Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan homeostasis,


yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerjasama untuk mengatur suhu
tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen danvariabel lainnya. Mengingat bahwa organisme
hidup harus mengambil nutrisi danair, satu fungsi homeostatis penting adalah eliminasi, atau
kemampuan untuk mengeluarkan bahan kimia dan cairan, sehingga dapat menjaga
keseimbanganinternal. Sistem kemih memainkan peran ekskretoris dan homeostatik penting.

Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada pemeliharaan
kosentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairaninternal. Kelangsungan hiduop
sel juga bergantung pada pengeluaran secara terusmenerus zat-zat sisa metabolism toksik dan
dihasilkan oleh sel pada saatmelakukan berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya.Traktus
urinarius merupakan system yang terdiri dari organ-organ danstruktur-struktur yang
menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh.

Ginjal berperan penting mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi


banyak konstituen plasma, terutama elektrolit dan air dan dengan mengeliminasi semuazat sisa
metabolisme.Sistem urin adalah bagian penting dari tubuh manusia yang terutama bertanggung
jawab untuk menyeimbangkan air dan elektrolit tertentu sepertikalium dan natrium, membantu
mengatur tekanan darah dan melepaskan produk limbah yang disebut urea dari darah.

Sistem kemih terdiri terutama pada ginjal, yang menyaring darah,sedangkan ureter, yang
bergerak urin dari ginjal ke kandung kemih, kandungkemih, yang menyimpan urin, dan saluran
kencing, urin keluar melalui tubuh.Peran dari sistem urin dengan yang biasa bagi kebanyakan
orang adalah bahwa ekskresi; melalui air seni, manusia membebaskan diri dari air tambahandan
bahan kimia dari aliran darah.

1
Aspek penting lain dari sistem urin adalahkemampuannya untuk membedakan antara
senyawa dalam darah yang bermanfaatuntuk tubuh dan harus dijaga, seperti gula, dan senyawa
dalam darah yang beracun dan harus dihilangkan

1.2 RUMUSAN MASALAH

 Apa yang dimaksud dengan system perkemihan ?


 Apa sajakah anatomi system perkemihan ?
 Fungsi apa sajakah yang ada pada system perkemihan ?
 Bagaimana proses Fisiologi perkemihan ?

1.3 TUJUAN

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah :

 1.3.1 Untuk memenuhi tugas anatomi fisiologi


 Untuk mengetahui tentang system perkemihan

1.4 MANFAAT

 Untuk mengetahui segala sesuatu tentang system perkemihan


 Sebagai panduan bagi kita dalam perlakuan hal system perkemihan

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 ANATOMI FISIOLOGI

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat
yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam
air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

2.2 ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN

Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan
urin. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dan uretra.

2.2.1 Ginjal

1. Kedudukan ginjal di belakang dari kavum abdominalis di belakang peritoneum pada


kedua sisi vertebra lumbalis iii melekat langsung pada dinding abdomen.

2. Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.
Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian
atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).

3. Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti terletak di belakang peritoneum yang


melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3. Ginjal
kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.

4. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas. Kedua
ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang
membantu meredam goncangan.

5. Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang. Sebagai
bagian dari sistem urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah

3
dan membuangnya bersama dengan air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut nefrologi.

 LAPISAN GINJAL

6. setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis) berupa jaringan fibrus berwarna
ungu tua

 lapisan ginjal terbagi atas :

1) lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia kortekalis)

2) lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris)

7. Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks, bagian lebih dalam lagi disebut medulla.

Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada bagian medulla ginjal manusia dapat pula
dilihat adanya piramida yang merupakan bukaan saluran pengumpul. Ginjal dibungkus oleh
lapisan jaringan ikat longgar yang disebut kapsula.

 UNIT FUNGSIONAL GINJAL

8. Unit fungsional dasar dari ginjal adalah nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu
juta buah dalam satu ginjal normal manusia dewasa. Nefron berfungsi sebagai regulator
air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh dengan cara menyaring darah,
kemudian mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh. Molekul dan
sisa cairan lainnya akan dibuang. Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan menggunakan
mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor. Hasil akhir yang kemudian
diekskresikan disebut urin.

9. Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang disebut korpuskula (atau
badan Malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran-saluran (tubulus).

10. Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah yang disebut glomerulus yang
berada dalam kapsula Bowman. Setiap glomerulus mendapat aliran darah dari arteri
aferen. Dinding kapiler dari glomerulus memiliki pori-pori untuk filtrasi atau
penyaringan. Darah dapat disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari

4
glomerulus dan kapsula Bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong
plasma darah. Filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang
telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri eferen.

11. Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan
filtrat glomerular dari kapsula Bowman disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian
selanjutnya adalah lengkung Henle yang bermuara pada tubulus konvulasi distal.

12. Lengkung Henle diberi nama berdasar penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob
Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle menjaga gradien osmotik dalam
pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel yang melapisi tubulus memiliki
banyak mitokondria yang menghasilkan ATP dan memungkinkan terjadinya transpor
aktif untuk menyerap kembali glukosa, asam amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian
besar air (97.7%) dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi dan tubulus kolektivus
melalui osmosis.

13. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal ke dalam sistem pengumpul yang
terdiri dari:

1) Tubulus penghubung

2) Tubulus kolektivus kortikal

3) Tubulus kloektivus medularis

14. Tempat lengkung Henle bersinggungan dengan arteri aferen disebut aparatus
juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular
adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi renin. Cairan menjadi makin kental di
sepanjang tubulus dan saluran untuk membentuk urin, yang kemudian dibawa ke
kandung kemih melewati ureter.

5
2.2.2 URETER

Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal
(filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter
yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.

1. Syntopi ureter
2. Ureter kiri
3. Ureter kanan
4. Anterior
5. Kolon sigmoid
a/v. colica sinistra
a/v. testicularis/ovarica
6. Duodenum pars descendens
7. Ileum terminal
a/v. colica dextra
a/v.ileocolica
8. Mesostenium
9. Posterior

Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus deferens

Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina

a) Laki-laki: melintas di bawah lig. umbilikal lateral dan ductus deferens


b) Perempuan: melintas di sepanjang sisi cervix uteri dan bagian atas vagina

Ureter setelah keluar dari ginjal (melalui pelvis) akan turun di depan m.psoas major, lalu
menyilangi pintu atas panggul dengan a.iliaca communis. Ureter berjalan secara postero-inferior
di dinding lateral pelvis, lalu melengkung secara ventro-medial untuk mencapai vesica urinaria.
Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urine setelah memasuki kandung kemih.
Terdapat beberapa tempat di mana ureter mengalami penyempitan yaitu peralihan pelvis renalis-
ureter, fleksura marginalis serta muara ureter ke dalam vesica urinaria. Tempat-tempat seperti ini
sering terbentuk batu/kalkulus.

6
Ureter diperdarahi oleh cabang dari a.renalis, aorta abdominalis, a.iliaca communis,
a.testicularis/ovarica serta a.vesicalis inferior. Sedangkan persarafan ureter melalui segmen T10-
L1 atau L2 melalui pleksus renalis, pleksus aorticus, serta pleksus hipogastricus superior dan
inferior.

2.2.3 VESIKA URINARIA (KANDUNG KEMIH)

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat
untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke
uretra dan lingkungan eksternal tubuh melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica urinaria
terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum, organ
reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.

1. Syntopi vesica urinaria


2. Vertex
3. Lig. umbilical medial
4. Infero-lateral
5. Os. Pubis, M.obturator internus, M.levator ani
6. Superior
7. Kolon sigmoid, ileum (laki-laki), fundus-korpus uteri, excav. vesicouterina (perempuan)
8. Infero-posterior

Laki-laki: gl.vesiculosa, ampula vas deferens,rektum

Perempuan: korpus-cervis uteri, vagina

Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian
yaitu apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan
inferolateral dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan
sinistra). Dinding vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular).
Terdapat trigonum vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae
merupakan suatu bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan
collum vesicae, bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam
keadaan kosong.

7
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan,
a.vesicalis inferior digantikan oleh a.vaginalis.

Sedangkan persarafan pada vesica urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan
parasimpatis. Persarafan simpatis melalui n.splanchnicus minor, n.splanchnicus imus, dan
n.splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun persarafan parasimpatis melalui n.splanchnicus pelvicus
S2-S4, yang berperan sebagai sensorik dan motorik.

2.2.4 URETRA

Uretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju
lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria
memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan
kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria
memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan
bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter),
sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih
dan bersifat volunter).

Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa
dan pars spongiosa.

1. Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek
superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal
yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan
simpatis.

2. Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat.
Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.

3. Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit.
Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma
urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang
berada di bawah kendali volunter (somatis).

8
4. Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari
pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh
korpus spongiosum di bagian luarnya.

