Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Persalinan Normal

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan Normal

Dalam persalinan ada 3 faktor yang penting

1. Power
2. Passenger
3. Passage
Jalan lahir (passage) dibagi menjadi
a. Bagian tulang, terdiri atas tulang-tulang panggul dengan persendiannya (artikulation)

Tulang-tulang panggul terdiri atas tiga buah yaitu

1. Os koksa disebut dengan tulang innominata 2 buah kiri dan kanan. Os koksa merupakan
fusi dari os ilium, os iskium dan os pubis.
2. Os sakrum
3. Os koksigis
b. Bagian lunak, terdiri dari otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.

Tulang-tulang ini satu dengan lainnya berhubungan dalam satu persendian panggul, di depan
terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri disebut simfisis. Simfisis terdiri atas
jaringan fibrokartilago dan ligamentum pubikum superior dibagian atas serta ligamentum pubikum
inferior dibagian bawah. Kedua ligamentum ini sering disebut sebagai ligamentum arkuatum.
Simfisis mempunyai tingkat pergerakan tertentu, yang dalam kehamilan pergerakan semakin
dipermudah. Apabila jari dimasukkan ke dalam vagina seorang perempuan hamil dan kemudian
perempuan ini diminta berjalan, maka tulang pubis akan teraba bergerak naik dan turun pada setiap
langkah.

Dibelakang terdapat artikulatio sakro-iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os


ilium. Di bawah terdapat artikulatio sakro koksigea yang menghubungkan os sakrum dengan os
koksigis. Di luar kehamilan artikulatio ini hanya memungkinan perubahan hormonal, sehingga
pada waktu persalinan dapat digeser lebih jauh dan lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan
dengan bila ujung os koksigis menonjol ke depan. Pada partus dan pengeluaran kepala janin
dengan cunam ujung koksigis itu dapat ditekan kebelakang. Selain itu akibat relaksasi persendian
ini, maka pada posisi dorso litotomi memungkinkan penambahan diameter pintu bawah panggul
hanya dimungkinkan apabila os sakrum dimungkinkan untuk bergerak ke belakang yaitu dengan
mengurangi tekanan alas tempat tidur terhadap os sakrum. Hal inilah yang menjadi dasar tindakan
Manuver McRoberts pada distosia bahu.

Pada seorang perempuan hamil yang bergerak terlampau cepat dari posisi duduk langsung berdiri,
sering dijumpai pergeseran yang lebar pada artikulasio sakroiliaka. Hal ini tidak jarang dijumpai
simfisiolisis sesudah partus atau ketika tergelincirm karena longgarnya hubungan dengan simfisis.
Hal ini demikian dapat menimbulkan rasa sakti atau gangguan saat berjalan.

Secara fungsional panggul terdiri atas dua bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis minor.
Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis, disebut falses pelvis.
Bagian yang tertelatk dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Bagian akhir
ini adalah bagian yang mempunyai peranan penting dalam obstetri dan harus dapat dikenal dan
dinilai sebaik-baiknya untuk dapat meramalkan dapat setidaknya bayi melewatinya.

Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung lengkung
ke depan (sumbu Carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis yang menghubungkan titik
persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera pada pintu atas panggul dengan titik-
titik di Hodge II,III dan IV. Sampai dekat depan, sesuai dengan lengkungan sakrum. Hal ini
penting untuk diketahui bila kelak mengakhiri persalinan dengan cunam agar arah penarikan
cunam disesuaikan dengan jalan lahir tersebut.
Bagian atas saluran ini berupa suatu bidang datar, normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu
atas panggul (pelvic inlet). Bagian bawah saluran ini disebut pintu bawah panggul (pelvic outlet),
tidak merupakan suatu bidang seperti pintu atas panggul melainkan terdiri dari dua bidang.
Diantara kedua pintu ini terdaoat ruang panggul (pelvic cavity). Ukuran ruang panggul dari atas
ke bawah tidak sama. Ruang panggul mempunyai ukuran yang paling luas dibawah pintu atas
panggul, kemudian menyempit di panggul tengah, dan selanjutnya menjadi sedikit lebih luas lagi
dibagian bawah. Penyempitan di panggul tengah ini setinggi spina ishiadika yang jarak antara
kedua spina ishiadika (distansia interspinarum) normal ±10,5 cm.

Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium korpus vertebra
sakral 1, linea innominata (terminalis), dan pinggir atas simfisis. Terdapat 4 diameter pada pintu
atas panggul, yaitu diemeter anteroposterior, diameter transversa dan 2 diameter obliqua.

Panjang jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium lebih kurang 11 cm, disebut konjugata
vera. Jara terjauh garis melintang pada pintu atas panggul lebih kurang 12,5-13, disebut diameter
transversa. Bila ditarik garis dari artikulatio sakro iliaka ke titik persekutuan antara diameter
transversa. Bila ditarik garis dari artikulasio sakro-iliaka ke titik persekutuan antara diameter
transversa dan konjugata vera dab diteruskan ke linea innominata, ditemukan diater yang disebyt
diameter obliqua sepanjang lebih kurang 13 cm.

Cara mengkur konjugata vera ialah dengan jari tengah dan telunjuk dimasuukan ke dalam vagina
untuk meraba promontorium. Jarak bagian bawah simfisis sampai ke promontorium dikenal
dengan konjugata diagonalis. Secara statistik diketahui bahwa konjugata vera sama dengan
konjugata diagonalis dikurangi 1,5. Apabila promontorium dapat diraba, maka konjugata dapat
diuukur, yaitu sepanjang jarak antara ujung jari kita yang meraba sampai ke baays pinggi bawah
simfisis. Kalau promontorium tidak teraba, berarti ukuran konjugata diagonalis lebih panjang dari
ujung jari kita sampai ke batas pinggir bawah simfisis. Kalau jarak antara ujung jari kita sampai
ke batas pinggir bawah simfisis adalah 13 cm, maka berarti konjugata vera lebih dari 11,5 (13-
1,5). Selain konjugata ini, dikenal pula konjugata obstetrik, yaitu jarak dari tenngah simfisis bagian
dalam ke promontorium. Sebanarnya konjugata obstetrika ini yang paling penting, walaupun
perbedaannya dengan konjugata vera sedikit sekali.
Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul, (pembagian Caldwell adan Moloy, 1993), yang
mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut:

1. Jenik ginekoid : panggul yang baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul hampir
bulat. Panjang diameter anteroposterior kira-kira saa dnegan diameter transversa. Jenis ini
ditemukan pada 45% perempuan.
2. Jenis android : bentuk pintu atas panggul hampir segi tiga. Umumnya pria mempunyai jenis
seperti ini. Panjang diamete anteroposterior hampir sama dengan diameter transversa, akan
tetapi yang paling terakhir ini jauh lebih mendekati sakrum. Dengan demikian, bagian
belakangnya pendek dan gepeng, sedangkankan bagian depannya menyempit ke depan.
Jeniis ini ditemukan oada 15% perempuan.
3. Jenis antropoid: bentuk pintu atas panggul agak lonjong seperti telur. Panjang diameter
anteroposterior lebih besar daripada diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 35%
perempuan.
4. Jenis platipoid : sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka
belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang. Jenis ini
ditemukan pada 5% perempuan.

