Anda di halaman 1dari 3

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik hendaknya dilakukan secara teliti guna mendapatkan data-data seobjektif
mungkin sehingga mendapatkan suatu kesimpulan yang akurat. Sehingga diharapkan adanya kerja
sama yang baik antara dokter dan penyidik.
Pemeriksaan fisik pada korban berbagai keejahatan seksual kurang lebih sama. Dalam
pemeriksaan fisik meliputi pencarian adanya tanda kekerasan dan tanda persetubuhan atau
pergumulan. Tanda-tanda atau kelainan yang ada pada tubuh korban perlu dicatat serapi-rapinya,
apa yang tidak dicatat dalam status klinik berarti tidak pernah diperiksa atau dikerjakan.
Pemeriksaan fisik teridiri dari
1. Pemeriksaan baju korban
Pemeriksaan baju korban, diperhatikan apakah:
- Ada yang hilang
- Ada robekan-robekan
- Ada kancing yang hilang
- Ada bekas-bekas tanah, pasir, lumpur, bahan lain
- Ada noda darah
- Ada noda sperma
Pada kasus:
Anak mengenakan ba
Tidak ditemukan ......
Anak diperiksa bukan pada saat kejadian melainkan beberapa hari setelah kejadian....
2. Pemeriksaan tubuh korban digai atas
a. Pemeriksaan tubuh korban secara umum.
Setiap korban perkosaan mutlak diperlukan pemeriksaan yang teliti guna menemukan
beberapa hal yang menjadi unsur tindak pidana tersebut yaitu unsur-unsur
persetubuhan dan kekerasan.
Berdasarkan bukti-bukti medik yang ditemukan akan dapat disimpulkan kebenaran
terjadinya senggama. Hanya saja, apakah senggama dilakukan dengan paksaan atau
tidak. Sangat mustahil dokter dapat menyimpulkan kebenaran terjadinya senggama
dengan paksa dan tidak dengan paksa tidak ada bedanya. Bukti-bukti medik juga dapat
digunakan untuk menyimpulkan adanya kekerasan. Yang tidak dapat dibuktikan adalah
ancaman kekerasan sebab pada ancaman kekerasan tidak ditemukan bukti-bukti medik.
Bagaimana keadaan tingkah laku korban misalnya gelisah, depresi, hysteri, sedih dan
apakah ada tanda bekas minum alkohol, obat bius dan obat tidur.
Tanda-tanda kekerasan
Sebenarnya yang dimaksud dengan kekerasan adalah tindakan pelaku yang bersifat fisik dan
dilakukan dalam rangka memaksa korban agar dapat disetubuhi. Kekerasan tersebut dimaksud
untuk menimbulkan ketakutan atau untuk melemahkan daya lawan korban.
Pada pemeriksaan dicari tanda-tanda bekas kekerasan pada tubuh korban berupa: goresan,
garukan, gigitan serta luka lecet maupun luka memar dan ini dapat dicari pada
- Daerah sekitar mulut sewaktu korban dibungkam
- Daerah sekitar leher sewaktu korban dicekik
- Pergelangan tangan, lengan, sewaktu korban disergap
- Payudara sewaktu digigit atau diremas-remas
- Sebelah dalam paha sewaktu korban dipaksa untuk membuka kedua tungkainya
- Punggung sewaktu korban dipaksa tidur di tanah.
Diperiksa juga tekanna darah, jantung, paru, abdomen, refleks-refleks serta pupil mata.
Pemeriksaan rektum dan kavum oris juga perlu untuk mengetahu apakah korban setelah
diperkosa masih dilanjutkan dengan perbuatan coitus peranum atau fatalis untuk benar-benar
memuaskan hasrat seksnya mengingat korban sudah tidak berdaya sama sekali.
Dalam hal pembuktian adanya kekerasan bahwa tidak selamanya kekerasan itu menimbulkan
bekas yang berbentuk luka. Dengan demikian tiadak ditemukannya luka tidak berarti bahwa
pada korban tidak terjadi kekerasan. Tindakan pembiusan dikategorikan sebagai kekerasan
maka dengan sendiirinya diperlukan pemeriksaan untuk menentukan ada tidaknya obat obat
atau racun yang kkiranya membuat korban pingsan, sehingga dalam setiap tindakan kejahatan
seksual pemeriksaan toksinologi menjadi prosedur rutin dikerjakan.
Pada kasus :
Pemeriksaan fisik secara umum tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan fisik seperti luka
pada daerah kepala sampai kaki, dan tidak ditemukan adanya gangguan pada tanda-tanda vitalnya.
Pemeriksan ini tidak membuktikan adanya kekerasan fisik karena mungkin kekerasan fisik yang
dilakukan pada anak tidak menimbulkan bekas. Dari anamnesa ...................

b. Pemeriksaan tubuh korban secara khusus


Yang diperiksa secara khusus disini adalah perubahan-perubahan pada alat kelamin
korban. Mencari adanya benda asing, perdarahan, luka, robekan dan pembengkakan
pada daerah pubis, vulva, vagina, forniks anterior dan forniks posterior.
Bagaimana dengan keadaan hymen:
- Bentuknya dan sifatnya hymen.
- Besarnya lubang hymen
- Adanya robekan hymen
- Sifat dan lokalisasi robekan hymen
Ukur diameter lubang selaput darah, dapat dilalui satu jari kelingking, telunjuk atau 2 jari
dengan mudah atau sukar.
Pada kasus ditemukan adanya robekan dan penebalan dinding hymen pada arah jam 9, pada
daerah antara anus dan vulva tidak ditemukan luka maupun jaringan parut. Lubang hymen
berbnetuk.................
Disimpulkan pasien ditemukan adanya tanda penetrasi yaitu robeknya hymen pada arah
jam 9.

Anda mungkin juga menyukai