TINJAUAN PUSTAKA
Pada orang dewasa, status gizi yang umum dinilai dari pengukuran berat dan tinggi
badan yang hasilnya dinyatakan dalam indeks masa tubuh, yaitu perbandingan antara
berat dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Lemak tubuh juga
dapat ditaksirkan melalui pengukuran ketebalan lipatan kulit dan diameter otot.(12)
metabolik. Namun, untuk bayi dan anak, tujuan dasar adalah pertumbuhan yang
memuaskan dan mencegah penyakit akut dan kronis dan mengembangkan kemampuan
fisik dan mental; nutrisi juga harus memberikan cadangan untuk stres. Beberapa
kebutuhan nutrisi diantaranya: air, energi, protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan
vitamin.(13)
Pada anak-anak, berat dan tinggi badan dibandingkan dengan nilai rujukan
standar anak-anak sehat pada umumnya. Peningkatan panjang lingkar kepala dan
gizinya.(12) Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB). Berat badan anak balita ditimbang menggunakan timbangan digital yang
memiliki presisi 0,1 kg, panjang atau tinggi badan diukur menggunakan alat ukur
panjang/tinggi dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB/PB anak balita disajikan
dalam bentuk tiga indeks antropometri, yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB.(12,14)
Untuk menilai status gizi anak balita, maka angka berat badan dan tinggi badan
setiap anak balita dikonversikan ke dalam nilai terstandar (Z-score) menggunakan baku
Kategori
Indeks Ambang Batas (Z-Score)
Status Gizi
Gemuk > 2 SD
Obesitas > 2 SD
Gambar Presentase Sangat Pendek dan Pendek Anak Sekolah dan Remaja Umur 5-12 Tahun
Berdasarkan Indeks TB/U Menurut Provinsi, 2017
Pada presentase sangat pendek dan pendek anak usia 5-12 tahun berdasarkan
indeks TB/U secara nasional, masih tercatat sebanyak 8,3% anak berstatus sangat
pendek dan 19,4% anak berstatus pendek. Presentase sangat pendek dan pendek pada
anak sekolah dan remaja terbanyak terdapat pada provinsi NTT dengan presentase
sangat pendek sebesar 16,8% dan presentase pendek sebesar 24,4%. Sedangkan untuk
provinsi Jawa Timur, presentase sangat pendek sebanyak 3,5% dan presentase pendek
sebanyak 17,1%.
Gambar Presentase Sangat Kurus dan Kurus Anak Sekolah dan Remaja Umur 5-12 Tahun
Berdasarkan Indeks IMT/U Menurut Provinsi, 2017
Pada presentase sangat kurus dan kurus anak usia 5-12 tahun berdasarkan
indeks IMT/U secara nasional, masih tercatat sebanyak 3,4% anak berstatus sangat
kurus dan 7,5% anak berstatus kurus. Presentase sangat kurus dan kurus pada anak
sekolah dan remaja terbanyak terdapat pada provinsi NTT dengan presentase sangat
kurus sebesar 7,8% dan presentase kurus sebesar 12,1%. Sedangkan untuk provinsi
Jawa Timur, presentase sangat kurus sebanyak 1,9% dan presentase kurus sebanyak
6,0%.
Gambar Presentase Sangat Pendek dan Pendek Anak Sekolah dan Remaja Umur 13-15 Tahun
Berdasarkan Indeks TB/U Menurut Provinsi, 2017
Pada presentase sangat pendek dan pendek anak usia 13-15 tahun berdasarkan
indeks TB/U secara nasional, masih tercatat sebanyak 12,3% anak berstatus sangat
pendek dan 24,5% anak berstatus pendek. Presentase sangat pendek dan pendek pada
anak sekolah dan remaja terbanyak terdapat pada provinsi Kalimantan Tengah dengan
presentase sangat pendek sebesar 18,4% dan presentase pendek sebesar 37,5%.
