youngson)
1. Kepala jaringan pterygium pada limbus
2. Kepala jaringan pterygium di kornea berada diantara limbus
dan pertengahan jarak limbus ke tepi pupil
3. Kepala jaringan pterygium di kornea berada diantara
pertengahan jarak limbus ke tepi pupil dan tepi pupil
4. Kepala jaringan pterygium telah melewati tepi pupil
b. Primer atau residif
c. Kesan Klinis
1. Meradang (inflamed), jika terdapat 2 dari 3 tanda-tanda :
- Vaskularisasi, lebih dari 2 pembuluh darah yang melebar
- Stroma yang tebal, jika visualisasi pembuluh darah episklera
terputus dibawah stroma
- Deposit partikel : besi, bintik-bintik warna kecoklatan
dipermukaan / di tepi jaringan pterygium
2. Tidak meradang (non-inflamed), jika hanya terdapat salah
satu dari tanda-tanda di atas
Diagnosa Banding: Pseudo pterygium
Perawatan

: Tidak dirawat inap

Terapi/Tindakan : A. Gradasi 1
- Tidak meradang : observasi 3 bulan
- Meradang :
- Steroid/ NSAiD topical
- Anjuran pencegahan paparan sinar ultraviolet dan materi
polutan lain
B. Gradasi 2
- Tidak meradang :
- Observasi 3 bulan, jika progresif anjurkan pengangkatan
(extirpasi)
- Anjuran pencegahan paparan sinar ultraviolet dan materi
polutan lainnya
- Meradang :

278

Steroid/ NSAiD topical


Anjuran pengangkatan (extirpasi)
Anjuran pencegahan paparan sinar ultraviolet dan materi
polutan lain
C. Gradasi 3 dan 4 : anjurkan pengangkatan (extirpasi)
Komplikasi

: -

Cystic degeneration
Fibrosarcoma
Epitelioma

Standar Tenaga

: -

Dokter Spesialis Mata


Dokter Umum

279

Prosedur Penanganan Kesalahan Refraksi

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : I. Anamnesa


Keluhan :
- Melihat jauh kabur
- Membaca kabur
- Sakit kepala diwaktu membaca/ melihat dekat, melihat pada
jarak tertentu
- Mata berair, lelah pada waktu mengerjakan melihat sesuatu
- Kepala dimiringkan waktu menonton TV
- Mata tidak merah dan tidak sakit
II. Pemeriksaan
- Dilakukan pemeriksaan visus pada masing-masing mata dengan
alat snellen chart
- Visus yang tidak mencapai 6/6 dilakukan pemeriksaan
autorefraktometri
- Setelah dilakukan autoref dilakukan koreksi subyektif pada
masing-masing mata dengan alat trial lens berdasarkan hasil
autoref hingga mencapai koreksi terbaik atau visus 6/6
- Setelah didapati hasil koreksi terbaik atau visus 6/6 dilakukan uji
subyektif dengan fogging test
- Bila uji subyektif sudah tepat diberikan resep kacamata
- Pada pasien yang usia > 40 thn diberi kacamata baca
Diagnosa Banding: -

Miopia
Hipermetropia
Astigmatisme
Presbiop

Pem. Penunjang

: -

Tonometri
Oftalmoskopi

Konsultasi

: -

Perawatan

: Tidak dirawat inap

Terapi/Tindakan : -

Pada miopia diberikan kacamata/ lensa kontak dengan lensa


spheris minus
Pada hipermetropia diberikan kacamata/ lensa kontak dengan
lensa spheris positif

280

Komplikasi

: -

Standar Tenaga

: -

Pada astigmatisme diberikan kacamata/ lensa kontak dengan


lensa silindris minus atau positif
Bedah refraktif : LASIK/ LASEK

Dokter Spesialis Mata


Dokter Umum
Refraksionis

281

Prosedur Penanganan Episklerisis / Sklerisis

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : -

Diagnosa Banding: -

Pada episkleritis saja, tamapak mata merah di daerah episklera,


dapat berupa atau tanpa nodul (tonjolan). Radang bersifat
setempat, sakit hanya sedikit pada tekanan
Pada skeritis biasanya disertai dengan episkleritis, timbul merah
di daerah sclera anterior (dapat pula posterior) dengan atau tanpa
nodul, nyeri tekan, kadang-kadang skleritis tanpa tanda radang
yang tidak jelas, tetapi dengan scleral melting (skleromalacia)
Abses sclera
Tumor

Pem. Penunjang

: Periksa Laboratorium : ANA, factor rheumatoid, urine analisis, asam


urat, sifilis, foto toraks

Konsultasi

: Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Perawatan

: Tidak dirawat inap

Terapi

: -

NSAiD/ steroid dan lokal glukortikoid


Bila tidak efektif dengan lokal diberi NSAiD atau glukortikoid
sistemik
Apabila skleritis didapatkan bersamaan dengan penyakitpenyakit lainnya, maka perlu diobati penyakit tersebut
Apabila telah terjadi skleromalacia diberikan antibiotika topical
dan sistemik dan dilakukan tectonic flap atau graft amnion
membrane

