Anda di halaman 1dari 18

TATA LAKSANA ABORTUS

Pasien abortus datang dengan keluhan pendarahan vagina, tata laksana dibedakan menjadi dua
yaitu1 :
 Tata laksana umum
1. Tentukan stabilitas hemodinamik dan mengatasi ketidakstabilan.
2. Jika pasien dalam syok hemoragik:
- Posisi Trendelenburg
- Oksigen
- Resusitasi cairan agresif (setidaknya double IV line dengan Ringer Lactate atau
Normal Saline.
- Transfusi: Periksa golongan darah untuk transfusi dan transfusi sesuai kebutuhan.
3. Tentukan status kehamilan (kualitatif dan kuantitatif).
4. Lakukan pemeriksaan laboratorium kadar hematokrit (Ht) dan status Rh.
5. Lakukan pemeriksaan panggul untuk menentukan tingkat perdarahan; adanya bekuan
darah, fetus ; dan kondisi ostium serviks, serviks, rahim, dan adneksa.
6. Lakukan ultrasonografi panggul untuk menentukan kandungan intrauterin dan / atau
ekstrauterin (aktivitas jantung janin) dan / atau secara klinis mengklasifikasikan
keguguran spontan.

 Tata laksana khusus


Tata laksana seseuai dengan macam abortusnya:
A. Abortus spontan
1. Abortus Iminens
Pasien diminta untuk tirah baring sampai perdarahannya berhenti. Bisa diberikan
spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormon progesteron atau
derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus. Obat-obatan ini walaupun secara statistik
kegunaannya tidak bermakna, tetapi efek psikologis kepada penderita sangat
menguntungkan. Pasien boleh dipulangkan setelah tidak terjadi pendarahan dengan
edukasi tidak berhubugan seksual dulu sampai 2 minggu.2 Pada penelitian yang dilakukan
di Turki denga tujuan untuk menentukan outcome perinatal dan komplikasi kehamilan
(kelahiran prematur, ruptur prematur membran prelabour [PPROM], preeklamsia, abrupsi
plasenta dan pembatasan pertumbuhan intrauterin [IUGR]) dari keguguran yang terancam
(abortus iminens) Hasilnya menunjukkan insidensi kelahiran prematur, abortus, berat janin
gestasional yang lebih rendah, dan ketuban pecah dini meningkat pada kelompok yang
abortus iminens. Abortus iminens merupakan situasi penting untuk memprediksi baik
outcome ibu dan janin pada kehamilan lanjut.3 Uji dengan randomisedan atau quasi
randomised control oleh Hayfaa A Wahabi dkk untuk menilai efikasi dan keamanan
progesteron untuk pengobatan aborsi iminens menunjukkan bahwa tidak ada bukti
efektivitas dengan penggunaan progesteron vagina dibandingkan dengan placebo dalam
mengurangi risiko keguguran.4 Istirahat di tempat tidur adalah saran yang paling umum,
tetapi hanya sedikit bukti mengenai manfaatnya. Pilihan lain termasuk progesteron, human
chorionic gonadotropin (HCG) dan relaksan otot. Terapi komplementer dan pengobatan
alternatif (CAM/Complementery Alternatif Medicine) seperti akupunktur dan ramuan Cina
juga telah dicoba. Ada beberapa bukti dari studi klinis yang menunjukkan bahwa terapi
CAM dapat mengurangi tingkat keguguran, tetapi kualitas penelitiannya buruk. Dengan
demikian, lebih lanjut double-blind, uji coba terkontrol secara acak diperlukan untuk
mengkonfirmasi efektivitasnya, terutama akupunktur dan ramuan Cina.5