Sedangkan untuk provinsi Jawa Timur, presentase sangat pendek sebanyak 6,4% dan
presentase pendek sebanyak 18,5%.
Gambar Presentase Sangat Kurus dan Kurus Anak Sekolah dan Remaja Umur 13-15 Tahun
Berdasarkan Indeks IMT/U Menurut Provinsi, 2017
Pada presentase sangat kurus dan kurus anak usia 13-15 tahun berdasarkan
indeks IMT/U secara nasional, masih tercatat sebanyak 2,6% anak berstatus sangat
kurus dan 6,7% anak berstatus kurus. Presentase sangat kurus dan kurus pada anak
sekolah dan remaja terbanyak terdapat pada provinsi Kepulauan Riau dengan
presentase sangat kurus sebesar 2,4% dan presentase kurus sebesar 17,1%. Sedangkan
untuk provinsi Jawa Timur, presentase sangat kurus sebanyak 2,0% dan presentase
kurus sebanyak 6,7%.
Gambar Presentase Sangat Pendek dan Pendek Anak Sekolah dan Remaja Umur 16-18 Tahun
Berdasarkan Indeks TB/U Menurut Provinsi, 2017
Pada presentase sangat pendek dan pendek anak usia 16-18 tahun berdasarkan
indeks TB/U secara nasional, masih tercatat sebanyak 6,6% anak berstatus sangat
pendek dan 30,4% anak berstatus pendek. Presentase sangat pendek dan pendek pada
anak sekolah dan remaja terbanyak terdapat pada provinsi Gorontalo dengan presentase
sangat pendek sebesar 11,5% dan presentase pendek sebesar 36,5%. Sedangkan untuk
provinsi Jawa Timur, presentase sangat pendek sebanyak 4,8% dan presentase pendek
sebanyak 32,3%.
Gambar Presentase Sangat Kurus dan Kurus Anak Sekolah dan Remaja Umur 16-18 Tahun
Berdasarkan Indeks IMT/U Menurut Provinsi, 2017
Pada presentase sangat kurus dan kurus anak usia 16-18 tahun berdasarkan
indeks IMT/U secara nasional, masih tercatat sebanyak 0,9% anak berstatus sangat
kurus dan 3,0% anak berstatus kurus. Presentase sangat kurus dan kurus pada anak
sekolah dan remaja terbanyak terdapat pada provinsi Sumatera Barat dengan presentase
sangat kurus sebesar 2,3% dan presentase kurus sebesar 6,5%. Sedangkan untuk
provinsi Jawa Timur, presentase sangat kurus sebanyak 0,5% dan presentase kurus
sebanyak 1,6%.
Gambar Perkembangan Kasus Gizi Buruk Provinsi Jawa Timur tahun 2012-2016
Pada tahun 2013 terjadi peningkatan jumlah kasus gizi buruk di Jawa Timur,
yaitu dari tahun 2012 sebesar 8.410 kasus meningkat menjadi 11.056 kasus, sedangkan
dari tahun 2013 hingga tahun 2016 terus mengalami penurunan yakni sebesar
5.663kasus. Ada beberapa kemungkinan terjadinya penurunan jumlah kasus tersebut,
antara lain semakin gencarnya petugas gizi di masyarakat untuk menemukan secara dini
kasus gizi buruk di lapangan. Kegiatan pelatihan pemantauan gizi Puskesmas,
peningkatan surveilans dan kegiatan bulan timbang serentak merupakan upaya
penemuan kasus gizi buruk secara dini yang cukup efektif.
kebutuhan yang lebih banyak mengingat bertambahnya berat badan dan aktivitasnya.
Kebutuhan gizi yang diperlukan dengan banyak aktivitas yang dilakukan oleh anak
usia sekolah sangat mempengaruhi, untuk itu ada beberapa fungsi dan sumber gizi
a. Karbohidrat.