Gambar

Tidak jarang dijumpai jenis kombinasi keempat jenis klasik ini. Disinilah letak kegunaan
pelvimetri radiologik untuk mengetahui jenis, bentuk, dan ukuran-ukuran pelvis secara
tepat. Untuk menyebut jenis pelvis kombinasi, disebutkan jenis pelvis bagian belakang
terlebih dahulu kemudian bagian depan. Misalnya jenis android ginekoid itu berarti pelvis
bagian belakang androin dan pelvis bagian depan ginekoid. Pelvimetri radiologik hanya
dilakukan apabila ada indikasi tertentu misalnya adanya dugaan ketidakseimbangan antara
janin dan panggul (feto-pelvic disproportion), adanya riwayat trauma, atau penyakit
tuberkulosis pada tulang, bekas sectio yang akan direncanakan lahir pervaginam, oada
janin letak sungsangm oresentasi muka atau kelaianan letak. Pemakaian sinar rontgen
dibatasi berdasarkan pengaruhnya terhadap sel-sel kelamin janin yang masih sangat muda
dan ovarium ibu. Dewasa ini dapat digunakan MRI (Magentic Resonance Imaging.
Seperti yang telah dikemukan, ruang panggul di bawah pintu atas panggu merupakan
ukuran yang paling luas. Di panggul tengah terdapat penyempitan dalam ukuran melintang
setinggi kedua spina ishiadiak. Jarak kedua spina ini (distansia interspinarum) normal ± 10
cm atau lebih. Karena itu di pintu atas panggul ukuran yang lebar adalah ukuran melintang
dna di ruang panggul ukuran melintang yang sempit (atau ukuran depan-belakang yang
lebar), maka janin saat lewat di ruang harus menyesuaikan diri dengan melakukan putar
paksi dalam. Yang penting dari spina ishiadika ini bukan dari tonjolannya, tetapi jarak
antara kedua spina ishiadika (distansia interspinarum) dan apakah spina itu runcing atau
tumpul. Walaupun spina ishiadika menonjol, kalau distansia interspinarum 10,5 cm atau
lebih berarti jarak antarspina sempit. Spina ishiadika runcing lebih baik dari [pada tumpul,
karena pada spina ishiadika yang tumpul bidang geseran yang harus dilewati kepala lebih
luas daripada spina ishiadika yang runcing, sehingga perlu tenanga yang lebih besar dan
waktu yang lebih lama
Ketika mengadakan penilaian ruang panggul hendaknya diperhatikan sakrum, apakah
normal melengkung dnegan baik dari atas ke bawah dan cekung ke belakang. Os sakrum
yang kurang melengkung akan mempersempit ruang antar panggul dan mempersulit
putaran paksi dalam, sehingga dapat terjadi malposisi janin.

Bidanh Hodge
Bidang-bidan Hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah
janin turun ke dalam panggul dalam persalinan.
Bidang Hodge I: bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan promontorium. Bidang
ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
Bidang Hodge II: bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian
bawah simfisis.
Bidang Hodge III: bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I dan II terletak setinggi spina
ishidika kanan dan kiri. Pada rujukan lain, bidang Hodge III ini disebut juga bidang O.
Kepala yang berda diatas 1 cm disebut (-1) atau sebaliknya.
Bidang Hodge IV : bidang yang sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III terletak setinggi
os koksigis.

Pintu bawah panggul


Seperti telah dijelaskanm pintu bawha panggul tidak merupakn suatu bidang datar, tetapi
tersusun atas 2 garis bidang datar yang masing-masing berbentuk segitiga, yaitu bidang
yang dibentuk oleh garis antara kedua tuber os iskii dnegan ujung os sakrum dan segitiga
lainnya yang alasnya juga garis antara dua tuber os iskii dengan bagian bawah simfisis.
Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan merupakan sudut yang disebut
arkus pubis. Dalam keadaan normal besarnya sudut ini antara 90 atau lebih besar sedikit.
Bila kurang sekali (lebih kecil) dari 90 maka kepala janin akan lebi sulit untuk dilahirkan.
Jarak antara kedua tuber os iskiii (distansia tuberum) juga merupakan ukuran pintu bawah
panggul yang terpenting. Distansia tuberum diambil dari bagian dalamnya adalah 10,5 cm.
Bila lebih kecil, jarak antara tengah-tengah distansia tuberum ke ujung sakrum (diameter
sagitalis posterior) harus cukup panjang agar bayi normal dapat dilahirkan.