2. Abortus insipiens
Pengelolaan pasien harus memperhatikan keaadaan umum dan perubahan keadaan umum
dan perubahan hemodinamik yang terjadi dam segera lakukan tindakan evakuasi atau
pengeluaran janin disusul dengan kuretase bila pendarahan banyak. Untuk detailnya akan
dijelaskan pada terapi operatif abortus. Pada umur kehamilan diatas 12 minggu, uterus
biasanya sudah melebihi telur angsa tindakan evakuasi dan kuretase harus hati-hati sambil
diberikan uterotonika. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya perforasi pada
dinding uterus. Pasca tindakan perlu perbaikan keadaan umum, pemberian uterotonika dan
antobiotik profilaksis.2
3. Abortus inkompletus
Bila terjadi pendarahan yang hebat dianjurkan segera melakukan pengeluaran sisa janin
secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera
dikeluarkan, kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti.
Selanjutnya dilakukan tindakan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan dengan hati
hati seuai dengaan keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan yang dianjurkan
adalah dengan karet vakum menggunakan kanula dari plastik, pasca tindakan perlu
diberikan uterotonika parenteral ataupun per oral dan antibiotik.2
Aborsi yang tidak lengkap, sebelum usia kehamilan 13 minggu, terapi standarnya adalah
Dilatation & Curetase (D & C) hisap (akan dijelaskan pada operatif aborsi mengenai
metodenya). Namun, setidaknya 2 uji coba terkontrol secara acak menunjukkan bahwa
misoprostol adalah terapi medis alternatif yang efektif. Dalam satu studi aborsi tidak
lengkap, antara misoprostol oral (600 mcg) atau D & C hisap, dengan tingkat keberhasilan
misoprostol 96,3% sedangkan D & C hisap 91,5%. Tingkat komplikasi rendah (0,9%
untuk misoprostol).1
4. Abortus Kompletus
Tidak diperlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya hanya diberikan
roboransia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan. Uterotonika tidak perlu
diberikan.2 Aborsi complete biasanya tidak membutuhkan perawatan lebih lanjut, secara
medis atau pembedahan. Pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit ketika diagnosis aborsi
lengkap dilakukan; pasien biasanya dipulangkan. Namun, jika ada kekhawatiran tentang
kehilangan darah yang signifikan, maka pasien mungkin perlu dirawat selama 24 jam untuk
observasi dan menerima transfusi darah jika diperlukan. Jika ada kekhawatiran mengenai
infeksi yang signifikan, terapi antibiotik IV mungkin diperlukan dalam waktu yang singkat
sampai demam / gejala membaik.1
5. Missed abortion
Perawatan dapat bervariasi tergantung pada usia kehamilan sebagai berikut1:
 Trimester pertama: kebanyakan janin keluar secara spontan. Gangguan koagulasi
akibat janin mati jarang terjadi. Manajemen ekspektan, kuret hisap, atau
misoprostol untuk manajemen medis untuk memfasilitasi lewatnya janin dapat
dilakukan.
 Trimester kedua: Rahim dikosongkan dengan dilatasi dan evakuasi; sebagai
alternatif, uterus dikosongkan dengan induksi persalinan.
Rawat inap
Jika pendarahan vagina tidak dapat dikendalikan di ruang gawat darurat, pindahkan pasien
ke ruang operasi (OR) untuk pemeriksaan, jika diperlukan tindakan bedah harus segera
dilakukan.
Rujuk
Rujuk pasien ke tingkat perawatan yang lebih tinggi jika ada bukti gangguan koagulasi.
Pengelolaan missed abortion perlu diutarakan kepada pasien dan keluarganya secara baik
karena risiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat menimbulkan komplikasi perdarahan
atau tidak bersihnya evakuasi/kuretase dalam sekali tindakan. Faktor yang mental
penderita perlu diperhatikan, karena penderita umumnya gelisah setelah tahu
kehamilannya tidak tumbuh atau mati. Bila umur kehamilan diatas 12 minggu atau kurang
dari 20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk
melakukan tindakan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan
kanalis servikalis. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian infus
intravena cairan oksitoksin dimulai dosis 10 unit dalam 500 cc dektrose 5% tetesan 20 tetes
per menit dan diulangi sampai total oksitosi 50 unut dengan tetesan dipertahankan untuk
mencegah terjadinya retensi cairan tubuh. Jika tidak berhasil, penderita diistirahatkan satu
hari dan kemudian induksi diulangi biasanya maksimal tiga kali. Setelah janin atau jaringan