Karbohidrat merupakan salah satu sumber utama energi. Dari tiga sumber utama
energi yaitu karbohidrat, lemak, protein. Karbohidrat juga merupakan bagian dari strukur
sel, dalam bentuk glykoprotein.(32) Karbohidrat juga merupakan sumber energi yang
tersedia dengan mudah, antiketogenik, struktur sel, antibodi, sumber kalori tersimpan,
(glikogen dan lemak) resintesis asam amino, bagian makanan yang kasar. Sumber-
sumber karbohidrat dapat ditemukan di susu, padi, buah-buahan, sukrose, sirup, tepung
sayuran.(33)
Karbohidrat yang tidak mencukupi di dalam tubuh akan digantikan dengan protein
untuk memenuhi kecukupan energi. Apabila karbohidrat tercukupi, maka protein akan
b. Protein
memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh seperti otot dan organ tubuh. Ketika anak-
anak tumbuh dan berkembang protein merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan untuk
c. Lemak
Lemak merupakan sumber kaya energi; pelindung fisik pembuluh darah, saraf, organ, isolasi
terhadap perubahan suhu; membran sel dan nukleus; sarana untuk penyerapan vitamin (A,D,E dan K)
asam lemak esensial, membantu nafsu makan, membantu rasa kenyang (penundaan waktu
pengosongan lambung). Sumber makanan yang mengandung lemak adalah susu, mentega, kuning telur,
daging, ikan, keju, kacang minyak sayur.(33) Lemak relatif lebih lama dalam sistem pencernaan
tubuh manusia. Jika seseorang mengonsumsi lemak secara berlebihan, maka akan
mengurangi konsumsi
d. Mineral
Kalsium merupakan mineral utama yang diperlukan oleh tubuh untuk proses mineralisasi tulang.
perkembangan rangka yang cepat, yang terjadi selama tahun-tahun awal kehidupan.(18)
Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu, seperti keju, serealia, kacang-
Besi berfungsi sebagai cadangan untuk memproduksi hemoglobin. Kekurangan besi dapat
menurunkan kekebalan tubuh sehingga sangat peka terhadap serangan bibit penyakit. Penelitian di
indonesia menunjukkan peningkatan prestasi belajar pada anak-anak sekolah dasar bila diberi suplemen
besi. Defisiensi besi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, teritama terhadap fungsi sistem
neurotransmitter. Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Angka kecukupan besi untuk
anak sekolah adalah 10 mg. sumber besi adalah makanan hewani seperti daging, ayam dan ikam.
Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis
buah.(16)
Yodium berfungsi sebagai bagian dari tiroksin dan senyawa kain yang disintesis oleh
hari sekitar 1-2 g/kg berat badan. Widyakarya pangan dan gizi (1998) menganjurkan
angka kecukupan gizi yodium untuk anak sekolah 70-120 g. Sumber yodium utama yaitu
makanan kaut berupa ikan, udang, dan kerang serta ganggang laut.
e. Vitamin
Vitamin D tersedia pada manusia melalui aksi fotokimia sinar matahari atau sinar
ultraviolet pada 7-40dehidrokolesterol dalam kulit dan melalui sumber diet seperti
minyak ikan, ikan berlemak, dan makanan kemasan yang di fortifikasi vitamin D,
termasuk susu sapi dan susu formula bayi atau suplemen formula. Asupan vitamin
D yang adekuat penting untuk absorpsi kalsium yang optimal. Produk makanan
Pada bangsa-bangsa yang frekuensi makannya dua kali dalam sehari lebih banyak
orang yang gemuk dibandingkan bangsa dengan frekuensi makan sebanyak tiga kali
dalam sehari. Hal ini berarti bahwa frekuensi makan sering dengan jumlah yang sedikit
lebih baik daripada jarang makan tetapi sekali makan dalam jumlah yang banyak. (21)
c. Judarwanto, W. Perilaku Makan Anak Sekolah. [Internet]. Jakarta Klinik Khusus Kesulitan Makan pada
Anak: 2005. [About 4 screen] diunduh dari http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/perilaku-
makan-anak-sekolah.pdf
(Notoatmodjo, 2007).
dengan baik dan memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk
berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status
gizi optimal terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang
terjadi apabila tubuh memperoleh zat gizi dalam jumlah yang berlebihan,
Dapus
a. Thamaria Netty. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. 2017. Hal 6
b. Adriani Merryana. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana.