 PENGKAJIAN SISTEM PERKEMIHAN

Tanda dan gejala gangguan/penyakit pada sistem perkemihan dapat dilihat atau ditanyakan
langsung pada pasien, yang meliputi:

1. Frekwensi buang berkemih (miksi):

2. Poliuri (sering miksi)

3. Oliguri (jumlah urine yang keluar kurang dari normal, minimal urine keluar kurang lebih
400 cc)

4. Stranguri (miksi sering tetapi sedikit-sedikit, lambat dan sakit).

5. Urgensi (pasien berkeinginan untuk miksi, tetapi tidak terkontrol untuk keluar).

6. Nokturi (pasien terbangun tengah malam untuk miksi).

7. Pasien mengalami keraguan/kesukaran saat memulai untuk miksi. Intermiten (pasien


mengalami tempo berhenti arcs urinenya selama miksi).

8. Urine keluar secara menetes atau tidak memancar).

9. lnkontinen urine (urine keluar dengan sendirinya tanpa disadari).

10. Kelainan miksi:

11. Disuri (adanya rasa sakit sewaktu miksi)

12. Adanya rasa papas sewaktu miksi

13. Hematuri (adanya darah yang keluar bercampur dengan urine).

14. Piuri (adanya nanah dalam urine, keadaan ini diketahui melalui pemeriksaan
mikroskopis, disebabkan tidak semua urine menjadi keruh karena mengandung nanah.

9
15. Lituri (urine keluar bersama bate kecil sewaktu miksi)

Selain hal-hal di atas, dalam pengkajian pasien harus termasuk : 1) identitas pasien; 2)
riwayat kesehatan umum meliputi berbagai gangguan/penyakit yang lalu, yang berhubungan atau
yang dapat mempengaruhi penyakit perkemihan, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat
kesehatan pasien; 3) riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan/gangguan yang berhubung-an
dengan gangguan/penyakit yang dirasakan saat ini.

 GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

1. Penyakit ginjal polikistik

Penyakit ginjal polikistik merupakan suatu keadaan ginjal dipenuhi oleh banyak kista.
Penyebab kelainan ini adalah heriditas. Bila penyakit ini mengenai anak-anak, akan bersifat
progresif dan dapat menyebabkan kematian. Bila mengenai orang dewasa, gejala akan timbul
setelah pasien berusia 30 tahun.

Patofisiologi. Ginjal dipenuhi oleh kista yang demikian membesar, men-desak jaringan ginjal
dan sekitarnya yang berangsur-angsur menghancurkan jaringan ginjal, yang.pada akhirnya
pasien menderita kegagalan ginjal.

Gejala dan tanda. Nyeri menusuk di daerah pinggang disertai pem-besaran ginjal yang dapat
diraba dari luar. Sebagian besar pasien menderita hipertensi. Terjadi hematuri dan demam.

Pemeriksaan diagnostik. Untuk memastikan adanya kelainan ini perlu dilakukan pemeriksaan
IVP (intravenous pyeiography). Penggambaran dengan kontras dari piala ginjal dan saluran-
salurannya. Tindakan ini untuk melihat fungsi sekresi dan ekskresi dari kedua ginjal, melihat
apakah ada bate radiopaque dan radio luccut, dan melihat apakah ada kelainan pada ginjal

Tindakan pengobaton Penatalaksanaan pasien dengan penyakit ginjal polikistik meliputi :

1. Diet rendah protein yang memperlambat terjadinya kegagalan ginjal.

2. Pasien harus istirahat di tempat tidur.

10
3. Pembedahan dengan operasi Rovsings, suatu tindakan untuk melubangi kista, ini
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri. Persiapan untuk tindakan ini sama seperti
persiapan pasien untuk operasi pada umumnya.

4. Dialisis renal dan transplantasi ginjal bila pasien mengalami gagal ginjal. Bila ginjal tidak
dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, pasien mengalami gagal ginjal.

5. Prognosis. Gangguan ini pada anak-anak dapat menyebabkan kematian. Pada orang
dewasa bila tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kegagalan ginjal.

Persiapan untuk tindakan IVP

Buat perjanj an dengan bagian radiologi

Hasil pemeriksaan ureum dan kreatinin harus dalam Batas normal

Sehari sebelumnya pasien makan bubur kasar

Pukul 18:00 pasien makan terakhir

Pukul 20:000 pasien diberikan 30 gram garam Inggris atau tablet laksansia

Pukul 22:00 dipuasakan'sampa selesai pemeriksaan

Pagi hart diberikan lagi obat tablet, diberikarnsupositoria per awal

Pasien dilarang merokok dan dianjurkan untuk tidak'banyak bicara

 GANGGUAN PADA URETER

Kelainan bawaan pada ureter jarang ditemukan. Meskipun demikian, di bawah ini
dikemukakan tentang beberapa kelainan ureter dapat ditemukan.

