Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak merupakan penyebab kebutaan terbesar di Indonesia. Berdasarkan survey


nasional tahun 1996, prevalensi kebutaan di Indonesia mencapai 1,5% dengan 0,78% dari
populasi nasional atau 52% dari jumlah penduduk yang mengalami kebutaan adalah akibat
katarak.

Katarak adalah kekeruhan pada lensa, umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut,
namun dapat juga akibat kelainan kongenital atau penyulit mata lokal menahun. Bermacam-
macam penyakit mata dapat mengakibatkan katarak, seperti glaukoma, ablasi, uveitis dan
retinitis pigmentosa. Katarak dapat berhubungan dengan proses penyakit intraokular lainnya dan
bahan toksik khusus. Keracunan beberapa jenis obat seperti kortikosteroid , kelainan sistemik
dan metabolik juga dapat menimbulkan katarak.

Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun tidak
mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Pengobatan katarak adalah dengan
pembedahan. Setelah pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa
tanam intraokular. Dengan peningkatan pengetahuan mengenai katarak, penatalaksanaan
sebelum, selama dan post operasi, diharapkan penganganan katarak dapat lebih diperluas
sehingga prevalensi kebutaan di Indonesia dapat diturunkan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Katarak berasal dari Yunani “Katarrhakies”, Inggris “Cataract”, Latin “Cataracta”


yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana seperti tertutup air
terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, proses
penuaan. Kekeuruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina, sehingga
penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek terlihat kabur. Mereka
mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan katarak
apabila kekeruhan tidak terletak dibagian tengah lensanya. Katarak tidak menular dari
satu mata ke mata yang lain, namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan.

II. ETIOLOGI

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang.Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan
tetapi, katarak dapat pulaterjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil
muda.Penyebab katarak lainnya meliputi:

a. Faktor keturunan

b. Cacat bawaan sejak lahir

c. Masalah esehatan, misalnya diabetes

d. Pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid

e. Gangguan pertumbuhan

f. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama

g. Asap rokok

h. Operasi mata sebelumnya


i. Trauma (kecelakaan) pada mata

j. Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui

III. PATOFISIOLOGI

Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dansklerosis:

Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitel lensa yang
beradadi subkapsular anterior, sehingga air tidak dapat dikeluarkan dari lensa. Air yang
banyak ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yang menyebabkan
kekeruhan lensa.

Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabut kolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagen di tengah. Makin lama serabut
tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.
Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:

1.Kapsula

a. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)

b. Mulai presbiopia

c. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

d. Terlihat bahan granular

2. Epitel-makin tipis

a. Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)

b. Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

3. Serat lensa

a.Serat irregular

b.Pada korteks jelas kerusakan serat sel


c. Brown sclerotic nucleus, sinar UV lama kelamaan merubah protein nukelus
lensa, sedang warna coklat protein lensa nucleus mengandung histidin dan
triptofan dibanding normal

d. Korteks tidak berwarna karena kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi
fotooksidasi. Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat
perubahan pada serabut halus multipel yang memanjang dari badan siliar ke sekitar
daerah di luar lensa, misalnya menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Pada
protein lensa menyebabkan koagulasi, sehingga mengakibatkanpandangan dengan
penghambatan jalannya cahaya ke retina.

III. KLASIFIKASI KATARAK

A. Menurut kejadian

1. Katarak Developmental

2. Katarak Degeneratif

B. Menurut Umur

1. Katarak kongenital

2. Katarak juvenile

3. Katarak senil

C. Menurut Konsistensi

1. Katarak cair

2. Katarak lunak

3. Katarak keras
D. Menurut lokasi kekeruhannya

1. Katarak nucleus

2. Katarak kortikal

3. Katarak subskapular

E. Menurut warna

1. Katarak nigra ( Hitam)

2. Katarak rubra (Merah)

3. Katarak Brusnesecent (coklat)

F. Menurut bentuk kekeruhan

1. Katarak pungtata

2. Katarak stelata

3. Katarak linier

IV. KOMPLIKASI KATARAK

1. Glaukoma

Glaukoma merupakan komplikasi katarak yang tersering. Glaukoma dapat terjadi


karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.

 Fakolitik

Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar
yang akan menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul
lensa. Dengan keluarnya substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan
bertumpuk pula serbukan fagosit atau makrofag yang berfungsi
merabsorbsi substansi lensa tersebut. Tumpukan akan menutup sudut kamera
okuli anterior sehingga timbul glaukoma.
 Fakotopik.