Komplikasi

: -

Sklero malacia
Keratitis sklerotikans
Uveitis
Glaucoma

Standar Tenaga

: Dokter Spesialis Mata

282

Prosedur Penanganan Dakriodenitis

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : -

Pembengkakan di daerah kelopak mata atas temporal, nyeri tekan


Bila kelopak mata atas temporal di tarik keatas akan terlihat
tonjolan yang hiperemis

Diagnosa Banding: -

Abses palpebra superior


Hordeolum internum

Pem. Penunjang

: Kultur dan test resistensi

Konsultasi

: -

Perawatan

: Tidak rawat inap

Terapi/ Tindakan : -

Kompres hangat
Antibiotik topical dan sistemik
Insisi bila terjadi abses

Komplikasi

: Fistula

Standar Tenaga

: Dokter Spesialis Mata

283

Prosedur Penanganan Pinguecula

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : -

Diagnosa Banding: -

Pemeriksaan oftalmologi
Pembentukan bintik/benjolan putih kekuningan pada konjungtiva
bulbi pada celah kelopak mata nasal atau temporal
Gejala klinis :
Apabila meradang maka dapat disertai keluhan seperti ada benda
asing
Konjungtivitis flikten
Nodular skleritis/ episkleritis

Pem. Penunjang

: -

Konsultasi

: -

Perawatan

: Tidak dirawat inap

Terapi/Tindakan : -

Pemberian lubrikasi topical dapat mengurangi iritasi


Steroid topical dapat diberikan pada keadaan inflamasi yang
kronik
Anjurkan pencegahan paparan sinar UV dan materi polutan lain
Exisi sebagai indikasi kosmetik

Komplikasi

: -

Intraepitelial abses
Berkembang menjadi pterygium

Standar Tenaga

: -

Dokter Spesialis Mata


Dokter Umum

284

Prosedur Penanganan Selulitis Orbita

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : -

Proteosis, gerakan bola mata terhambat, edema palpebra,


chemosis, hiperemi, sakit, gangguan penglihatan, kadang-kadang
ada demam

Diagnosa Banding: -

Endoftalmitis
Panoftalmitis

Pem. Penunjang

: Pemeriksaan radiology dan CT Scan

Konsultasi

: -

Perawatan

: Rawat Inap

Terapi/Tndakan

: -

Dokter Spesialis THT


Dokter Spesialis Anak
Dokter Spesialis Saraf

Antibiotik dosis tinggi sistemik (IV, IM atau oral)


Mungkin perlu dilakukan drainage
Bila perlu dapat diberikan analgetik dan sedative
Bila terjadi akibat abses pre orbita dilakukan insisi dan drainage
Bila terjadi sinus cavernosus thrombosis, penderita dirujuk ke
bagian Neurologi
Memberi kortikosteroid sistemik secara hati-hati atau beri
NASiD
Untuk mencegah kerusakan kornea dapat dilakukan tarsorafi
Antibiotika topical

Komplikasi

: Sinus Cavernosus Thrombosis

Standar Tenaga

: Dokter Spesialis Mata

285

Prosedur Penanganan Endoftalmitis

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : -

Visus sanagt menurun, mata merah, tekanan intra ocular dapat


tinggi, dapat rendah dan mata sakit
Terlihat peradangan berat yang mengenai segmen anterior dan
posterior, abses vitreous atau kekeruhan vitreous karena sel-sel
radang

Diagnosa Banding: -

Tumor intra okuler


Panoftalmitis
Panuveitis

Pem. Penunjang

: -

Pemeriksaan mikrobiologi dari tempat luka tembus, dari cairan


bilik mata depan dan dari vitreous (vitreal tap), termasuk test
resistensi

Konsultasi

: -

Perawatan

: Rawat Inap

Terapi/Tindakan : -

Suntikan intra vitreal, intra kamera dan injeksi sistemik dengan


antibiotika sesuai hasil pemeriksaan awal
Bila tekanan intra okuler tinggi, diberi obat untuk menurunkan
TiO
Apabila visus nol, selain pemeriksaan dan penatalaksanaan diatas
dilakukan eviserasi dan rekontruksi bola mata

Komplikasi

: -

Perforasi
Ptisis bulbi

Standar Tenaga

: Dokter Spesialis Mata

286

Prosedur Penanganan Keratitis Stromal

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : -

Mata merah
Terdapat injeksi silier, infiltrat pada stroma anterior, posterior
atau mengenai seluruh ketebalan stroma
Dapat disertai edema kornea, neovaskularisasi kornea atau
uveitis anterior

Diagnosa Banding: -

Edema kornea
Distrofi kornea
Degenerasi kornea

Pem. Penunjang

: -

Test sensibilitas
Test fluoresens
Periksa Laboratorium (serologi)
Foto roentgen
Test mantoux

Konsultasi

: -

Dokter Spesialis Penyakit Dalam


Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin

Perawatan

: Tidak dirawat inap

Terapi/Tindakan : Kortikosteroid topical atau bila da kontra indikasi terhadap


kortikosteroid dapat diberikan topikal NSAiD
Komplikasi

: -

Penebalan kornea dan gelatinous


Uveitis
Koroiditis

Standar Tenaga

: -

Dokter Spesialis Mata


Dokter Umum

287

Prosedur Penanganan Keratitis Epitelial / Keratopathy

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : -

Gejala subjektif : mata berair, silau, rasa pedasdan perih, sakit,


blefarospasme
Gejala objektif : injeksi silier, kekeruhan pungtata atau filament
pada epitel kornea

Diagnosa Banding: -

Degenarasi kornea
Distropi kornea

Pem. Penunjang

: -

Test fluoresens positif bila ada erosi


Schirmer test, sensibilitas kornea
Pemeriksaan sekret untuk pemeriksaan mikrobiologi, sitologi dan
imunologis

Konsultasi

: -

Perawatan

: Tidak dirawat inap

Terapi/Tindakan : -

Antibiotika topical bila diagnosa infeksi bakteri


Beri air mata artificial
Beri antiviral bila dugaan infeksi virus
Hentikan obat bila kesimpulan iatrogenic (sitotoksik)

Komplikasi

: Kerusakan stroma kornea

Standar Tenaga

: -

Dokter Spesialis Mata


Dokter Umum

288

Prosedur Penanganan Dakriosistitis

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : -

Daerah sakus lakrimalis hiperemis dan nyeri tekan


Daerah kanalikulus lakrimalis sedikit hiperemis
Dapat berupa abses, kadang-kadang dengan fistula
Kadang-kadang disertai konjungtivitis

Diagnosa Banding: Abses kulit di daerah sakus lakrimalis


Pem. Penunjang

: -

Disingkirkan dengan melakukan test anel, bila test anel positif


disimpulkan bukan dakriosistitis, tetapi abses kulit
Bila test anel negatif ditegakkan diagnosa dakriosistitis

Konsultasi

: -

Perawatan

: Tidak rawat inap

Terapi/tindakan

: -

Irigasi sakus lakrimalis setiap hari dengan povidone iodine


Kultur dan test resistensi secret dari sakus lakrimalis (dengan
melakukan ekspresi)
Pemberian antibiotic sistemik dan antibiotic topical minimal 5
hari
Rehabilitasi obstruksi duktus naso-lakrimalis antara lain dengan
intubasi dan pemasangan silikon tube
Dakriosistitis kronik dilakukan probing, bila tidak berhasil
dilakukan Dakriocistorinotomi (DCR)
Dakriosistitis hiperakut dan menunjukkan tanda supurasi,
dilakukan insisi dan drainase
Bila sakus lakrimalis tidak dapat diharapkan berfungsi lagi
dilakukan Dakriosistektomi dan dilakukan operasi plastik untuk
membentuk system eksresi yang baru

Komplikasi

: Apakah sudah terjadi supurasi atau fistulasi

Standar Tenaga

: -

Dokter Spesialis Mata


Dokter Umum

289

Prosedur Penanganan Katarak

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : I. Anamnesa


Keluhan Utama : penglihatan kabur perlahan-lahan, lihat jauh/lihat
dekat
Riwayat penyakit sekarang :
- Silau pada siang hari atau kena sinar lampu mobil
- Jalan menabrak-nabrak
- Pakai alat bantu baca
Riwayat penyakit dahulu :
- Penyakit mata merah
- Hipertensi, diabetes
- Trauma mata
II. Pemeriksaan oftalmologis
- Visus
- Tekanan bola mata
- Kelainan kornea
- Kedaan iris
- Refleks pupil
- Kejernihan lensa/ shadow test
- Letak lensa normal/ luksasi/ subluksasi
- Keadaan vitreus
- Papil N II, c/d ratio
- Retina, refleks macula, test maddox rod
Diagnosa Banding: -

Glaucoma kronis
Degenerasi/ distrofi kornea
Retinopati
Papil antropi

Pem. Penunjang

: -

USG
Retinometri
Biometri
Test anel
Laboratorium sesuai kebutuhan

Konsultasi

: Penyakit Dalam

Perawatan

: Apabila operasi pasien dirawat inap

290

Terapi/Tindakan : -

Bila katarak belum matur observasi


Bila katarak sudah matur, dilakukan operasi ekstraksi katarak +
implant intra okuler lens (IOL)