Ukuran ukuran luar panggul


Ukuran ukuran luar panggul ini dapat digunakan sebagai pelvimetri radioligik yang dapat
digunakan. Dengan cara ini dapat ditentetuka secara garis besar janis, bentuk dan ukuran-
ukuran panggul apabila dikombinasikan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang
digunakan antara lain jangka panggul Martin, Oseander, Coliin, dan Boudeloque.

Yang diukur sebagai berikut:


Distasnsia spinarum ( 24-26 cm), jaran antara kedua spina iliaka anterior superior dekstra
dan sinistra.
Distansia kristarum 28-30 cm, jarak yang terpanjang antara kedua tempat yang simteris
pada krista iliaka sinistra dan dekstra. Umumnya ukuran-ukuran ini tidak penting, tetaou
bila ukuran ini lebih kecil dari 2-3 cm dari nilai normal, dapat dicurigai panggul itu
patologik.
Distansia obliqua eskterna (ukuran miring luar): jarak antara spina iliaka posteroir sinistra
dna spina iliaka anterior superior dekstra dan spina iliaka posterior dektra ke spina iliaka
anterior superior sinistra. Kedua ukuran ini bersilang. Jika panggul ini normal, maka kedua
ukuran ini tidak banyak berbeda. Akan tetapi jika panggu itu asimetrik (miring), kedua
ukuran tersebut jelas berbeda sekali.
Distansia ubtertrokanterika jarak antara kedua tronkanter mayor.
Konjugta eksterna (Boudeloque) 18 cm: jarak antara bagian atas simfisis ke prosesus
spinosus lumbal.
Distansia tuberum 10,5 cm : jarak antara kedua tuber iskii kanan dan kiri. Untuk
mengukurnya dipakai jangka Oseander. Angka yang ditunjuk jang harus ditambah 1,5 cn
karena adanya jaringan subkutis antara tulanga dan ujung jangkam yang mengahalangi
pengukuran secara tepat. Bila jarak ini kurang dari normal, dengan sendirinya arkus pubis
lebih kecil dari 90.

Kelainan-kelainan panggull yang mencolok dengan ukuran-ukuran luar yang tidak normal
dapat lebih ditegaskan, tetapi unttuk kelainan-kelainan yang ringan diperlukan pelvimetri
radiologi.