janin berhasil keluar dengan induksi ini dilanjutkan dengan tindakan kuretse sebersih
mungkin.2
Pada dekade belakangan ini banyak yang telah menggunakan prostaglandin atau
sintesisnya untuk melakukan induksi pada missed abortion. Salah satu cara yang banyak
disebutkan adalah dengan pemberian misoprostol secara sublingual sevabya 400 mg yang
dapat diulangi 2 kali dengan jarak 6 jam. Dengan obat ini akan terjadi pengeluaran janin
atau terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat
dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri. Kemungkinan penyulit pada tindakan
missed abortion ini lebih besar mengingat jaringan plasenta yang menempel pada dinding
uterus biasanya sudah lebih kuat. Apabila terdapat hipofibronogenemia perlu dipersiapkan
trasnfusi darah segar atau fibronogen. Pasca tindakan kalau perlu dilakukan pemberian
infus ciran oksitoksin dan pemberian antibiotik.2
6. Abrotus habitualis
Tergantung pada penyebabnya
- The American College of obstetricians and Gynecologist (2001) melaporkan hanya
dua pemeriksaan yang perlu dilakukan pada abortus habitualis yaitu analisis
sitogenik parenteral dan lupus antikoagulan dan antibodi antikardiolipin.
Perempuan dengan persisten lupus antikoagulan dan antikardiolipin antibodi dapat
diobati dengan low dosis aspirin dan heparin selama kehamilan berikutnya.
- Jika penyebabnya inkompetensia serviks maka penegelolaannya harus dilakukan
tindakan untuk memberikan fiksasi pada serviks agar dapat menerima bebean
dengan berkembangnya umur kehamilan. Operasi dilakukan pada umur kehamilan
12-14 minggu dengan cara SHIRODKAR dan McDONALD dnegan melingkari
kanalis servikalis dengan benang sutera/MERSILENE yang tebal dan simpul bari
dibuka setelah umur kehamilan aterm dan bayi siap dilahirkan.2
- Pemeriksaan USG dapat dilakukan untuk menilai adanya polikistik ovarium.
Risikonya dapat dikurangi dengan pemberian metformin.
- Gangguan tiroid dan gangguan kadar gula darah dapat dideteksi dari gejala klinis
dan laboratorium (TSH, T3 dan T4) serta (GDP, GD2PP, HbA1C). Jika ada
gangguan maka perlu diobati.
- Infeksi seperti servitis, bakterial vaginosis dan PID perlu diobati dengan pemberian
antibiotik.
7. Abortus infeksisus, abortus septik
Pengelolaan pasien ini harus mempertimbangkan keseimbangan cairan tubuh dan perlunya
pemberian antibiotik yang adekuat seusai dengan kultur dan sensivitas kuman yang diambil
dari darah dan cairan fluksus/fluor yang keluar pervaginam. Untuk tahap pertama dapat
diberikan penisilin 4 x1,2 juta unit atau ampisiliin 4 x 1 gram ditambah gentamisin 2 x 80
mg dan metronidazol 2 x 1 gram. Selanjutnya antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur.
Tindakan kuretase dilaksanakan bila keadaan tubuh sudah membaik minimal 6 jam setelah
pemberian antibiotika adekuat. Jangan lupa pada saat tindakan uterus dilindungi dengan
uterotonika. Antibiotik dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bola dalam 2 hari
pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai.
Apabila ditakutkan terjadi tetenus, perlu ditambah dengan injeksi ATS dan irigasi kanalis
vaginalis/uterus dengan larutan H2O2 kalau perlu histerektomi total secepatnya.
 Terapi operatif abortus
1. Pengeluaran secara digital
Tindakan ini dilakukan untuk menolong pasien di tempat-tempat yang tidak memiliki
fasilitas kuretase, sekurang-kurangnya untuk menghentikan perdarahan. Tindakan itu
sering dilakukan pada abortus insipiens atau inkompletus.7
Syarat pembersihan secara digital
- Telah ada pembukaan serviks uteri yang dapat dilalui oleh satu jari secara longgar.
- Kavum uteri cukup luas
Prosedur
- Manipulasi pada rahim menimbulkan nyeri maka sebaiknya diberikan narkosa
umum intravena menggunakan ketalae-diazepam yang didahului dengan
premedikasi sulfas atropin 1 ampul.
- Melakukan tindakan asepsis.
- Pemberian antibiotik profilaskis, antibiotik yang digunakan adalah sefalosporin-
metronidazole.
- Menggunakan dua tangan (bimanual); jari telunjuk tangan kanan dimasukkan ke
dalam jalan lahir untuk mengeluarkan hasil konsepsi, sedangkan tangan kiri
memegang korpus uteri untuk menfiksasi melalui dinding perut.
- Menggunakan jari, kikislah hasil konsepsi sebanyak mungkin atau sebersih
mungkin.7
Gambar 1. Abortus secara Digital sumber: Sinopsis obstetri, Sofian Amru 2011