Standar Tenaga

Dokter Spesialis Mata


Dokter Umum

: -

291

Prosedur Penanganan Retinopati Hipertensive

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : -

Anamnesa
Pemeriksaan segmen anterior dengan alat slit lamp
Pemeriksaan segmen posterior : direk/ indirek oftalmoskop
Gambaran klinik : dapat dijumpai vasokonstriksi fokal maupun
luas pada arteriol retina crossing phenomen, copper wire dan
silver wire, perdarahan, eksudat, cotton wool spots.
Pada keadaan lanjut terdapat star figure eksudat.
Klassifikasi Scheie :
1. Hipertensi
a. Grade 0 : tidak dijumpai kelainan
b. Grade 1 : penyempitan arteri mudah dilihat
c. Grade 2 : penyempitan arteri tampak nyata disertai
irregularitas setempat
d. Grade 3 : Grade 2 + perdarahan retina dan atau eksudat
e. Grade 4 : Grade 3 + papiledema
2. Arteriolar sclerosis
a. Grade 0 : normal
b. Grade 1 : perubahan refleks dinding pembuluh arteri yang
mudah dilihat
c. Grade 2 : peningkatan refleks pembuluh arteri yang nyata
d. Grade 3 : copper wire arteri
e. Grade 4 : silver wire arteri

Diagnosa Banding: -

Retinopati diabetika
ARMD (Age Related Macular Degeneration)

Pem. Penunjang

: -

Tonometri
FFA
Tes Ishihara
Tes Amsler Grid

Konsultasi

: Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Perawatan

: Tidak dirawat inap

Terapi/Tindakan : -

Atasi hipertensinya
Bila dalam keadaan lanjut terjadi perdarahan vitreus dapat
dipertimbangkan vitrektomi

292

Komplikasi

: -

Perdarahan vitreus
Traction Retinal Detachment

Standar Tenaga

: Dokter Spesialis Mata

293

Prosedur Penanganan Strabismus

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : I. Anamnesa


- Keluhan utama
- Keluhan tambahan
- Umur saat keluhan di mulai (onset : sebelum/ sesudah usia 6
bulan)
- Arah deviasi
- Mata yang tampak berdevisasi (selalu mata yang sama,
bergantian)
- Diplopia
- Mode of onset (mendadak , perlahan-lahan, disertai faktor
pencetus)
- Jenis deviasi (laten, hilang timbul, menetap)
- Fotofobia, asthenopia
- Pengobatan sebelumnya
- Riwayat keluarga
- Riwayat penyakit dahulu (saat lahir, gangguan tumbuh kembang,
alergi)
- Keadaan umum penderita
II. Pemeriksaan
1. Inspeksi
- Fissura palpebra : ptosis, langoftalmos, mongoloid,
anoftalmos/ exoptalmos, epicanthel fold
- Anomalous Head Posture : head tilt, head turn, chin-up, chin
down
- Asimetri wajah : hipertelorism, dll
- Kecenderungan fiksasi : unilateral, alternating
- Constancy of deviation : hilang, timbul, menetap
- Nystagmus : horizontal, vertical
2. Pemeriksaan visus
3. Pemeriksaan segmen anterior kedua mata
4. Pemeriksaan segmen posterior kedua mata dengan funduskopi
5. Pemeriksaan pergerakan bola mata
6. Penilaian sudut deviasi strabismus :
- Uji Hischbery
- Uji cover/ uncover
- Uji prisma
8. Pemeriksaan fungsi binokulanitas
- WFDT
- Synoptophore

294

Maddox rod

Diagnosa Banding: -

Esotropia
Exotropia
Hipotropia
Hipertropia

Pem. Penunjang

: -

Uji Hess Screen


Uji Force Duction
Uji Diplopia Field Chart
Pengukuran AC/ A ratio
Rontgen kepala (cranium - sinus orbita)
Laboratorium : kadar gula darah

Konsultasi

: -

Dokter Spesialis Penyakit Dalam


Dokter Spesialis Saraf

Perawatan

: Tidak dirawat inap

Terapi/Tindakan : Standar Tenaga

Berikan kacamata dengan koreksi terbaik


Oklusi mata yang baik beberapa jam tiap hari
Pembedahan recess/ resect otot rectus medialis otot rectus
lateralis

: Dokter Spesialis Mata

295

Prosedur Penanganan Trauma Mata

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : I. Anamnesa


1. Riwayat trauma
2. Riwayat neurologist
- Trauma kepala/ leher
- Kehilangan kesadaran
- Penurunan status mental
II. Pemeriksaan fisik
1. Kesadaran
2. Tensi, nadi, pernafasan
3. Kelainan fisik
III. Pemeriksaan oftalmologis
1. Visus
2. Kemungkinan ruptur kornea, sclera dengan atau tanpa prolaps
iris atau prolaps badan kaca
3. Kemungkinan penurunan tekanan nitra okuler
4. Kemungkinan hifema
5. Kemungkinan fraktur dinding orbita
6. Kemungkinan benda asing nitra/ ekstra okuler
7. Kemungkinan katarak traumatika
8. Kemungkinan pendarahan badan kaca
9. Kemungkinan ablation retina
Diagnosa Banding: -

