Anda di halaman 1dari 33

HIV/AIDS

Asuhan Kebidanan pada


Penderita HIV/AIDS

Oleh : KELOMPOK GANJIL 2


Anggota Kelompok:
Jianti Fina Lestari 011611233018 Tutfah Razzak F. 011611233027

Lubbanna Aini A.S 011611233020 Siti Zakiyah I.M 011611233033

Aulia Rahma O. 011611233022 Reca Dwi Putri S. 011611233035

Renata Alya Ulhaq 011611233024 Nur Fatechatul I.H 011611233037


Apa itu
HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus
Virus golongan Rubonucleat Acid(RNA) yang spesifik
menyerang system kekebalan tubuh/imunitas manusia dan
menyebabkan Aqciured Immuno Deficiency Symndrome (AIDS)

Aqcuired Immuno Deficiency Syndrome


Kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem imun yang timbul
akibat infeksi HIV. AIDS sering bermanifestasi dengan munculnya
berbagai penyakit infeksi oportunistik, keganasan, gangguan
metabolisme dan lainnya.

Sumber : Modul PMTCT DepKes RI, 2008


FAKTOR RESIKO
• Faktor perilaku seksual,
Seks anal.
• Riwayat penyakit
infeksi menular seksual
• Pemakaian narkotika
dan obat-obatan
terlarang (narkoba)
• Perempuan yang tidak
melakukan perilaku
berisiko Namun ada
yang terinfeksi HIV dari
pasangan tetapnya
(suaminya).
CARA PENULARAN HIV

Melakukan hubungan seks yang beresiko tanpa


menggunakan kondom.
Menggunakan jarum suntik yang sudah tercemar HIV
secara bergantian tanpa disterilkan, misalnya
pemakaian jarum suntik di kalangan Pengguna
Narkotika Suntik (Penasun).
Melalui transfusi darah yang tidak melalui uji
saring dan produk darah yang sudah tercemar HIV
Melalui ibu hamil yang HIV positif kepada janin
tanpa pencegahan penularan dan melalui ASI
ibu positif HIV
HIV tidak menular melalui :
• Berjabat tangan
• Berpelukan
• Digigit nyamuk atau serangga
• Bersentuhan
• Berenang bersama
• Tinggal serumah dengan ODHA
• Menggunakan toilet yang sama
• Memakai alat makan & minum yang sama
Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Pencegahan Pencegahan
melalui melalui ibu ke
perilaku bayi
seksual
Pencegahan
melalui darah
kegiatan pencegahan dan penanganan
HIV secara komprehensif dan
berkesinambungan
-Prong 1 : pencegahan penularan
HIV pada perempuan usia reproduksi.
-Prong 2 : pencegahan kehamilan
yang tidak direncanakan pada
perempuan dengan HIV.
-Prong 3 : pencegahan penularan
HIV dan sifilis dari ibu hamil(dengan HIV
dan sifilis) kepada janin/bayi yang
dikandungnya.
-Prong 4 : dukungan psikologis,
social dan perawatan kepada ibu
dengan HIV beserta anak dan
keluarganya.
Untuk menghindari penularan HIV, dikenal konsep sebagai berikut:

ABCDE
Abstinence – Be faithful – Condom – Drug No - Education
TERAPI
ANTIRETROVIRAL
Pengobatan ARV jangka panjang, teratur dan disiplin,
penularan 1 dari ibu ke anak bisa diturunkan hingga 2%
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). ARV
sudah terbukti dapat menghambat replikasi virus
sehingga kadar virus dalam darah yang menginfeksi sel
kekebalan tubuh atau CD4 menurun dan akibatnya
kekebalan tubuh mulai pulih atau meningkat
(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Syarat pemberian ARV pada ibu hamil dikenal dengan
singkatan SADAR, yaitu sebagai berikut :

Siap, menerima ARV, mengetahui dengan


benar efek ARV terhadap infeksi HIV.
Adherenc, kepatuhan minum obat
Disiplin minum obat dan kontrol ke dokter.
Aktif, menanyakan dan berdiskusi dengan
dokter mengenai terapi
Rajin, memeriksakan diri jika timbul keluhan
Indikasi untuk memulai Obat ARV Lini Pertama yang
terapi ARV Tersedia di Indonesia
• Semua pasien dengan stadium 3 dan 4,
berapapun jumlah CD4 atau Tenofovir (TDF) 300 mg
• Semua pasien dengan CD4 < 350 sel/ml,
apapun stadium klinisnya Lamivudin (3TC) 150 mg
• Semua pasien dibawah ini apapun Zidovudin (ZDV/AZT) 100 mg
stadium klinisnya dan berapa Efavirenz (EFV) 200 mg dan 600
punjumlah CD4
• Semua pasien ko-infeksi TB mg
• Semua pasien ko-infeksi HBV Nevirapine (NVP) 200 mg
• Semua ibu hamil
• ODHA yang memiliki pasangan dengan
status HIV negatif (sero discordant) Kombinasidosistetap (KDT):
• Populasi kunci (penasun, waria, TDF+FTC 300mg/200mg
LSL,WPS) TDF+3TC+EFV
• Pasien HIV (+) yang tinggal pada daerah
epidemic meluas seperti Papua dan 300mg/150mg/600mg
Papua Barat
UPAYA PEMERINTAH DALAM PENCEGAHAN
DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional yang


mana telah membuat strategi dan rencana aksi
nasional 2015-2019.
Asuhan Kebidanan pada HIV/AIDS
A. Pengkajian data
Data Subjektif
• Identitas ibu hamil dan suami
Nama
mengantisipasi kesalahan pemberian asuhan
Usia
HIV pada ibu hamil tidak ada batasan usia
Pendidikan
untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu
terhadap kehamilannya maupun terhdap penyakitnya
Pekerjaan
tingkat perekonomian dan pekerjaan yang merupakan
faktor risiko terinfeksi HIV. Pekerjaan yang merupakan
resiko tinggi HIV/ AIDS adalah pekerja seks, pelaut, dan
pekerja di sector transportasi (WHO, 2004)
• Keluhan Utama :
Keluhan yang paling sering terjadi pada pasien hamil dengan HIV-AIDS adalah
selain keluhan sehubungan dengan kehamilannya, ibu juga mengeluh berbagai masalah
sesuai dengan stadium).
• Riwayat Obstetri:
 Riwayat menstruasi
Fluor albus : banyak, gatal , berbau, warna hijau. Pada ibu dengan HIV mudah
terkena infeksi jamur yang bila mengenai organ genital bisa menyebabkan keputihan.
 Riwayat Obstetri lalu
Kehamilan yang lalu terinfeksi HIV, ibu dapat bersalin dengan SC.
 Riwayat Kehamilan Sekarang :
Keluhan pada trimester I ,II, atau III pada ibu hamil dengan HIV seperti keluhan
ibu hamil normal
 Riwayat perkawinan
Hamil dengan HIV biasanya ibu atau suami menikah lebih dari satu kali atau
mempunyai banyak pasangan.
 Riwayat kesehatan ibu
Pada ibu dengan HIV biasanya penyakit yang diderita beragam, antara lain :
demam, faringitis, limfadenopati, artralgia, mialgia, letargi, malaise, nyeri kepala, mual,
muntah, diare, anoreksia, penurunan berat badan. Dapat juga menimbulkan kelainan saraf,
seperti meningitis, ensefaliits, neuropati perifer dan mielopati.Gejala pada dermatologi
yaitu ruam makropapulereritematosa dan ulkus makokutanPada beberapa pasien terdapat
sarkoma kaposi’s, herpes simpleks, sinusitis bakterial, herpes Zooster dan peneumonia yang
berlangsung tidak terlalu lama.
 Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit HIV dapat diturunkan oleh orangtua ataupun ditularkan oleh suami
penderita.
• Pola fungsional kesehatan
Pola Nutrisi :
pada pasien HIV pola makan harus dijaga untuk menghindari terjadinya infeksi oportunistik.Pada pasien HIV yang
mengalami ulserasi mukosa oral terjadi gangguan pemenuhan nutrisi karena ketidaknyamanan/sakit saat makan.
Pola Eliminasi :
BAK : dalam batas normal (1cc kg/jam)
BAB :teratur tiap hari 1x
Pada stadium HIV lanjut ( stadium III dan IV) Ibu dapat mengalami diare akut
Pola Istirahat :
Pada stadium lanjut HIV ibu membutuhkan istirahat, selalu berada di tempat tidur > 50% per hari dalam bulan terakhir.
Pola Aktivitas :
• Stadium 1
penampilan atau aktivitas fisik skala 1: asimtomatis, aktivitas normal.
• Stadium 2
dengan atau penampilan ativitas fisik skala 2 : simtomatis, aktivitas normal.
• Stadium 3
dengan atau penampilan/aktivitas fisik skala 3: lemah, berada di tempat tidur, <50% perhari dalam bulan terakhir.
• Stadium 4
dengan atau penampilan/aktivitas fisik skala 4: sangat lemah, selalu berada di tempat tidur >50% per hari dalam bulan
terakhir (Fazidah, 2004).
Aktivitas Seksual
Seberapa sering aktivitas sex yang dilakukan ibu dan suami sebelum dan selama kehamilan.Mungkin ditemukan
adanya penurunan aktivitas seksual utamanya pada mereka yang sudah berada pada stadium lanjut.disarankan untuk
menggunakan kondom bila suami HIV negatif dikarenakan kondom dapat mencegah penularan HIV.
Pola Kebiasaan
• Merokok
• Minum Alkohol
• Mengkonsumsi Narkoba : Pemakaian narkoba dengan suntik atau obat-
obatan terlarang lainya yang dapat meningkatkan resiko terkena HIV AIDS.
• Memelihara binatang peliharaan : (rantai penularan toxoplasmosis yang
dapat memperburuk HIV/AIDS dalam perkembangan janin)

Riwayat PsikoSosial Budaya


• Perkawinan ibu dengan HIV seringkali ditemui dengan ibu atau suami
menikah lebih dari sekali. Perencanaan kehamilan akan berpengaruh pada
penerimaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan ini dan bayinya
nantinya, ibu merasa gelisah dan cemas apabila keluhan yang dirasakan
oleh ibu akan mengganggu kehamilannya.
B. Data Obyektif
• Pemeriksaan Umum
• TD : Ibu hamil dengan HIV tidak ada perbedaan tekanan darah
dengan ibu hamil normal. Normal antara 100/60-140/90 mmHg
• Suhu : Suhu pada ibu hamil dengan HIV pada fase akut dan fase
laten akan mengalami demam. Normal antara 360C – 370C
(Nasronudin, 2007).
• Nadi : Ibu hamil dengan HIV tidak ada perbedaan jumlah nadi
dengan ibu hamil normal. Nadi normal antara 80-110 x/menit
• RR : Pada ibu dengan HIV tidak ada peningkatan jumlah pernapasan.
Normal 16-20 x/menit.
• Berat badan sebelum hamil:
• Penimbangan berat badan harus terus dipantau. Pada penderita HIV
pada fase infeksi laten mengalami penurunan berat badan 10%
(Nasronudin, 2007).
• Berat badan sekarang:
• Mulai stadium II ibu mengalami penurunan BB akan tetapi <10 Kg,
sedangkan pada stadium III dan IV penurunan berat badan > 10 Kg.
• Pemeriksaan Fisik
Mulut : Mukosa bibir kering, caries gigi. Pada pasien HIV stadium klinis 2 terjadi ulserasi mukosa berulang. Pada stadium
klinis 3 terdapat kandidiasis oris (pada rongga mulut terdapat pseudomembran yang berwarna putih krem sampai
keabu-abuan. Periksa adanya leukoplakia (plak putih di sekitar rongga mulut) (Nasronudin, 2007).

Dada : Ada tarikan dinding dada. Ada ronchi dan wheezing sebagai indikasi kelainan organ pernafasan ( apabila sudah
terjadi TB pulmonar dan PCP (Pneumocystis Carinii Pneumonia) manifestasi dari HIV/AIDS.
Pada pasien HIV mulai stadium 1 terdapat limpadenopati (pembengkakan kelenjar limfe) (Nasronudin, 2007).

Abdomen : Ada luka bekas SC apabila ibu persalinan yang lalu mengidap HIV mencegah penularan ibu ke bayi.
Pembesaran uterus terkadang tidak sesuai dengan umur kehamilan. Hal tersebut dikarenakan adanya infeksi HIV
menyebabkan gangguan pertumbuhan pada janin.

Ekstrimitas : Atas : tidak ada oedema


Bawah : tidak ada varises
Pada stadium II terlihat luka infeksi/ ulkus pada kuku.

Kulit : Kadang ditemukan tanda-tanda dermatitis, herpes zoster, prurigo, dan kelainan kulit lainnya akibat infeksi jamur.

Genetalia : Vulva dan vagina


Keluaran : Pada wanita hamil sering mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak. Keadaan ini dalam batas
normal (tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal). Pada ibu hamil dengan HIV memungkinkan adanya infeksi
candida yang menyebabkan flour albus (Nasronudin, 2007).
• Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan lab
- Pemeriksaan HIV
Saat ini ada 2 standar untuk melakukan uji HIV
yaitu dengan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay
(ELISA) dan Western Blot. Apabila setelah
melakukan uji ELISA hasilnya positif maka penderita
harus melakukan uji ELISA lagi, sebelum melakukan
Western Blot untuk mengonfirmasi status HIV
positif. ELISA awal dapat bereaksi silang untuk
memberi hasil positif palsu jika digunakan tanpa uji
konfirmasi..
• Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar atas data-data yang
dikumpulkan.
1) Dx aktual :
GPapah usia kehamilan… dengan HIV/AIDS stadium 1/2/3/4
Janin tunggal, hidup, presentasi, keadaan janin baik.
2) Masalah :
Pada ibu hamil dengan HIV masalahnya yaitu:
a. Kecemasan ibu pada kondisi bayinya
b. Penurunan berat badan
c. Penyakit oportunistik
d. Sariawan dan diare yang tak kunjung sembuh

• Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Mengidentifikasi masalah / diagnosa potensial lain berdasarkan
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Pada kehamilan
dengan HIV/AIDS dapat muncul diagnose potensial yaitu abortus, IUGR
dan penularan HIV dari ibu ke janin.
• Identifikasi Kebutuhan Segera

Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera baik dalam


melakukan konsultasi, kolaborasi, dengan dokter atau tenaga
kesehatan lain berdasarkan kondisi klien, ibu hamil dengan
HIV membutuhkan tindakan segera rujukan ke rumah sakit
untuk memperoleh perawatan lebih lanjut sehingga proses
kehamilan dan persalinannya baik sehingga mencegah
penularan dari ibu ke janin apabila diketahui lebih dini.
KIE pola nutrisi dan PMTCT (Prevention Mother to Child
Transmition) sangat penting bagi ibu hamil dengan HIV/AIDS
yang merupakan pilar utama dalam
penetalaksanaanHIV/AIDS.
• Perencanaan
Pada langkah ini jika ada informasi / data tidak lengkap bisa dilengkapi.Mencerminkan rasional yang
valid dan ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya.
 Informasikan hasil pemeriksaan dan kondisi kehamilan pada ibu dan keluarga.
R/: ibu dan keluarga mengetahui tentang keadaan kehamilannya sehingga dapat menentukan tindakan
yang tepat untuk menjaga kesehatan diri ibu dan janinnya.
 Berikan konseling dan edukasi (VCT) dan berikan dukungan psikologis kepada ibu
R/ Pengetahuan tentang HIV kepada ibu dan keluarga akan mengurangi tingkat kecemasan dan
ketakutan ibu dan keluarga
 Diskusikan dengan ibu tentang PMTCT (Prevention Mother To Child Transmition) dan komplikasinya
(Abortus, IUGR, HIV pada bayi) yang meliputi rencana persalinan yang aman di rumah sakit
R/ Pengetahuan tentang PMTCT dapat mengurangi angka resiko HIV pada janin
 Kolaborasi untuk Uji saring antepartum untuk menegakkan diagnose medis selama window periode
R/ Menegakkan diagnose HIV/AIDS
 Kolaborasi dengan dokter untuk menegakkan diagnose dan pemberian terapi.
R/: ibu hamil dengan HIV merupakan kondisi risiko tinggi yang memerlukan penanganan terpadu oleh
dokter Sp.OG.
 Menyepakati kunjungan ulang
R/ pemantauan kesejahteraan janin dan kesehatan ibu dengan HIV/AIDS
• Penatalaksanaan
Melaksanakan rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah Perencanaan.

• Evaluasi
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan
dalam bentuk SOAP.
S : ibu tidak cemas dan takut dengan kondisi penyakit HIV/AIDS
yang dideritanya
O :- Kondisi ibu dan janin dalam keadaan baik
- Transmisi HIV dari ibu ke janin dapat dicegah
A : ibu hamil dengan HIV/AIDS
P :- P4K perencanaan proses persalinan dengan operasi saesar
untuk mencegah transmisi ibu ke janin
- Kolaborasi dokter spesialis terkait pemberian terapi dan
pemeriksaan lab
DAFTAR PUSTAKA
Abrori & Mahwar, Q, 2017, Buku Ajar Infeksi Menular Seksual, Pontianak,
UM Pontianak Pers.
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Ibu dan Anak. (2015). Pedoman
Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu ke Anak. Jakarta :
Kemenkes RI
Depkes RI,2004. Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV (Voluntary
Counselling and Testing = VCT). Jakarta
Ida Ayu Chandranita Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, Bagus Gde
Manuaba, 2008, Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan, Jakarta,
EGC.
International LabourOrganitation. 2011. Flipchart Pencegahan Dan
Penanggulangan Hiv Dan Aids. Diakses melalui http://www.ilo.org/wcms_249791
pada tanggal 15 April 2019 pukul 06.30 WIB.
Komisi Penanggulangan AIDS. (2015). Strategi dan Rencana Aksi Nasional
2015-2019.
Nasronudin, 2007. HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler, Klinis dan
Sosial.Surabaya:Airlangga University Press
Permenkes No. 21 Tahun 2013
Pertanyaan/Tanggapan
• Zahra : Kasus yang terjadi di Solo tentang anak SD
yang tertular HIV lalu dikeluarkan dari
sekolahnya. Bagaimana tanggapan kalian?

• Anggray : Seorang penderita HIV pasti akan


merasa down akan kondisinya, apalagi dengan
adanya penolakan dr keluarga/lingkungan
sekitarnya. Bagaimana seharusnya sikap kita
sebagai tenaga medis/bidan dalam menyikapi hal
ini?
Jawaban
• 14 anak ditolak di sekolah tersebut karena adanya
protes dari wali murid lain yang takut anaknya tertular.
Harus ada kebijakan yang jelas dan tegas dari dinas
pendidikan setempat tentang kelanjutan nasib anak-
anak ini agar mereka masih dapat memperoleh
pendidikan yang layak.

• Sebagai tenaga medis kita harus memberikan


dukungan secara psikologis bagi ODHA tsb (Prog 4).
Kita ubah mindset kita dulu ttg stigma negatif dr HIV,
lalu kita harus berusaha utk mengedukasi masyarakat
(mengubah mindset masyarakat ttg HIV)

Anda mungkin juga menyukai