2. Kuretase (kerokan)
Kuretase adalah cara pembersihan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok
kerokan).
Pemeriksaan sebelum melakukan kuretase yaitu pemeriksaan dalam untuk menentukan
letak uterus, keadaa serviks, dan besarnya uterus. Tujuannya untuk mencegah perforasi
uterus.7
Persiapan pre kuretase
1. Persiapan pasien
- Lakukan pemeriksaan umum: tekanan darah, nadi, keadaan jantung dan paru
- Pasanglah infus cairan sebagai profilaksis
2. Persiapan alat-alat kuretase
Alat kuretase hendaknya telah tersedia dalam bak alat dalam keadaan aseptik,
terdiri dari
 Spekulim dua buah
 Sonde uterus
 Cunam muzeuz atau cunam portio
 Berbagai ukuran dilator Hegar
 Bermacam-macam alat kuret
 Cunam abortus kecil dan besar
 Pinset dan klem
 Kain steril dan sarung tangan dua pasang.
3. Pasien dibarinngkan dalam posisi litotomi
4. Pada umumnyam diperlukan anestesi infiltrasi lokal atau umum secara intravena
dengan ketalar.
Teknik kuretase:7
1. Tentukan letak rahim, yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang
dipakai umumnya terbuat dari metal dan biasanya melengkung. Karena itu, alat-
alat tersebut harus dimasukan sesuai dengan letak rahim. Tujuannya adalah supaya
tidak salah arah (false route) dan perforasi.
2. Sondage. Masukkan sondage rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan
panjang atau dalamnya sondage. Caranya setelah ujung sonde terasa membentuk
fundus uterim telunjuk kanan kanan diletakkan/dipindahkan pada porsio untuk
menandai sonde dan tariklah sonde keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.
3. Dilatasi, jika pembukaan serviks belim cukup untuk memasukan sendok kuret,
lakukanlah terlebih dahulu dilatasi dengan dilatator atau bougie Hegar. Peganglah
busi Hegar seperti seperti memegang pensil dan masukkalah dengan hati-hati sesuai
dengan letak rahim. Untuk sendok kuret terkecil biasanya diperlukan dilatasi
sampai Hegar nomor 7. Untuk mencegah kemungkinan perforasi, usahakanlah
memakai sendok kuret yang agak besar, dengan dilatasi yang lebih besar.
4. Kuretase. Jangan memasukkan sendok kuret dengan kekuatan, dan pengerokan
biasanya dimulai di bagian tengah. Pakailah sendok kuret yang tajam (ada tanda
bergerigi) karena lebih efektif dan terasa sewaktu melakukan kerokan pada dinding
rahim dalam (seperti bunyi mengukur kelapa). Dengan demikian, kita tahu bersih
atau tidaknya hasil kerokan.
5. Cunam abortus. Pada abortus insipiens, jaringan sudah terlihat. Pakailaha cunam
abortus untuk mengelurkan jaringan tadi yang biasanya diikuti oleh keluarnya
jaringan lainnya. Dengan demikian, sendok kuret hanya dipakai untuk
membersihkan sisa-sisa yang tertingal saja.
6. Perhatian. Memegang, memasukan dan menarik alat-alat haruslah dilakukan
dengan hari-hati, lakukanlah dengan lembut (with lady’s hand) sesuai dengan arah
dan letak rahim.