Trauma tajam
Trauma tumpul
Trauma kimia

Pem. Penunjang

: -

Tonometri
Plani foto orbita
USG
Laboretorium rutin

Konsultasi

: -

Dokter Spesialis Penyakit Dalam


Dokter Spesialis Syaraf

Perawatan

: Dirawat inap apabila dioperasi

Terapi/Tindakan : -

Bila ada ruptor sclera : primary repair, USG esok hari


Bila ada ruptor kornea : repair/ jahit kornea
Bila ada perdarahan nitreus : hemostatik, vitamin C 100 mg

296

Bila ada laserasi palpebra : antibiotic atau ATS 1500


Bila ada hifema : bed rest dengan elevasi kepak 45 0 penurunan
TiO bila TiO meningkat, paracentesis bila hifema total menetap
dalan 5 hari
Bila dijumpai luksasi posterior lensa : bila visus masih baik
sampai 6/20 di evaluasi
Bila dijumpai ruptor sclera dan kornea dengan prolaps iris dan
vitreus dan khoroid dilakukan operasi eviserasi

297

Prosedur Penanganan Glaukoma Primer Sudut Terbuka

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : I. Anamnesa


Keluhan trauma : tajam penglihatan turun perlahan-lahan, sakit
kepala ringan, mata berdenyut, penglihatan halo berwarna
Keluhan tambahan :
- Perjalanan penyakit
- Riwayat penyakit mata lain atau sebelumnya
- Riwayat penyakit sistemik
- Riwayat penyakit dalam keluarga
- Riwayat trauma
II. Pemeriksaan rutin :
- Pemeriksaan visus dan refraksi
- Biomikroskopis
- Tonometri Schiotz
- Funduskopi direk
III. Gambaran klinis :
- Tekanan intraokuler > 21 mmHg
- Kelainan (penyempitan) lapang pandangan
- Atropi papil glaukomatosa
Diagnosa Banding: -

Glaukoma Normotension
Penderita mempunyai kelainan papil dan lapang pandangan
tetapi memiliki tekanan intraokuler dalam batas normal
Low tension Glaukoma

Pem. Penunjang

: -

Tonometer aplanasi Goldman


Perimetri
Gonioskopi (direk dan indirek)

Konsultasi

: -

Perawatan

: Tidak dirawat inap

Terapi/Tindakan : Medikamentosa :
- Trimolol 0,5% topikal 2 x 1 tetes/ hari
- Pilokarpin 2% topical 3-4 x 1 tetes/ hari
- Acetazolamid tablet 3 x 250 mg
- KCl tab 3 x 1 tab
Pembedahan :
- Bila dengan medikamentosa TiO > 21 mmHg dan fungsi mata
mundur

298

Fungsi mata tetap mundur dengan obat-obatan

Komplikasi

: Glaucomatous aptic atrophy (papil atropi)

Standar Tenaga

: Dokter Spesialis Mata

299

Prosedur Penanganan Retinopati Diabetik

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Kriteria Diagnosa : I. Anamnesa


Keluhan utama : penurunan visus perlahan-lahan
Keluhan tambahan :
- Riwayat penyakit diabetes mellitus
- Perjalanan penyakit : lamanya menderita DM, terkendali atau
tidaknya KGD, jenis obat diabetesnya, insulin atau oral
- Komplikasi DM lain
II. Pemeriksaan
- Tajam penglihatan dengan koreksi
- Pemeriksaan segmen anterior
- Pemeriksaan segmen posterior
a. Oftalmoskopi direk
b. Oftalmoskopi indirek
Gambaran Klinis :
1. Non Proliferative Diabetik Retinopathy (NPDR)
- Mikroaneurisma
- Eksudat
- Perdarahan dot and blot
2. Preproliferative Diabetik Retinopathy (PPDR)
- Cotton wod spots
- Venous bedding/ dilatasi
- Intra Retina Microvascular Abnormalities (IRMA)
- Perdarahan dot and blot yang banyak
- Daerah non perfusi
3. Proliferative Diabetik retinopathy
- Neovaskularisasi
NVD = Neovaskularisasi di papil N optikus
NVE = Neovaskularisasi di tempat lain
4. Diabetik Macular Edema/ SCME
- Penebalan retina dalam daerah 500 dari pusat makula
- Eksudat dalam daerah 500 dari pusat makula
- Penebalan retina sebesar satu diameter papil atau lebih besar
di daerah I diameter papil dari pusat makula
Diagnosa Banding: -

Hipertensi Retinopathy
ARMD (Age Related Macular Degeneration)
Retinis Pigmentosa

Pem. Penunjang

Tonometri
Kampimetri static/ kinetic

: -

300

Foto fundus
FFA (Fundus Fluoresein Angiography)
Tes Amsler grid
Tes Ishihara
Tes ERG (Elektro Retino Graphy)