Bagian lunak jalan lahir


Pada kala pengeluaran (Kala II) segmen bawah uterus, serviks uteri dan vagina ikut
membentuk jalan lahir. Pada akhir kehamilan, pada usia kehamilan 38 minggu, serviks
lebih pendek daripada waktu kehamilan 16 minggu. Seperti yang telah dikemukan, ismus
uteri pada kehamilan 16 minggu menjadi bagian uterus tempat janin berkembang,
umumnya serviks disebut menjadi matang aoabila teraba sebagai bibir dan ini terjadi pada
usia kehamilan 34 minggu. Pada primigravida hal ini ditemukan bila hampir aterm.
Disamping uterus dan vagina, otot-otot, jaringan-jaringa ikat, dan ligamen-ligamen yang
berfungsi menyokong alat-alat urogenitalia perlu diketahui oleh karena semuanya
mempengaruhu jalan lahir dan lahirnya kepala atau bokong pada partus.
Otot-otot yang menahan dasar panggul di bagian luar dalah muskulus sfingter ani
eksternus, muskulus bulbokavernosus yang melingkari vagina, dan muskulus perinei
tansversus profundus dan muskulus koksigeus. Lebih dalam lagi ditemukan otot-otot
dalam yang paling kuat, disebut diafragma pelvis, terutama muskulur levator ani yang
berfungsi menahan dasar panggul.ia menutup hampir seluruh bagian belakang pintu bawah
panggul. Letak muskulus levator ini sedemikian rupa sehingga bagian belakang pintu
bawah panggul. Letak muskulur levator ini sedemikian rupa sehingga bagian depan
muskulus ini berebentuk segitiga disebut trigonum urogenitalis (haitus genitalis). Di dalam
trigonum ini berada uretra, vagina dan rektum.
Banyak penelitian yang telah direka untuk menjelaskan fenomena putaran paksi dalam.
Salah satu diantaranya adalah yang telah dilakukan oleh Khaas de Snoo seorang dokter
spesialis kebidanan Belanda yang menggunakan silinder gelas yang melengkung dan
sebuah boneka karet yang satu ujungnya dibuat miring dan runcing seolah-olah oksiput
dalam posisi kepala fleksi dan suatu takik agak jauh sedikit dari ujung runcing seolah-olah
oskiput dalam posisi kepala fleksi dan suatu takik agak jauhh dari ujung runcing yang
memungkinkan fleksi leher. Klaas de Snoo menunjukkan bahwa apabila boneka didorong
ke dalam silinder lengkung tersebut dan oksiput dalam posisi apapun (kecuali dalam posisi
oksiput posterior mutlak), maka dalam proses turunnya kepala selalu diikuti dengan rotasi
oksiput ke depan.
Selain faktor otot, putaran paksi dalam juga ditentukan oleh panggul dan mobilitas leher
janin. Tumor atau lilitan tali pusat di leher janin juga mempersulit putar paksi dalam.
Dalam diafragma pelvis berjalan nervus pudendus yang masuk ke rongga panggul melalui
kanalis Alcock, terletak antara spina ishiadika dan tuber iskii. Pada persalinan sering
dilakukan blok pudendus, sehingga rasa sakit dapat dihilangkan pada ektraksi cunam,
ekstraksi vakum, penjahitan ruptura perinei dan sebagainya.

Aereria dan vena yang berjalan dalam rongga panggul adalah cabang bawah dari arteria
dan vena uterina serta cabang-cabang arteria dan vena hemoirroidalis superior.

Pintu Bawah Panggul

2.3 Mekanisme Persalinan Normal

Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium yang relatif tenang yang
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine sampai kehamilan aterm.
Menjelang persalinan, otot polos uteri mulai menunjukkan aktivitas kontraksi secara terkoordinasi,
diselingi dengan suatu periode relaksasi dan mencapai puncaknya menjelang persalinan, serta
secara berangsur menghilang pada periode post partum. Mekanisme regulasi yang mengatur
aktivitas kontraksi miometrium selama kehamilan, persalinan dan kelahiran, sampai saat ini masih
belum jelas benar.

Proses fisiologi kehamilan pada manusia yang menimbulkan inisiasi partus dan awitan persalinan
belum diketahui secara pasti. Sampai sekarang, pendapat umum yang dapat diterima bawha
keberhasilan kehamilan pada semua spesies mamalia, bergantung pada aktivitas progesteron untuk
mempetahankan ketenangan uterus sampai akhir kehamilan. Namun pada kehamilan primata
termasuk manusia, penurunan progesteron ternyata tidak mendahuli terjadinya partus. Kadar
porgesteron dalam plasma perempuan hamil justru meningkat sepanjang kehamila, dan baru
menurun setelah kelahiran placenta, jaringan yang merupakan lokasi sintesis progesteron pada
kehamilan manusia.

Fase-fasae persalinan normal

Beberapa jam terakhir kehamilan ditandai dengan adanya kontraksi uterus (HIS) yang
menyebabkan penipisan, dilatasi serviks dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir. Banyak
energi dikeluarkan pada waktu ini. Oleh karena itu, penggunaan istilah in Labor (kerja keras)
dimaksudkan untuk menggambarkan proses ini. Kontraksi miometrium pada persalinan terasa
nyeri sehingga istilah nyeri persalinan digunakan untuk mendeskripsikan proses ini.

