Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN AGREGAT BALITA

Makalah disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Keperawatan Komunitas I

Dosen Pengampu: Ns.Sang Ayu Made Adyani, M.Kep

Disusun Oleh:

Gita Ekawati 1710711007

Muhammad Panji Asmoro 1710711015


Shania Hasina Sidiki 1710711023

Nada Mutiara 1710711028

Risa Safitri 1710711029

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2019
I. PROGRAM ATAU KEBIJAKAN PEMERINTAN TENTANG TUMBUH
KEMBANG ANAK
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi
2. Pelayanan Kesehatan Anak Pra Sekolah dan Usia Sekolah
3. Pelayanan Keluarga Berencana
4. Pelayanan Imunisasi
5. Pelayanan Pengobatan / Perawatan
6. Pelayanan Kesehatan Jiwa
7. Pemantauan Pertumbuhan Balita
8. Pelayanan Gizi
9. Pelayanan Obstretrik dan Neonatal Emergency Dasar dan Komprehensif
10. Pelayanan Gawat Darurat
11. Penyelanggaraan penyeledikan epidemiologi dan penanggulangan Luar Biasa
( KLB ) dan Gizi Buruk
12. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Polio
13. Pencegahan dan pemberantasan penyakit TB Paru
14. Pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA
15. Pencegahan dan pemberantasan penyakit HIV – AIDS
16. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue
17. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diare
18. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
19. Pelayanan pengendalian vektor
20. Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum
21. Penyuluhan perilaku sehat
22. Penyuluhan Pencegahan Penanggulangan Penyalahgunaan Napsa oleh petugas
kesehatan
23. Pelayanan penyediaan obat dan pembekalan kesehatan Kejadian ( DBD )
24. Pelayanan penggunaan obat generik
25. Penyelenggaraan pembiayaan untuk pelayanan kesehatan perorangan
26. Penyelanggaraan pembiayaan untuk keluarga miskin dan masyarakat rentan
27. Jenis pelayanan yang dilaksanakan sesuai kebutuhan ( untuk daerah tertentu )
II. PERAN DAN FUNGSI PERAWAT
1. Peran perawat
a. Pelaksana Pelayanan Keperawatan (care provider)
Peranan utama perawat komunitas yaitu sebagai pelaksana asuhan
keperawatan kepada balita, baik itu balita dalam kondisi sehat maupun yang
sedang sakit.
b. Pendidik (health education)
Perawat sebagai pendidik atau penyuluh, memberikan pendidikan atau
informasi kepada keluarga yang berhubungan dengan kesehatan balita. Diperlukan
pengkajian tentang kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan
dilakukan dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan balita. Dari hasil
pengkajian diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan klien dan informasi
apa yang dibutuhkan.
c. Konselor
Perawat dapat menjadi tempat bertanya atau konsultasi oleh orangtua yang
mempunyai balita untuk membantu memberikan jalan keluar berbagai
permasalahan kesehatan balita dalam kehidupan sehari-hari.
d. Pemantau kesehatan (health monitor)
Perawat berperan memantau kesehatan balita melalui posyandu,  puskesmas,
atau kunjungan rumah. Pemantauan ini  berguna mengetahui dinamika kesehatan
balita terutama pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga jika terjadi masalah
kesehatan dapat dideteksi sejak dini dan diatasi secara tepat dengan segera
e. Koordinator pelayanan kesehatan (coordinator of service)
Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang bersifat menyeluruh dan tidak
terpisah-pisah. Perawat juga dapat berperan sebagai pionir untuk mengkoordinir
berbagai kegiatan pelayanan di masyarakat terutama kesehatan  balita dalam
mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
f. Pembaharu (inovator)
Tidak seluruhnya masyarakat mempunyai bekal pengetahuan mengenai
kesehatan balita. Perawat disamping memberikan penyuluhan juga dapat menjadi
pembaharu untuk merubah perilaku atau pola asuh orangtua terhadap  balita di
suatu wilayah, misalnya budaya yang tidak sesuai dengan perilaku sehat.
g. Panutan (role model)
Perawat sebagai salah satu tenaga medis dipandang memiliki ilmu kesehatan
yang lebih dari profesi lainnya di luar bidang kesehatan. Oleh sebab itu akan lebih
mulia bagi perawat untuk mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari
sehingga dapat memberikan contoh baik, misalnya memberi contoh tata cara
merawat balita.
h. Fasilitator
Perawat menjadi penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan
kesehatan dan instansi terkait, melaksanakan rujukan.
2. Fungsi Perawat
a. Fungsi Independen
Perawat melakukan secara sendiri dalam melakukan tindakan memenuhi
kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan
kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan,dll), pemenuhan kebutuhan
keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan
kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
b. Fungsi Dependen
Perawat melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain.
Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari
perawat primer ke perawat pelaksana.
c. Fungsi Interdependen
Dilakukan dalam tim bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan
lainya ini dapat terjadi apabila asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai
penyakit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan
juga dari dokter ataupun lainya

III. PENGKAJIAN
1. Core
a) Demografi

Di RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur terdapat 35 balita usia 2-4 tahun.

b) Statistik Vital

• Angka kesakitan

Banyak balita yang menderita gizi buruk, sebanyak 43% balita


memiliki BB kurang, 35% balita anemis, 52% balita mengalami gangguan
selera makan, dan beberapa anak balita menderita stunting, diantaranya
memperlihatkan perut buncit, mata cekung, serta berambut kasar dan merah,
pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda dari anak seusianya, dan
pertumbuhan gigi terlambat.

• Suku/Etnis

Sebagian besar masyarakat di Kelurahan X merupakan masyarakat


pendatang dari berbagai daerah di Indonesia.

• Agama

Mayoritas masyarakat RW 09 beragama islam.

c) Karakteristik

• Fisik

Sebanyak 43% balita memiliki BB kurang, 35% balita anemis, 52%


balita mengalami gangguan selera makan, dan beberapa anak balita menderita
stunting, diantaranya memperlihatkan gejala perut buncit, mata cekung, serta
berambut kasar dan merah, pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda
dari anak seusianya, dan pertumbuhan gigi terlambat.

• Psikologis

80% orang tua balita merasa khawatir dan pasrah dengan kondisi anak
mereka karena tidak memahami gejala yang dialami oleh anak mereka.

• Sosial

Terdapat sarana kesehatan di Kelurahan X yaitu posyandu yang


diadakan sebulan sekali di balai desa dan puskesmas yang berjarak 1,5 km dari
Kelurahan X.

• Perilaku

Perilaku warga RW 09 Kelurahan X sebagian besar terpaksa


membawa anak-anaknya ikut bekerja untuk membantu keuangan keluarga
yang mayoritas warganya bekerja sebagai pemulung, pedagang asongan, dan
pedagang kaki lima.

2. Penilaian Subsistem
• Lingkungan Fisik

RW 09 Kelurahan X merupakan pemukiman padat penduduk di daerah


pinggiran kota. Rumah-rumahnya sebagian besar semi permanen. Satu rumah
petak 2x3m biasanya dihuni oleh satu keluarga.

• Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan terdapat di posyandu yang diadakan sebulan sekali di


balai desa dan puskesmas yang berjarak 1,5 km dari Kelurahan X.

• Ekonomi

Pekerjaan warga RW 09 Kelurahan X mayoritas adalah sebagai


pemulung, pedagang asongan, dan pedagang kaki lima.

• Keamanan dan transfortasi

Keamanan : Jarak antar rumah berdekatan dan gangnya sangat sempit.

Trasportasi : banyak warga di RW 09 Kelurahan X yang berjalan kaki untuk pergi


beraktivitas.

• Kebijakan dan Pemerintahan

Posyandu Melati merupakan perpanjangan dari puskesmas untuk warga


RW 09 yang dilakukan di balai desa. Kader yang dimiliki sebanyak 5 orang.

• Komunikasi

Komunikasi ibu yang dilakukan pada balitanya dengan komunikasi verbal


maupun non verbal. Informasi dari RT/RW setempat menggunakan pengeras
suara melalui siaran di masjid.

• Pendidikan

Hampir seluruh warga di RW 09 Kelurahan X hanya lulusan SD dan SMP.

• Rekreasi

Dari hasil wawancara, ibu sering mengajak balitanya naik mobil aneka
warna yang diputarkan lagu-lagu anak untuk berkeliling di sekitar kampung
dengan biaya Rp1000 untuk 1x putaran.
Kasus :

Perawat melakukan kunjungan RW 09 Kelurahan X, Jakarta Timur adalah sebuah


pemukiman padat penduduk di daerah pinggiran kota. Banyak warga yang tinggal di rumah-
rumah semi permanen. Satu rumah petak 2x3m biasanya dihuni oleh satu keluarga. Sebagian
besar masyarakat di Kelurahan X merupakan masyarakat pendatang dari berbagai daerah di
Indonesia. Mayoritas warga bekerja sebagai pemulung, pedagang asongan, dan pedagang
kaki lima. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, banyak anak-anak usia sekolah yang
terpaksa harus ikut bekerja untuk membantu keuangan keluarga. Ketika perawat melakukan
kunjungan, perawat menemukan sejumlah anak-anak yang berperut buncit, bermata cekung,
serta berambut kasar dan merah, pertumbuhan melambat, wajah tampak lebih muda dari anak
seusianya, pertumbuhan gigi terlambat. Pada saat kegiatan posyandu, perawat mengkaji balita
yang datang dan ditemukan bahwa 43% balita memiliki BB kurang, 35% balita anemis, 52%
balita mengalami gangguan selera makan, dan beberapa anak balita menderita stunting.

A. Data Fokus

Data primer Data sekunder


- Perawat melakukan kunjungan RW - Pada saat kegiatan posyandu, perawat
09 Kelurahan X, Jakarta Timur mengkaji balita yang datang dan
adalah sebuah pemukiman padat ditemukan bahwa 43% balita memiliki
penduduk di daerah pinggiran kota BB kurang, 35% balita anemis, 52%
- Banyak warga yang tinggal di balita mengalami gangguan selera
rumah-rumah semi permanen. Satu makan, dan beberapa anak balita
rumah petak 2x3m biasanya dihuni menderita stunting.
oleh satu keluarga.
- Sebagian besar masyarakat di
Kelurahan X merupakan masyarakat
pendatang dari berbagai daerah di
Indonesia
- Mayoritas warga bekerja sebagai
pemulung, pedagang asongan, dan
pedagang kaki lima
- Perawat menemukan sejumlah anak-
anak yang berperut buncit, bermata
cekung, serta berambut kasar dan
merah.
- Pertumbuhan melambat
- wajah tampak lebih muda dari anak
seusianya
- Pertumbuhan gigi terlambat
- Warga RW 09 Kelurahan X
mengatakan tidak memahami gejala
yang dialami oleh anak mereka dan
cenderung pasrah.
- Hampir seluruh warga/orang tua
balita hanya lulusan SD dan SMP. 
- Jarak antar rumah berdekatan, dan
gangnya sempit. Satu rumah petak
2x3m biasanya dihuni oleh satu
keluarga.

B. Analisa Data

No Batasan Karakteristik Diagnosa Keperawatan


1 Data Primer : Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan pada warga RW 09
- Perawat melakukan kunjungan RW Kelurahan X Jakarta Timur (00099)
09 Kelurahan X, Jakarta Timur
adalah sebuah pemukiman padat
penduduk di daerah pinggiran kota
- Mayoritas warga bekerja sebagai
pemulung, pedagang asongan, dan
pedagang kaki lima
- Warga RW 09 Kelurahan X
mengatakan tidak memahami gejala
yang dialami oleh anak mereka dan
cenderung pasrah.
- Warga RW 09 Kelurahan X tidak
mencari bantuan ketika sakit
- Warga RW 09 Kelurahan X mandi
sehari sekali
- Warga RW 09 Kelurahan X acuh
terhadap kebersihan lingkungannya

Data Sekunder :

- Berdasarkan data dari kelurahan


hampir seluruh warga/orang tua
balita hanya lulusan SD dan SMP. 

2. Data Primer : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang


- Perawat menemukan sejumlah anak- Dari Kebutuhan Tubuh pada balita di
anak yang berperut buncit, bermata RW 09 Kelurahan X Jakarta Timur
cekung, serta berambut kasar dan (00002)
merah,
- pertumbuhan melambat
- wajah tampak lebih muda dari anak
seusianya
- Pertumbuhan gigi terlambat.
- Ibu sering memberikan anak mie
instan

Data Sekunder:
 Pada saat kegiatan posyandu,
perawat mengkaji balita yang datang
dan ditemukan bahwa 43% balita
memiliki BB kurang, 35% balita
anemis, 52% balita mengalami
gangguan selera makan,50 % balita
memiliki TB kurang
 Berdasarkan data dari posyandu
beberapa anak balita menderita
stunting

3. Data Primer: Gangguan tumbuh kembang pada balita


- Mayoritas warga bekerja sebagai di RW 09 Kelurahan X Jakarta Timur ()
pemulung, pedagang asongan, dan
pedagang kaki lima
- Perawat menemukan sejumlah anak-
anak yang berperut buncit, bermata
cekung, serta berambut kasar dan
merah,
- Balita di RW 09 Kelurahan X belum
bisa menjaga keseimbangan
- Balita di RW 09 Kelurahan X tidak
bisa bermain dengan teman sebayanya

Data Sekunder :
 Pada saat kegiatan posyandu, perawat
mengkaji beberapa anak balita
menderita stunting.

C. Perencanaan Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1 Ketidakefektifan Prevensi Primer Primer :
pemeliharaan kesehatan Pengetahuan : Perilaku  Memberikan
(00099) Kesehatan (1805) Pendidikan
 Praktik gizi yang kesehatan kepada
sehat ditingkatkan warga terkait dengan
dari pengetahuan PHBS
terbatas ke  Memberikan
pengetahuan
banyak (skala 2-4) Pendidikan
 Pelayanan Kesehatan terkait
kesehatan dengan tanda dan
ditingkatkan dari gejala anak yang
pengetahuan mengalami gizi
terbatas ke buruk
pengetahuan  Memberikan
banyak (skala 2-4) Pengetahuan terkait
Pengetahuan : Promosi dengan cara
Kesehatan: (1823) mengolah makanan
 Perilaku yang yang baik
meningkatkan  Mengkomunikasi
kesehatan kepada orang tua
ditingkatkan dari terkait dengan
pengetahuan pentingnya pola
terbatas ke makan yang sehat,
pengetahuan tidur, dll bagi
banyak (skala 2-4) individu, keluarga,
 Sumber informasi dan kelompok yang
penigkatan meneladani nilai dan
kesehatan perilaku ini dari
terkemuka orang lain terutama
ditingkatkan dari pada anak-anak
pengetahuan Sekunder :
terbatas ke - Tentukan
pengetahuan pengetahuan
banyak (skala 2-4) kesehatan dan gaya
Prevensi Sekunder : hidup perilaku saat
Perilaku promosi ini pada individu,
kesehatan : (1602) keluarga dan
 Menggunakan kelompok sasaran
perilaku yang - Ajarkan strategi
menghindari risiko yang yang dpat
ditingkatkan dari digunakan untuk
jarang menunjukan menolak perilaku
ke sering yang tidak sehat atau
menunjukan (skala berisiko aripada
2 ke 4) memberikan saran
 Melakukan untuk menghindari
perilkau kesehatan dan mengubah
secara rutin perilaku
ditingkatkan dari
jarang menunjukan  Memberikan
ke sering penyuluhan tentang
menunjukan (skala cara cuci tangan
2 ke 4) yang baik dan benar
Perilaku skrining Tersier :
kesehatan pribadi : (1634) - Identifikasi tingkat
 Mengenali adanya dukungan keluarga,
risiko penyakit dukungan keuangan,
ditingkatkan dari dan sumber daya
jarang menunjukan lainnya
ke sering - libatkan keluarga,
menunjukan (skala orang terdekat, dan
2 ke 4) teman-teman dalam
 Mengenali perawatan dan
kebutuhan untuk perencanaan
skrining
ditingkatkan dari  Rencanakan tindak
jarang menunjukan lanjut jangka
ke sering panjang untuk
menunjukan (skala memperkuat
2 ke 4) perilaku kesehatan
Prevensi Tersier atau adaptasi
Dukungan Keluarga terhadap gaya hidup
selama perawatan : (2609) (PHBS dalam
 Bekerja sama jangka panjang)
dengan penyedia
layanan kesehatan
ditingkatkan dari
jarang menunjukan
ke sering
menunjukan (skala
2 ke 4)
 Anggota keluarga
mengungkapkan
keinginan untuk
mendukung
anggota keluarga
yang sakit
ditingkatkan dari
jarang menunjukan
ke sering
menunjukan (skala
2 ke 4)
Kepercayaan mengenai
kesehatan : merasakan
kemampuan melakukan
(1701)
 Persepsi bahwa
perilaku kesehatan
tidak terlalu rumit
ditingkatan dari
lemah menjadi
kuat (skala 2 ke 4 )
 Kepercayaan
terhadap
kemampuan untuk
melakukan
perilaku kesehatan
ditingkatan dari
lemah menjadi
kuat (skala 2 ke 4 )

2 Ketidakseimbangan Nutrisi Prevensi Primer Primer :


Kurang Dari Kebutuhan Pengetahuan diet sehat  Memberikan
Tubuh pada balita di RW (1854) pendidikan
09 Kelurahan X Jakarta  Kisaran berat kesehatan tentang
Timur (00002) badan yang makanan 4 sehat 5
optimal sempurna
ditingkatkan dari  Memberikan
pengetahuan pendidikan
terbatas ke kesehatan tentang
pengetahauan mengkonsumsi
banyak (skala 2 ke jajanan yang sehat
4)  Memberikan
 Intake nutrisi yang pendidikan
sesuai dengan kesehatan kepada
kebutuhan ibu terkait dengan
ditingkatkan dari asi ekslusif
pengetahuan  Mengkomunikasikan
terbatas ke tentang menu
pengetahauan seimbang serta
banyak (skala 2 ke pengurangan susu
4) formula
 Pedoman gizi yang Sekunder
direkomendasikan  Memberikan
ditingkatkan dari penyuluhan tentang
pengetahuan cara cuci tangan
terbatas ke yang baik dan benar
pengetahauan  Instruksikan cara
banyak (skala 2 ke meningkatkan
4) asupan kalori
Prevensi sekunder (penyuluhan tentang
Status Nutrisi (1004) cara meningkatkan
 Asupan gizi asupan kepada
Ditingkatkan dari keluarga)
pengetahuan terbatas
menjadi pengetahuan Tersier
banyak (skala 2 ke 5)  Menganjurkan
 Asupan makanan keluarga untuk
Ditingkatkan dari menimbang bayi dan
pengetahuan terbatas balita secara berkala
menjadi pengetahuan  Diskusikan dengan
banyak (skala 2 ke 5) keluarga faktor
 Rasio berat badan bahwa faktor social
Ditingkatkan dari ekonomi
pengetahuan terbatas mempengaruhi
menjadi pengetahuan nutrisi yang tidak
banyak (skala 2 ke 5) adekuat
Prevensi tersier
Status nutrisi : Asupan
nutrisi (1009)
 Asupan kalori
ditingaktan dari
sedikit adekuat
sampai
semenuhnya
adekuat (skala 2 ke
5)
 Asupan protein
ditingaktan dari
sedikit adekuat
sampai
semenuhnya
adekuat (skala 2 ke
5)
 Asupan
Karbohidrat
ditingaktan dari
sedikit adekuat
sampai
semenuhnya
adekuat (skala 2 ke
5)
 Asupan vitamin
ditingaktan dari
sedikit adekuat
sampai
semenuhnya
adekuat (skala 2 ke
5)
 Asupan mineral
ditingaktan dari
sedikit adekuat
sampai
semenuhnya
adekuat (skala 2 ke
5)
 Asupan zat besi
ditingaktan dari
sedikit adekuat
sampai
semenuhnya
adekuat (skala 2 ke
5)
 Asupan kalsium
ditingaktan dari
sedikit adekuat
sampai
semenuhnya
adekuat (skala 2 ke
5)

3 Gangguan tumbuh Prevensi Primer Primer :


kembang pada balita di Pengetahuan : manajemen  Memberikan
RW 09 Kelurahan X berat bada (1841) informasi kepada
Jakarta Timur ()  Kisaran berat ibu terkait
badan yang pentingnya
optimal skrining tahap
ditingkatkan dari tumbuh kembang
pengetahuan pada anak
terbatas ke (STIDTK,
pengetahauan Denver)
banyak (skala 2 ke  Memberikan
4) pendidikan
 Massa Indeks kesehatan tentang
tubuh yang tanda dan gejala
optimal gangguan tumbuh
ditingkatkan dari kembang pada
pengetahuan anak
terbatas ke  Berikan informasi
pengetahauan mengenai
banyak (skala 2 ke beberapa risiko,
4) manfaat dan efek
Pengetahuan : pengasuhan samping dari
(1826) imunisasi
 Pertumbuhan dan Sekunder :
perkembangan  Melakukan
yang normal skrining tahap
ditingkatkan dari tumbuh kembang
pengetahuan pada anak
terbatas ke (STIDTK,
pengetahauan Denver)
banyak (skala 2 ke Tersier :
4)  Menganjurkan
 Perilaku anak keluarga untuk
normal menimbang bayi
ditingkatkan dari dan balita secara
pengetahuan berkala
terbatas ke
pengetahauan
banyak (skala 2 ke
4)
 Kebutuhan nutrisi
ditingkatkan dari
pengetahuan
terbatas ke
pengetahauan
banyak (skala 2 ke
4)

Prevensi sekunder
Pertumbuhan (0110)
 Presetil berat
badan berdasarkan
umur ditingkatkan
dari deviasi ringan
dari kisaran normal
ke deviasi yang
cukup besar dari
kisaran normal
(skala 4 ke 2)
 Presetil tinggi
badan/ panjang
badan berdasarkan
umur ditingkatkan
dari deviasi ringan
dari kisaran normal
ke deviasi yang
cukup besar dari
kisaran normal
(skala 4 ke 2)
Perkembangan anak : 4
tahun (0106)
 Berjalan,memanjat,
berlari
ditingkatkan dari
jarang menunjukan
ke serig
menunjukan (skala
2 ke 4)
 Berjingkrak dan
melompat dengan
satu kaki
ditingkatkan dari
jarang menunjukan
ke serig
menunjukan (skala
2 ke 4)
Prevensi tersier :
Partisipasi tim kesehatan
dalam keluarga
 Berpartisipasi dalam
menyediakan
perawatan
 Berpartisipasi dalam
menyediakan
perawatan
 Bekerjasama dalam
menentukan
perawatan
Daftar Pustaka

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi


10 editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.
M. Bulechek, G. (2016). edisi enam Nursing interventions classification ( N I C ).
singapore: elsevier Global rights.
Sue Moorhead, d. (2016). edisi enam Nursing outcomes classification
(Noc).Singapore: Elsevier Global Rights.

Anda mungkin juga menyukai