Konsultasi

: Dokter Spesialis Mata

Perawatan

: Tidak dirawat inap

Terapi/Tindakan : -

Kontrol diabetesnya dengan obat-obatan antidiabetik


Aspirin dapat diberikan untuk mengurangi platelet stickiness
Diet rendah lemak bisa mengurangi hard exudate
Mata normal atau NPDR ringan dengan mikroaneurisma yang
jarang diperiksa setiap 6-12 bulan
NPRD tanpa edema makula diperiksa 4-6 bulan
NPRD dengan edema makula yang tidak bermakna secara klinis,
tetapi tajam penglihatan sudah menurun, diperiksa setiap 4 bulan.
Pemeriksaan FFA mungkin bermanfaat. Fotokoagulasi laser
mungkin belum perlu dilakukan
NPDR dengan edema makula yang bermakna secara klinis
(CSME) pemeriksaan FFA perlu, fotokoagulasi laser harus
dilakukan. Kedaan pasien herus terkontrol, tekanan diastolic
darah dibawah 100 mmHg dan belum ada tanda-tanda gagal
ginjal
Pre PDR, resiko untuk menjadi PDR sangat besar. Antara 10% 40%penderita dengan Pre PDR akan berkembang menjadi PDR.
Pemeriksaan FFA sangat perlu untuk melihat daerah-daerah non
perfusi serta kebocoran
PDR dengan atau tanpa CSME. Pemeriksaan FFA perlu untuk
membedakan NV dari perdarahan retina, juga untuk menilai
kebocoran pada edema makula. Fotokoagulasi segera dilakukan
sebelum terjadi perdarahan vitreus
PDR dengan komplikasi lanjut yang tidak dapat diterapi laser
diperiksa tiap 1-6 bulan

Komplikasi

: -

Perdarahan vitreus
Traction and Rhegmatogenous Retinal Detachment

Standar Tenaga

: Dokter Spesialis Mata

301

Prosedur Penanganan Gingivitis

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

: Peradangan gusi yang disebabkan oleh faktor lokal atau faktor


sistemik.

Patofisiologi

: Bacterial plak menghasilkan enzym taksin bacteri, kemudian invasi


melalui epitel sulkus gingival menimbulkan radang gusi.

Gejala Klinis dan Pemeriksaan :


1. Perubahan gusi dalam hal warna, bentuk, permukaan dan
konsistensi warna merah terang-merah kebiruan
Konsistensi lunak, kenyal
Bentuk membulat
Permukaan licin, kasar seperti kulit jeruk
Pendarahan : tendensi berdarah pada waktu probing
Poket ginginal : yang dasarnya terletak pada CEJ
2. Halitosis
Diagnosa Banding: -

Gingival abces
ANDG
Gingivitis AIDS
Herpetik Gingivo Stomatitis
Gingivitis oleh karena :
- defisiensi nutrisi / vitamin
- Kelainan sistemik DM, Leukimia, anemia, penyakit kulit
- obat -obat dilantin, pil oral kontrasepsi
Gingivitis Puberty
Gingivitis Kehamilan
Gingivitis Menopause
Gingivitis Oral Kontrasepsi
Periodontitis marginalis kronis dini

Pem. Penunjang

: Laboratorium haematologi, radiologist

Konsultasi

: Tergantung dari latar belakang


1. Ahli penyakit dalam
2. Ahli penyakit kandungan
3. Ahli penyakit kulit

Terapi/Tindakan : (Prosedur tindakan Medik)


Perawatan Awal

302

1. Pemberian resep bilamana diperlukan (kasus akut, proteksi


penyakit jantung )
2. Pemberian obat kumur
Perawatan Darurat
1. Inasi untuk Gingival abcess
Perawatan Bedah
1. Anastesi local
2. Menentukan letak dasar poket
3. Memotong Gingiva
4. Membersihkan jaringan granulasi, sisa - sisa jaringan rekrotik
5. Irigasi Caline
6. Kontrol berkala
Tenaga Medik

: Dokter Gigi Umum

Institusi

: Rumah Sakit Type C

Perawatan RS

: Rawat Jalan

Lama Perawatan : Penyulit

: -

Masa Pemulihan : Prognosis

30 - 120' untuk perawatan awal tergantung dari banyaknya


kuadran yang terlibat
30 - 60' (menit) untuk perawatan darurat
1 - 4 jam untuk perawatan bedah
Pendarahan berlebihan
Hipersensitivitas dentin
Gangguan Estetik
Efek samping obat obatan
2 minggu untuk perawatan awal
6 minggu untuk gingivektomi

: Baik

Keberhasilan Perawatan :
75-90 % tergantung dari faktor yang berpengaruh (Kooperatif
pasien, keparahan penyakit, latar belakang sistemik)
Informed Consent : Sebelum tindakan perawatan yang menimbulkan luka, harus ada
persetujuan tertulis pasien menerima prosedur perawatan.

303

PROSEDUR PENANGANAN KARIES EMAIL GIGI


SULUNG

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

: - Lesi email akibat karies


- Kedalaman kavitas < 2 mm

Patofisiologis

: Reaksi fisiologis / patologis dari jaringan pulpa akibat rangsangan


kimia / termis, infasi bakteri melalui tubulus dentin yang terbuka.