Gambar 2. Dilatasi serviks dengan Busi Hegar Sinopsis obstetri, Sofian Amru 2011

Gambar 3. Pengeluaran hasil konsepsi .


Sumber : Hegar Sinopsis obstetri, Sofian Amru 2011

3. Vakum kuretase
Adalah cara mengeluarkan hasil konsepsi dengan alat vakum. Alat tersebut terdiri dari
kanul kuret dalam berbagai ukuran yang dihubungkan dengan pompa vakum atau
sumber vakum laiinya. Untuk vakum kuretase diperlukan tekanan negatif sekitar 700
mmHg.7
Teknik kuretase
1. Kanul dengan ukuran sesuai dengan pembukaan diamsukkan ke dalam kavum uteri.
2. Kanul dihubungkan dengan sumber vakum baik yang elektrik maupun yang berupa
semprit besar.
3. Kanul digerakkan pelan pelan dari atas ke bawah, kemudian diputar sampai 180
derajat sehingga isi rahim seluruhnya keluar dalam suatu penampungan atau dalam
semprit.
Kelebihan cara kuretase vakum
1. Kurang menimbulkan trauma, nyeri dan perdarahan.
2. Jarang terjadi perforasi karena dipakai kanul plastik, dibandingkan dengan
sendok kuret dari logam.
3. Waktu yang diperlukan untuk kuretase dan juga dilatasi serviks lebih singkat,
serta dapat dipakai pada pembukaan kecil.
B. Abortus Provokatus
1. Elektif
Cara melakukan abortus buatan:7
Ada 2 cara yaitu
o Abortus operatif
a. Dilatasi dan kuretase
Cara melakukan dilatasi dan kuretase abortus sama dengan cara melakukan abortus
terapeutik dengan metode yang sama. Akan tetapi, pada abortus buatan sama sekali
belum ada pembukaan kanalis servikalis. Oleh karena itu, terlebih dahulu dilakukan
dilatasi serviks.
b. Penyedotan (Suction curettage)
c. Dilatasi bertahap
Pada beberapa kasus, diperlukan pembukaan kanalis servisis yang lebih besar
(misalnya pada primigravida) untuk mengeluarkan hasil konsepsi
Cara
- Tahap pertama
Pasanglah gagang laminaria. Masukkan 2-3 gagang laminaris ke dalam kanalis servisis
dengan ujung atas masuk ke dalam kavum uteri dan ujung bawah masuk dalam vagina,
lalu masukkan tampon kasa dalam vagina. Sifat alat tersebut higroskopis, yaitu
perlahan-lahan menarik air menjadi hembung sehingga membuka kanalis servisis.
Gangang servisis sebaiknya dipasang sejak jam 18 atau 19 yaitu selama 12 jam
sehingga keesokan paginya, pada jam 6 atau 7 begitu laminaria dapat dikeluarkan.
- Tahap kedua
Jika pembukaan belum cukup besar, dapat dilakukan dilatasi dengan busi Hegar sampai
pembukaan yang dikehendaki tercapai.
- Tahan selanjutnya
Melakukan pengeluaran isi kavum uteri dengan cunam abortus atau dengan alat kuret.
Bahaya yang mungkin mengancam adalah infeksi dan perdarahan, karena itu
bekerjalah secara asepsis. Kalau rahim agak besar, berikan terlebih dahulu uterotonika
untuk mencegah perdarahan.
d. Histerotomi
Pada beberapa keadaan, cara kerokan ataupun pemberian larutan hipertonik
intrauterine tidak dapat dikerjakan. Misalnya, pada pembukaan kanalis servisis yang
kecil dan pada kehamilan 12-16 minggu. Jika kehamilan harus diterminasi karena
indikasi medis yang cukup kuat, biasanya dikerjakan histerotomi.
Teknik histerotomi
o Histerotomi abdominal
Dengan cara membuka uterus melalui sayatan pada dinding perut, kemudian isi
kavum uteri dikeluarkan dan luka-luka dijahit lapis demi lapis.
o Histerotomi vaginal
Dengan cara melakukan insisi pada serviks (histeromastotomi) sehingga
diperoleh pembukaan kanalis servisis yang besar. Hasil konsepsi mula-mula
dikeluarkan dengan cunam abortus, kemudian diikuti dengan kuretase untuk
membersihkan sisa kehamilan
o Abortus medisinalis
a. Penggaraman (cairan garam hipertonik)
Cara ini biasanya dilakukan pada kehamilan di atas 16 minggu; pada usia kehamilan
tersebut, rahim sudah cukup besar. Secara transuterine atau amniosintesis, ke dalam
kanton amnion (yang telah dikeluarkan cairan amnionya dengan semprit) dimasukkan
larutan garam hipertonik atau larutan gula hipertonik ( larutan garam 20% atau larutan
glukosa 50%) sebagai iritan pada amnion, dengan harapan akan terjadi his. Sebaiknya
diberikan oksitosin drip, yaitu 10-20 satuan oksitosin dalam 500 cc larutan dektrosa
5% dengan tetesan 15-25 tetes per menit. Pasien diobservasi baik-baik. Diharapkan
dalam waktu 24 jam abortus akan berlangsung. Jika belum terjadi abortus, infus distop
dan pasien tetap diawasi dengan baik7
Indikasi
o Abortus buatan
o Kematian janin dalam rahim (KJDR)
o Missed abortion
Komplikasi
o Larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau pembuluh darah.
Gejala-gejala yang timbul adalah kerja jantung berhenti (cardiac arrest), sesak
napas sampai berhentinya pernapasan dan hipofibrinogenemia.
o Trauma pada organ-organ perut lainya
o Perdarahan
o Infeksi
b. mifepristone dan misoprostol
Kebanyakan terminasi medis trimester pertama dilakukan dengan kombinasi mifepristone
dan misoprostol. Rejimen alternatif termasuk methotrexate-misoprostol atau misoprostol
saja tetapi ini kurang efektif dan menyebabkan efek samping tambahan. Regimen yang
paling sederhana dan paling efektif adalah mifepristone dan misoprostol bersama.
Pada wanita dengan kehamilan pada usia kehamilan 14-21 minggu, pretreatment dengan
mifepristone dan misoprostol kemungkinan aborsi lengkap dalam waktu kurang dari 15
jam dan secara signifikan mengurangi interval induksi-aborsi tanpa peningkatan efek
samping dibandingkan dengan misoprostol saja.1

