Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN HIV/AIDS

“PEMENUHAN NUTRISI PADA PENDERITA HIV AIDS”

Di susun Oleh:

Nama : Siti Wahyuni

Prodi : Keperawatan

Kelas : Kairatu

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN {STIKes} MALUKU HUSADA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

KAIRATU

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya.

Dalam penyusunan Makalah ini, saya menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini
masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang
terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi
terciptanya proposal yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.

KAIRATU, 04 MEI 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………

A. Latar Belakang…………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..
C. Tujuan………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………..

A. Pentingnya Nutrisi pada pasien HIV/AIDS…………………………………


B. Penyebab malnutrisi pada pasien HIV/AIDS & penilaian status gizi.
C. Prinsip pemberian Nutrisi untuk pasien HIV/AIDS………………………
D. Keamanan makanan dan minuman…………………………………………
E. Suplemen zat gizi mikro………………………………………………………..
F. Jus buah dan sayur……………………………………………………………….
G. Monitoring dan evaluasi……………………………………………………….

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………………………..

A. Kesimpulan……………………………………………………………………...
B. Saran……………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………..
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Nutrisi Bagi Penderita HIV/AIDS


Nutrisi merupakan asupan penting bagi kesehatan manusia, utamanya bagi
orang dengan HIV lantaran. Hal ini karena nutrisi memegang peran penting dalam
sistem kekebalan tubuh serta kemampuan melawan infeksi. Dengan menerapkan
pola makan yang sehat, maka turut membantu penderita dalam menjaga berat
badan sekaligus menekan resiko berbahaya seperti penyakit jantung, diabetes,
kanker hingga osteoporosis. Nutrisi yang sehat dan cukup akan menunjang sistem
imun dalam melawan virus. Asupan nutrisi yang bagus juga membantu
mengendalikan gejala HIV sekaligus menekan efek samping terapi pengobatan.

Asupan nutrisi sehat yang dimaksud tentunya bersumber dari makanan sehat
dengan kadar gizi yang seimbang. Meskipun baik bagi tubuh, makan makanan
tersebut juga tidak lantas dilakukan berlebihan. Makan sesuai dengan takaran dan
porsinya. Diet yang baik bagi penderita HIV antara lain:

1. MakananBertepung
Makanan bertepung dijadikan sebagai dasar diet, sepertiga dari total
konsumsi makanan Anda tiap harinya. Makanan ini antara lain nasi, singkong,
kentang, pisang hijau, roti, sereal, pasta, makanan dari jagung dan juga ubi.
Mengandung karbohidrat sebagai energi, makanan jenis ini juga menawarkan
mineral, vitamin serta serat.
2. Buah dan sayur
Buah dan sayur mengandung vitamin, mineral serta serat. Usahakan makan
buah ataupun sayuran setidaknya 5 porsi atau lebih tiap harinya. Buah dan
sayur ini dapat membantu melindungi tubuh dari kanker serta penyakit jantung.
Buah dan sayur rendah lemak sehingga dapat meningkatkan proporsi diet yang
juga bagus untuk menurunkan berat badan.
3. Lemak
Lemak ada dalam mentega, minyak goreng, daging hingga makanan berdasar
protein lain yang meyimpan energi, asam lemak esensial serta vitamin A, D, E
dan K. anda bisa memperoleh lemak tak jenuh ini dari minyak ikan, kacang-
kacangan ataupun biji-bjian, alpukat, minyak zaitun serta minyak sayur.
Sementara lemak jenuh justru dapat meningkatkan kolesterol, seperti yang
ditemukan pada daging, keju, mentega.
4. susu
Untuk mencegah kekurangan kalsium, maka ada banyak produk susu seperti
halnya susu, keju ataupun yogurt yang juga menyimpan vitamin dan mineral.
Apabila Anda tidak bisa menerima produk susu ini, maka alternatif kedelai
dengan kandungan susu beras ataupun gandum, sayuran hijau gelap, buah ara
kering, apricot, serta kacang-kacangan bisa menjadi pilihan yang baik.
5. Hindari Makanan yang Terlalu Berlemak, Manis ataupun Asin
Gula juga sebisa mungkin Anda tekan konsumsinya bagi para penderita untuk
menjaga berat badan. Terlalu banyak garam juga bisa memicu tekanan darah
tinggi dan dalam kadar tertentu dapat meningkatkan resiko stroke dan penyakit
jantung.

B. Asuhan nutrisi pada pasien HIV Aids

Asuhan gizi merupakan komponen penting dalam perawatan individu yang


terinfeksi HIV. Mereka akan mengalami penurunuan berat badan dan hal ini
berkaitan erat dengan kurang gizi. Penyebab kurang gizi bersifat multifaktoral
antara lain karena hilangnya nafsu makan, gangguan penyerapan sari makanan
pada alat pencernaan, hilangnya cairan tubuh akibat muntah dan diare, dan
gangguan metabolisme. Akibat gangguan tersebut kesehatan umum mereka cepat
menurun. Sekitar 97% Odha menunjukkan kehilangan berat badan sebelum
meninggal. Kehilangan berat badan tidak dapat dihindarikan sebagai konsekuensi
dari infeksi HIV. Jika seseorang dengan infeksi HIV mempunyai status gizi yang baik
maka daya tahan tubuh akan lebih baik sehingga memperlambat memasuki tahap
AIDS.
Asuhan gizi dan terapi gizi medis sangat penting bila mereka juga
mengkonsumsi obat-obat antiretroviral. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi
penyerapan ARV dan obat infeksi oportunistik dan sebaliknya penggunaan ARV-OI
dapat menyebabkan gangguan gizi. Beberapa jenis ARV-OI harus dikonsumsi pada
saat lambung kosong, beberapa obat lainnya tidak. Pengaturan diet dapat juga
digunakan untuk mengurangi efek samping ARV-OI.

Status gizi sangat dipengaruhi oleh kebutuhan dan asupan zat gizi. Asupan
zat gizi yang tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV akan menyebabkan
kekurangan gizi yang bersifat kronis dan pada stadium AIDS terjadi keadaan kurang
gizi yang kronis dan drastis yang mengakibatkan penurunan resistensi terhadap
infeksi lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut penatalaksanaan gizi yang baik amat
berguna untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang dengan HIV/AIDS.

1. Tujuan asuhan gizi


Tujuan asuhan gizi bagi Odha secara umum adalah mempertahankan
kesehatan dan status gizi serta meningkatkan kekebalan tubuh sehingga kualitas
hidup akan lebih baik.
2. Paket asuhan gizi
Asuhan gizi dilakukan melalui tiga kegiatan yang merupakan paket
kegiatan yang terdiri dari :

a. Pemantauan status gizi


b. Intervensi gizi
c. Konseling gizi

a. Pemantauan status gizi


Pemantauan status gizi bertujuan untuk mengetahui kondisi Odha apakah
mempunyai status gizi normal, kurang atau buruk. Pemantuan ini dilakukan
dengan cara:
b. Anamnesis diet
Dilakukan dengan cara menanyakan pola makan yang dilakukan
selama 2 atau 3 hari sebelumnya untuk mengetahui pola makan dan
asupan zat gizi serta mengetahui kemungkinan potensi kekurangan zat
gizi.

c. Pengukuran antropometri
Dilakukan penukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT) serta pengukuran lingkar lengan
atas (LiLA) untuk mengetahui seberapa jauh terjadi kekurangan zat gizi
makro seperti Kurang Energi Protein.

d. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan laboratorium yang biasa dilakukan adalah pemeriksaan
Hb, albumin dan prealbumin, kholesterol, trigliserida, fungsi hati, dan
kadar zat gizi mikro dalam darah misalnya: zat besi, magnesium, asam
folat, vit B12, vit A, dll.
2. Pemeriksaan kadar hemoglobin untuk mengetahui apakah Odah
menderita anemia.
3. Pemeriksaan albumin dan prealbumin dianjurkan pada Odha dengan
penyakit ginjal dan hati, untuk mengetahui apakah terjadi
peningkatan atau penurunan kadar albumin.
4. Pemeriksaan laboratorium lain seperti kolesterol, trigliserida, enzim-
enzim hati, kadar besi, magnesium dan apabila mungkin asam folat,
vitamin B12 dan vitamin A (retinol) dilakukan untuk mengetahui
profil Lipid, fungsi hati kekurangan vitamin serta mineral dalam
tubuh. Kadar serum Ferritin akan meningkat pada fase akut infeksi
HIV.
b. Intervensi gizi
Intervensi gizi harus dilakukan secara komprehensif meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif bekerja sama dengan berbagai
profesi yang terkait dengan pelayanan Odha. Intervensi gizi dapat dilakukan di
rumah sakit, dan institusi pelayanan kesehatan lainnya serta di keluarga. Di
rumah sakit, pelayanan dilakukan oleh Tim Asuhan Gizi.
Dalam upaya intervensi gizi, upaya promotif sangat perlu dilakukan
untuk menyebarluaskan informasi tentang pentingnya mempertahankan status
gizi yang optimal agar orang yang terinfeksi HIV tidak cepat masuk dalam
stadium AIDS.
Yang mendapatkan obat ARV dan OI perlu diperhatikan efek ARV-OI
terhadap fungsi pencernaan seperti mual, muntah, diare karena keadaan ini
dapat mempengaruhi asupan gizi dan status gizi mereka.

c. Konseling gizi
Tujuan konseling gizi adalah agar Odha mendapatkan jaminan kebutuhan
gizi yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuan/daya beli keluarga,
pendamping Odha dan masyarakat.
Konseling gizi diberikan kepada Odha, keluarga, pendamping Odha dan
masyarakat lingkungannya serta petugas kesehatan agar Odha mendapatkan
asupan gizi yang cukup, aman, terjangkau.
Konseling mencakup penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh infeksi
HIV pada status gizi. Konseling juga meliputi tatalaksana gizi, terapi gizi medis
serta penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan setempat, cara
memasak dan cara penyajian, keamanan makanan dan minuman, serta aspek
psikologis dan efek samping dari ARV-OI yang mempengaruhi nafsu makan
1. Terapi gizi medis
Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan obat-
obatan. Terapi gizi medis perlu dilakukan segera setelah status HIV
diketahui.
Pada prinsipnya terapi diet harus mengandung kalori yang memadai,
protein yang sesuai dan berkualitas tinggi, bahan makanan yang mempunyai
efek antioksidan yang tinggi serta mengandung vitamin dan mineral yang
cukup.

Tujuan terapi gizi medis pada orang dengan HIV/AIDS:

a. Meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuh


b. Mencapai dan mempertahankan berat badan normal
c. Memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan
d. Meningkatkan kualitas hidup
e. Menjaga interaksi obat dan makanan agar penyerapan obat lebih optimal

2. Prinsip gizi medis


Tinggi kalori tinggi protein (TKTP) diberikan bertahap secara oral
(melalui mulut). Kaya vitamin dan mineral, dan cukup air.

3. Syarat diet I pada orang dengan HIV:


a. Kebutuhan zat gizi dihitung sesuai dengan kebutuhan individu
b. Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan nabati
seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan produk olahannya
c. Banyak makanan sayuran dan buah-buahan secara teratur, terutama
sayuran dan buah-buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta-karoten),
zat besi
d. Minum susu setiap hari
e. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape,
brem)
f. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
g. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan
saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau diberikan
bersama-sama dengan makanan
h. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk
mencegah mual)
i. Menghindari rokok, kafein dan alcohol
4. Syarat diet II pada pasien AIDS

a. Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum


dianjurkan
b. Diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
c. Disesuaikan dengan syarat diet dengan penyakit infeksi yang
menyertainya
d. Mengkonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah dicerna
e. Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus
f. Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah
dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti dengan
susu kedelai
g. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape,
brem)
h. Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
i. Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang diberikan
saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau diberikan
bersama-sama dengan makanan
j. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk
mencegah mual)
k. Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan saluran pencernaan
l. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
m. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
n. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai (TB, diare,
sarkoma, oral kandidiasis)
o. Jika oral tidak bisa, berikan dalam bentuk enteral dan parenteral secara
aman (Naso Gastric Tube = NGT) atau intravena (IV)

C. Gejala klinis dan keterkaitannya dengan gangguan gizi


a. Anoreksi dan disfagia
Pada umumnya pasien AIDS mengalami penurunan nafsu makan. Hal ini
dapat disebabkan oleh pengaruh obat-obatan ARV yang diminum. Di samping itu
pasien AIDS sering mengalami kesulitan menelan karena infeksi jamur pada mulut.
Keadaan tersebut memerlukan terapi diet khusus dengan memperhatikan
kebutuhan asupan gizi pasien dan cara pemberiannya.
b. Diare
Adanya diare pada HIV/AIDS akan menyebabkan hilangnya zat gizi dalam
tubuh seperti vitamin dan mineral, sehingga harus diberikan asupan gizi yang tepat,
terutama yang mengandung larutan zat gizi mikro, untuk mengganti cairan tubuh
yang hilang. Dianjurkan untuk mengkonsumsi buah-buahan yang rendah serat dan
tinggi kalium dan magnesium seperti jus pisang, jus alpukat.

Adanya diare pada HIV/AIDS akan menyebabkan hilangnya zat gizi dalam
tubuh seperti vitamin dan mineral, sehingga harus diberikan asupan gizi yang tepat,
terutama yang mengandung larutan zat gizi mikro, untuk mengganti cairan tubuh
yang hilang. Dianjurkan untuk mengkonsumsi buah-buahan yang rendah serat dan
tinggi kalium dan magnesium seperti jus pisang, jus alpukat.

c. Sesak nafas
Dianjurkan makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat untuk mengurangi
CO2, dengan porsi kecil tetapi sering. Bila asupan makan dalam sehari tidak
mencukupi kebutuhan kalori sehingga dapa menyebabkan pasien menjadi lemah,
perlu diberikan makanan tambahan dalam bentuk formula (makanan suplemen).
Pemberian makanan dapat dilakukan pada pasien dalam posisi setengah tidur agar
aliran O2 ke paru lebih optimal.

d. Gangguan penyerapan lemak (malabsorbsi lemak)

Pasien dengan gangguan penyerapan lemak diberikan diet rendah lemak.


Dianjurkan menggunakan sumber lemak/minyak nabati yang mengandung asam
lemak tak jenuh, seperti minyak kedelai, minyak jagung, minyak sawit. Perlu
tambahan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K).
e. Demam
Pada pasien yang demam akan terjadi peningkatan pemakaian kalori dan
kehilangan cairan. Untuk itu diberikan makanan lunak dalam porsi kecil tapi sering
dengan jumlah lebih dari biasanya dan dianjurkan minum lebih dari 2 liter atau 8
gelas/hari.
f. Penurunan berat badan
Pasien yang berat badannya menurun secara drastis harus dicari
penyebabnya. Pastikan apakah ada infeksi oportunistik yang tidak terdiagnosis. Bila
pasien tidak dapat makan secara oral maka diberikan secara enteral. Makanan yang
dianjurkan adalah tinggi kalori tinggi protein secara bertahap dengan porsi kecil
tapi sering serta padat kalori dan rendah serat.
g. Kebutuhan zat gizi makro

Umunya Odha mengkonsumsi zat gizi di bawah optimal. Biasanya mereka


hanya mengkonsumsi 70% kalori dan 65% protein dari total yang diperlukan oleh
tubuh. Konsumsi zat gizi yang demikian tidak memenuhi kecukupan kalori yang
meningkat karena peningkatan proses metabolisme sehubungan dengan infeksi
akut.

Kebutuhan kalori Odha sekitar 2000-3000 Kkcal/hari dan protein 1,5-2


gram/kgBB/hari. Untuk mencukupi kebutuhan kalori dan protein sehari diberikan
dengan memberikan makanan lengkap 3 kali ditambah makanan selingan 3 kali
sehari.

Kebutuhan kalori yang berasal dari lemak dianjurkan sebesar 10-15% dari total
kalori sehari, khusus pada Odha dianjurkan mengkonsumsi lemak yang berasal dari
MCT agar penyerapan lebih baik dan mencegah diare. Kebutuhan zat gizi makro
tersebut di atas harus dipenuhi untuk mencegah penurunan berat badan yang
drastis.

h. Suplementasi zat gizi mikro

Prinsip pemberian terapi gizi adalah pemberian zat gizi untuk pembentukan
sel-sel dalam tubuh. Namun di pihak lain HIV bersifat merusak sel-sel tersebut
sehingga terjadi suatu persaingan dalam tubuh Odha. Apabila pada saat terjadi
penrusakan sel-sel dalam tubuh terdapat pula kekurangan zat gizi maka fase AIDS
akan terjadi lebih cepat.

Selain penurunan berat badan, Odha sangat rentan terhadap kekurangan zat
gizi mikro, oleh karena itu perlu suplemen multizat gizi mikro terutama yang
mengandung vitamin B12, B6, A, E, dan mineral Zn, Se dan Cu. Pemberian Fe
dianjurkan pada Odha dengan anemia. Pada Odha yang mengalami infeksi
oportunistik, pemberian Fe dilakukan 2 minggu setelah pengobatan infeksi. Mereka
dianjurkan untuk mengkonsumsi 1 tablet multivitamin dan mineral setiap hari.

Pemberian suplemen vitamin dan mineral dalam jumlah besar


(megadosis)agar berkonsultasi ke dokter karena pemberian yang berlebihan justru
akan menurunkan imunitas tubuh.

Kebutuhan air perlu diperhatikan dan mereka dianjurkan untuk


mengkonsumsi paling sedikit 8 gelas cairan sehari untuk memperlancar
metabolisme terutama pada penderita yang demam. Dianjurkan untuk tidak
mengkonsumsi minuman atau makanan yang mengandung kafein dan alkohol serta
zat lainnya yang dapat meningkatkan pengeluaran air kencing. Diare kronis, mual
dan muntah, keringat malam dan demam berkepanjangan memerlukan
penambahan cairan sehingga minum perlu diperbanyak untuk menganti kehilangan
cairan tersebut.

i. Keamanan makanan dan minuman

Untuk mengurangi kontaminasi bahan makanan dan minuman yang dapat


menimbulkan risiko keracunan atau tertular beberapa infeksi, maka perlu
diperhatikan hal-hal sbb:

 Untuk makanan dan minuman kaleng sebelum dibuka periksa


kemasan/kaleng untuk mengetahui kerusakan makanan (ciri fisik, aroma,
tekstur, warna), periksa tanggal kadaluwarsa dan buang makanan yang
sudah kadaluwarsa
 Hindari mengkonsumsi daging, ikan dan telur mentah, daging ayam
termasuk unggas lainnya yang dimasak setengah matang atau yang tidak
dimasak dengan benar
 Hindari mengkonsumsi sayur-sayuran mentah/lalapan
 Mencuci sayur dan buah dengan air bersih dan mengalir untuk
menghilangkan pestisida dan bakteri
 Hindari susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi
 Sebaiknya memanaskan makanan sebelum dimakan
 Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi
 Sebaiknya memisahkan makanan yang belum dimasak dengan makanan yang
sudah dimasak
 Selalu cuci tangan sebelum dan setelah menangani makanan
 Selalu minum air masak atau air mineral dalam kemasan/botol
 Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan semua alat dapur
 Jajan sedapat mungkin dihindari, lebih baik makan makanan yang disiapkan
sendiri karena kemanan makanan tersebut lebih terjamin
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Asupan nutrisi sehat yang dimaksud tentunya bersumber dari makanan


sehat dengan kadar gizi yang seimbang. Meskipun baik bagi tubuh, makan makanan
tersebut juga tidak lantas dilakukan berlebihan. Makan sesuai dengan takaran dan
porsinya. Diet yang baik bagi penderita HIV antara lain

Makanan Bertepung

Makanan bertepung dijadikan sebagai dasar diet, sepertiga dari total


konsumsi makanan Anda tiap harinya. Makanan ini antara lain nasi, singkong,
kentang, pisang hijau, roti, sereal, pasta, makanan dari jagung dan juga ubi.
Mengandung karbohidrat sebagai energi, makanan jenis ini juga menawarkan
mineral, vitamin serta serat.

Buah dan sayur

Buah dan sayur mengandung vitamin, mineral serta serat. Usahakan makan
buah ataupun sayuran setidaknya 5 porsi atau lebih tiap harinya. Buah dan sayur ini
dapat membantu melindungi tubuh dari kanker serta penyakit jantung. Buah dan
sayur rendah lemak sehingga dapat meningkatkan proporsi diet yang juga bagus
untuk menurunkan berat badan.

Lemak

Lemak ada dalam mentega, minyak goreng, daging hingga makanan berdasar
protein lain yang meyimpan energi, asam lemak esensial serta vitamin A, D, E dan K.
anda bisa memperoleh lemak tak jenuh ini dari minyak ikan, kacang-kacangan
ataupun biji-bjian, alpukat, minyak zaitun serta minyak sayur. Sementara lemak
jenuh justru dapat meningkatkan kolesterol, seperti yang ditemukan pada daging,
keju, mentega.

Produk susu

Untuk mencegah kekurangan kalsium, maka ada banyak produk susu seperti
halnya susu, keju ataupun yogurt yang juga menyimpan vitamin dan mineral.
Apabila Anda tidak bisa menerima produk susu ini, maka alternatif kedelai dengan
kandungan susu beras ataupun gandum, sayuran hijau gelap, buah ara kering,
apricot, serta kacang-kacangan bisa menjadi pilihan yang baik.

B. SARAN

Hindari Makanan yang Terlalu Berlemak, Manis ataupun Asin


Gula juga sebisa mungkin Anda tekan konsumsinya bagi para penderita untuk
menjaga berat badan. Terlalu banyak garam juga bisa memicu tekanan darah tinggi
dan dalam kadar tertentu dapat meningkatkan resiko stroke dan penyakit jantung.

Mempertahankan asupan nutrisi dalam suatu diet sehat tentunya akan


membantu pasien dalam mengatasi HIV serta menunjang kinerja sistem kekebalan
tubuh. Selain hal dengan asupan yang baik, pasien juga dianjurkan untuk melakukan
program olahraga yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan kebugarannya.
DAFTAR PUSTAKA

 Adler, M. W. (1996). Petunjuk Penting AIDS. EGC. Jakarta.


 Arif Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapiuus. Jakarta.
 Bart Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jakarta
 Charles Abraham and Eamon Shanley. (1992). Social Psychology For Nurses. London
Melbourne Auckland
 Cipto Susilo (2006). Pengaruh penyuluhan terhadap penurunan stigma masyarakat
tentang HIV/AIDS. Skripsi. PSIK FK Unair.
 Depkes RI. (2002). Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HIV (Voluntary
Counseling and Tesing = VCT). Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
 Gunarsa S (2000). Konseling dan Psikoterapi, Jakarta : BPK Gunung Mulia
 Dinas Informasi dan Komunikasi (2001). Info Penting Jatim Terbesar Ketiga Jumlah
Penderita HIV/AIDS
 FHI (Available In August 2001). VCT Counseling Traning Manuae
 Garballo M (1990). Guidelines For Couseliry About HIV Infection and Disease, WHO
– AIDS Series B

Anda mungkin juga menyukai