D. Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis efusi pleura, dilakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik dahulu.
Dari anamnesis:
- Nyeri pleura
Nyeri menunjukkan adanya keradangan pada pleura parietalis.
- Batuk
Batuk disebabkan oleh karena adanya distorsi paru, misalnya karena kollapsnya paru
- Sesak
Sesak disebabkan karena otot napas tidak efisien oleh karena otot napas teregang oleh
pembesaran dinding dada dan otot diafragma yang rendah. Sesak napas akan segera
hilang setelah pengambilan cairan meskipun penambahan volume paru dan
oksigenasinya tak begitu meningkat.
Dari hasil pemeriksaan fisik, akan didapatkan:
- Pergerakan dada tidak simetris jika terjadi unilataral.
- Cairan >300 cc, bagian yang ada cairan: perkusi redup, fremitus menghilang, suara
napas melemah-hilang, trakhea terdorong ke kontralateral.
Pemeriksaan penunjang :
- Foto Thoraks (X Ray)
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan
seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi dari pada bagian medial.
Bila permukaannya horizontal dari lateral ke medial, pasti terdapat dalam rongga
tersebut yang dapat berasal dari dalam maupun luar paru.
Gambaran radiologisnya
o Lesi opak homogen, umumnya dengan densitas sama dengan bayangan jantung
o Hilangnya garis diafragma
o Tidak terlihanya gambaran paru atau bronchus
o Batas atas cekung dengan level tertinggi pada aksila.
- USG
USG bertujuan untuk menentukan adanya cairan dalam rongga pleura atau tidak.
Pemeriksaan usg juga bisa membantu melakukan aspirasis cairan dalam rongga pleura.
- CT scan
CT scan dada akan membantu, melihat adanya perbedaan densitas cairan dengan
jaringan sekitarna, sangat memudahkan dalam menentukan adanya efusi pleura.
Pemeriksaan ini tidak banyak dilakukan karena biayanya masih mahal.
- Thorakosentesis
Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai sarana untuk diagnostik
maupun terapeutik. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris
posterior dengan memakai jarum abbocath nomor 14 atau 16. Pengeluaran cairan
pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap kali aspirasi. Aspirasi
sebaiknya dilakukan berulang-ulang dari pada satu kali aspirasi sekaligus yang dapat
menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau edema paru akut
Kemudian, dilakukan pemeriksaan cairan pleura untuk mengetahui tipe transudat
atau eksudat. Efusi pleura tipe transudat dan eksudat dapat dibedakan dengan
mengukur LDH dan protein di dalam cairan pleura. Kriteria penentuan efusi pleura tipe
eksudat atau transudat sebagai:
- Protein cairan pleura/ serum protein > 0,5
- LDH cairan pleura/LDH serum >0,6
- LDH cairan pleura : lebih dari 200 IU atau 2/3 batas atas nilai normal di dalam serum.
E. Penyakit-penyakit dengan Efusi Pleura
Pleuritis karena virus dan mikoplasma
Efusi pleura karean virus atau mikoplasma agak jarang. Bila terjadi jumlahnya tidak
banyak dan kejadiannya hanya selintas saja.jenis-jenis virusnya adalah: echo virus,
Coxscakier group, Chlamidia, rickettsia dan mikoplasma.
Cairan efusi biasanya eksudat dan berisi leukosit antara 100-6.000 per cc. Gejala
penyakit dapat dengan keluhan sakit kepala, demam, malaise, mialgia, nyeri
dada,sakit perut. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan virus didalam cairan
efusi, tapi cara termudah adalah dengan mendeteksi antibodi terhadap virus dalam
cairan efusi.
Pleuritis karena bakteri piogenik
Permukaan pleura dapat ditempeli oleh bakteri yang berasal dari jaringa parenkim
paru dan menjalar secara hematogen, dan jarang yang melalui penetrasi diafragma.
Dinding dada atau esofagus.
Aerob : streptokokus pneumonia, streptokokus mileri, stafilokokus aureus,
hemofilus spp, eschericia koli, klebsiella, pseudomonas spp.
Anaerob: bakterioides spp, peptreptokokus, fusobakterium.
Pleuritis tuberkulosa
Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yag serosantokrom dan besifat
eksudat. Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi tuberkulosis paru
melauui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain
dapat juga dari robeknya perkijauan ke arah saluran getah bening yang menuji
rongga pleura, iga atau kolumna vertebralis (menimbulkan penyakit Pott). Dapat
juga secara hematogen dan menimbulkan efusi pleura bilateral. Cairan efusi yang
biasanya serous, kadang-kadang bisa juga hemoragik. Jumlah lekosit antara 500-
2.000 per cc. Mula-mula dominan adalah sel PMN, tapi kemudian sel limfosit.
Cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman tuberkulosis, tapi adalah karena
rekasi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein. Pada dinding pleura dapat
ditemukan adanya granuloma.
Diagnosa utama berdasarkan adanya kuman tuberkulosis dalam cairan efusi
(biakan) atau dengan biopsi jaringan pleura. Pada daerah-daerah dimana frekuensi
tuberkulosis paru tinggi dan terutama pada pasien usia muda, sebagian besar efusi
pleura adalah karena pleuritis tuberkulosa walaupun tidak ditemukan adanya
granuloma pada biopsi jaringan pleura.
Pleuritis Fungi
Pleuritis karena fungi amat jarang. Biasanya terjadi karena penjalaran infeksi fungi
dari jaringan paru. Jenis fungi penyebab pleuritis adalah: aktinomikosis,
koksidiomikosis, aspergilus, Kriptokokus, Histoplasmolisis, Blastomikosis, dll.
Patogenesis timbulnya efusi pleura adalah karena reaksi hipersensitivitas lambat
terhadapat organisme fungi.
Penyebaran fungi ke organ tubuh lain alamat jarang. Pengobatan dengan
Amfoterisin B memberikan respons uang baik. Prognosisnya relatif baik.
Pleuritis Amuba (Efusi pleura akibat infeksi parasit
Parasit yang dapat menginfeksi ke dalam rongga pleura hanyalah amuba bentuk
tropozoitnya datang dari parenkim hati menembus diafragma terus ke parenkim
paru dan rongga pleura. Efusi pleura karena parasit ini terjadi karena peradangan
yang ditimbulkannya. Disamping itu dapat juga terjadi empiema karena amuba
yang cairannya khas berwarna merah coklat. Disini parasit masuk ke rongga pleura
secara migrasi dari parenkim hati. Bisa juga karena adanya robekan dinding abses
amuba pada hati ke arah rongga pleura. Efusi parapneumonia karean amuba dari
abses hati lebih sering terjadi daripada empiema amuba.
Efusi pleura karena gangguan intraabdomen
Efusi pleura dapat terjadi secara steril karean reaksi infeksi dan peradangan yang
terdapat di bawah diafragma seperti pnkreas atau eksaserbasi akut pankreatitis
kronik, abses ginjal, abses hati, abses limpa.
Biasanya efusi terjadi pada pleura kiri tapi dapat juga bilateral. Mekanismenya
adalah karena berpindahnya cairan yang mengandung enzim pankreasi ke rongga
pleura melalui getaj bening. Efusi ini bersifat eksudat serosa, tpai kadang-kadang
bisa juga hemoreagik. Kadar amilase dalam efusi lebih tinggi daripada dalam
serum.
Efusi pleura juga seing setelah 48-72 jam setelah operasi abdomen seperti
splenektomi, operasi terhadap obstrukssi intertina atau pasca operasi atelektasis.
Biasanya terjadi unilateral dan jumlah efis tidak banyak (lebih jelas terlihat pada
foto lateral dekubitus). Cairan biasanya bersifat eksudat dan mengumpul pada sisis
operasi biasanya bersifat malignea dan kebanyakan akan sembuh secara spontan.
Sirosis hati
Efusi pleura dapat terjadi pada pasien dengan sirosis hati. Kebanyakan efusi pleura
timbul bersamaan dengan asites. Secara khas terdapat kesamaan antara cairan
pleura dan asites, karena terdapat hubungan fungsional antara rongga pleura dan
rongga abdomen melalui saluran gerah bening atau celah jaringan otot diafragma.
Kebanyakan efusi menempati pleura kanan (70%) dan efusi bisa terjadi bilateral.
Sindrom Meig
Meig dan Cass menenukan penyakit tumor pada ovarium (jinak atau ganas) disertai
asites dan efusi pleura, patogenesis terjadi efusi pleura ini masih belum diketahui
betul. Bila tumor ovarium tersebut dioperasi, efusi pleura dan asitesnya pun segera
hilang. Adanya massa di rongga pelvis disertai asites dan eksudat cairan pleura
sering dikirakan sebagai neoplasma dan metastasisnya.
Dialisis peritoneal
Efusi pleura dapat terjadi selama dan sesudah dilakukannya dialisis peritoneal.
Efusi terjadi pada salah satu paru maupun bilateral. Perpindahan cairan dialisat dari
rongga peritoneal. Efusi terjadi pada salah satu paru maupun bilateral. Perpindahan
cairan dialisat dar rongga peritoneal ke rongga pleura terjadi melalui celah
diafragma. Hal ini terbukti dengan samanya komposisi antara cairan pleura dengan
cairan dialisat.
Efusi pleura karena penyakit kolagen
o Lupus eritematous
Pleuritis adalah salah satu gejala yang timbul belakangan pada penyakit lupus
eritematous sistemik (SLE). Dengan terjadinya efusi pleura yang kadang-
kadang mendahului gejala sistemik lainnya, diagnosis SLE ini menjadi lebih
jelas. Hampir 55% dari SLE disertai pleuritis.
o Artritis reumatoid (RA)
Hipoalbuminemia
Efusi pleura juga terdapat pada keadaan hipoalbuminemia seperti sindrom nefrotik,
malabsorbsi atau keadaan lain dengan asites serta edema anasarka.
Efusi terjadi karena rendahnya tekanan osmotik protein cairan pleura dibandingkan
dengan tekanan osmotik darah. Efusi yang terjadi kebanyakan bilateral dan
cairannya bersifat transudat.