1. Ureter Kembar Atau Ureter Bifida

2. Ureter kembar ialah terdapatnya dua ureter pada satu ginjal, sedangkan ureter yang
bercabang pada suatu tempat sehingga berbentuk huruf Y. Kelainan ini berasal clan dua
buah ureter, biasanya disertai piala ginjal kembar atau dapat pula terjadi sebuah piala
yang besar dengan piala ginjal yang bercabang.

11
Pembuluh Darah Ginjal Aferens

Kelainan ini dapat terjadi pada vena maupun arteri yang berasal dari arteri renalis
maupun aorta. Pembuluh darah ginjal aferens dapat mengakibatkan ureter terjepit dan
menimbulkan gejala-gejala sumbatan.

Kelainan Lumen Ureter

Kelainan ini terjadi akibat penyempitan yang dapat menimbulkan gejala obstruksi pada
ureter dapat diperkirakan dari melilit atau tertekuk di ureter.

Kelainan Muara Ureter

Kelainan muara ureter yaitu berpindahnya muara ureter dan melekat pada organ yang
lain. Pada laki-laki, muara ini melekat pada uretra pays prostalika, duktus ejakulatorius, vesikula
seminalis, dapat pula pada vas deferens. Sedangkan pada perempuan, muara ini dapat melekat
pada uterus, uretra, vagina.

 GANGGUAN PADA KANDUNG KEMIH

Kelainan bawaan pada kandung kemih dapat berupa tidak adanya kandung kemih don
ekstrofi kandung kemih.

1. Gangguan pada uretra

Kelainan pada uretra antara lain hipospadia pada pria, yaitu suatu keadaan di mana uretra
pada bagian distal penis, tidak berkembang dengan sempuma. Tindakan yang dapat dilakukan
ialah operasi bedah plastik untuk menyambung defek tersebut. Operasi dilakukan bila usia anak
sudah mencapai kurang lebih empat tahun.

2. Gangguan berkemih

a. Retensi Urine

Retensi urine adalah tertahannya urine di dalam kandung kemih, dapat terjadi secara akut
maupun kronik. Pada keadaan akut, berkemih berhenti secara mendadak di mana pasien tiba-tiba

12
tidak bisa berkemih. Dalam keadaan kronik, retensi urine terjadi akibat adanya obstruksi yang
terus-menerus pada uretra.

b. Penyebab gangguan ini adalah: pada lumen uretra, misalnya karena adanya kalkulus.

pada dinding uretra, yaitu karena adanya striktur. pada dinding uretra yang tertekan, misalnya
karena hipertrofi prostat, fimosis.

Patofisiologi. Obstruksi pada uretra menyebabkan kesulitan miksi serta menimbulkan


hipertrofi otot kandung kemih. Hal ini akan menimbulkan urine yang jumlahnya makin
meningkat selanjutnya terjadi dilatasi permanen pada kandung kemih.

 Gejala dan tanda. Diawali dengan aliran urine yang makin lambat,

kemudian terjadi poliuria yang makin lama makin parch disebabkan oleh pengosongan
kandung kemih yang tidak efisien. Selanjutaya, akan terjadi distensi abdomen akibat dilatasi
kandung kemih.

Prognosis. Bila penatalaksanaan pada keadaan akut kurang baik dapat menyebabkan retensi
kronik.

Penatalaksanaan. Untuk gangguan ini dilakukan kateterisasi uretra, dilatasi uretra dengan
bougi, don drainase supra pubik.

1. Katetertsasi

Katetecisasi urine.adalah memasukkan kateter e dalam kandung; kemih mePalcti uretra.

2. MengetuarKan air tcemtn-

Mengosol gkan kandung kemih untuk, suatu pemeriksan dan persiapan operas!.

3. Menampung air kemih.

indikasi:.

Pasiein yang mengalami retensi.i urine.

Pasien yang perlu pemeriksaan urine stern.

13
Pasien yang.akan dilakukan foto daerah kandung kemih.

Persiapan pasien

Pasien diberitahu engenai.tindakan yang akan dilakuk n

Menjaga privasi clan rasa aman pasien

Atur p©sis tidur pasien dengan coca menekuk kedu fu ut.