Pemeriksaan

: Sondase negatif tersangkut

Gejala Klinis

: - Tidak sakit
- Makanan masuk ke kavitas
- Warna putih buram, kuning muda / pekat, coklat

Diagnosa Banding: - Fraktur email


- Amelogenesis imperfecta
- Nursing bottle caries
Pem. Penunjang

: -

Konsultasi

: -

Terapi/Tindakan : - Perlindungan dentin


- Tumpatan tetap (amalgam, GIC)
Prosedur
- Preparasi kavitas sesuai bahan tumpat
- Isolasi
- Tumpatan tetap
- Cek oklusi, kontrol periodic
- Evaluasi setiap 6 bulan
Tenaga Medis

: Dokter gigi umum

Institusi

: Puskesmas, Rumah sakit type A, B, C.

Perawatan RS

: Rawat jalan

Lama Perawatan : - Tumpatan amalgam 2x kunjungan


- Tumpatan semen glass lonomer 1x kunjungan
Penyulit

: - Sikap Kooperatif anak


- Sosial, ekonomi

304

Masa Pemulihan : 1 - 3 minggu


Prognosis

: Baik, Kontrol 3 - 6 bulan

Keberhasilan Perawatan : - Gigi utuh kembali seperti semula


Informed Consent : Lisan

305

PROSEDUR PENANGANAN KARIES DENTIN GIGI


SULUNG

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

: Lesi dentin akibat karies, kedalaman 3 - 4 mm


Pulpa belum terbuka, dentin keras atau lunak

Patofisiologis

: Peningkatan tekanan intra pulpa akibat rangsang kimia / termis /


invasi, bakteri melalui tubulus dentin yang terbuka.

Pemeriksaan / Gejala Klinis :


- Sakit bila minum dingin / kemasukan makanan
- Sondase menyangkut
- Warna coklat
Diagnosa Banding: -

Fraktur mahkota dentin terbuka


Amelogenesis imperfecta
Dentinogenesis imperfecta
Nursing bottle caries
Rampant caries

Pem. Penunjang

: Foto ronsen dental

Konsultasi

: -

Terapi/Tindakan : Tumpatan tetap (amalgam, glass ionomer)


Prosedur
- Preparasi kavitas sesuai bahan tumpat
- Isolasi
- Proteksi pulpa (baris kalsium hidroksida)
- Tumpatan tetap
Tenaga Medis

: Dokter gigi umum

Institusi

: Puskesmas, Rumah sakit type A, B, C.

Perawatan RS

: Rawat jalan

Lama Perawatan : 1 - 2 x kunjungan


Penyulit

: - Sikap kooperatif anak


- Sosial ekonomi

Masa Pemulihan : 1 - 6 minggu

306

Prognosis

: - Baik
- Kontrol setiap 3 - 6 bulan

Keberhasilan Perawatan : Keluhan hilang, gigi utuh kembali


Informed Consent : Lisan

307

PROSEDUR PENANGANAN PERSISTENSI GIGI SULUNG

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

: Gigi sulung belum tanggal, gigi tetap


Pengganti sudah erupsi

Patofisiologi

: Gangguan tumbuh kembang geligi tetap dan lengkung rahang


(maloklusi)

Pemeriksaan /
Gejala Klinis

: - Tampak gigi sulung dan gigi tetap pengganti sejenis dalam rongga
mulut
- Sakit negatif / positif
- Derajat kegoyangan gigi negatif / positif
- gingivitis negatif / positif

Diagnosa Banding: Gigi lebih


Pem. Penunjang

: Foto ronsen dental

Konsultasi

: -

Terapi/Tindakan : - Ekstraksi
- Observasi terhadap susunan geligi tetap (3 bulan)
- Preventif orthodontic
Prosedur
- Sterilisasi daerah kerja
- Anastesi lokal (topikal kemudian injeksi)
- Ekstraksi
- Observasi selama 3 bulan
- Bila tampak gejala maloktusi menetap, lanjutkan dengan
perawatan preventif orthodontic
Tenaga Medis

: Dokter gigi umum

Institusi

: Puskesmas, rumah sakit type A, B, C.

Perawatan RS

: Rawat Jalan

Lama Perawatan : 2 - 4 x kunjungan


Penyulit

: - Sikap kooperatif anak


- Sosial, ekonomi

308

Masa Pemulihan : 3 - 6 bulan


Prognosis

: - Baik
- Kontrol periodik 3 bulan

Keberhasilan Perawatan : Bila gigi sulung tercabut dengan baik


Informed Consent : Lisan

309

PROSEDUR PENANGANAN GIGI IMPAKSI

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

Pemeriksaan /
Gejala Klinis

: Impaksi adalah gigi yang mengalami kesukaran / kegagalan erupsi


yang disebabkan oleh malposisi, kekurangan tempat atau dihalanghalangi oleh gigi lain, tertutup tulang yang tebal dan / atau jaringan
lunak disekitarnya.
: Pada saatnya erupsi gigi yang bersangkutan tidak terlihat atau
terlihat sebagian.

