PENDAHULUAN
Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeklampsia, yang
disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya dengan preeklampsia,
eklampsia dapat timbul pada ante, intra dan postpartum. Eklampsia post partum
umunya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan. Pada
penderita preeklampsia yang akan kejang, umunya memberi gejala atau tanda
tanda yang khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya
kejang. Preeklampsia yang ditandai dengan tanda tanda prodoma ini disebut
sebagai impending eclampsia atau imminent eclampsia.
Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat
penyakit lain, Oleh karena itu diagnosis banding eklamsia menjadi sangat penting
misalnya perdarahan otak, hipertensi, lesi otak, kelainan metabolik, meningitis,
epilepsi iatrogenik. Eklampsi selalu didahului oleh preeklampsi. Perawatan
pranatal untuk kehamilan dengan predisposisi preeklamsi perlu ketat dilakukan
agar dapat dikenal sedini mungkin gejala-gejala prodoma eklampsia. Sering
dijumpai wanita hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejang-kejang
eklampsia, karena tidak terdeteksi adanya preeklamsia sebelumnya.
Di Indonesia preeklampsia-eklampsia masih merupakan salah satu
penyebab utama kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi. Oleh
karena itu diagnosis dini pre-eklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan
eklampsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan
angka kematian ibu (AKI) dan anak. Perlu ditekankan bahwa sindrom
preeklampsia ringan dengan hipertensi, edema, dan proteinuri sering tidak
diketahui atau tidak diperhatikan; pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara
rutin mencari tanda preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan
preeklampsia berat dan eklampsia, di samping pengendalian terhadap faktorfaktor predisposisi yang lain.1,2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Definisi 1,3,4
Preeklampsia adalah gangguan menyeluruh mengenai malfungsi endotel
vaskular dan vasospasme yang terjadi pada minggu ke 20 kehamilan dan dapat
pula terjadi sampai minggu ke 4-6 postpartum. Secara klinis didefinisikan sebagai
hipertensi dan proteinuria dengan maupun tidak disertai edema patologis.
Preeklampsia merupakan bagian dari hipertensi yang merupakan penyulit dari
kehamilan. Ini meliputi hipertensi kronis, preeklampsia superimposed dengan
hipertensi kronik, hipertensi gestasional, preeklampsia dan eklampsia.
Kriteria diagnosis dari preklampsia terfokus pada pengukuran dari tekanan
darah yang meninggi dan proteinuria yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan.
Hal ini harus dibedakan dengan hipertensi gestasional yang dimana lebih sering
dan selalu muncul dengan gejala yang sama dengan preeklampsia , yang termasuk
didalamnya nyeri epigastrik atau trombositopenia, tapi tidak ditandai dengan
proteinuria. Sebagai tambahan pasien dengan gambaran awal hipertensi kronik
memberi gambaran yang tumpang tindih dengan preeklampsia yang muncul
sebagai proteinuria onset baru setelah minggu ke 20 kehamilan.
Hasil konsensus mengenai kesepakatan sangat bervariasi pada setiap
negara dan organisasi internasional mengenai ukuran yang dapat mendeskripsikan
gangguan ini, namun terdapat batas yang masih wajar mengenai normotensi pada
minggu ke 20 adalah tekanan sistolik tidak melebihi 140mmHg dan tekanan
diastolik yang tidak lebih 90 mmHg dalam 2 kali pengukuran selama 4-6 jam.
Preeklampsia pada pasien yang menderita hipertensi esensial terdiagnosis jika
tekanan darah sistolik meningkat 30 mmHg atau tekanan diastolik meningkat 15
mmHg.
Proteinuria yaitu bila terdapat protein dalam urin dengan kadar 300mg
dalam 24 jam atau 1 gram/liter dalam dua kali pengambilan urine selang 6 jam
secara acak atau dengan pemeriksaan kualitatif 2+ pada pengambilan urine secara
acak.
Edema sekarang tidak lagi menjadi tanda yang sahih untuk menegakkan
preeklampsia, oleh karena edema pada wajah dan tangan biasa dijumpai pada
2
wanita hamil. Edema pada preeklampsia adalah patologis, timbul pada wajah dan
tangan yang sering kali menetap.
Preeklampsia dibagi lagi menjadi preeklampsia ringan dan berat.
Diagnosis preeklampsia berat ditegakkan pada wanita hamil >20 minggu dengan
hipertensi ditambah dengan salah satu gejala berikut :
1. Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110
mmHg
2. Proteinuria 5gr/24 jam atau 3+
3. Oligouria (< 500ml per 24 jam) yang disertai dengan kenaikan
4.
5.
6.
7.
8.
kreatinin plasma
Gangguan visus dan serebral yang menetap
Nyeri epigastrium
Edema paru dan sianosis
Sindroma HELLP
Oligohidramnion, perlambatan pertumbuhan janin, atau abrupsi
plasenta
B.
Klasifikasi 3,5
Berdasarkan pedoman pengelolaan hipertensi dalam kehamilan di
Indonesia:
1. Hipertensi Gestasional
Didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg Untuk pertama
kalinya setelah umur kehamilan 20 minggu, tidak disertai dengan
proteinuria dan tekanan darah kembali normal < 12 minggu pasca
persalinan.
2. Preeklampsia
Ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20
minggu disertai dengan proteinuria 300mg/24 jam atau dipstick 1+
Berat
Tekanan darah 160/110 mmHg Setelah umur kehamilan 20
minggu, disertai dengan proteinuria > 2gr/24 jam atau dipstick 2+
sampai 4+
3. Eklampsia
Kejang-kejang pada preeklampsia disertai koma
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Timbulnya proteinuria 300mg/24 jam pada wanita hamil
yang sudah mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya
timbul setelah kehamilan 20 minggu.
3
5. Hipertensi Kronik
Ditemukannya tekanan darah 140/90 mmHg sebelum
kehamilan atau sebelum kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang
12 minggu pasca persalinan.
C.
Faktor Predisposisi
Wanita hamil cenderung dan mudah mengalami preeklampsia bila
mempunyai faktor-faktor predisposisi sebagai berikut:
1. Nulipara
2. Kehamilan ganda
3. Usia <20 atau >35 tahun
4. Riwayat preeklampsia-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
5. Riwayat dalam keluarga pernah menderita preeklampsia-eklampsia
6. Penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus yang sudah ada
sebelum kehamilan
7. Obesitas
D.
Epidemiologi
Preeklampsia
merupakan
penyebab
ketiga
terbanyak
yang
wanita hamil dengan umur muda (<20 tahun) dan wanita hamil dengan umur
> 35 tahun.
E.
Etiologi
Sampai saat ini belum ada etiologi pasti dari preeklampsia dan
eklampsia. Ada beberapa teori yang menjelaskan perkiraan dari etiologi dari
kelainan tersebut diatas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai Disease
of Theory. Secara umum dasar dari patofisiologi preeklampsia adalah
vasokonstriksi dari pembuluh darah arteriole dan peningkatan sensitivitas
preeklampsia.
Peran Genetik/Familial8
Faktor keturunan telah diakui dalam pathogenesis preeklampsia
pada beberapa tahun lalu. Dari berbagai penelitian dilaporkan terdapat
peningkatan angka kejadian preeklampsia pada wanita yang dilahirkan
pada ibu yang menderita preeklampsia.
Bukti pendukung berperannya faktor genetic pada kejadian
preeklampsia adalah peningkatan faktor Human Leukocyte Antigen
(HLA) pada wanita. Pernelitian terakhir menghubungkan antara
kejadian preeklampsia dengan trisomi 13. Walaupun faktor genetik
berperan pada preeklampsia tetapi belum dapat diterangkan secara
jelas manifestasinya pada penyakit ini.
Beberapa bukti yang menunjukkan faktor genetik kejadian PE-E
antara lain:
Preeklampsia hanya terjadi pada manusia
Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi PE-E
3.
mereka
Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS)
Iskemik Plasenta3,4
Pada kehamilan normal, proliferasi trofoblas menginvasi desidua
dan
miometrium
dalam
tahap.
Pertama,
sel-sel
trofoblas
14-16 minggu terjadi invasi tahap kedua yaitu sel-sel trofoblas masuk
ke dalam lumen arteri spiralis sampai asal arteri tersebut dalam
miometrium. Selanjutnya proses seperti tahap pertama kemudian
terjadi lagi penggantian endotel, perusakan jaringan muskulo-elastik
dan perubahan fibrinoid dinding arteri. Akhir dari proses ini adalah
pembuluh darah yang berdinding tipis, lemas dan berbentuk seperti
kantong yang memungkinkan terjadinya dilatasi secara pasif untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan darah yang meningkat.
Pada preeklampsia proses plasentasi tersebut tidak berjalan
sebagaimana mestinya oleh karena disebabkan 2 hal yaitu pertama,
tidak semua arteri spiralis mengalami invasi oleh sel-sel trofoblas.
Kedua, pada arteri spiralis yang mengalami invasi, terjadi tahap
pertama invasi sel trofoblas secara normal tetapi invasi tahap kedua
tidak berlangsung sehingga bagian arteri spiralis yang berada dalam
miometrium tetap mempunyai dinding muskulo-elastik yang reaktif
yang berarti masih terdapat resistensi vaskuler. Disamping itu juga
terjadi ateriosis akut pada arteri spiralis yang dapat menyebabkan
lumen vaskuler arteri bertambah kecil atau bahkan mengalami
obliterasi. Teori tentang bagaimana sel-sel trofoblas gagal mengadakan
invasi arteri spiralis sampai saat ini belum diketahui dengan jelas.
4.
Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron3,4,6
Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (SRAA) mempunyai peran
penting dalam pengendalian tonus vaskuler dan tekanan darah. Pada
sistem ini angiotensin diproduksi oleh hepar dan dibantu oleh rennin
untuk memproduksi angiotensin I. Angiotensin I inaktif kemudian
dikonversi menjadi angiotensin II yang aktif secara biologis oleh
Angiotensin Converting Enzyme yang terikat pada endotel vaskuler.
Angiotensin II yang beredar dalam darah akan berinteraksi dengan
reseptor spesifik untuk merangsang kontraksi otot polos, menstimulir
produksi aldosteron dan menyebabkan retensi natrium, mempercepat
pelepasan norepinefrin dan menghambat pengambilan kembali
norepinefrin oleh nervus terminalis simpatis, serta menambah
reaktivitas otot polos vaskuler terhadap norepinefrin.
Pada kehamilan normal komponen SRAA menigkat sedangkan
pada preeklampsia beberapa komponen SRAA lebih rendah dibanding
pada kehamilan normal dan terjadi kenaikan sensitivitas yang nyata
pada penekanan peptide dan katekolamin. Ada pendapat yang
menyatakan bahwa respon penekanan terhadap angiotensin II
meningkat secara bermakna pada usia kehamilan 18 minggu pada
wanita hamil yang akan berkembang menuju preeklampsia .
Pengaturan sensitivitas angiotensin II tampaknya berhubungan erat
pada sintesis prostanoid. Penghambat sintesis prostaglandin dinyatakan
menambah respon penekanan terhadap angiotensin II dalam kehamilan
normal. Dari penelitian menunjukkan bahwa infuse prostaglandin E2
(PGE2), prostaglandin E1 (PGE1) dan prostasiklin mengurangi respon
penekanan angiotensin II pada trimester II sedangkan indometasin
meningkatkan sensitivitas vaskuler.
6.
mengenai hubungan
Metabolisme Kalsium1
Kalsium memegang peranan penting dalam berbagai proses fungsi
fisiologis di dalam tubuh yaitu proses pembekuan darah, bersama
dengan natrium dan kalium mempertahankan potensial membrane sel,
transduksi sinyal antara reseptor hormon, ekstabilitas neuromuskuler,
integritas
membrane
sel;
reaksi-reaksi
enzimatik,
proses
Patofisiologi
Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis PE-E. Vasokonstriksi
menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi.
Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel
setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriol disertai
perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain itu Hubel (1989) mengatakan
bahwa adanya vasokonstriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya
penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan
maladaptasi plasenta. Hipoksia/anoksia jaringan merupakan sumber reaksi
hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidasi itu sendiri memerlukan
peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan mengganggu
metabolisme di dalam sel.
Implantasi dari invasi trofoblas yang tidak normal ke dalam pembuluh
darah uterus merupakan penyebab terbesar kejadian hipertensi yang berkaitan
dengan sindrom preeklampsia . Secara fisiologis invasi ke dalam uterus oleh
10
antigen paternal pada plasenta dan fetus. Maladaptasi dari fetal-maternal ini
ditandai dengan hubungan defektif dari sel natural killer (NK) dan HLA-C
dari fetus dan mengakibatkan perubahan histologis yang menyerupai dengan
rejeksi graft akut. Gangguan sel endoteliel yang khas pada preeklampsia
dapat terjadi sebagai akibat dari aktivasi leukosit yang ekstrim pada sirkulasi
maternal.
G.
Diagnosis
Dikatakan preeklampsia berat apabila gejala didapatkan satu atau
lebih gejala dibawah ini pada kehamilan > 20 minggu:
1. Tekanan darah >160/110 dengan syarat diukur dalam keadaan relaksasi
(pengukuran minimal setelah istirahat 10 menit) dan tidak dalam
keadaan his.
2. Proteinuria >5gr/24jam atau +4 pada pemeriksaan kuantitatif.
3. Oligouria, produksi urine <500cc/24jam yang disertai dengan kenaikan
4.
5.
6.
7.
8.
kreatinin plasma.
Gangguan visus dan serebral
Nyeri epigastrium/hipokondrium kanan
Edema paru dan sianosis
Gangguan janin intrauteri
Adanya Hellp Syndrome (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low
Platelets Count)
Pemeriksaan Laboratorium
1. CBC dan Apusan darah tepi :
Anemia Hemolitik Mikroangiopatik
Trombositopenia <100.000
Hemokonsentrasi sering terdapat pada preeklampsia berat
Sistiosit pada Apusan darah tepi
2. Tes Fungsi liver : Kadar enzim Transaminase yang meningkat
3. Kadar serum kreatinin : kadarnya meningkat yang disebabkan
penurunan volume intravaskuler dan penurunan dari GFR
4. Faktor Koagulasi yang abnormal : Peningkatan PT dan aPTT
5. Asam urat
Hiperurisemia merupakan gambaran laboratorium awal
pada
12
Penatalaksanaan2,4,6,7
1. Perawatan Prehospital
Kegiatan rujukan penderita preeklampsia berat-eklampsia, dapat
dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu :
Tahap pengobatan pendahuluan
Bagi semua tenaga kesehatan, kemampuan yang perlu dimiliki
pada tahap pengobatan pendahuluan ialah secepatnya dapat
mendiagnosis adanya hipertensi dalam kehamilan, menentukan
klasifikasinya, serta menentukan adanya penyulit-penyulit yang
timbul. Tujuan pengobatan pendahuluan ialah agar penderita tidak
jatuh dalam stadium yang lebih berat dan dapat segera mengatasi
penyulit-penyulitnya. Tahap ini lasim disebut tahap resusitasi.
Dalam memberikan pengobatan pendahuluan ini perlu diingat halhal yang berhubungan dengan perubahan fisiologi kehamilan
normal dan patofisiologi hipertensi dalam kehamilan.
Kehamilan normal
1. Adanya kompresi aorta - caval oleh rahim
2. Peningkatan kebutuhan O2 dan ventilasi
3. Resiko aspirasi bahan lambung
Hipertensi dalam kehamilan
1. Hipovolemia
2. Vasokonstriksi
3. Penurunan aliran darah pada organ-organ penting
13
14
dalam
mengatakan
meningkatkan
kehamilan.
bahwa
perfusi
penurunan
Ferris
dan
Burrow
vasospasme
uteroplasenter.
Obat
akan
ini
di
15
sebelum
transportasi.
Kewenangan
dokter
terjadinya
tersebut.
Bila penderita
pengaruh
sangkal
preeklampsi-eklampsia
obat-obat
kejang-kejang
karena
itu
tindakan
pertama
adalah
menjaga
dan
17
1.
Evaluasi
penderita
setelah
pengobatan
pendahuluan
waktu
4-6
jam
setelah
pengobatan
18
jam.
Terapi lain sama seperti di atas.
Dianggap gagal jika > 24 jam tidak ada perbaikan, harus
diterminasi.
Jika sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan, diberikan
19
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nama Pasien
: Ny. S
Umur
: 21 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
Alamat
20
Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan hamil cukup bulan dengan pandangan kabur sejak
tadi pagi.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke bangsal kebidanan kiriman dari PONEK RSUD Palembang
BARI dengan keluhan hamil cukup bulan dengan pandangan kabur sejak tadi
pagi. Pasien juga mengaku kepala terasa sangat pusing dan merasakan nyeri ulu
hati. Muntah muntah tidak dialami pasien. Pasien mengaku ada keluar darah atau
lendir dari kemaluan. Pasien tidak merasakan keluar air-air dari kemaluan. Pasien
merasakan nyeri perut tetapi hanya sebentar sebetar dan jarak sakitnya lama. Ini
merupakan kehamilan pertama. Pasien sebelumnya berobat ke Bidan dan dirujuk
ke rumah sakit. Saat di RS pasien langsung mendapatkan terapi tetapi pasien tidak
mengetahui apa yang telah diberikan, sekitar stengah jam di rumah sakit pasien
mengalami kejang.
: 28 hari
Lama haid
: 7 hari
Banyaknya
21
Nyeri haid
: (-)
HPHT
: 28 - 10 - 2012
TP
: 02 - 08 - 2013
Riwayat Obstetri
Pasien hamil anak pertama dan pasien belum pernah mengalami keguguran.
I : hamil ini
Riwayat Perkawinan
Lama Pernikahan
: 1 tahun
: 20 tahun
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 160/100 mmhg
Nadi
: 116 x/menit
Pernafasan
: 24 x/menit
Suhu
: 36,6 0C
Tinggi badan
: 140 cm
Berat badan
: 53kg
Kepala
Mata
THT
Leher
Thyroid
Palpasi
Perkusi
: Sonor
Palpasi
Perkusi
Extremitas :
Akral
: hangat
Edema : edema pada kedua kaki +/+
Reflex fisiologis : reflex patella (+)
Reflex patologis : (-)
Status Obstetrikus
23
Palpasi
:
L1
L2
lunak noduler
: Teraba tahanan terbesar di kanan, bagian-bagian kecil di
L3
L4
His
Auskultasi
kiri
: Bagian terbawah teraba massa bulat, keras, terfixir
: Bagian terbawah belum masuk PAP
: 10 detik
: DJJ: 156x/menit
Genetalia :
VT
BSS
: 88mg/dl
Faal Hati:
-
Bilirubin
SGOT
SGPT
: 1,2 mg/dl
: 25 mg/dl
: 27 mg/dl
Faal Ginjal:
-
Ureum
Creatinin
: 32mg/dl
:1,2 mg/dl
Elektrolit:
-
Na
: 139 mmol
24
: 3,12 mmol
Urin:
-
Warna
Kejernihan
Berat jenis
pH
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogen
Bilirubin
Urobilin
Nitrit
Leukosit
Eritrosit
Epitel
Silinder
Kristal
: kuning
: jernih
: 1,015
: 6,5
: +++
:::+
:::: 2-3/lapang pandang
: 6-8/lapang pandang
:+
::-
3.5 Diagnosa
G1P0A0 hamil 37-38 minggu dengan eklampsia inpartu kala I fase laten janin
tunggal hidup presentasi kepala.
3.6 Rencana Terapi
Tanggal 14 Juli 2013
Pk. 10.48 WIB : - IVFD RL habis ganti dengan IVFD D5% + MgSO4
40% 1 flash gtt 15x/ menit
-
DC + urine 100cc
Inj MgSO4 40% boka/boki
Nifedipine 3x 10 mg
Antasida syr 3x 2C
Paracetamol 3 x 500mg
observasi 6 8 jam
R/ SC
3.8 Follow-Up
(15-7-2013)
S
: TD
N
: 1400/80 mmHg
: 84x/menit
Nafas: 21x/menit
Suhu : 36,5oC
Mata : CA -/-, SI -/Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: Vesikuler, Wh -/-, Rh -/Status obstetrikus
Abd : TFU: 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, cairan bebas (-), nyeri
tekan (-), BU (+)
Genitalia : Perdarahan tak aktif, lochia rubra (+).
A
26
Imobilisasi 24 jam
Cek Hb post OP
(16-7-2013)
S
: TD
: 140/80 mmHg
: 82x/menit
RR
: 20x/menit
Suhu : 36,5oC
Mata : CA -/-, SI -/Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: Vesikuler, Wh -/-, Rh -/Status obstetrikus
Abd : TFU: 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, cairan bebas (-), nyeri
tekan (-), BU (+)
Genitalia : Perdarahan tak aktif, lochia rubra (+).
Hb post op : 10,3 gr/dl
A
(17-7-2013)
S: nyeri bekas jahitan (-)
O
: TD
: 130/80 mmHg
27
: 80x/menit
Nafas: 20x/menit
Suhu : 36,0oC
Mata : CA +/+, SI -/Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: Vesikuler, Wh -/-, Rh -/Status obstetrikus
Abd : TFU: 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, cairan bebas (-), nyeri
tekan (-), BU (+)
Genitalia : Perdarahan tak aktif, lochia rubra (+).
A
IVFD RL aff
Cefotaxime 3x 500mg
As. Mefenamat 3x 500mg
B comp C 3x1tab
Nifedipine 3 x 10mg
Phenobarbital 3x 1 tab
Diet NB rendah garam
ASI on demand
(18-7-2013)
S: nyeri bekas jahitan (-)
O
: TD
N
: 130/80 mmHg
: 82x/menit
Nafas: 20x/menit
Suhu : 36,1oC
Mata : CA +/+, SI -/Cor : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo: Vesikuler, Wh -/-, Rh -/Status obstetrikus
Abd : TFU: 2 jari di bawah pusat, kontraksi baik, cairan bebas (-), nyeri
28
Cefotaxime 3x 500mg
As. Mefenamat 3x 500mg
B comp C 3x1tab
Nifedipine 3 x 10mg
Pasien pulang
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang dengan keluhan hamil cukup bulan dengan pandangan kabur
sejak tadi pagi. Pasien juga mengaku kepala terasa sangat pusing dan merasakan
nyeri ulu hati. Muntah muntah tidak dialami pasien. Pasien mengaku ada keluar
darah atau lendir dari kemaluan. Pasien tidak merasakan keluar air-air dari
kemaluan. Pasien merasakan nyeri perut tetapi hanya sebentar sebetar dan jarak
sakitnya lama. Ini merupakan kehamilan pertama. Pasien sebelumnya berobat ke
29
Bidan dan dirujuk ke rumah sakit. Saat di RS pasien langsung mendapatkan terapi
tetapi pasien tidak mengetahui apa yang telah diberikan, sekitar stengah jam di
rumah sakit pasien mengalami kejang.
Tanda tanda yang dialami pasien seperti pandangan yang tiba tiba kabur,
nyeri kepala hebat, nyeri epigastrium merupakan tanda prodoma akan terjadinya
kejang yang disebut dengan impending eclampsia atau imminent eclampsia. Pada
saat kejang biasanya dimulai dengan kejang tonik. Tanda tanda kejang tonik ialah
dengan dimulainya gerakan kejang berupa switching dari otot-otot muka
khususnya sekitar mulut, yang beberapa detik kemudian disusul kontraksi otot
tubuh yang menegang, sehingga seluruh tubuh menjadi kaku. Pada keadaan ini
wajah penderita mengalami distorsi, bola mata menonjol, kedua lengan fleksi,
tangan menggengam, kedua tungkai dalam posisi inversi. Semua otot tubuh pada
saat ini dalam keadaan kontraksi tonik. Keadaan ini berlangsung 15-30 detik.
Kejang tonik ini akan segera disusul oleh kejang klonik. Kejang klonik dimuali
dengan terbukanya rahang secara tib tiba dan tertutup kembali dengan kuat
disertai pula dengan terbuka tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul dengan
kontraksi intermiten pada otot-otot muka dan otot-otot seluruh tubuh. Semakin
kuat kontraksi otot-otot tubuh ini menyebakan semakin kuat juga pasien terlempar
dan seringkali pula lidah tergigit akibat kontraksi otot rahang yang terbukadan
tertutup dengan kuat. Pada kasus tidak diketahui jenis kejang yang dialami oleh
pasien.
Kehamilan pasien merupakan kehamilan pertama yang merupakan faktor
predisposisi terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Faktor faktor predisposisi
lain tidak dimiliki oleh pasien seperti riwayat keluarga yang mengalami hal yang
sama, Gizi kurang, Anemia, obesitas, difisiensi kalsium, kadar asam urat yang
tinggi, hiperplasentosis ( hamil ganda, hidropsfetalis, bayi besar, DM).
Dari HPHT pasien hamil 37- 38 minggu. Pasien hanya 3 kali melakukan
ANC seharunya ANC pada kehamilan resiko tinggi perhatian dan jadwal harus
lebih ketat. Namun, Bila kehamilan normal jadwal ANC cukup hanya 4 kali. Pada
kasus merupakan kehamilan dengan resiko tinggi dan pasien hanya ANC 3 kali
dan kurang dari jadwal ANC dengan kehamilan normal.
30
Vasokonstriksi
merupakan
dasar
patogenesis
PE-E.
Vasokonstriksi
31
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Semarang
Rambulangi,
John.2003.Penanganan
dan
pendahuluan
prarujukan
Hasanuddin : Makassar
Subhaberata, Ketut. 2001. Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia.
UPF OBGIN RSU Tarakan : Indonesia.
32
4.
Tukur Jamilu, 2009. The use of magnesium sulphate for treatmen severe
5.
6.
7.
: New York
Zina Semenovskaya.2010.Pregnancy,
8.
www.emedicine.com
Virginia D. Winn. 2009. Severe Preeclampsia-Related Changes in Gene
preeclampsia.
Available
from
Lectin-6
and
Pappalysin-2.
Available
from
9.
www.theendocrinesociety.com
Cunningham, F. Gary. 2001. William Obsetrics 21st edition. McGraw-
10.
11.
33