2012. Hal 252
dibutuhkan untuk menghasilkan respons imun yang efektif. Untuk menciptakan hal
tersebut, rupanya lipid berperan penting sebagai substansi yang memiliki efek yang
besar untuk modulasi sistem imun. Sedangkan asam lemak dalam limfosit dan sel imun
Anak dengan status gizi yang buruk dapat menderita infeksi pencernaan oleh
bakteri dan infeksi saluran pernapasan dalam proporsi yang lebih besar. Respon imun
utama dalam pertahanan terhadap jenis infeksi adalah respon imun bawaan , terutama
barrier pada epitel dan mukosa. PCM secara signifikan berkompromi dengan barier
defisiensi vitamin A menginduksi hilangnya sel penghasil lendir. Hal ini dapat
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi oleh patogen yang biasanya akan terjebak
dalam lendir dan tersapu oleh aliran pembersihan lendir keluar dari tubuh. Kerusakan
membran mukosa sangat penting dalam patogenesis infeksi saluran pernafasan dan
pencernaan.(17,18)
Menurut Peter Katona dan Judit Katona malnutrisi adalah penyebab utama dari
imunodefisiensi di seluruh dunia, dengan bayi, anak, remaja, dan orang tua yang paling
terpengaruh . Ada hubungan kuat antara malnutrisi dan infeksi dan kematian bayi,
karena gizi buruk menyebabkan anak-anak kekurangan berat badan, lemah, dan rentan
produksi TNF-α, peningkatan rasio T-cell subset, penurunan respon sel T, dan insiden
penyakit menular menjadi lebih tinggi. Obesitas yang diturunkan dan diet yang dipicu
pada tikus menyebabkan penurunan sel NK dan sel T serta meningkatkan sekresi TNF-
aktivasi neutrofil dan TH1 yang menurunkan sekresi IFN-γ. Obesitas fenotipe dalam
tikus dengan defisiensi leptin ini juga terkait dengan penurunan sel T yang beredar,
penurunan respons sel T, dan atrofi limfoid. Selain itu, pada tikus percobaan juga
Ada bukti bahwa kerentanan anak-anak kurang gizi terhadap infeksi saluran
pernapasan yang disebabkan oleh bakteri berkapsul adalah karena kecacatan dalam
sistem imun yang diperantarai sel, sedangkan kompetensi humoral diduga kurang
terpengaruh. Sebaliknya, dalam sebuah studi baru-baru ini diteliti efek dari gizi pada
profil imun humoral pada anak-anak usia kurang dari 60 bulan dengan pneumonia.
Pneumonia sedang hingga berat pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit rupanya
Kadar imunoglobulin anak kurang gizi telah dilaporkan oleh berbagai peneliti
sebanding dengan anak bergizi baik. Namun, tingkat IgA menurun pada anak
IL-4 yang diproduksi T-sel meningkat pada anak-anak kurang gizi dibandingkan
dengan anak-anak bergizi baik. Selain itu, tingginya tingkat serum IL-4 telah
ditemukan pada anak-anak yang kekurangan gizi. Tingginya tingkat IL-4 bisa
anak-anak yang kekurangan gizi. IgA sekretorik adalah komponen utama dari respon
imun mukosa yang melindungi saluran pernapasan atas terhadap infeksi dengan
organisme patogen; Oleh karena itu, tingkat IgA yang berkurang diamati pada anak-
anak yang kekurangan gizi mungkin bertanggung jawab untuk respon kekebalan tubuh
Ekonomi
Makanan
Pengetahuan
Infeksi
Sanitasi
Lingkungan
Gizi Tidak
Seimbang
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
2.8 Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan status gizi anak
H1: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan status gizi anak