Pem. Penunjang

: Ditentukan oleh photo rongent; photo periapikal

Konsultasi

: Neurologi

Tindakan/Terapi : Odontectomy / Odontolomy


Prosedur :
- Antiseptik intra dan ekstra oral
- Anastesi blok dan infiltrasi
- Pembuatan flap jaringan lunak
- Pembuangan tulang sekitar gigi impaksi
- Pengeluaran gigi impaksi
- Pembersihan dan penutupan luka
- Perawatan pasca bedah : anti biotik, analgetik, antiinflamasi
- Intruksi dan penjelasan pada pasien
- Kontrol dan buka jahitan
Tenaga Medis

: Dokter gigi : Impaksi M3 klasifikasi 1A

Institusi

: Rumah sakit

Perawatan

: - Rawat Jalan
- Rawat inap bila dilakukan dengan bius umum

Lama Kunjungan /
Perawatan
: - Rawat jalan : 3x dalam waktu 7 - 10 hari
- Rawat inap : 1 - 3 hari ditambah 2x kontrol rawat jalan
Penyulit

: - Pendarahan, infeksi, fragmen akar tertinggal


- Fragmen akar terdorong kedalam sinus maksilaris (3)
- Lesi N mandibularis, trauma gigi tetangga, laserasi, perfurasi sinus
maksilaris
- Fraktur rahang

310

Masa Pemulihan : 1 bulan


Prognosis

: Baik

Keberhasilan Perawatan : Pengangkatan gigi impaksi tampa komplikasi


Informed Consent : Lisan dan tulisan

311

PROSEDUR PENANGANAN KARIES DINI / LESI PUTIH /


KARIES EMAIL TANPA KALITAS
No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

: Karies yang pertama terlihat secara klinik

Patofisiologi

: Gambaran putih setempat pada email karena melebarnya mikropori


akibat demineralisasi

Gejala Klinis dan


Pemeriksaan
: Pemeriksaan dengan sorde tumpul, penerangan yang baik dan gigi
dikeringkan
Diagnosa Banding: Hipoplasi Email
Konsultasi

: -

Terapi/Prosedur

: Tindakan preventif, anamnesis identifikasi

Tenaga Medis

: Dokter gigi umum

Institusi

: Rumah sakit

Lama Perawatan : 1x kunjungan


Penyulit

: Oral Higiene jelek

Prognosis

: Baik

312

PROSEDUR PENANGANAN PULPITIS REVERSIBEL /


PULPITIS AWAL

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

: Radang pulpa ringan sampai sedang akibat rangsang radang dapat


sembuh setelah rangsang dihilangkan

Patofisiologi

: Pulpitis awal dapat terjadi karena karies dalam, trauma tumpatan


resin komposit / amalgam, ionomer glass

Gejala Klinis dan


Pemeriksaan
: Nyeri tajam terjadi singkat tetapi tidak spontan, tidak terus menerus.
Nyeri hilang setelah rangsang hilang berupa panas / dingin, asam /
manis. Rangsang dingin lebih nyeri dari pada panas
Diagnosa Banding: Pulpitis akut, pulpitis kronis
Terapi

: Menghilangkan penyebab
Prosedur :
Tumpatan tetap dengan basis semen gelas ionomer. Bila kavitas
dalam diberi pelapis Ca (OH) atau pulp capping indirect dan
ditambal tetap

Tenaga Medis

: Dokter gigi umum

Lama Perawatan : 1x kunjungan


Masa Pemulihan : 1 - 4 minggu
Prognosis

: Baik bagi gigi dewasa muda

313

PROSEDUR PENANGANAN PULPITIS IRREVERSIBEL


AKUT

No Dokumen
Tanggal Terbit
Prosedur Tetap

No. Revisi

Halaman

Bireuen
Direktur RSUD dr. Fauziah
dr. Y U R I Z A L
NIP. 19670709 200003 1 002

Definisi

: Radang pulpa lama ditandai ditandai dengan rasa nyeri akut, spontan
setelah terjadinya / terbentuknya eksudat / mikro abcess di dalam
pulpa

Patofisiologi

: Radang pulpa akut akibat proses karies yang berlanjut dan


berlangsung lama. Kerusakan pulpa menyebabkan gangguan
mikrosirkulasi dan terjadi sedema dan mikro abcess di dalam pulpa

Gejala Klinis /
Pemeriksaan

: Nyeri tajam yang berlangsung terus menerus menjalar kebelakang


telinga. Penderita tidak dapat menunjukkan gigi yang sakit. Kavitas
terlihat dalam dan tertutup sisa makanan atau tumpatan. Pulpa
terbuka dan masih vital

Pem. Penunjang

: Radiografik

Terapi

: Premedikasi

Tenaga Medis

: Dokter gigi umum

Lama Perawatan : 1x kunjungan

314

Anda mungkin juga menyukai