Inkontinensi Urine

Inkontinensia urine adalah suatu keadaan urine bocor secara terus menerus. Penyebab
gangguan ini adalah trauma sfingter, gangguan neurogenik dari saluran urinaria bagian bawah,
adanya fistula karena operasi, kongenital fistula, ektopik uretral orifisium.

 INFEKSI SALURAN KEMIH

Pielonefritis

Pielonefritis adalah infeksi bakteri pada jaringan ginjal yang dimulai dari saluran kemih
bagian bawah terns naik ke ginjal. Infeksi ini dapat mengenai baik parenkirn maupun pelvis
ginjal.

Gangguan ini dapat disebabkan oleh bakteri E.coli, karena resisten terhadap obat
antibiotik, atau obstruksi ureter yang mengakibatkan hidro-nefrosis.

Patofisiologi. Gangguan akut terjadi bila infeksi bakteri naik dari saluran kemih bagian
bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Sedangkan gangguan kronik
terjadi bila infeksi dapat terjadi karena adanya bakteri tetapi dapat juga karena faktor lain, seperti
obstruksi saluran kemih. Pielonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal secara parmanen dan
dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik.

Pielonefritis akut Bering juga ditemukan pada perempuan hamil biasanya diawali dengan
hidroureter dan hidronefritis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar. Tanda dan
gejala pielonefritis akut adalah rasa nyeri dan nyeri tekan pada daerah ginjal, pangs tinggi dan
terjadi respons sistemik yang umum, sering miksi dan terasa nyeri, dan dalam urine ditemukan

14
adanya leukosit dan bakteri. Penatalaksanaan gangguan ini dengan memberi pasien banyak
minum dan tempi antibiotika.

Pielonefritis kronik terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang sehingga kedua ginjal
perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala gangguan ini ditunjukkan dengan adanya
serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang darn kesehatan pasien semakin menurun pada
akhirnya pasien mengalami gagal ginjal.

Pemeriksaan diagnostik untuk infeksi saluran kemih adalah dengan IVP, sistoskopi,
kultur urine, atau biopsi ginjal.

Prognosis baik bila dilakukan pengobatan tepat, tetapi bila infeksi berlangsung terns,
dapat terjadi atrofi pielonefritis. Komplikasi penyakit ini meliputi hipertensi, pembentukan batu
dan kegagalan ginjal. Sehingga perlu dilakukan pencegahan, dengan deteksi dini dan perawatan
serta pengobatan yang adekuat terhadap infeksi saluran kemih bagian bawah (ureteritis, sistitis.
uretritis).

 Kultur urine

Kultur urine adalah menyiapkan urine steril untuk pemeriksaan kultur dengan cara
pengambilan urine tengah (mid-stream). Tujuan pemeriksaan ini untuk mengathui infeksi saluran
kemih.

 Biopsi Ginjal

Biopps! ginjal adalah mengambil sedikit jaringah—ginjal Tujuan tindakan ini untuk
nengetahui patologi-anatomi (PA) dari: jaringan ginjal. Indikasi tindakan inik untuk pasien
dengan penyakit ginjal seperti sindrom nefrotik atau karsinoma ginjal.

 Persiapan pasien:

Dilakukan pemeriksaan laboratorium Betas lengkap terutama fungsi ginjal, yaitu VCT, urine
lengkap, masa protrombin (masa pembekuan dan masa perdarahan) dan dash lengkap dan
BNO/lVP

15
Tiga hari sebelum dilakukan biopsi pasien diberi vitamin K tablet atau suntikan vitamin K
selama 3 hari,berturut-turut.

1. Ureteritis

Ureteritis adalah peradangan pada ureter. Gangguan ini terjadi karena adanya infeksi baik
pada ginjal maupun kandung kemih.

Patofisiologi. Infeksi di ginjal (pielonefritis) menjadi ureteritis selanjutnya menjadi sistitis


(akibat infeksi desendens) atau sebaliknya. Aliran urine dari ginjal ke buli-buli dapat terganggu
karena timbulnya fibrosis pada dinding ureter, menyebabkan striktur dan hidronefrosis,
selanjutnya ginjal menjadi rusak, juga mengganggu peristaltik ureter.

2. Sistitis

Sistitis adalah peradangan pada vesika urinaria dan sering ditemui. Infeksi ini terjadi karena
E. coli (banyak ditemukan pada perempuan), infeksi ginjal, dan hipertrofi prostat karena adanya
urine sisa.