Indikasi
1. Wanita yang menyetujui aborsi medis tetapi juga bersedia untuk menjalani aborsi
bedah jika aborsi medis gagal.
2. usia kehamilan untuk protokol yang disetujui FDA adalah 49 hari, tetapi banyak
protokol, termasuk hingga 63 hari dari LMP, berada dalam literatur dan praktek
klinis yang tersebar luas. Juga, literatur yang mendokumentasikan keamanan
protokol aborsi medis pada 11-13 minggu terakumulasi. Tetapi banyak dari laporan
tersebut benar-benar melibatkan rejimen yang dirawat di rumah sakit. Kehamilan
berkelanjutan jarang terjadi, terjadi pada 0,1% kehamilan sampai 49 hari kehamilan
dan 0,5% antara 50-77 hari kehamilan. Penting untuk menasihati para wanita
tentang risiko defek ekstremitas dan malformasi kongenital lainnya yang mungkin
terjadi setelah pajanan kehamilan terhadap misoprostol. Oleh karena itu, jika
kehamilan berlanjut, dilanjutkan dengan operasi dianjurkan.1

Kontraindikasi untuk aborsi medis bervariasi tergantung pada rejimen yang dipilih.
Mifepristone antara lain seperti
1. Penyakit serebrovaskular atau kardiovaskular,
2. Penyakit hati berat
3. Penyakit ginjal atau paru,
4. Anemia pra operasi (<10 mg / dl),
5. Kehamilan ektopik yang tidak terdiagnosis,
6. Alergi
7. Kontraindikasi terhadap penggunaan prostaglandin, perdarahan uterus aktif, atau
besar. Leiomyomata uterus.
Cara pemberian mifepristone / misoprostol adalah sebagai berikut:1
• Pada hari pertama,
- Mifepristone 200 mg PO sekali sebagai dosis tunggal (rejimen yang disetujui
FDA).
- Misoprostol 800 mcg administrasi bukal kemudian diberikan di rumah 24-48 jam
setelah dosis mifepristone.
• Hari ke-2 atau hari ke-3,
- Misoprostol (800 mcg secara vaginal atau secara bukal, tetapi pemberian bukal
yang disukai dalam beberapa protokol) diberikan di rumah. Dibasahi vagina, dubur,
sublingual, dan dosis bukal semua mungkin. Protokol pemberian obat 8 jam setelah
mifepristone, tanpa perdarahan apa pun.
• 7-14 hari setelah aborsi medis pasien kembali ke rumah sakit untuk menentukan apakah
aborsi telah selesai. Jumlah perdarahan tidak menentukan penyelesaian prosedur.

