HIPERTENSI
PADA KEHAMILAN
Kelompok DUA (2)
Anggota
Kadek
Pramesti Dwi
Candrika
Kelompok
Ni Kadek Dwi
Suryaningsih
Komang Ninis
Indrayani
Ni Putu Dian
Widyasturi
Hal tersebut mengawali gangguan perfusi plasenta serta produksi mediator inflamasi yang merusak endotel, sehingga terjadi
abnormalitas plasentasi. Selanjutnya, terjadi gangguan remodelling arteri spiralis, iskemia plasenta, hipoksia, stres oksidatif, dan
disfungsi fisiologis pada kehamilan.
Maladaptasi sistem imun, toksisitas lipoprotein densitas amat rendah (very low-
density lipoprotein), kelainan genetik, ketidakseimbangan faktor angiogenik,
peningkatan apoptosis atau nekrosis trofoblas, serta respons inflamasi maternal
yang berlebihan terhadap trofoblas juga diperkirakan merupakan etiologi
preeklampsia.
Faktor PREDISPOSISI pre
eklampsia
Faktor risiko preeklampsia meliputi faktor
genetik, berbagai faktor pada kehamilan dan
karakteristik maternal, serta kondisi medis
umum. Akan tetapi, sebagian besar kasus
preeklampsia terjadi pada wanita nullipara
tanpa faktor risiko yang bermakna.
DIAGNOSIS PRE EKLAMPSIA
Anamnesis
Pasien dengan preeklampsia datang dengan presentasi klinis yang bervariasi, mulai dari asimtomatik sampai
1.
gejala berat. Keluhan yang paling umum adalah nyeri kepala awitan baru yang tidak memenuhi kriteria
diagnosis nyeri kepala lain dan tidak bisa merespons medikamentosa. Gangguan penglihatan yang meliputi
pandangan kabur, pandangan ganda, gangguan lapang pandang, dan kebutaan juga bisa terjadi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik utama untuk mendiagnosis preeklampsia adalah pengukuran tekanan darah. Batas tekanan
2.
darah yang memenuhi kriteria preeklampsia adalah sistolik ≥140 mmHg dan/atau diastolik≥ 90 mmHg dalam 2
kali pengukuran dalam interval setidaknya 4 jam. Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg dan/atau diastolik ≥110
mmHg dapat digolongkan sebagai preeklampsia dengan gejala berat, pemeriksaan dapat diulang dalam interval
15 menit.
Lanjutan...
Pemeriksaan Tekanan Darah
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran tekanan darah. Pada kunjungan
pertama, pengukuran tekanan darah dilakukan di kedua lengan. Selanjutnya, dilakukan pada sisi dengan
3. hasil pembacaan tertinggi. Pasien beristirahat tenang 5 menit sebelum pemeriksaan serta tidak merokok
dan tidak meminum alkohol 30 menit sebelum pemeriksaan. Pasien dianjurkan berkemih sebelum
pemeriksaan.
Kondisi umum serta tingkat kesadaran juga penting dinilai karena pasien mungkin bisa
4.
mengalami kejang atau penurunan kesadaran. Pemeriksaan fisik neurologis dilakukan untuk
mencari kemungkinan defisit neurologis fokal. Adanya hiperrefleks dengan atau tanpa klonus
meningkatkan risiko terjadinya kejang
Lanjutan...
Diagnosis Banding
Preeklampsia memiliki kriteria diagnosis yang cukup jelas sehingga jarang memerlukan
diagnosis banding. Namun, preeklampsia tetap dapat didiagnosis banding dengan bentuk
lain hipertensi dalam kehamilan. Selain itu, diagnosis banding dari preeklampsia juga dapat
menjadi faktor risiko dari preeklampsia itu sendiri, seperti hipertensi kronis, hipertensi
gestasional, sindrom antibodi antifosfolipid, mikroangiopati trombotik,
lupus eritematosus sistemik, serta penyakit ginjal dan liver kronis.
KOMPLIKASI PRE
EKLAMPSIA
• Riwayat preeklamsia/eklamsia
Hipertensi Kronis
dalam keluarga
Pemeriksaan fisik dada akan menunjukkan suara napas patologis, seperti ronkhi atau
rales. Pemeriksaan fisik abdomen akan menunjukkan nyeri tekan pada kuadran atas atau
epigastrium, yang dapat disertai dengan tinggi fundus uteri yang lebih kecil daripada
estimasi usia kehamilan. Edema pada tungkai atau edema anasarka juga sering
ditemukan.
Pengukuran urine output penting dilakukan pada pasien eklamsia untuk menentukan
disfungsi renal yang dapat bermanifestasi sebagai oliguria dan anuria.
Pemeriksaan vaginal toucher (VT) tidak dapat diabaikan, terutama pada pasien yang
mendekati usia kehamilan yang cukup, untuk menentukan pembukaan serviks dan
metode persalinan.
DIAGNOSIS
EKLAMPSIA
DIAGNOSIS BANDING
HIPERTENSI KRONIS
PADA KEHAMILAN
Hipertensi kronis pada kehamilan yaitu apabila tekanan darahnya ≥140/90
mmHg, yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi
yang pertama kali di diagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan
hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan (Bybee, K et al,
2014)
Pada ibu :
KOMPLIKAS
Pada janin :
1) Eklampsia I 1)Terhambatnya pertumbuhan
2) Pre eklampsia berat janin dalam uterus
3) Solusio plasenta 2) Kelahiran prematur
4) Kelainan ginjal 3) Asfiksia neonatorum
5) Perdarahan subkapsula hepar 4) Kematian dalam uterus
6) Kelainan pembekuan darah 5)Peningkatan angka kematian
7) Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, dan kesakitan perinatal.
liver, enzymes, dan low
platellet count).
8) Ablasio retina.
HIPERTENSI
KRONIS
DISERTAI PRE-
EKLAMSIA
HIPERTENSI KRONIS DISERTAI
PRE-EKLAMSIA
DEFINISI
Merupakan munculnya proteinuria pada wanita hamil yang memiliki atau mengalami
riwayat hipertensi sebelumnya. Orang dengan hipertensi sebelum kehamilan (hipertensi
kronis) memiliki risiko 4-5 kali terjadi pre-eklampsia pada kehamilannya
Angka kejadian hipertensi kronis pada kehamilan yang disertai pre-eklampsia sebesar 25%.
Sedangkan bila tanpa hipertensi kronis angka kejadian pre-eklampsia hanya 5% (Roberts et
. Hipertensi yang disertai pre-eklampsia biasanya muncul antara minggu 24-26 kehamilan
berakibat kelahiran preterm dan bayi lebih kecil dari normal (IUGR) (Khosravi et al., 2014).
ETIOLOGI
1
kejadian hipertensi
Angka kronik pada wanita
2
hamil di AS
kejadian 1 – 5 (berdasarkan data
% penelitian 1999 – 2001):
• Umur 18 - 29 thn (2,5
pada ibu hamil % pada wanita kulit
hitam / gelap, 0, 6 %
di AS pada wanita kulit
putih, 1 % pada ras
wanita Amerika-
meksiko)
• Umur 30 - 39 thn
(22.3%, 4.6%, and
6.2%, )
• Umur 40 - 49 thn
(30.5%, 12.7%, and
10.6%)
Faktor
• predisposisi
Gangguan visus
• Edema anasarka
• oliguria
• edema paru
• kenaikan kreatinin serum
• trombositopenia
• kenaikan transaminase serum hepar
Wanita hipertensi
yang
proteinuria
memiliki
kurang DIAGNOSIS
lebih 20 minggu
kehamilan diikuti
dengan; peningkatan
dosis obat hipertensi,
timbul gejala lain
(peningkatan enzim
hati secara tidak
normal), penurunan
trombosit >
100000/mL, nyeri
bagian atas dan
kepala, adanya
edema, adanya
gangguan ginjal
(kreatinin ≥1.1 mg/dL),
dan peningkatan
ekskresi protein
(Roberts et al., 2013).
Hipertensi kronis
disertai pre-eklampsia
ada 2 (Roberts et al.,
2013):
-Hipertensi kronis
disertai pre-eklampsia
vasospasme
termasuk penurunan
prostasiklin
(vasodilator turunan
endotel),
peningkatan
endotelin
(vasokonstriktor
turunan endotel),
komplikasi
dan peningkatan Flt-
1 yang dapat larut
(reseptor sirkulasi
untuk faktor
pertumbuhan
endotel vaskular).
Wanita yang
menderita
preeklamsia berisiko
mengalami solusio
plasenta pada
kehamilannya saat
ini, kemungkinan
karena kedua
kelainan tersebut
berhubungan dengan
insufisiensi
yang aman bagi
ibu hamil adalah
labetalol,
nifedipine, dan
Penatalaksanaa
methyldopa.
n
MgSO4 di berikan
dengan 2 dosis
yaitu loading dose:
4g MgSO4 (10 ml
kosentrasi 40%
atau
20 ml kosentrasi
20%) IV selama 5-8
menit (kecepatan
0,5-1 gr/menit).
Untuk 10 ml
kosentrasi 40%
dilarutkan
menjadi 20 ml
dengan aquadest,
selanjutnyamaint
enance dose
Lanjutan....
Penatal
Antihipertensi dibagi
menjadi menjadi Tatalaksana
aksanaa
beberapa pilihan obat
yang pertama adalah
Pengelolaan
hipertensi kronik
n
Labetalol diberikan dengan
100 mg, 2 kali sehari
1
superimposed
lalu dilanjut dengan
menaikkan
dosisnya menjadi 100
preeclampsia sama
dengan
pengelolaan
2
mg, 2 kali sehari. Jika
preeklampsia berat
labetalol tidak cocok
bisa diberikan
Prognosis
nifedipine dengan
Bila penderita tidak
dosis 30-60 mg sekali
sehari setelah makan, terlambat dalam
maksimal 120mg/hari. pemberian
Jika kedua obat pengobatan, maka
tersebut tidak cocok gejala
bisa diberikan perbaikan tampak
methyldopa dengan jelas setelah
dosis 250-500 mg 2-3 kehamilannya di
kali perhari, maksimal akhiri.
Materi 4
HIPERTENSI
GESTASIONAL
DEFINISI
Hipertensi gestasional disebut juga transient
hypertension adalah tekanan darah tinggi yang timbul
pertama kali pada kehamilan trimester II (setelah 20
minggu) dimana nilai sistolik ≥ 140 mmHg dan
diastolik ≥ 90 mmHg tanpa diserti proteinurea.
Hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca
persalinan atau kehamilan.
ETIOLOG
I hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Beberapa teori terkait dengan penyebab
Penyebab
hipertensi dalam kehamilan yaitu:
6. Teori Inflamasi
• Pada kehamilan normal, plasenta melepaskan debris trofoblas sebagai sisa-sisa apoptosi dan nektrotik trofoblas
akibat reaksi stres oksidatif, Makin banyak sel trofoblas plasenta misalnya pada plasenta besar, kehamilan ganda,
maka reaksi stres oksidatif akan sangat meningkat & jumlah sisa debris trofoblas juga meningkat. ini menjadi
beban reaksi inflamasi dalam darah ibu. Respons inflamasi ini mengaktifvasi sel endotel, makrogfag yang lebih
besar sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gelaja-gejala hipertensi-preeklamsia.
.
FAKTOR PREDISPOSISI
• Primigravida (seorang wanita hamil yang untuk pertama kali,
primipaternitas (kehamilan anak pertama dengan suami kedua)
• Hiperplasentosis misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel,
DM, hidrops fetalis, bayi besar
• Umur yang ekstrim (<20 atau >35 tahun)
• Riwayat keluarga yang pernah hipertensi, preeklampsia /
eklampsia
• Penyakit-penyakit ginjal, DM, dan hipertensi yang pernah ada
terjadi pada hamil sebelumnya
• Penyakit autoimun
• Obesitas (BMI >35)
• Tingkat sosial ekonomi rendah, faktor psikologis dan gaya hidup
(Anggreni, 2018)
DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis hipertensi gestasional dalam kehamilan
yaitu sebagai berikut:
• Tekanan darah ≥140/90 mmHg, yang timbul pertama
kali selama kehamilan
• Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan
darah normal di usia kehamilan <12 minggu
• Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup
urin)
• Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan
• Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia,
seperti nyeri ulu hati dan trombositopenia
(Kemenkes RI, 2013)
KOMPLIKASI
Hipertensi yang diinduksi kehamilan dianggap sebagai komplikasi obstetrik. Ada efek maternal
merugikan yang signifikan, beberapa menghasilkan morbiditas atau kematian maternal yang serius
dengan tanda dan gejala yang timbul.