Sistitis primer adalah radang buli-buli yang terjadi karena adanya penyakit atau gangguan
antara lain batu buli-buli, divertikal buli-buli, hiper-trofi prostat, atau striktura uretra. Sistitis
sekunder adalah gejala sistitis timbul sebagai akibat dari penyakit pada sistem lain.

Sistitis akut menunjukkan tanda dan gejala peningkatan frekuensi miksi, baik diurnal maupun
noktural. Disuri karena epitelium yang meradang tertekan, rasa nyeri pada daerah suprapubis
atau perineal. Pemeriksaan diagnostik dilakukan dengan spesimen (bahan) urine porsi tengah
(mid-stream) diperiksa dan dibenihkan. Infeksi pada buli-buli mempunyai kemungkinan untuk
dapat sembuh dengan sendirinya bila tidak terjadi komplikasi. Tindakan pengobatan dilakukan
dengan pemberian antibiotika, antiepamodik, tranquilizer, robordatia dan banyak minum untuk
melarutkan bakteri.

Sistitis kronik disebabkan oleh infeksi kronik dari traktus urinarius bagian atas, adanya sisa
urine, stenosis dari traktus urinarius bagian bawah, pengobatan sistitis akut yang tidak sempurna,
adanya faktor predisposisi. Tanda dan gejala sama dengan sistitis akut tetapi berlangsung lama
dan sering tidak begitu menonjol. Pemeriksaan diagnostik pada pasien perlu dilakukan NP dan

16
sistoskopi. Tindakan penanggulangan dengan banyak minum untuk melarutkan bakteri,
pemberian antibiotika, irigasi kandung kemih dengan larutan antiseptik ringan. Pencegahan
sistitis khususnya untuk perempuan, dengan menggunakan celana dalam yang selalu berada
dalam keadaan kering, bilas alat genital dari arah depan ke belakang.

2.3 FUNGSI SISTEM PERKEMIHAN

2.3.1 Membuang sisa metabolisme :

1. Sisa metabolisme Nitrogenous : ureum, creatinin, uric acid.

2. Racun-racun/Toxins

3. Obat-obat/Drugs

2.3.2 Pengaturan homeostasis :

1. Keseimbangan air

2. Elektrolit

3. Keseimbangan asam-basa darah

4. Tekanan darah

5. Produksi darah merah

6. Mengaktifkan vitamin D

2.4 PROSES FISIOLOGI PERKEMIHAN

Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa meningkatkan
tekanannya (biasanya pada saat volume urine kira-kira 300 ml)makam reseptor pada dinding
vesika urinaria akan memulai kontraksi musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi secara
involunter dan dengan segera. Pada orang dewasa, keinginan berkemih dapat ditunda sampai ia
menemukan waktu dan tempat yang cocok. Walaupun demikian, bila rangsangan sensoris
ditunda terlalu lama, maka akan memberikan rasa sakit.

17
Dengan demikian mulainya kontraksi musculus detrussor, maka terjadi relaksasi
musculus pubococcygeus dan terjadi pengurangan topangan kekuatan urethra yang menghasilkan
beberapa kejadian dengan urutan sebagai berikut :

1. Membukanya meatus intemus

2. Erubahan sudut ureterovesical

3. Bagian atas urethra akan terisi urine

4. Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine

5. Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat

6. Urine didorong ke urethra pada saat tekanan intraabdominal meningkat

7. Pembukaan sphincter extemus

8. Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong

Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus pubococcygeus yang bekerja di bawah
pengendalian secara volunteer :

1. Musculus pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine mengalir

2. Vesica urinaria tertarik ke atas

3. Urethra memanjang

4. Musculus sprincter externus di pertahankan tetap dalam keadaan kontraksi.

Apabila musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lahi maka siklus kejadian seperti
yang baru saja diberikan di atas akan mulai lagi secara otomatis.

18
 INFEKSI SALURAN KEMIH BAGIAN BAWAH

1) SISTITIS

Sistitis adalah infeksi pada kandung kemih.dan lebih sering terjadi pada
wanita(www.medicatore.com)

Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering di sebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra (brunner &suddarth.2001)

Etiologi

Refluks urtrovesikal(aliran balik urin dari uretra kedalam kandung kemih

Kontaminasi fekal

Pemakaian keteter atau sistoskop

Manifestasi klinis

Urgensi

Sering berkemih

Rasa panas/rasa terbakar saat berkemih

Nyeri pada saat berkemih (disuria)

Nokturia (berkemih di malam hari)

Nyeri atau spasme pada area kandung kemih dan suprapubis atau sampai dirasakan di
punggung sebelah bawah

Adanya piuria(sel darah putih dalam urin),bakteri,hematuria (sel darah merah)

Pemeriksaan diagnostic

Rontgen, untuk menggambarkan ginjal, ureter dan kandung kemih

19
Sistouretrografi, untuk mengetahui adanya arus balik air kemih dari kandung kemih dan
penyempitan uretra

Uretrogram retrograd, untuk mengetahui adanya penyempitan, divertikula atau fistula

Sistoskopi, untuk melihat kandung kemih secara langsung dengan serat optic

Penatalaksanaan

Untuk sistitis ringan, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah minum banyak cairan.
Aksi pembilasan ini akan membuang banyak bakteri dari tubuh, bakteri yang tersisa akan
dilenyapkan oleh pertahanan alami tubuh.

Pemberian antibiotik per-oral (tablet, kapsul, sirup) selama 3 hari atau dosis tunggal
biasanya efektif, selama belum timbul komplikasi.jika infeksinya kebal,biasanya antibiotic di
berikan selama 7-10 hari

Untuk meringankan kejang otot bisa diberikan atropin.

Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan fenazopiridin.

Gejalanya seringkali bisa dikurangi dengan membuat suasana air kemih menjadi basa,
yaitu dengan meminum baking soda yang dilarutkan dalam air.

Pembedahan dilakukan untuk mengatasi penyumbatan pada aliran kemih (uropati


obstruktif) atau untuk memperbaiki kelainan struktur yang menyebabkan infeksi lebih mudah
terjadi.

Biasanya sebelum pembedahan diberikan antibiotik untuk mengurangi resiko penyebaran


infeksi ke seluruh tubuh.

Pengobatan

Sulfisoxazole(gantrisin)

Trimethoprim/sulfamethoxazole

Nitrofurantoin(macrodantin)

20
Ampisilin atau amoksisilin

Pyridium (analgesic)

Pencegahan

Tindakan pencegahan pada penderita yang telah mengalami sistitis lebih dari 2 kali,antibiotic
bias terus diberikan dalam dosis rendah.antibiotik bisa di berikan setiap hari,3 kali /minggu atau
segera setelah melakukan hubungan seksual.

2) URETRITIS

Uretritis adalah Inflamasi uretra, biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan sebagai gonoreal.

Uretritis di bagi dua,yaitu:

1. Uretritis gonoreal disebabkan oleh neisseria gonorrhoeae dan di tualarkan melalui kontak
seksual

2. Uretritis nongonoreal disebabkan oleh klamidia trakomatik atau ureaplasma urelytikum.

Etiologi

a) Penyakit kelamin/infeksi saluran kemih


b) Uretritis nongokokus juga dinamakan uretritis nonspesifik(40 % disebabkan klamidia)
c) Komponen penting dari sindrom reiter

Manifestasi klinis

1)Mukosa memerah dan oedema

2)Terdapat cairan eksudat yang purulent

3)Ada ulserasi pada urethra

4)Adanya rasa gatal yang menggelitik

5)Good morning sign

21
6)Adanya nanah awal miksi

7)Nyeri pada saat miksi

8)Kesulitan untuk memulai miksi

9)Nyeri pada abdomen bagian bawah.

10)demam,menggigil dan malaise

11) aliran urin berkurang dan retensi urin

Pemeriksaan khusus

a) Pewarnaan gram dari secret


b) Tes dan biakan untuk infeksi kelamin termasuk tes serologic untuk sifilis
c) Biakan klamidia dan mikoplasma
d) Pemeriksaan untuk trikomonas dengan sediaan basah
e) Biakan urin untuk infeksi salura kemih
f) Hematuria memrlukan sistokopi dan pemeriksaan saluran kemih lengkap ,termasuk
rontgen dan pemeriksaan denga n zat warna bila menetap

Pemeriksaan diagnostik

a) Pemeriksaan adanya pengeluaran nanah yang berlebihan


b) Melihat dengan mikroskop meningkat atau tidaknya jumlah sel darah putih
c) Pengujian adanya N. gonorrhoeae dan C.trachomatis
d) Pemeriksaan urine
e) Percobaan amplifikasi pada asam nukleat

Pengobatan

a. Infeksi penyakit kelamin dengan antibiotic yang tepat ;penicillin untuk gonore.tetracyclin
atau erythromycin untuk klamidia dan mikoplasma ;metronidazole untuk trichomonas
b. Infeksi saluran kemih biasanya di akibatkan oleh E.coli dan obati dengan
ampicilin,sulfonamide atau co-trimoxazole
c. Antimicrobial untuk mengatasi uretritis

22
d. Parenteral ceftriaxone, Oral azithromycin, Oral ciprofloxacin, Oral cefixme , Oral
doxixycline, Oral parenteral spectinomycin, Oral ofloxacin, Oral cefixima Oral
ciprofloxacin

Antibiotik seperti penicilin, amoxilin, dan ampicilin tidak dapat digunakan karena tidak memiliki
daya tahan yang menjadi standar.

Prognosis

a. Mungkin kambuh walaupun dengan pengobatan yang adekuat


b. Pertimbangkan pengobatan terhadap partner seksual,hampir se
c. lau perlu pada trikomaonas dan mungkin pula perlu bagi penyebab uretritis yang lain.

Pencegahan

Pencegahan dari urethritis ini dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan pada pasien
tentang pergaulan dan perilaku seks yang sehat diantaranya:

a. Mengajarkan pada pasien factor-faktor resiko yang dapat terjadi dari sindroma pms
b. Menjaga pergaulan, dengan orang-orang yang berhubungan dengan multiple seks
c. Menghindari pergaulan bebas
d. Menghindari penyalahgunaan obat
e. Menghindari freeseks
f. Menggunakan kondom pada semua pasangan dan pada semua waktu melakukan
hubungan seksual
g. Masyarakat dianjurkan untuk mempelajari masalah-masalah penyakit yang berkaitan
dengan saluran kemih, dan kesehatan tubuh.
h. Menjaga kebersihan alat kelamih

 Penatalaksanaan umum

Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi
saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih
dari mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka
kecacatan serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan :

23
Perawatan dapat berupa :

1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi

2) Perubahan pola hidup diantaranya :

a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang

b) Pakaian dalam dari bahan katun

c) Menghindari kopi, alkohol

Obat-obatan

1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.

a) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu

b) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti ) dalam jangka
waktu 3 – 4 minggu

c) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam waktu
3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.

2) Analgetik dan Anti spasmodik

Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita

3) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.

Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih

1. Penatalaksanaan Terapi.

Pada ISK tanpa komplikasi, terapi antibiotik jangka pendek (5 hari atau bahkan dosis tunggal)
biasanya adekuat. Antibiotik yang biasanya diresepkan untuk ISK adalah trimetoprim atau
amoksilin, tapi mungkin pola resep ini sudah perlu diubah karena perubahan resistensi dan
sinsitifitas organisme penyebab terhadap antibiotik. Asupan cairan yang banyak (> 3L/hari)

24
disarankan untuk mencegah stasis urine dalam kandung kemih dan untuk mengurangi replikasi
bakteri.

2. Penatalaksanaan Pencegahan.

1. Beberapa hal paling penting untuk mencegah infeksi saluran kencing, infeksi kandung
kemih, dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri, bila setelah buang air besar atau air
kecil bersihkan dengan cara membersihkan dari depan ke belakang, dan mencuci kulit di sekitar
dan antara rektum dan vagina setiap hari. Mencuci sebelum dan sesudah berhubungan seksual
juga dapat menurunkan resiko seorang wanita dari ISK.

2. Minum banyak cairan (air) setiap hari akan membantu pengeluaran bakteri melalui sistem
urine.

3. Mengosongkan kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk buang air kecil juga
bisa membantu mengurangi risiko infeksi kandung kemih atau ISK.

4. Buang air kecil sebelum dan setelah melakukan hubungan seks dapat flush setiap bakteri
yang mungkin masuk ke uretra selama hubungan seksual.

5. Vitamin C membuat urin asam dan membantu mengurangi jumlah bakteri berbahaya dalam
sistem saluran kemih.

6. Hindari pemakaian celana dalam yang dapat membuat keadaan lembab dan berpotensi
berkembang biaknya bakteri.

25
BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat
yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam
air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

 Antomi system perkemihan terdiri dari :

1. Ginjal

2. Uretra

3. Kandung kemih

4. Uretha

3.2 SARAN

Demikian makalah yang kami buat, apabila ada kekurangan mohon maklum adanya dan
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.

Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II. Jakarta: EGC

Pearce, Efelin C. 2006. Anatomi dan fisiologi untuk paramedic Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama

27

Anda mungkin juga menyukai