c. Prostaglandin
Prostaglandin dapat diberikan melalui vagina, oral, atau melalui infus ekstraovular atau
intra-amniotik. Rute intra-amniotik dikaitkan dengan tingkat ruptur uteri yang lebih besar,
meskipun jarang, dan telah ditinggalkan sebagian besar demi keamanan dan kemudahan
teknis pemberian oral atau vaginal. Penelitian umumnya menunjukkan keberhasilan yang
lebih baik dengan metode prostaglandin, protokol yang menggunakan 200-600 mcg setiap
3 jam biasanya bekerja paling baik. Perlu perhatian khusus adalah pada kasus dengan
riwayat sesar sebelumnya.7
Dalam dasawarsa terakhir ini, pemakaian prostaglandin (PG) dalam disiplin ilmu
kebidanan dan kandungan berjalan pesat. Prostaglandin adalah suatu persenyawaan asam
lemak yang terdapat jaringan tubuh yang terdiri dari beberapa jenis. Prostaglandin jenis
PGE dan PGF dapat merangsang kontraksi otot-otot rahim.
Induksi abortus: Untuk tujuan ini, dipergunakan PGF2 dosis 35 mg atau PGE2 sejumlah 5
mg dalam larutan 10 ml garam fisiologis yang disuntikan ke dalam kantong amnion secara
transabdominal. Biasanya setelah 1 atau 2 kali suntukan, abortus akan berlangsung dalam
24 jam. Jenis PG yang dipakai adalah pesarium vagina PG ON 802. Pemakaian
prostaglandin memerlukan pengawasan yang teliti terhadap pasien karean mungkin timbul
efek samping dan komplikasi. Komplikasi yang dapat timbul adalah muntah-muntah, mual,
diare dan panas. Pemakaian prostaglandin masih memerlukan pengalaman yang lebih
banyak dan penelitian yang lebih mendalam.7
2. Kriminalis
Cara-cara melakukan abortus kriminalis:8
1. Kekerasan mekanik
a. Umum
 Latihan olahraga berlebihan
 Naik kuda berlebihan
 Mendaki gunung, berenang, naik turun tangga
 Tekanan atau trauma pada abdomen
Pada kekersan secara umum ini biasanya tidak ditemukan tanda-tanda
kekerasan, tapi cara ini jarang berhasil pada kehamilan yang sehat dan
normal.
b. Lokal
 Memasukkan alat-alat yang dapat menusuk ke dalam vagina : pensil, paku,
jeruji sepeda
 Alat-alat merenda, keteter atau alat penyemprot untuk menusuk atau
menyemprotkan carian ke dalam uterus untuk melepas kantong amnion.
 Alat untuk memasang IUD
 Alat yang dapat dilalui arus listrik
Abortus mekanik lokal dapat berakhir dengan kematian dala waktu variabel dengan
kematian sebagai berikut:
 Immediate (seketika) yaitu vagal refleks, emboli udara, perdarahan.
 Delayed (beberapa setelah tindakan abortus) yaitu septikemia, pyaemia,
general peritonitis, toxemia, tetanus, perforasi uterus, emboli lemak.
 Remote (lama sekali setelah tindakan abortus) yaitu Renal failure, bakterial
endokarditis, pneumonia, meningitis
2. Kekerasan kimiawi/obat-obatan atau bahan-bahan yang bekerja pada uterus
Jenis obat-obat yang dipakai untuk menginduksi abortus:
a. Emmenagogum : obat untuk melancarkan haid
Cara kerjanya : terjadi kongesti dan engorgement mukosa sehingga timbul
perdarahan dan kontraksi uterus dan fetus dikeluarkan.
Dibedakan menjadi dua yaitu:8
 Direk /bekerja langsung pada uterus/saraf motorik uterus
Misalnya Aloes, cantharides (racun iritan), caulopylin, borax, Apiol,
potasium permangana (lokal pada vagina), santonin, seneda, mangan
dioksida.
 Indirek : tonikum, hematinin (obat penambah darah)
b. Purgativa/emetica : obat-obatan yang menimbulkan kontraksi GI track
Misalnya colocynth (aloe), castor oil (magnesium sulfat, sodium sulfate)
c. Ecbolica : menimbulkan kontraksi uterus secara langsung
Misalnya apiol (hepatotoxic), ergot (true ecbolica), ergometrine, extrack secale,
ectrack pituitary, exytosin, pituitrine.
d. Garam dari logam : biasanya sebelum mengganggu kehamilannya sudah
membahayakan keselamatan ibu
Misalnya asenikum, HgCl (potasium bichromate, ferro sulfate), Feri Chlorida.
Tujuannya untuk menimbulkan kontraksi tonik pada uterus.