Tiga kala persalinan

Persalinan aktif dibagi mejadi tiga kala yang berbeda. Kala satu persalinan mulai ketika telah
tercapai proses kontraksi uterus dengan frekuensi, intensitas, dan durasi cukup untuk menghasilkan
pendataran dan dilatasi serviks sudah lengkap, dan berakhir ketika janin sudah lahir. Kala dua
persalinan disebut juga sebagai stadium ekspulsi janin. Kala tiga persalinan dimulai segera setelah
janin lahir, dan berakhir dengan lahirnya placenta dan selaput ketuban janin. Kala tiga persalinan
disebut juga sebagai stadium pemisahan dan ekspulsi placenta.

Diferensiasi aktivitas uterus


Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda. Segmen atasa
berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan berlangsung. Bagian bawah relatif
pasif dibanding dengan segmen atas dan bagian ini berkembang menjadi jalan lahir yang
berdinding jauh lebih tipis. Segmen bawah uterus analog dengan istmus uterus yang melebar dan
menipis pada perempuan yang tidak hamil; segmen bawah secara bertahap terbentuk ketika
kehamilan bertambah tua dan kemudian menipis sekali pada saat persalinan. Dengan palpasi
abdomen kedua segmen dapat dibedakan ketika terjadi kontraksi, sekali pun selaput ketuban belum
pecah. Segmen atas uterus cukup kencang atau keras, sedangkan konsistensi segmen bawah uterus
jauh kurang kencang. Segmen atas uterus merupakan bagian uterus yang berkontraksi secara aktif,
segmen bawah adalah bagian yang diregangkan, normalnya jauh lebih pasif.

Seandainya seluruh dinding uterus, termasuk segmen bawah uterus dan serviks berkontraksi secara
bersamaan dan dengan intensitas yang sama, maka gaya dorong persalinan akan jelas menurun.
Disinilah letak pentingnya pembagian utereus menjadi segmen atas yang aktif berkontraksi dan
segmen bawha yang lebih pasif yang berbeda bukan hanya secara anatomik melainkan juga secara
fisiologik. Segmen atas berkontraksi, mengalami retraksi dan mendorong janin keluar sebagai
respons terhadap gaya dorong kontraksi segmen atas; sedangkan segmen bawha uterus dan serviks
akan semakin lunak berdilatasi dan dengan cara demikian membentuk suatu saluran muskular dan
fibromuskular yang menipis sehingga janin dapat menonjol keluar.

Miometrium pada segmen atas uterus tidak berrelaksai sampai kembali ke panjang aslinya setelah
kontraksi; tetapi menjadi relatif menetap pada panjang yang lebih pendek. Namun, tengannya tetap
sama seperti sebelum kontraksi. Bagian atas uterus, atau segmen aktif, berkontraksi ke bawah
meski pada saat isinya berkurang, sehingga tegangan miometrium tetap konstan, efek akhirnya
adalah mengencangkan yang kendur, dengan mempertahankan kondisi menguntungkan yang
diperoleh dari ekspulsi janin dan mempertahankan otot uterus tetap menempel erat pada isi uterus.
Sebagai konsekuensi retraski, setiap kontraksi yang berikutmya mulai dari tempat yang
ditinggalkan oleh kontraks sebelumnya, sehingga bagian atas rongga uterus menjadi sedikit lebih
kecil dari kontraksi berikutnya. Karena pemendekkan serat otot yang terus menerus pada setiap
kontraksi, segmen atas uterus yang aktif menjadi semakin menebal di sepanjang kala pertama dan
kedua persalinan dan menjadi tebal sekali tepat setelah perlahiran janin.
Fenomena retraksi segemen atasa uterus bergantung pada berkurangmya volume isi uterus,
terutama pada awal persalinan ketika seluruh uterus nemar-benar merupakan sebuah kantong
tertutup dengan hanya sebuah lubang kecil pada ostium serviks. Ini memungkinkan semakin banya
isi intrauterine mengisi segmen bawah, dan segmen atas hanya beretraksi sejauh
mengembangkannya segmen bawah dan dilatasi serviks.