Berdasarkan posisi lensa, Oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong


ke depan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor
aqueaous tidak lancar sedangkan produksi berjalan terus, akibatnya tekanan
intraokuler akan meningkat dan timbul glaucoma

 Fakotoksik-

Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagimana


sendiri (auto toksik). Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul
uveitis, yang kemudian akan menjadi glaukoma.

2. Uveitis

3. Subluksasi atau Dislokasi Lensa

V. TEKNIK PEMBEDAHAN KATARAK

Penatalaksanaan utama katarak adalah dengan ekstraksi lensa melalui


tindakan bedah. Dua tipe utama teknik bedah adalah Intra Capsular Cataract
Extraction/Ekstraksi katarak Intra Kapsular (ICCE) dan Extra Capsular
CataractExtraction/ Ekstraksi katarak Ekstra Kapsular (ECCE). Di bawah ini
adalah metode yang umum digunakan pada operasi katarak, yaitu ICCE, ECCE dan
fakoemulsifikasi.

Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE). Metode yang mengangkat seluruh lensa


bersama kapsulnya melalui insisilimbus superior 140-160 derajat. Metode ini sekarang
sudah jarang digunakan.Masih dapat dilakukan pada zonula Zinn yang telah rapuh atau
berdegenerasi atau mudah putus. Keuntungannya adalah tidak akan terjadi katarak
sekunder. Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian dan komplikasi
postoperasi yang mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus superior yang lebih
besar 160-180º dihubungkan dengan penyembuhan yang lebih lambat, rehabilitasi tajam
penglihatan yang lebih lambat, angka kejadian astigmatisma yang lebih tinggi,
inkarserata iris, dan lepasnya luka operasi. Edema kornea juga dapat terjadi sebagai
komplikasi intraoperatif dan komplikasi dini.

Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular. Metode ini mengangkat isi lensa dengan


memecah atau merobek kapsul lensa anterior, sehingga masa lensa dan korteks
lensa dapat keluar melalui robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien
katarak muda, pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi
lensa okulerposterior. Keuntungan dari metode ini adalah karena kapsul posterior untuh
makadapat dimasukan lensa intraokuler ke dalam kamera posterior serta
insiden komplikasi paska operasi (ablasi retina dan edema makula sistoid) lebih kecil jika
dibandingkan metode intrakapsular. Penyulit yang dapat terjadi yaitu dapat timbulkatarak
sekunder.

Fakoemulsifikasi merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular karena


sama-sama menyisakan kapsul bagian posterior. Insisi yang diperlukan sangat kecil yaitu
5 mm yang berguna untuk mempercepat kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul
anterior lensa dibuka. Dari lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat yang
mampu mengeluarkan getaran ultrasonik yang mampu memecah lensa menjadi
kepingan-kepingan kecil, kemudian dilakukan aspirasi. Teknik ini bermanfaat
pada katarak kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis. Namun kurang efektif
untuk katarak senilis yang padat.

Keuntungan dari metode ini antara lain:

1. Insisi yang dilakukan kecil, dan tidak diperlukan benang untuk menjahit karena akan
menutup sendiri. Hal ini akan mengurangi resiko terjadinya astigmatisma, dan rasa
adanya benda asing yang menempel setelah operasi. Hal ini juga akan
mencegah peningkatan tekanan intraokuli selama pembedahan, yang juga
mengurangi resiko perdarahan.

2. Cepat menyembuh.

3. Struktur mata tetap intak, karena insisi yang kecil tidak mempengaruhistruktur mata.
Bedah katarak sebaiknya ditunda pada keadaan:

a. Pasien dengan uveitis yang aktif, kecuali bila uveitis tersebut disebabkan oleh materi
lensa bedah katarak pada katarak komplikata bedah katarak pada katarak komplikata
bedah katarak pada katarak komplikata

b. Pasien dengan glaukoma dimana visusnya masih bisa meningkat tanpa bedah katarak.

c.Kelainan retina yang aktif, seperti inflamasi posterior, perdarahan membran


neovaskular dan degenrasi makula yang bersifat eksudatif

Hal-hal yang harus diperhatikan oleh pasien antara lain:

1. Adanya rasa sakit yang tidak hilang dengan obat-obatan.

2. Kehilangan penglihatan

3. Muntah, atau batuk yang berlebihan

4. Terjadi luka pada mata yang dioperasi.Bila hal di atas terjadi maka pasien harus segera

kembali ke dokter.
LAMPIRAN KEGIATAN

Foto: Kegiatan PKRS Mata di poli PMC RS PHC Surabaya


BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Budiono Sjamsu, Djiwanto, dkk. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya:
Airlangga University Press. hlm: 121-131

2. Ilyas Sidarta, Yulianti Sri Rahayu. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Kelima. Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai