Anda di halaman 1dari 49

GANGGUAN

HIPERTENSI
PADA KEHAMILAN
Kelompok DUA (2)
Anggota
Kadek
Pramesti Dwi
Candrika
Kelompok
Ni Kadek Dwi
Suryaningsih
Komang Ninis
Indrayani
Ni Putu Dian
Widyasturi

P0712422100 P07124221006 P0712422100 P0712422100


5 7 8
Materi 1

PRE EKLAMPSIA DAN


EKLAMPSIA
PRE
EKLAMPSIA
Pre eklamPreeklamsia adalah peningkatan tekanan darah dan kelebihan protein dalam urine yang terjadi
setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Bila tidak segera ditangani, preeklamsia bisa menyebabkan
komplikasi yang berbahaya bagi ibu dan janin.

Pre-eklampsia biasanya dimulai setelah usia kehamilan


20 minggu pada wanita yang tekanan darahnya telah
normal. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi serius,
bahkan fatal, bagi ibu maupun bayi
ETIOLOGI PRE
EKLAMPSIA
Etiologi preeklampsia belum diketahui secara pasti. Preeklampsia diperkirakan terjadi akibat interaksi berbagai faktor risiko dengan
polimorfisme genetik, yang menyebabkan sintesis beberapa protein yang memiliki fungsi berbeda dari fungsi aslinya.

Hal tersebut mengawali gangguan perfusi plasenta serta produksi mediator inflamasi yang merusak endotel, sehingga terjadi
abnormalitas plasentasi. Selanjutnya, terjadi gangguan remodelling arteri spiralis, iskemia plasenta, hipoksia, stres oksidatif, dan
disfungsi fisiologis pada kehamilan.

Maladaptasi sistem imun, toksisitas lipoprotein densitas amat rendah (very low-
density lipoprotein), kelainan genetik, ketidakseimbangan faktor angiogenik,
peningkatan apoptosis atau nekrosis trofoblas, serta respons inflamasi maternal
yang berlebihan terhadap trofoblas juga diperkirakan merupakan etiologi
preeklampsia.
Faktor PREDISPOSISI pre
eklampsia
Faktor risiko preeklampsia meliputi faktor
genetik, berbagai faktor pada kehamilan dan
karakteristik maternal, serta kondisi medis
umum. Akan tetapi, sebagian besar kasus
preeklampsia terjadi pada wanita nullipara
tanpa faktor risiko yang bermakna.
DIAGNOSIS PRE EKLAMPSIA
Anamnesis

Pasien dengan preeklampsia datang dengan presentasi klinis yang bervariasi, mulai dari asimtomatik sampai

1.
gejala berat. Keluhan yang paling umum adalah nyeri kepala awitan baru yang tidak memenuhi kriteria
diagnosis nyeri kepala lain dan tidak bisa merespons medikamentosa. Gangguan penglihatan yang meliputi
pandangan kabur, pandangan ganda, gangguan lapang pandang, dan kebutaan juga bisa terjadi

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik utama untuk mendiagnosis preeklampsia adalah pengukuran tekanan darah. Batas tekanan

2.
darah yang memenuhi kriteria preeklampsia adalah sistolik ≥140 mmHg dan/atau diastolik≥ 90 mmHg dalam 2
kali pengukuran dalam interval setidaknya 4 jam. Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan/atau diastolik ≥110
mmHg dapat digolongkan sebagai preeklampsia dengan gejala berat, pemeriksaan dapat diulang dalam interval
15 menit.
Lanjutan...
Pemeriksaan Tekanan Darah

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran tekanan darah. Pada kunjungan
pertama, pengukuran tekanan darah dilakukan di kedua lengan. Selanjutnya, dilakukan pada sisi dengan

3. hasil pembacaan tertinggi. Pasien beristirahat tenang 5 menit sebelum pemeriksaan serta tidak merokok
dan tidak meminum alkohol 30 menit sebelum pemeriksaan. Pasien dianjurkan berkemih sebelum
pemeriksaan.

Pemeriksaan Fisik Lain

Kondisi umum serta tingkat kesadaran juga penting dinilai karena pasien mungkin bisa

4.
mengalami kejang atau penurunan kesadaran. Pemeriksaan fisik neurologis dilakukan untuk
mencari kemungkinan defisit neurologis fokal. Adanya hiperrefleks dengan atau tanpa klonus
meningkatkan risiko terjadinya kejang
Lanjutan...
Diagnosis Banding

Preeklampsia memiliki kriteria diagnosis yang cukup jelas sehingga jarang memerlukan
diagnosis banding. Namun, preeklampsia tetap dapat didiagnosis banding dengan bentuk
lain hipertensi dalam kehamilan. Selain itu, diagnosis banding dari preeklampsia juga dapat
menjadi faktor risiko dari preeklampsia itu sendiri, seperti hipertensi kronis, hipertensi
gestasional, sindrom antibodi antifosfolipid, mikroangiopati trombotik,
lupus eritematosus sistemik, serta penyakit ginjal dan liver kronis.
KOMPLIKASI PRE
EKLAMPSIA

PERTUMBUHAN KELAHIRAN SOLUSIO SYNDROME HELP EKLAMPSIA


JANIN TERLAMBAT PREMATUR PLASENTA
PENATALAKSAAN PRE
EKLAMPSIA
• Memantau tekanan darah dan kondisi janin secara rutin.
• Beristirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas fisik
serta menerapkan pola makan yang sehat.
• Mengonsumsi obat-obatan untuk menurunkan tekanan
darah dan mengurangi risiko komplikasi sesuai anjuran
dokter.
• Apabila preeklamsia yang dialami oleh penderita sudah
parah dan mengancam kesehatan ibu dan janin, maka
langkah yang akan direkomendasikan oleh dokter adalah
untuk melakukan persalinan sesegera mungkin (terminasi
kehamilan).
EKLAMPSIA
Facts, numbers, and guidelines
EKLAMPSIA?
.Eklampsia adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah
tinggi dan juga kejang selama masa kehamilan. Kondisi ini bisa membahayakan nyawa ibu
dan janin jika tidak segera ditangani dengan tepat.
ETIOLOGI
EKLAMPSIA
Etiologi eklamsia masih belum diketahui dengan pasti. Muncul
berbagai macam dugaan terkait penyebab penyakit ini, yakni
faktor genetik, imunologi, endokrinologi, nutrisi yang buruk,
kelainan struktur uterovaskular, hingga infeksi.

Namun, terdapat satu teori kuat yang menduga bahwa gangguan


permeabilitas berperan dalam pengembangan eklamsia.
Gangguan permeabilitas tersebut menyebabkan aliran darah ke
otak terganggu sehingga terjadi gangguan proses autoregulasi
pada pembuluh darah otak.
FAKTOR PREDISPOSISI
EKLAMPSIA

• Riwayat preeklamsia/eklamsia
Hipertensi Kronis
dalam keluarga

• Riwayat preeklamsia atau


Obesitas
eklamsia

• Hamil di usia muda, atau hamil di


atas usia 35 tahun Solusio Placenta
DIAGNOSIS
EKLAMPSIA
Anamnesis

Pada umumnya, kejang eklamsia terjadi


saat antepartum, biasanya saat usia
kehamilan >20 minggu). Kejang bersifat
tonik klonik yang berlangsung selama 60–
90 detik, dan akan diikuti dengan postictal
state (bingung, gelisah atau bahkan tidak
sadar). Akan tetapi, eklamsia dapat juga
terjadi saat intrapartum atau postpartum,
sehingga kejang yang terjadi setelah
melahirkan juga perlu dicurigai sebagai
eklamsia.
DIAGNOSIS
EKLAMPSIA
Pemeriksaan Fisik

Kebanyakan pasien eklamsia memiliki manifestasi klinis


kejang dan hipertensi onset baru, yang dapat disertai dengan
edema anasarka dan proteinuria. Kejang eklamsia bersifat
tonik klonik umum yang biasanya berlangsung selama 60–90
detik dan diikuti dengan postictal state(penurunan
kesadaran setelah kejang
Hipertensi dapat dikatakan onset baru jika muncul pertama
kali saat kehamilan (umumnya >20 minggu), dengan tekanan
darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110
mmHg. Selain itu, pemeriksaan tanda-tanda vital dapat
menunjukkan takikardia dan takipnea.
DIAGNOSIS
EKLAMPSIA
Lanjutan...

Pemeriksaan fisik dada akan menunjukkan suara napas patologis, seperti ronkhi atau
rales. Pemeriksaan fisik abdomen akan menunjukkan nyeri tekan pada kuadran atas atau
epigastrium, yang dapat disertai dengan tinggi fundus uteri yang lebih kecil daripada
estimasi usia kehamilan. Edema pada tungkai atau edema anasarka juga sering
ditemukan.

Pengukuran urine output penting dilakukan pada pasien eklamsia untuk menentukan
disfungsi renal yang dapat bermanifestasi sebagai oliguria dan anuria.

Pemeriksaan neurologis pada eklamsia umumnya menunjukkan refleks fisiologis


meningkat atau hiperrefleks dan klonus positif. Pemeriksaan funduscopy dapat
mendeteksi papilledema.[1-4]

Pemeriksaan vaginal toucher (VT) tidak dapat diabaikan, terutama pada pasien yang
mendekati usia kehamilan yang cukup, untuk menentukan pembukaan serviks dan
metode persalinan.
DIAGNOSIS
EKLAMPSIA
DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding eklamsia cukup beragam, mengingat


kejang pada kehamilan bisa saja disebabkan oleh
kondisi lain, seperti gangguan elektrolit, infeksi, trauma
kepala, stroke atau perdarahan intrakranial, hingga
keganasan atau tumor otak. Kecurigaan terhadap
diagnosis banding tersebut harus didasarkan pada
riwayat penyakit dan temuan pemeriksaan fisik pasien.
KOMPLIKASI
EKLAMPSIA
• Kerusakan saraf otak permanen
• Perdarahan Otak
• Kerusakan ginjal dan hati
• Kematian. Ini adalah komplikasi
yang paling fatal. Sekitar 13
persen ibu di seluruh dunia
meninggal akibat eklampsia.
PENATALAKSANAAN
EKLAMPSIA
Eklamsia merupakan kegawatdaruratan medis yang
memerlukan penatalaksanaan segera untuk mencegah
mortalitas ibu dan janin. Terminasi kehamilan
merupakan tata laksana definitif pada penyakit ini.
Terapi suportif yang mencakup airway, breathing, dan
circulation harus dipastikan. Magnesium sulfat dapat
digunakan untuk mengobati dan mencegah eklamsia.
Materi 2

HIPERTENSI KRONIS
PADA KEHAMILAN
Hipertensi kronis pada kehamilan yaitu apabila tekanan darahnya ≥140/90
mmHg, yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi
yang pertama kali di diagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan (Bybee, K et al,
2014)

PENYEBAB HIPERTENSI KRONIS PADA KEHAMILAN (SIBAI AND CHAMES,


2008)
FAKTOR MATERNAL FAKTOR MEDIS DAN
FETAL
• Diabetes
• Kehamilan pertama • Penyakit ginjal
• Usia saat hamil kurang dari 18 tahun • Lupus eritematous sistemik
atau lebih dari 35 tahun • Trombofilia
• Riwayat preeklampsia • Penggunaan antidepresan
• Riwayat keluarga preeklampsia selective serotonin uptake
• Obesitas inhibitor (SSRIs), seperti
• Jarak antar kehamilan kurang dari 2 fluoxetine, di trimester pertama
tahun atau lebih dari 10 tahun • Kehamilan multipel
• Hydrops fetalis
• Penyakit trofoblas gestasional
• Triploid
DIAGNOSIS Pemeriksaan Fisik
- Pengukuran tekanan darah
Anamnesis - pemeriksaan status generalis : edema
1. Keluhan utama : sakit kepala, skotoma, pada area nondependen (seperti wajah dan
fotofobia, penglihatan kabur, kebutaan tangan), atau penambahan berat badan
sementara, atau defek lapang pandang, sesak yang cepat.
2. Riwayat penyakit : parenkimal ginjal, - Pemeriksaan Kerusakan Organ
penyakit vaskular ginjal, gangguan endokrin, Target :Adanya bunyi S4
feokromositoma, hipertiroidisme atau mengindikasikan adanya hipertrofi
hipotiroidisme, kelebihan hormon ventrikel kiri (LVH) atau disfungsi
pertumbuhan, hiperparatiroidisme, diastolik. Selain itu, adanya bruit karotis
koarktasio aorta, atau penggunaan mengindikasikan penyakit aterosklerotik
kontrasepsi karena hipertensi yang berlangsung lama
LANJUTAN c. Fungsi hati: meningkatnya enzim hati
(meningkatnya alamine aminotransferase
atau meningkatnya aspartate).
Manuaba, dkk (2013) menyebutkan
d. Fungsi ginjal: profil kimia akan
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
menunjukkan kreatinin dan elektrolit
ibu hamil dengan hipertensi diantaranya :
abnormal, karena gangguan fungsi ginjal.
a. Uji urin kemungkinan menunjukkan
e. Tes non tekanan dengan profil biofisik.
proteinuria
f. USG seri dan tes tekanan kontraksi
b. Pengumpulan urin selama 24 jam untuk
untuk menentukan status janin
pembersihan kreatinin dan protein.
g. Evaluasi aliran doppler darah untuk
menentukan status janin dan
ibu.
PENATAKSANAAN
Evaluasi yang tepat memerlukan pemeriksaan fisik yang lengkap, termasuk funduskopi. Pemeriksaan laboratorium yang
direkomendasikan meliputi urinalisis dan kultur urin, penampungan urin 24 jam untuk mengetahui total ekskresi protein dan
klirens kreatinin, dan pemeriksaan elektrolit. Beberapa pasien mungkin memerlukan pemeriksaan EKG, rontgen thorax, tes
antibodi antifosfolipid, antibodi antinuklear, dan katekolamin urine.

Pada ibu :
KOMPLIKAS
Pada janin :
1) Eklampsia I 1)Terhambatnya pertumbuhan
2) Pre eklampsia berat janin dalam uterus
3) Solusio plasenta 2) Kelahiran prematur
4) Kelainan ginjal 3) Asfiksia neonatorum
5) Perdarahan subkapsula hepar 4) Kematian dalam uterus
6) Kelainan pembekuan darah 5)Peningkatan angka kematian
7) Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, dan kesakitan perinatal.
liver, enzymes, dan low
platellet count).
8) Ablasio retina.
HIPERTENSI
KRONIS
DISERTAI PRE-
EKLAMSIA
HIPERTENSI KRONIS DISERTAI
PRE-EKLAMSIA

DEFINISI

Merupakan munculnya proteinuria pada wanita hamil yang memiliki atau mengalami
riwayat hipertensi sebelumnya. Orang dengan hipertensi sebelum kehamilan (hipertensi
kronis) memiliki risiko 4-5 kali terjadi pre-eklampsia pada kehamilannya
Angka kejadian hipertensi kronis pada kehamilan yang disertai pre-eklampsia sebesar 25%.
Sedangkan bila tanpa hipertensi kronis angka kejadian pre-eklampsia hanya 5% (Roberts et
. Hipertensi yang disertai pre-eklampsia biasanya muncul antara minggu 24-26 kehamilan
berakibat kelahiran preterm dan bayi lebih kecil dari normal (IUGR) (Khosravi et al., 2014).
ETIOLOGI

• Faktor penyebab hipertensi kronis disertai dengan


pre-eklamsia ini masih belum jelas.
• Semua penyakit hipertensi kronis dengan
mengabaikan penyebabnya, mempengaruhi
perkembangan dari hipertensi kronis dengan pre-
eklamsia atau superimposed pre-eklamsia
LANJUTAN.
...
Perbandingan angka

1
kejadian hipertensi
Angka kronik pada wanita

2
hamil di AS
kejadian 1 – 5 (berdasarkan data
% penelitian 1999 – 2001):
• Umur 18 - 29 thn (2,5
pada ibu hamil % pada wanita kulit
hitam / gelap, 0, 6 %
di AS pada wanita kulit
putih, 1 % pada ras
wanita Amerika-
meksiko)
• Umur 30 - 39 thn
(22.3%, 4.6%, and
6.2%, )
• Umur 40 - 49 thn
(30.5%, 12.7%, and
10.6%)
Faktor
• predisposisi
Gangguan visus
• Edema anasarka
• oliguria
• edema paru
• kenaikan kreatinin serum
• trombositopenia
• kenaikan transaminase serum hepar
Wanita hipertensi
yang
proteinuria
memiliki
kurang DIAGNOSIS
lebih 20 minggu
kehamilan diikuti
dengan; peningkatan
dosis obat hipertensi,
timbul gejala lain
(peningkatan enzim
hati secara tidak
normal), penurunan
trombosit >
100000/mL, nyeri
bagian atas dan
kepala, adanya
edema, adanya
gangguan ginjal
(kreatinin ≥1.1 mg/dL),
dan peningkatan
ekskresi protein
(Roberts et al., 2013).

Hipertensi kronis
disertai pre-eklampsia
ada 2 (Roberts et al.,
2013):
-Hipertensi kronis
disertai pre-eklampsia
vasospasme
termasuk penurunan
prostasiklin
(vasodilator turunan
endotel),
peningkatan
endotelin
(vasokonstriktor
turunan endotel),
komplikasi
dan peningkatan Flt-
1 yang dapat larut
(reseptor sirkulasi
untuk faktor
pertumbuhan
endotel vaskular).

Wanita yang
menderita
preeklamsia berisiko
mengalami solusio
plasenta pada
kehamilannya saat
ini, kemungkinan
karena kedua
kelainan tersebut
berhubungan dengan
insufisiensi
yang aman bagi
ibu hamil adalah
labetalol,
nifedipine, dan

Penatalaksanaa
methyldopa.

n
MgSO4 di berikan
dengan 2 dosis
yaitu loading dose:
4g MgSO4 (10 ml
kosentrasi 40%
atau
20 ml kosentrasi
20%) IV selama 5-8
menit (kecepatan
0,5-1 gr/menit).
Untuk 10 ml
kosentrasi 40%
dilarutkan
menjadi 20 ml
dengan aquadest,
selanjutnyamaint
enance dose
Lanjutan....
Penatal
Antihipertensi dibagi
menjadi menjadi Tatalaksana
aksanaa
beberapa pilihan obat
yang pertama adalah
Pengelolaan
hipertensi kronik

n
Labetalol diberikan dengan
100 mg, 2 kali sehari

1
superimposed
lalu dilanjut dengan
menaikkan
dosisnya menjadi 100
preeclampsia sama
dengan
pengelolaan
2
mg, 2 kali sehari. Jika
preeklampsia berat
labetalol tidak cocok
bisa diberikan
Prognosis
nifedipine dengan
Bila penderita tidak
dosis 30-60 mg sekali
sehari setelah makan, terlambat dalam
maksimal 120mg/hari. pemberian
Jika kedua obat pengobatan, maka
tersebut tidak cocok gejala
bisa diberikan perbaikan tampak
methyldopa dengan jelas setelah
dosis 250-500 mg 2-3 kehamilannya di
kali perhari, maksimal akhiri.
Materi 4

HIPERTENSI
GESTASIONAL
DEFINISI
Hipertensi gestasional disebut juga transient
hypertension adalah tekanan darah tinggi yang timbul
pertama kali pada kehamilan trimester II (setelah 20
minggu) dimana nilai sistolik ≥ 140 mmHg dan
diastolik ≥ 90 mmHg tanpa diserti proteinurea.
Hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca
persalinan atau kehamilan.
ETIOLOG
I hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Beberapa teori terkait dengan penyebab
Penyebab
hipertensi dalam kehamilan yaitu:

• Teori kelainan vaskularisasi plasenta


• Pada kehamilan normal, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis yang menimbulkan degenerasi
lapisan otot tersebut distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis memberi dampak penurunan tekanan darah,
penurunan resistensi vascular, dan peningkatan aliran darah pada utero plasenta. aliran darah ke janin dan perfusi
jaringan baik, proses ini dinamakan “remodeling arteri spiralis”.
• pada hipertensi dalam kehamilan invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis tidak
terjadi, lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap, kaku dan keras serta tidak memungkinkan
mengalami distensi dan vasodilatasi. akibatnya arteri spiralis relative mengalami vasokontriksi
dan terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, aliran darah uteroplasenta menurun terjadi
hipoksia dan iskemia plasenta. dampaknya menimbulkan perubahan-perunahan yang
menyebabkan hipertensi dalam kehamilan.
LANJUTAN....
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan disfungsi endotel
• Terjadi kegagalan “remodeling arteri spiralis”, dengan akibat plasenta mengalami iskemia dan hipoksia akan
menghasilkan oksidan (radikal bebas). Salah satu oksidan penting yang dihasilkan iskemia plasenta adalah
radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Kerusakan
membran sel endotel mengakibatkan terganggunya fungsi endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endotel
dan berakibat:

• Ganggguan metabolisme prostaglandin, yaitu menurunnya produksi prostasiklin (PGE2)


suatu vasodilator kuat
• Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan, Agregasi
trombosit memproduksi tromboksan (TXA2) suatu vasokontriktor kuat. Ketika kadar
tromboksan tinggi terjadi vasokonstriksi, maka terjadi kenaikan tekanan darah
• Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin. Kadar vasodilator
menurun, sedangkan endotelin (vasokontriksi) meningkat.
LANJUTAN....
3. Teori intoleransi imunologik antara intrauterin dan janin
• Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya “hasil konsepsi” yang bersifat asing. Karena
adanya human leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respon imun,
sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas
janin dari lisis oleh natural killer cell (NK) ibu, mempermudah invasi sel trofoblas kadalam jaringan desidua ibu.
Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, berkurngnya HLA-G di desidua didaerah plasenta, menghambat invasi
trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur
sehingga mepermudah terjadinya reaksi inflamasi kemungkinan terjadi immune-maladaptation pada
preeklampsia.

4. Teori adaptasi kardiovaskular genetik


• Pada hamil normal pembulu darah refrakter (tidak peka) tehadap bahan-bahan vasopressor akibat dilindungi oleh
adanya sitensis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan
daya refrakter terhadap bahan vasokonstriktor, pembuluh darah menjadi peka terhadap bahan vasopressor.
eningkatan kepekaan pada kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat ditemukan
pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya hipertensi dalam
kehamilan
LANJUTAN....
5. Teori genetik
• Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan
genotip janin. telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami preeklamsia, 26% anak perempuannya akan
mengalaminya juga.

6. Teori Inflamasi
• Pada kehamilan normal, plasenta melepaskan debris trofoblas sebagai sisa-sisa apoptosi dan nektrotik trofoblas
akibat reaksi stres oksidatif, Makin banyak sel trofoblas plasenta misalnya pada plasenta besar, kehamilan ganda,
maka reaksi stres oksidatif akan sangat meningkat & jumlah sisa debris trofoblas juga meningkat. ini menjadi
beban reaksi inflamasi dalam darah ibu. Respons inflamasi ini mengaktifvasi sel endotel, makrogfag yang lebih
besar sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gelaja-gejala hipertensi-preeklamsia.
.
FAKTOR PREDISPOSISI
• Primigravida (seorang wanita hamil yang untuk pertama kali,
primipaternitas (kehamilan anak pertama dengan suami kedua)
• Hiperplasentosis misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel,
DM, hidrops fetalis, bayi besar
• Umur yang ekstrim (<20 atau >35 tahun)
• Riwayat keluarga yang pernah hipertensi, preeklampsia /
eklampsia
• Penyakit-penyakit ginjal, DM, dan hipertensi yang pernah ada
terjadi pada hamil sebelumnya
• Penyakit autoimun
• Obesitas (BMI >35)
• Tingkat sosial ekonomi rendah, faktor psikologis dan gaya hidup
(Anggreni, 2018)
DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis hipertensi gestasional dalam kehamilan
yaitu sebagai berikut:
• Tekanan darah ≥140/90 mmHg, yang timbul pertama
kali selama kehamilan
• Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan
darah normal di usia kehamilan <12 minggu
• Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup
urin)
• Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan
• Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia,
seperti nyeri ulu hati dan trombositopenia
(Kemenkes RI, 2013)
KOMPLIKASI
Hipertensi yang diinduksi kehamilan dianggap sebagai komplikasi obstetrik. Ada efek maternal
merugikan yang signifikan, beberapa menghasilkan morbiditas atau kematian maternal yang serius
dengan tanda dan gejala yang timbul.

• Komplikasi hipertensi dalam kehamilan pada ibu:


• preeklamsia, eklamsia, hemoragik, isemik stroke, kerusakan hati, HELLP (hemolysis elevated liver
enzymes and low platelet count) sindrom, gagal hati, disfungsi ginjal, persalinan cesar, persalinan
dini, abruptio plasenta, pendarahan saat dan setelah persalinan, DIC (disseminated intravascular
coagulation), pendarahan otak dan kejang (Alatas, 2019).
• Untuk jangka panjang wanita yang mengalami hipertensi saat hamil memiliki risiko kembali
mengalami hipertensi pada kehamilan berikutnya, juga dapat menimbulkan komplikasi
kardiovaskular, penyakit ginjal dan timbulnya kanker (Alatas, 2019).

2. Pada janin berdampak terjadinya kelahiran preterm, induksi kelahiran, gangguan


• pertumbuhan janin atau IUGR (intrauterine growth retardation, sindrom pernapasan, hingga
kematian janin.
PENATALAKSANAAN

• Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan


kondisi janin setiap minggu.
• Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai
preeklampsia ringan.
• Jika kondisi janin memburuk atau terjadi
pertumbuhan janin terhambat, rawat untuk penilaian
kesehatan janin.
• Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan
gejala preeklampsia dan eklampsia.
• Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan
secara normal.
Penanganan hipertensi gestasional dalam kehamilan (NICE, 2011 dalam Atalas, 2019)
LANJUTAN.....
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, H., 2019. Hipertensi pada Kehamilan. Herb-Medicine Journal, 2(2), pp. 27-51.
Anggreni, D., Mail, E. & Adiesti, F., 2018. Hipertensi Dalam Kehamilan. Mojokerto:

STIKes Majapahit Mojokerto.


Kemenkes RI, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar

Dan Rujukan: Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. s.l.:s.n.


Prawirohardjo, S., 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustak Sarwono
Prawirohardjo
Ninike A. Peran magnesium sulfat dalam penatalaksanaan preeklampsia. Jurnal
Penelitian Perawat Nasional [internet].2021. 3(1):9-20.

Anda mungkin juga menyukai