Retaksi segmen bawah uterus bukan merupakan relaksasi sempurna, tetapi lebih merupakan lawan
retraksi. Serabut-serabut segmen bawah menjadi teregang pada setiap kontraksi segmen atas, dan
sesudahnya tidak kembali ke panjang sebelumnnya tetapi relatif tetap mempertahankan
panjangnya yang lebih panjang; namun, tegangan pada dassarnya tetap sama seperti sebelumnnya.
Otot-otot masih menunjukkan tonus, masih menahan regangan dan masih berkontraksi sedikit
pada saat ada rasngsangan. Ketika perslainan maju, pemanjngan berturut-turut serabut otot di
segmen bawah uterus diikuti denggan pemendekan, normalnya hanya beberapa milimeter pada
bagian yang paling tipis. Sebagai akibat menipisnya segmen bawah uterus dab bersamaan dengan
menebalnua segmen atas, batas antara keduannya ditandai oleh suatu lingkaran pada permukaan
dalam uterus, yang disebut sebagai cincin retaksi fisiologik. Jika pemendekan segmen bawah
uterus terlalu tipism seperti pada oartus macet, cincin ini snagat menonjol, sehingga membentuk
cincin retraksi patologis, ini merupakan kondisi abnormal yang semakin mengecil dari fundus
sampai serviks dapat diketahui dari pengukuran bagian atas dan bawah uterus pada peralinan
normal.

Perubahan bentuk uterus

Setiap kontraksi menghasilkan pemanjangan uterus berbentuk ovoif disertai penurangan diameter
horisontal. Dengan perubahan bentuk ini, ada efek-efek penting pada proses persalinan. Pertama,
pengurangan diameter horizontal menombulkan pelurusan kolumna vertebralis janin, dengan
menekankan kutub atasnya rapat-rapat terhadap fundus uteri, sementara kutub bawah didoronh
lebih jauh ke bawah dan menuju ke panggul. Pemanjangan janin berbentuk ovoid yang
ditimbulkannya diperkiraan telah mencapai antara 5-10 cm; tekanan yang diberikan dengan cara
ini dikenal sebagai tekanan sumbu janin. Kedua, dengan memanjangnya uterus, serabut
longitodinal ditarik tegang dan karena segmen bawah dan serviks merupakan satu-satunya bagian
uterus yang fleksibel, bagian ini ditarik ke atas pada kutub bawha janin. Efek ini merupakan faktor
yang paling penting untuk dilatasi serviks pada otot-otot segmen bawah dan serviks.

Gaya-gaya Tambahan pada Persalinan

Setelah serviks berdilataso penuh, gaya yang paling penting pada proses ekspulsi janin adalah gaya
yang dihasilkan oleh tekanan intraabdominal ibu yang meninggi. Gaya ini dibentuk oleh kontraksi
otot-otot abdomen secara bersamaan melalui upaya pernapasan paksa dengan glotis tertutup. Gaya
ini disebut mengejan. Sifat gaya yang ditimbulkan sama dengan gaya yang terjadi pada saat
defekasi, tetapi intensitasnya biasanya lebih besar. Pentingnya tekanan intraabdominal pada
ekspulsi janin paling jelas terlihat pada persalinan penderita paraplegi. Perempuan seperti ini tidak
menderita nyeri, meskipun uterus mungkin berkontraksi kuat sekali. Dilatasi serviks yang sebagian
besar adalah hasil dari konttraksi uterus mungkin berkontraksi kuat sekali. Dilatasi serviks yang
sebagian besar adalah hasil dari kontraksi uterus yang bekerja pada serviks yang melunak
berlangsung secara normal, tetapi ekspulsi bayi dapat terlaksana dengan lebih mudah kalau ibu
diminta menejan, dan dapat melakukan perintah tersebut selama terjadi kontraksi uterus.

Meskipun tekanan intraabdominal yang tinggi diperlukan untukk menyelesaikan persalinan


spontan, tenaga ini akan sia-sia sampai serviks sudah membuka lengkap. Secara spesifik, tekanan
ini merupakan bantuan tambahan yang diperlukan oleh kontraksi-kontraksi uterus pada kala dua
persalinanm tetapi mengejan hanya membantu sedikit pada kala satu sekaub nenimbulkan
kelelahan belaka. Tekanan intraabdominal mungkin jga penting pada kala tiga persalinan, terutama
ibu yang melahirkan tidak diawasi. Setelah placenta lepas, ekspulsi spontan placenta dapat dibentu
ileh tekanan intaabdominal ibu yang meningkat.

Perubahan perubahan pada serviks

Tenaga yang efektif pada kala satu persalinan adalah kontraksi uterus, selanjutnya akan
menghasilkan ten=kanan hidrostatik ke seluruh selaput ketubah sudah pecah, bagian terbawah
janin dipaksa langung mendesak serviks dan segmen bawah uterus. Sebagai akibat =kegiatan daya
dorong ini, erjadi dua perubahan mendasar pendataran- dan dilatasi pada serviks yang sudah
melunak. Untuk lewatnya rata-rata kepala janin aterm melalui serviks, saluran serviks harus
dilebarkan sampai berdiameter sekitar 10 cm, pada saat ini serkvisk dikatakan telah membuka
lengkap. Mungkin tidak terdapat penruunan janin selama pendataran serviks, tetapi paling sering
bagian terbawah janin ternadj secara khas agak lambat pada nulipara. Namun, pada multipara,
khususnya yang paritasnya tunggi, penurunan bisa berlangsung sangat cepat.

Pendataran serviks

Obliterai atau pendatran serviks adlah pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2cm
menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas. Proses ini disebut
sebagai pendataran (effacement) fsn terjadi dari atas ke bawah. Serabut-serabut otot setinggi os
serviks internum ditarik ke atas, atau dipendekkan, menuju segmen bawah uterus, sementara
kondisi os eksternum untuk sementara tetap tidak berubah. Pemendekkan dapat dibadningkan
dengan suatu proses pembentukan terowongan yang merubah seluruh panjang sebuah tabung yang
sempit menjadi corong yang bertambah tumpul dan mengembang dengan lubang keluar melingkat
kecil. Sebagai hasil dari aktivitas miometrium yang meningkat sepanjang persiapan uterus untuk
persalinan, pendataran sempuna pada serviks yang lunak kadangkala telah selesai sebelum
persalinan aktif dimulai. Pendaratan menyebabkan ekspulsi sumbat mukus ketika saluran seviks
memendek.

Dilatasi serviks

Jika dibandigkan dengan korpus uterim segmen bawh uterus dan serviks meripakan daerah yang
resistensinya kecil. Oleh karena ittu, selama terjadi kontraksi, struktur-struktur ini mengalami
peregangan, yang dalam prosesnya serviksmengalamitarikan sentrigfungal. Ketika konteaski
uterus menimbulkan tekanan pada selaput ketubanm tekanna hidrostatik kantong amnion akan
melebarkan saluran serviks. Bila salaput ketuban sudah pecahm tekanan pada bagian bawah janin
terhadap serviks dan segmen bawha uterus juga sama efektifnya. Selaput ketuban yang pecaha dini
tidak mengurangi dilatasi serviks selama bagian terbawah janin berada apada psisi meneruskan
tekanan terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Proses pendataran dan dilatsi serviks ini
menyebabkan pembentukan kantong cairan amnion di depan kepalam.

Tenaga yang ef

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai