Anda di halaman 1dari 28

Gangguan Kebutuhan Eliminasi

Patologis Sistem Perkemihan


Inkontinensia Urine

Keperawatan Medikal Bedah I


Dosen : Ibu Giri Udani,S.Kp.,M.Kes
Disusun Oleh Kel 4

 Yuni Purnama Sari  Tara Pebri Dinanti


 Wayan Intan Kartini  Putri Naura Sakhi
 Riska Oktaviani  Mutiara Adinil Fortuna
 Emilia Adeline C.S  Rivan Mirando
 Intan Anggraini  Nena Melinda
 Erlita Saktiyani  Lekok Ermawati
 Mega Melati Sukma
1. Definisi Inkontinensia Urine
 Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung
kemih yang tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan
(Brunner and Suddarth, 2002).

 Inkontinensia urine didefinisikan sebagai keluarnya urine yang


tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa
memperhatikan frekuensi dan jumlahnya,yang mengakibatkan
masalah social dan higienis penderitanya (FKUI, 2006).

 Inkontinensia didefinisikan sebagai berkemih (defekasi) di


luar kesadaran, pada waktu dan tempat yang tidak tepat,
dan menyebabkan masalah kebersihan atau social ( Watson,
1991 ).
2. Klasifkasi Inkontinensia Urine
Klasifikasi Inkontinensia Urine menurut (H.
Alimun Azis, 2006) 2. Inkontinensia Total

1. Inkontinensia Dorongan 3. Inkontinensia Stress

5. Inkontinensia refleks 4. Inkontinensia fungsional


3. Etiologi Inkontinensia Urine
Etiologi Inkontinensia Urine menurut (Soeparman &
Waspadji Sarwono, 2001) :
1) Poliuria, nokturia
2) Gagal jantung
3) Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia >50 tahun.
4) Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal
ini disebabkan oleh :
Penurunan produksi esterogen.
Perokok, Minum alkohol.
Obesitas
Infeksi saluran kemih (ISK)
4. Manifestasi Klinis Inkontinensia Urine
Tanda-tanda Inkontinensia Urine menurut 4. Inkontinensia refleks
(H.Alimun Azis, 2006)  Tidak dorongan untuk berkemih.
 Merasa bahwa kandung kemih
1. Inkontinensia Dorongan penuh.
 Kontraksi atau spesme kandung
 Sering miksi
kemih tidak dihambat pada interval.
 Spasme kandung kemih

2. Inkontinensia total
 Aliran konstan terjadi pada saat tidak diperkirakan.
 Tidak ada distensi kandung kemih.
 Nokturia dan Pengobatan Inkontinensia tidak berhasil.

3. Inkontinensia stres 5. Inkontinensia fungsional


 Adanya urin menetes dan peningkatan  Adanya dorongan berkemih.
tekanan abdomen
 Kontraksi kandung kemih
 Adanya dorongan berkemih.
cukup kuat untuk
 Sering miksi.
mengeluarkan urin.
 Otot pelvis dan struktur penunjang lemah.
5. Patofisiologi Inkontinensia Urine
Inkontinensia urine bisa disebabkan oleh karena komplikasi dari
penyakit infeksi saluran kemih, kehilangan kontrol spinkter atau
terjadinya perubahan tekanan abdomen secara tiba-tiba.
Inkontinensia bisa bersifat permanen misalnya pada spinal cord
trauma atau bersifat temporer pada wanita hamil dengan struktur
dasar panggul yang lemah dapat berakibat terjadinya
inkontinensia urine.

inkontinensia urine juga terjadi akibat kelemahan otot dasar


panggul, karena kehamilan, pasca melahirkan, kegemukan
(obesitas), menopause, usia lanjut, kurang aktivitas dan operasi
vagina.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Inkontinensia Urine menurut
(Soeparman&Waspadji S, 2001).

Uji urodinamik sederhana dapat dilakukan tanpa menggunakan alat-alat mahal.


 Sisa-sisa urin pasca berkemih perlu diperkirakan pada pemeriksaan fisis.
 Pengukuran yang spesifik dapat dilakukan dengan ultrasound atau
kateterisasi urin.
 Merembesnya urin pada saat dilakukan penekanan dapat juga dilakukan.
 Evaluasi tersebut juga harus dikerjakan ketika kandung kemih penuh dan ada
desakan keinginan untuk berkemih.
 Diminta untuk batuk ketika sedang diperiksa dalam posisi litotomi atau
berdiri.
 Merembesnya urin seringkali dapat dilihat.
 Informasi yang dapat diperoleh antara lain saat pertama ada keinginan
berkemih, ada atau tidak adanya kontraksi kandung kemih tak terkendali,
dan kapasitas kandung kemih
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan inkontinensia urin adalah untuk mengurangi faktor resiko,
mempertahankan homeostasis, mengontrol inkontinensia urin, modifikasi
lingkungan, medikasi, latihan otot pelvis dan pembedahan.

1. Pemanfaatan kartu catatan berkemih yang dicatat pada kartu tersebut misalnya


waktu berkemih dan jumlah urin yang keluar, baik yang keluar secara normal,
maupun yang keluar karena tak tertahan, selain itu dicatat pula waktu, jumlah dan
jenis minuman yang diminum.

2. Terapi non farmakologi


Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya inkontinensia
urin, seperti hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi,
dan lain-lain.
Lanjutan…

3. Terapi farmakologi
Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik
seperti Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine, flavoxate, Imipramine. Pada
inkontinensia stress diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine untuk
meningkatkan retensi urethra.

4. Terapi pembedahan
Inkontinensia tipe overflow umumnya memerlukan tindakan pembedahan untuk
menghilangkan retensi urin. Terapi ini dilakukan terhadap tumor, batu,
divertikulum, hiperplasia prostat, dan prolaps pelvic (pada wanita).

5. Modalitas lain
Dapat pula digunakan beberapa alat bantu bagi lansia yang mengalami
inkontinensia urin, diantaranya adalah pampers, kateter.

6. Pemantauan Asupan Cairan


Pada orang dewasa minimal asupan cairan adalah 1500 ml perhari dengan rentan
yang lebih adekuat antara 2500 dan 3500 ml perhari dengan asumsi tidak ada
kondisi kontraindikasi
8. Pencegahan
 Menjaga diri agar terhindar dari penyakit yang dapat
menyebabkannya.
 berhenti merokok dan jauhi asap rokok orang lain.
 Makan tinggi serat agar terhindari dari sembelit.
 Berhenti mengkonsumsi alkohol.
 Mengurangi konsumsi caffein dan minuman bersoda.
 Menjadi pribadi yang aktif secara fisik dan rutin berolah
raga.
 Mengontrol berat badan agar tidak menjadi kegemukan.
 Jangan menahan-nahan keinginan untuk BAK.
 Untuk wanita: jangan terlalu sering hamil dan melahirkan.
9. Prognosis
 Inkontinensia urin tipe stress biasanya dapat diatasi
dengan latihan otot dasar panggul, prognesia cukup
baik.

 Inkontinensia urin tipe urgensi atau overactive blader


umumnya dapat diperbaiki dengan obat – obat
golongan antimuskarinik, prognosis cukup baik.

 Inkontinensia urin tipe overflow, tergantung pada


penyebabnya (misalnya dengan mengatasi sumbatan /
retensi urin).
Asuhan Keperawatan Inkontinensia Urine Pada Lansia

Ny M berusia (60) thn beragama islam. Ny.M memiliki 4 anak dan semua sudah
berkeluarga. Ny.M tinggal satu rumah dengan anak bungsunya didaerah Surakarta.
Pada tanggal 10 November 2018 Ny.M dibawa ke RS. B daerah Surakarta diantar
keluarga. Keluarga mengatakan Ny. M sering kencing tanpa disadari (ngompol). Klien
sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika sudah terasa ingin BAK. Frekuensi
berkemih tiap hari 15-18x/hari. Klien juga mengatakan saat dia bersin, membungkuk,
batuk tiba-tiba keluar sedikit air kencing sehingga membuat klien merasa terganggu
saat beribadah. Klien mengatakan merasa tidak nyaman karena setiap hari harus
memakai popok dan menggantinya 2x sehari sehingga terasa lembab. Kira-kira Ny.M
minumnya tiap hari sekitar 200 ml. Klien mengaku mengurangi minum dan sering
menahan haus. Klien mengatakan makannya sehari sebanyak 3x mampu menghabiskan
1 porsi namun terkadang hanya menghabiskan ½ porsi. Sebelumnya Ny. M ada riwayat
hipertensi 2 tahun lalu dan mengonsumsi obat diuretik. Klien mengatakan disekitar
area genitalia/perineal terasa nyeri, panas dan gatal. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan data TB&BB Ny M adalah 150cm, 45kg, TD 180/140mmHg, Nadi 80 x/menit,
respirasi 18 x/menit dan suhu 36,50C, output 2300cc. Terdapat luka dan ruam
kemerahan pada sekitar area genitalia, kelembaban bibir kering. Terdapat distensi
kandung kemih. Saat ini klien terpasang infuse RL 2000cc/24 jam, kateter indwelling.
Kegiatan sehari-hari Ny. M adalah menjadi guru mengaji, akan tetapi semenjak ia sering
mengompol kegiatan menjadi terganggu.
Pengkajian

1. BIODATA
Nama : Ny. M
Umur : 60 tahun
Agama : Islam
Alamat asal : Surakarta
Tanggal datang : 12 Nov 2019
Penganggungjawab: Tn. P (Anak)
Alamat : Surakarta
Analisa Data

No Data Masalah Keperawatan

1 DS : Gangguan eliminasi urin b.d


 Keluarga mengatakan Ny. M sering kencing Kehilangan kemampuan untuk
tanpa disadari (ngompol). menghambat kontraksi
 Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan kandung kemih
jika sudah terasa ingin BAK..
 Klien juga mengatakan saat dia bersin,
membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit
air kencing sehingga membuat klien merasa
terganggu saat beribadah.
DO :
• Frekuensi berkemih tiap hari 15-18x/hari.
• Terdapat distensi pada kandung kemih
No Data Masalah Keperawatan

2 DS : Kerusakan integritas kulit


b.d iritasi terhadap popok
 Klien mengatakan merasa tidak nyaman karena
setiap hari harus memakai popok dan
menggantinya 2x sehari sehingga terasa lembab
 Klien mengatakan disekitar area
genitalia/perineal terasa nyeri, panas dan gatal.
DO :
• Terdapat luka dan ruam kemerahan pada sekitar
area genitalia.
• Berdasarkan hasil kuesioner skala nyeri skor
didapatkan dengan jumlah 3, dimana klien
mengalami nyeri ringan.
No Data Masalah Keperawatan

3 DS : Resiko kekurangan cairan b.d


 Klien mengatakan kira-kira minumnya tiap hari sekitar 200 ml intake yang tidak adekuat.
 Klien mengaku mengurangi minum dan sering menahan haus.
DO :
 Kelembaban bibir kering
 Turgor jelek
 Frekuensi miksi 15-18x/ hari
 Terpasang kateter indwelling, output 2300cc
 IWL : 15 x BB/ 24 jam
: 15 x 45 / 24 jam
: 675 / 24 jam
: 28, 125 cc
• Klien terpasang infuse RL 2000cc/24 jam
• Balance cairan :
• Intake : infus = 2000
minum = 200
• output : BAK = 2300 cc
IWL = 28,125
• Hasil : 2.328 – 2.200 = 128cc
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan eliminasi urin b.d


Kehilangan kemampuan untuk
menghambat kontraksi kandung
kemih.

2. Kerusakan integritas kulit b.d iritasi


terhadap popok

3. Resiko kekurangan cairan b.d intake


yang tidak adekuat.

Rencana Keperawatan
Tanggal Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan Urinary retention care
1. Gangguan 1. Lakukan penilaian kemih
keperawatan selama 2x24 jam
eliminasi urin b.d yang komprehensif berfokus
yang bertujuan untuk (NOC) : pada inkontinensia (misalnya
Kehilangan  Urinary elimination output urin, pola berkemih,
fungsi kognitif, dan masalah
kemampuan untuk  Urinary continue
kencing praeksisten)
menghambat 2. Memantau penggunaan obat
Dengan kriteria hasil : dengan sifat antikolinergik
kontraksi kandung • Kandung kemih kosong atau property alphaagonis

kemih. secara penuh 3. Memonitor efek dari obat-


obatan yang diresepkan,
• Tidak ada residu urine >100-
seperti calcium channel
200cc blockers dan antikolinergik
• Intake cairan dalam rentang 4. Gunakan kekuatan sugesti

normal dengan menjalankan air atau


disiram toilet
• Bebas dari ISK
5. Pasang kateter yang sesuai
• Tidak ada spasme bladder
• Balance cairan seimbang
Tanggal Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan
6. Anjurkan keluarga untuk
menghitung output urin
7. Memantau tingkat distensi
kandung kemih
8. Membantu toileting secara
berkala

2.Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pressure management


kulit b.d iritasi selama 2x24 jam yang bertujuan untuk : 1. Anjurkan pasien untuk
terhadap popok  Tissue integrity : skin and mucous
menggunakan pakaian
 Membranes
yang longgar
 Hemodyalis akses
2. Hindari kerutan pada
Dengan kriteria hasil :
tempat tidur
 Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan (sensai, elastisitas, 3. Jaga kebersihan kulit agar
temperatue, hidrasi, pigmentasi) tetap bersih dan kering
 Tidak ada luka/lesi pada kulit 4. Mobilisasi pasien (ubah
 Perfusi jaringan baik posisi pasien setiap 2 jam
 Mampu melindungi kulit dan sekali)
mempertahankan kelembapan kulit
5. Monitor kulit bila adanya
dan perawatan alami
kemerahan
Tanggal Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
6. Oleskan lotion atau minyak pada daerah
yang tertekan
7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
8. Memandikan pasien dengan sabun dan air
hangat
Insision sie care
1. Membersihkan, memantau dan
meningkatkan proses penyembuhan
pada luka yang ditutup dengan jahitan
2. Monitor proses kesembuhan area insisi
3. Monitor tanda dan gejala infeksi pada
area insisi
4. Bersihkan area sekitar jahitan
menggunakan kapas steril
5. Gunakan preparat antiseptic sesuai
program
6. Ganti balutan pada interval waktu yag
sesuai atau biarkan luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai program
Tanggal Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
3. Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan Fluid management
volume cairan b.d keperawatan selama 2x24 jam 1. Timbang popok jika diperlukan
intake yang tidak yang bertujuan untuk : 2. Pertahankan catatan intake dan
adekuat.  Fluid balance
output yang akurat
 Hydration
3. Monitor status hidrasi (kelembaban
 Nutritional status : food and
membrane mukosa, nadi adekuat,
fluid
tekanan darah ortostatik) jika
 Intake
Dengan kriteria hasil :
diperlukan

• Mempertahankan urin 4. Monitor vital sign


output sesuai dengan usia 5. Monitor masukan makanan atau
dan BB, BJ urin dan HT cairan dan hitung intake kalori
normal harian
• Tekanan darah, nadi, suhu 6. Kolaborasi pemberian cairan IV
tubuh, dalam batas normal 7. Monitor status nutrisi
• Tidak ada tanda-tanda
8. Berikan cairan IV pada suhu
dehidrasi
ruangan
• Elastisitas turgor kulit baik,
9. Dorong masukan oral
membrane mukosa lembab,
10. Berikan penggantian nasogastric
tidak ada rasa haus yang
sesuai output
berlebih
Tanggal Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
11 Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
12 Tawarkan snack
13 Kolaborasi dengan dokter
14 Atur kemungkinan transfuse
15 Persiapan untuk transfuse

Hypovolemia management
1. Monitor status cairan termasuk
intake dan output
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan
hematocrit
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
6. Monitor berat badan
Tanggal Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan
Keperawatan
7.Dorong pasien untuk menambah
intake oral

8.Pemberian cairan IV monitor


adanya tanda dan gejala kelebihan
cairan

9. Monitor tanda gejala gagal ginjal

Implementasi dan Evaluasi


Diagnosa Implementasi Evaluasi
1. Gangguan eliminasi • Melakukan penilaian kemih yang S:
urin b.d Kehilangan
kemampuan untuk komprehensif berfokus pada  Pasien mengatakan bahwa
menghambat inkontinensia (misalnya output urin, tidak mengeluarkan urin
kontraksi kandung pola berkemih, fungsi kognitif, dan
kemih. pada saat bersin dan tertawa
masalah kencing praeksisten) O:
• Memantau tingkat distensi kandung  Kandung kemih kosong
kemih
secara penuh
• Mengajarkan untuk membatasi
 Intake cairan dalam rentang
masukan cairan pada malam hari.
normal
• Memasang kateter yang sesuai
 Tidak ada spasme bladder
• Menganjurkan keluarga untuk A:
menghitung output urin  Masalah teratasi sebagian
• Membantu toileting secara berkala P:
• Kolaborasi dengan dokter dalam  Masalah teratasi pasien
mengkaji efek medikasi dan tentukan pulang
kemungkinan perubahan obat,
dosis/jadwal pemberian obat untuk
menurunkan frekuensi inkontinensia.
Diagnosa Implementasi Evaluasi

2. Kerusakan • Monitor aktivitas dan mobililasi S:


integritas kulit b.d pasien •pasien mengatakan sudah
iritasi terhadap popok tidak merasakan nyeri, panas
• Menganjurkan pasien untuk dan gatal lagi disekitar area
menggunakan pakaian yang genitalia/perineal.
longgar
O:
• Menjaga kebersihan kulit agar •proses penyembuhan luka
tetap bersih dan kering berhasil
•luka mengering
• Melakukan rawat luka •ruam kemerahan berkurang
•pasien tidak tampak menahan
• Mengoleskan lotion atau minyak nyeri
atau baby oil pada daerah yang
tertekan A:
•masalah teratasi
• Menganjurkan pasien untuk
mandi dengan air hangat P:
•masalah teratasi pasien
pulang
Diagnosa Implementasi Evaluasi

3.Resiko kekurangan S:
volume cairan b.d • Memonitor vital sign
 pasien mengatakan tidak
intake yang adekuat • Memonitor status hidrasi mengurangi minum dan
menahan haus lagi
(kelembaban membrane mukosa, O:
nadi adekuat, tekanan darah  pasien mampu
menghabiskan kira-kira 8
ortostatik) jika diperlukan
gelas per hari
• Memberikan cairan iv pada suhu  mukosa bibir pasien lembab
 Tanda-tanda vital :
ruangan  TD = 150/80 mmHg
 N = 85/menit
• Menimbang popok atau pembalut
 RR = 18/menit
jika diperlukan  S = 36,50C
A:
• Kolaborasi dalam pemberian  Masalah teratasi
cairan iv P:
Masalah teratasi pasien pulang
Thank You

Anda mungkin juga menyukai