Dalam ilmu forensik jika kita menemukan korban abortus maka perlu dilakukan
pemeriksaan
1. Korban hidup
 Ibu
 Cari tanda-tanda kehamilan: striae gravidarum, uterus membesar,
hiperpigmentasi areola mammae, tes kehamilan (+).
 Tanda-tanda partus : lochia dan pembukaan ostium uteri
 Golongan darah
 Janin
 Umur
 Golongan darah
2. Korban mati
PROGNOSIS

 Prognosis untuk kehamilan yang sukses tergantung pada etiologi keguguran spontan
sebelumnya, usia pasien, dan sonografi kehamilan.
 Koreksi kelainan endokrin pada wanita dengan keguguran rekuren memiliki prognosis baik
untuk keberhasilan kehamilan (> 90%).
 Pada wanita dengan etiologi kehilangan kehamilan sebelumnya yang tidak diketahui,
kemungkinan mencapai keberhasilan kehamilan : 40-80%.
 Tingkat keguguran keseluruhan untuk pasien yang lebih tua dari 35 tahun adalah 14% dan
untuk pasien yang lebih muda dari 35 tahun adalah 7%.
 Abortus iminens
Prognosisnya dilakukan dengan melihat kadar hormon hCG pada urine dengan cara
melakukan tes urine kehamilan dengan menggunakan urin tanpa pengenceran dan
pengenceran 1/10. Bila hasil tes urine masih positif keudanya maka prognosisnya dubia ad
bonam bila pengenceran 1/10 negatif maka prognosisnya dubia ad malam. 1
Mortalitas / Morbiditas
Data surveilans menunjukkan bahwa keguguran spontan dan aborsi menyebabkan sekitar 4%
kematian terkait kehamilan di Amerika Serikat.1

Daftar pustaka
1. Puscheck Elizabeth E. Early Pregnancy Loss Treatment & Management. Medscape.
2018. [ cited 16 June 2018]. Diunduh dari
https://reference.medscape.com/article/266317-treatment
2. Hadijanto B. Pendarahan Pada Kehamilan Muda; Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014; 458 – 472..
3. Söylemez Feride, Yüce Tuncay, Yakıştıran Betül. First Trimester Bleeding and
Pregnancy Outcomes: Case-Control Study. International Journal of Women’s Health
and Reproduction Sciences. Vol. 4 2016; 4–7
4. Wahabi Hayfaa A, Althagafi Nuha F Abed, Elawad Mamoun, Zeidan Rasmieh A Al.
Progestogen for treating threatened miscarriage. The Cochrane Collaboration. 2011; 4-
6.
5. Betts Debra, Smith Caroline A, Hannah Dahlen G. Acupuncture as a therapeutic
treatment option for threatened miscarriage. BMC Complementary and Alternative
Medicine. 2012; 1-7
6. Sunaryo Isharyah, Soraya Deviana, rauf Syahrul. Gangguan Bersangkutan dengan
Konsepsi. dalam Kurnia A, Soejoenoes Ariawan, Halim Binarwan. Ilmu Kandungan
Edisi Ketiga. 2011; 200-201
7. Terapi operatif abortus dan Abortus Buatan. Dalam Sofian Amru. Sinopsis obstetri jilid
2. 2011;31-39
8. Hoediyanto. Abortus. Dalam Kusuma Soekry Erfan, Solichin Sudjari, Yudianto
Ahmad. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.2012: Pg 292-296

Anda mungkin juga menyukai