Anda di halaman 1dari 12

Scenario dan skema

system rujukan pada


kasus nifas
Kelompok 12
Anggota Kelompok

013 019 032


Faya Retno W. Nur Khofifah T. Faisha Azmi Az Zahra
Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam (30 menit) setelah persalinan bayi. Pada beberapa kasus
dapat terjadi retensio plasenta berulang (habitual retentio plasenta).
Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya
perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta
inkar-serata, dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas
korio karsinoma. Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara manual
perlu diperhatikan tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi
seperti perforasi dinding uterus, bahaya infeksi, dan dapat terjadi inversio
uteri.
Bagaimana bidan menghadapi retensio plasenta? Bidan sebagai
tenaga terlatih di lini terdepan sistem pelayanan kesehatan dapat
mengambil sikap dalam menghadapi "retensio plasenta" sebagai
berikut:
1. Sikap Umum Bidan
a .Memperhatikan keadaan umum penderita.
b. Mengetahui keadaan plasenta
c. Memasang infus dan memberikan cairan pengganti

2. Sikap Khusus Bidan


a. Retensio plasenta dengan perdarahan
b. Retensio plasenta tanpa perdarahan
Skenario
Ny. N 34 tahun melahirkan anak ketiganya dengan baik, plasenta
belum lahir selama 30 menit setelah bayi lahir, ibu tidak merasa mulas.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, tekanan darah 110/70
mmHg, nadi 85x/menit, respirasi 24x/menit dan suhu 36,6°C. Tinggi
Fundus Uterus sepusat, uterus teraba kenyal, kandung kemih kosong.
Terdapat pengeluaran darah ± 50 cc. Analisa yang didapat yaitu Ny. N
usia 34 tahun P3A0 inpartu Kala III dengan retensio plasenta.
Persiapan rujukan
Pada retensio plasenta tanpa perdarahan, berikut adalah beberapa
langkah yang dapat Anda lakukan:
Bidan memberitahukan keluarga bahwa pasien dalam kondisi retensio
plasenta yang harus segera mendapatkan penaganan khusu. setelah
keluarga menyetujui Tindakan rujukan sampaikan kepada keluarga
mengenai persiapan kelengkapan rujukan (BAKSOKUDA) dan bidan
segera menghubungi rumah sakit rujukan/dokter kandungan yang biasa
ibu datangi untuk periksa ANC/USG. Setelah itu Konsultasikan dengan
dokter: untuk mendapatkan nasihat medis yang tepat. lakukan
Tindakan stabilisasi kepada pasien (memasang infus&oksigen)
Penanganan di RS
1. Infus tranfusi
Berikan oksigen sebesar 10–15 L/menit menggunakan facemask, tanpa
mempertimbangkan saturasi oksigen maternal. Pasang 2 akses vena,
dengan jarum berukuran 14-gauge. Lakukan infus cairan hingga 3,5 L,
diawali dengan 2L cairan kristaloid isotonis yang dihangatkan, misalnya
ringer laktat. Pertimbangkan transfusi darah jika nilai hemoglobin
pasien kurang dari 6 g/dL. Target hemoglobin yang diinginkan adalah di
atas 8 g/dL.
2. Pemberian Antibiotik

Tindakan manual plasenta dapat meningkatkan risiko endometritis. Oleh karena itu,
antibiotik profilaksis spektrum luas sebaiknya diberikan. Antibiotik spektrum luas yang
direkomendasikan adalah ampicillin dan clindamycin dosis tunggal

3.Interfensi Farmakologis

Apabila pembukaan serviks terlalu kecil untuk tangan klinisi, maka pemberian
nitrogliserin dapat diberikan. Nitrogliserin (gliseril trinitrat) umumnya digunakan pada
pasien retensio uterus yang memiliki kontraksi serviks atau segmen uterus bawah
yang berlebihan dan menyebabkan sulitnya ekspulsi plasenta. Pemberian nitrogliserin
dapat menginduksi relaksasi otot polos miometrium dan serviks sehingga
mempermudah pengeluaran plasenta.
4.Manual plasenta

Tindakan manual plasenta dilakukan apabila terapi farmakologis gagal melahirkan


plasenta. Manual plasenta merupakan tindakan yang menyebabkan rasa nyeri,
sehingga anestesi umumnya diperlukan. Anestesi regional, seperti anestesi spinal, lebih
disarankan dibandingkan anestesi umum karena meminimalisir risiko kegagalan
intubasi. Akan tetapi, apabila pasien memiliki hemodinamik tidak stabil dan
perdarahan hebat, maka anestesi umum lebih disarankan.

5. Histerektomi

Histerektomi merupakan tindakan terakhir yang dapat dilakukan pada pasien


retensio plasenta. Tindakan histerektomi ini dilakukan jika plasenta tetap tidak dapat
dilahirkan, meskipun telah dilakukan manual plasenta maupun ekstraksi instrumen.
Biasanya histerektomi diindikasikan pada retensio akibat plasenta akreta.
Kemudian pasien dilakukan observasi secara berkala selama tiga hari
dan lakukan pemeriksaan fisik, pengecekan apakah ada nyeri pada
perut bawah, pemeriksaan tekanan darah, pernapasan, nadi,
konjungtiva anemis, nyeri tekan abdomen, perdarahan dari jalan lahir,
dan pengecekan Hb. Pasien kemudian dipulangkan setelah diberikan
terapi dan diobservasi selama tiga hari dan dianjurkan untuk kontrol
minggu depan.
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai