Disusun oleh:
Abim Wisnu Wardana ( 201501001 )
Sarjana Keperawatan
Tingkat 2A
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT ata segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas dengan judul “Makalah gangguan pemenuhan
nutrisi, gangguan eliminasi bowel(diare), potensial infeksi sesuai dengan kebutuhan
SLKI, SIKI/NANDA, SDKI, NIC, NOC” Pada akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.
Tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan
Anak II.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari segala kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati saya mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca sebagai bahan masukkan sehingga dapat berguna baik bagi penulis
dikemudian hari.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga mendapatkan balasan pahala dari Allah
SWT, dan semoga penulisan tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Manifestasi Klinis
2.4 Pemeriksaan Penunjang
2.5 Masalah yang Lazim Muncul
2.6 Discharge Planning
2.7 Diagnosis Keperawatan
NANDA
NIC
NOC
BAB III
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
4
Infeksi atau jangkitan adalah serangan dan perbanyakan diri yang dilakukan oleh patogen
pada tubuh makhluk hidup. Patogen penyebab infeksi di antaranya mikroorganisme seperti
virus, prion, bakteri, dan fungi. Sementara itu, parasit seperti cacing dan organisme uniseluler
juga dapat menyebabkan infeksi, meskipun terkadang istilah infeksi dan infestasi dipakai
bergantian untuk menyebut serangan agen parasitik. Serangan patogen-patogen tersebut,
maupun racun yang mereka hasilkan, dapat menimbulkan penyakit pada organisme inang.
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang dihasilkan oleh infeksi. Individu terinfeksi dapat
melawan infeksi menggunakan sistem imun mereka. Mamalia yang terinfeksi bereaksi
dengan sistem imun bawaan, yang sering kali melibatkan peradangan, dan kemudian diikuti
oleh sistem imun adaptif. Obat-obatan khusus yang digunakan untuk mengobati infeksi
termasuk antibiotik, antivirus, antijamur, antiprotozoa, dan antelmintik. Penyakit infeksi
mengakibatkan 9,2 juta kematian pada tahun 2013 (sekitar 17% dari semua kematian).
Cabang kedokteran yang berfokus pada infeksi juga disebut penyakit infeksi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
6
kedokteran dapat memastikan bahawa penyakit ini diakibatkan karena kekurangan
vitamin C.
c) Resiko Infeksi: Infeksi atau jangkitan adalah serangan dan perbanyakan diri yang
dilakukan oleh patogen pada tubuh makhluk hidup.[1] Patogen penyebab infeksi di
antaranya mikroorganisme seperti virus, prion, bakteri, dan fungi. Sementara itu,
parasit seperti cacing dan organisme uniseluler juga dapat menyebabkan infeksi,
meskipun terkadang istilah infeksi dan infestasi dipakai bergantian untuk menyebut
serangan agen parasitik. Serangan patogen-patogen tersebut, maupun racun yang
mereka hasilkan, dapat menimbulkan penyakit pada organisme inang. Penyakit
infeksi merupakan penyakit yang dihasilkan oleh infeksi. Individu terinfeksi dapat
melawan infeksi menggunakan sistem imun mereka. Mamalia yang terinfeksi bereaksi
dengan sistem imun bawaan, yang sering kali melibatkan peradangan, dan kemudian
diikuti oleh sistem imun adaptif. Obat-obatan khusus yang digunakan untuk
mengobati infeksi termasuk antibiotik, antivirus, antijamur, antiprotozoa, dan
antelmintik. Penyakit infeksi mengakibatkan 9,2 juta kematian pada tahun 2013
7
(sekitar 17% dari semua kematian).Cabang kedokteran yang berfokus pada infeksi
juga disebut penyakit infeksi.
2.2 Etiologi
b) Diare: Diare disebabkan oleh sejumlah organisme bakteri, virus dan parasit, yang
sebagian besar disebarkan oleh air yang tercemar feses. Infeksi lebih sering terjadi
ketika sanitasi yang buruk dan kebersihan air yang aman untuk minum, memasak dan
membersihkan kurang memadai. Rotavirus dan Escherichia coli adalah dua agen
etiologi paling umum dari penyebab diare sedang hingga berat di negaranegara
berpenghasilan rendah. Patogen lainnya seperti spesies cryptosporidium dan shigella
mungkin juga penyebab dari infeksi diare. Pola etiologi spesifik lokasi juga perlu
dipertimbangkan. Penyebab diare selanjutnya yaitu kekurangan gizi. Anak-anak yang
meninggal akibat diare sering menderita kekurangan gizi yang membuat mereka lebih
rentan terhadap diare. Diare adalah penyebab utama kekurangan gizi pada anak-anak
di bawah lima tahun dan penyakit diare ini menyebabkan malnutrisi mereka menjadi
lebih buruk (WHO, 2017). Air yang terkontaminasi dengan kotoran manusia,
misalnya, dari limbah, tangki septik dan kakus, menjadi perhatian khusus. Kotoran
hewan juga mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare. Diare juga
dapat menular dari orang ke orang, keadaan ini diperburuk oleh personal hygiene
yang buruk. Makanan adalah penyebab utama diare ketika dimasak atau disimpan
8
dalam kondisi tidak higienis. Penyimpanan dan penanganan air yang tidak aman juga
merupakan faktor risiko yang penting. Ikan dan makanan laut dari air yang tercemar
juga dapat berkontribusi terhadap penyakit diare (WHO, 2017). Menurut
Susilaningrum, Nursalam dan Utami (2013) ada beberapa perilaku yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh untuk
6 bulan pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak
pada suhu kamar, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, dan sebelum menjamah makanan.
c) Resiko Infeksi: Penyakit infeksi adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh
organisme, seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit. Beberapa organisme ini hidup di
dalam tubuh manusia dan memberikan manfaat. Namun, pada kondisi tertentu,
organisme ini justru dapat menyebabkan penyakit. Penyakit infeksi dapat menyebar
melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi, gigitan hewan, serta tanah
atau air yang terkontaminasi. Penyebaran penyakit ini juga bisa terjadi melalui kontak
tidak langsung, misalnya menyentuh benda yang baru dipegang oleh orang yang
terinfeksi.
a) Kebutuhan Nutrisi: Manifestasi perubahan nutrisi dapat terjadi sebagai nutrisi kurang
dan nutrisi lebih. Manifestasi perubahan nutrisi adalah di bawah ini: 1. Overweight
Seseorang dikatakan overweight jika indeks masa tubuh (IMT) 25 – 29,9 kg/m2. Seseorang
mengalami kenaikan berat badan jika ia memperoleh kalori lebih dari kebutuhan tubuh. 2.
Obesitas Seseorang dikatakan obesitas jika IMT 30 kg/m2 atau lebih. Obesitas abnormal
adalah obesitas yang dapat memengaruhi fungsi normal, antara lain mobilitas dan
pernapasan. 3. Underweight Seseorang dikatakan underweight jika ia berada sekurang-
kurangnya 15% sampai 20% di bawah berat badan standard. Ini terjadi jika intake kurang
untuk mencukupi nutrisi tubuh.
b) Diare: Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015), tanda dan gejala diare pada anak
adalah sebagai berikut: a. Diare akut 1) Diare dehidrasi berat: letargis atau tidak sadar, mata
cekung, tidak bisa minum atau malas minum, turgor kulit kembali sangat lambat. 2) Diare
dehidrasi ringan/sedang: gelisah, rewel, mudah marah, mata cekung, turgor kulit kembali
lambat. 3) Diare tanpa dehidrasi: bayi sadar, mata tidak cekung, tidak ada rasa haus berlebih
dan turgor kulit normal. Diare persisten atau kronis dengan dehidrasi/tanpa dehidrasi c.
Diare disentri: ada darah dalam tinja 6. Klasifikasi dan gejala diare Diare dapat
9
dikelompokkan menjadi 3 yaitu diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan
berlanglsung paling lama 3-5 hari, diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7
hari, diare kronis bila diare berlangsung lebih dari 14 hari (Ambarwati dan Nasution, 2015)
c) Resiko Infeksi: Hampir seluruh jenis infeksi dapat menimbulkan gejala serupa.
Beberapa gejala yang umum muncul akibat penyakit infeksi antara lain: Batuk dan
bersin, Demam, Peradangan,MuntahDiare,Nyeri otot Kelelahan,Kram. Gejala-gejala
di atas muncul karena tubuh sedang berupaya untuk membasmi mikroorganisme yang
menginfeksi.
10
meninggal ringan, syaraf otak, fungsi motorik, fungsi sensorik q. Pemeriksaan Status Mental
Tingkat kesadaran emosi, orientasi, proses berfikir, persepsi dan bahasa, dan motivasi r.
Pemeriksaan Tubuh Secara Umum Kebersihan, normal, postur s. Pemeriksaan Penunjang t.
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hemoglobin, glukosa, elektrolit, dan lain-lain.
(AAA.Hidayat.2006)
b) Diare: Pemeriksaan tinja, analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa (pernapasan kusmaul), pemeriksaan kadar ureum dan
kreatinin untuk mengetahui faal ginjal, pemeriksaaan elektrolit terutama kadar Na, K,
Kalsium, dan posfat.
c) Resiko Infeksi: Pengobatan Infeksi Nosokomial Pengobatan awal untuk infeksi
nosokomial adalah pemberian antibiotik secara empiris, yaitu pemberian antibiotik yang
tidak spesifik sebelum ada hasil dari kultur. Setelah ada hasil pemeriksaan kultur, pemberian
antibiotik akan disesuaikan dengan jenis bakteri secara lebih spesifik. Antijamur maupun
antivirus juga dapat diberikan jika dicurigai penyebabnya adalah jamur atau virus. Seluruh
alat yang menempel pada tubuh dan mengakibatkan infeksi seperti kateter, selang napas,
selang infus, atau lainnya jika memungkinkan segera dicabut. Terapi suportif seperti
pemberian cairan, oksigen, atau obat untuk mengatasi demam dapat diberikan. Prosedur
operasi debridement dapat dilakukan untuk infeksi pada luka operasi, dengan cara
memotong atau mengangkat jaringan yang tidak sehat.
a) Kebutuhan Nutrisi:
Gizi buruk menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup banyak menimpa rakyat
Indonesia, terutama di wilayah bagian timur. Selain itu, masalah gizi di Indonesia
umumnya meliputi anak yang terlalu kurus, kelebihan berat badan, bertubuh pendek,
dan anemia.
1. Wasting (kurus)
Di Indonesia, anak-anak cenderung memiliki tubuh yang kurus, apalagi bila
dibesarkan dalam keluarga berpenghasilan rendah atau miskin. Kurusnya tubuh anak
(wasting) umumnya disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi. Dilansir dari
Kementrian Kesehatan, pada tahun 2018, prevalensi wasting atau anak balita kurus di
Indonesia adalah sebesar 10,19 persen. Kurus akibat gizi kurang dapat meningkatkan
risiko anak terkena berbagai penyakit infeksi, dan gangguan hormonal, yang
11
berdampak buruk pada kesehatannya. Masalah gizi ini dapat dicegah dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
2. Obesitas
Masalah gizi di Indonesia lainnya berdasarkan Kemenkes adalah obesitas. Anak-anak
di Indonesia biasanya kurang mendapat asupan serat sayur dan buah, sering
mengonsumsi makanan berpenyedap, dan kurang melakukan aktivitas fisik. Obesitas
juga merupakan malnutrisi.
3. Stunting (bertubuh pendek)
Kebanyakan anak di Indonesia memiliki tinggi badan yang pendek. Rata-rata tinggi
anak Indonesia, lebih pendek daripada standar WHO. Mayoritas anak laki-laki lebih
pendek 12,5 cm. Sementara itu, rata-rata anak perempuan lebih pendek 9,8 cm.
4. Anemia
Anemia pada anak sebagian besar diakibatkan oleh kekurangan zat besi. Cukup
banyak anak Indonesia yang mengalami anemia atau kekurangan darah. Anemia dapat
berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, dan
produktivitas.
5. Kurang vitamin A (KVA)
Kekurangan vitamin A bisa menyebabkan gangguan penglihatan Kekurangan vitamin
A termasuk ke dalam masalah gizi di Indonesia. Walaupun masalah ini sudah dapat
dikendalikan, kekurangan vitamin A bisa berbahaya. Kondisi ini bisa menyebabkan
gangguan penglihatan hingga kebutaan pada anak-anak. Selain itu, kekurangan
vitamin A juga meningkatkan risiko penyakit dan kematian akibat infeksi berat,
seperti diare dan campak.
6. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
Kekurangan iodium dapat menyebabkan kerusakan otak pada anak-anak. Hal tersebut
mengakibatkan gangguan perkembangan kognitif dan motorik yang memengaruhi
kinerja anak di sekolah. Selain itu, kekurangan iodium pada anak juga dapat memicu
hipotiroidisme (rendahnya hormon tiroid) dan penyakit gondok.
b) Diare : Menurut Nurarif & Kusuma (2015), adapun masalah yang lazim muncul pada
diare adalah : a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolarkapiler b. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi di usus c.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif d. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/BAB sering e. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan
12
f. Resiko syok (hipovolemi) berhubungan dengan kehilangan cairan elektrolit g.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
c) Resiko Infeksi:
Beberapa komplikasi infeksi nosokomial, antara lain:
Endokarditis.
Gagal ginjal.
Sepsis.
a) Kebutuhan Nutrisi:
1. Berikan instruksi pada orang tua tentang cara cara melindungi anak dari infeksi
b. Batasi kontak dengan agens terinfeksi
c.Identifikasi tanda dan gejala infeksi
2.Berikan instruksi pada orang tua untukmemantau tanda tanda komplikasi
3.Berikan instruksi pada orang tua tentang pemberian obat
a. pantau respon terapeutik anak
b. pantau adanya respon yang tidak menguntungkan
4.Berikan informasi tentang system penunjang masyarakat kepada anak dan keluarga
untukadaptasi jangka Panjang
a. masuk kembali ke sekolah
b. Kelompok orang tua
c.Kelompok anak dansaudara kandungnya
d.Nasehat keuangan
b) Diare:
a. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan
minuman (oralit). b. Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi (ubun-ubun, dan mata
cekung, turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa kering) dan segera dibawa
kedokter. c. Jelaskan obat-obatan yang diberi, efek samping dan kegunaannya. d.
Asupan nutrisi harus diteruskan untuk mencegah atau meminimalkan gangguan gizi
yang terjadi. e. Banyak minum air.
c) Resiko Infeksi:
1. Berikan instruksi pada orang tua tentang cara cara melindungi anak dari infeksi
b. Batasi kontak dengan agens terinfeksi
c.Identifikasi tanda dan gejala infeksi
2.Berikan instruksi pada orang tua untukmemantau tanda tanda komplikasi
13
3.Berikan instruksi pada orang tua tentang pemberian obat
a. pantau respon terapeutik anak
b. pantau adanya respon yang tidak menguntungkan
4.Berikan informasi tentang system penunjang masyarakat kepada anak dan keluarga
untukadaptasi jangka Panjang
14
A. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan b/d anoreksia, GI
Bleeding
15
pucat nutrisi
Tonus otot menurun Kaji kemampuan
Cepat kenyang pasien untuk
setelah makan mendapatkan
Sariawan rongga nutrisi yang
mulut dibutuhkan
Steatorea Nutrition
berhubungan: badan
Monitor tipe dan
Faktor biologis
jumlah aktivitas
Faktor ekonomi
yang bias
Ketidakmampuan
dilakukan
untuk mengabsorbsi
Monitor interaksi
nutrient
anak atau orang
Ketidakmampuan
tuan selama makan
untuk mencerna
Monitor
makanan
lingkunagn selama
Ketidakmampuan
makan
menelan makanan
Jadwalkan
Faktor psikologis
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
Monitor turgor
kulit
Monitor mual dan
muntah
Monitor
kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor kadar
16
albumin,total
protein, Hb, dan
kadar Ht
Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
Catat adanya
edema,
hiperemik,hiperton
ik papilla lidah dan
cavitas oral
Catat jika lidah
berwarna
magenta,scarlet
17
Efek Menjelaskan masuk
samping obat penyebab diare Identifikasi factor
Penyalah dan rasional penyebab dari diare
gunaan tindakan Monitor tanda dan
alcohol Memepertahan gejala diare
Kontaminan kan turgor kulit Observasi turgor
Penyalahgun kuloit secara rutin
aan laksatif Ukur diare/keluaran
Radiasi, BAB
Toksin Hubungi dokter jika
Melakukan ada kenanikan
perjalanan bising usus
Malabsorbsi Instruksikan pasien
untuk makan rendah
serat, tinggi protein
dan tinggi kalori
jika memungkinkan
Instruksikan untuk
menghindari
laksative
Ajarkan Teknik
menurunkan stress
Monitor persiapan
makanan yang aman
18
melitus infeksi Batasi pengunjung bila
Obesitas Mendeskripsikan perlu
Pengentahuan yang proses penularan Instruksikan pada
tidak cukup untuk penyakit, factor pengunjung untuk
menghindari yang mencuci tangan saat
pemanjanan pathogen mempengaruhi berkunjung dan setelah
Pertahanan tubuh penularan serta berkunjung
primer yang adekuat penatalaksanaann meningglakna pasien
Gangguan ya, Gunakan sabun
peritaisis Menunjukkan antimikrobia untuk cuci
Kerusakan kemampuan tangan
integritas kulit untuk mencegah Cuci tangan setiap
(pemasangan timbulnya infeksi sebelum dan sesudah
kateter Jumlah leukosit tindakan keperawatan
intravena, dalam batas Gunakan baju, sarung
prosedur normal tangan, sebagai alat
invasive) Menunjukkan pelindung
Perubahan perilaku hidup Pertahankan lingkungan
sekresi pH sehat aseptic selama
Penurunan kerja pemasangan alat
sililaris Ganti letak IV perifer
Pecah ketuban dan line central dan
dini dressing sesuai dengan
Pecah ketuban petunjuk umum
lama Gunakan kateter
Merokok intermiten untuk
Statis cairan menurunkan infeksi
tubuh kandung kencing
Trauma Tingkatkan intake
jaringan (mis., nutrisi
trauma Berika terapi antibiotic
destruksi bila perlu
jaringan) Infection Protection
Ketidak adekuatan (proteksi terhadap
pertahanan sekunder infeksi)
Penurunan Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
19
haemoglobin dan local
Imunosupresi Monitor hitung
( mis., granulosit, WBC
imunitas,didapa Monitor kerentanan
t tidak adekuat, terhadap infeksi
agen Batasi pengunjung
farmaseutikal Sering pengunjung
termasuk terhadap penyakit
imunosupresi,st menular
eroid, Pertahankan Teknik
antibody, asepsis pada pasien
monoclonal, yang beresiko
imunomudulato Pertahankan Teknik
r) isolasi k/p
Supresi respon Berikan perawatan kulit
inflamasi pada area epidema
Vaksinasi tidak adekuat Inspeksi kulit dan
Pemajanan terhadap membrane mukosa
pathogen lingkungan terhadap kemerahan,
meningkat panas, drainase
Wabah Inspeksi kondisi
Prosedur invasive luka/insisi bedah
20
Laporkan kultur positif
BAB III
KESIMPULAN
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Kesehatan adalah
kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap dan bukan sekadar tidak adanya
penyakit atau kelemahan. Pemahaman tentang kesehatan telah bergeser seiring dengan waktu.
Berkembangnya teknologi kesehatan berbasis digital telah memungkinkan setiap orang untuk
mempelajari dan menilai diri mereka sendiri, dan berpartisipasi aktif dalam gerakan promosi
kesehatan. Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, seperti perilaku
individu, kondisi sosial, genetik dan biologi, perawatan kesehatan, dan lingkungan fisik.
Secara umum, latar belakang dan konteks kehidupan seseorang sangat memengaruhi status
kesehatan dan kualitas hidupnya. Kesehatan tidak hanya dipertahankan dan ditingkatkan melalui
kemajuan dan penerapan ilmu kesehatan, tetapi juga melalui gaya hidup oleh suatu individu dan
masyarakat sekitarnya. Menurut WHO, determinan sosial kesehatan adalah kondisi yang dialami
seseorang ketika dilahirkan, tumbuh, bekerja, hidup, dan menua, serta serangkaian kekuatan
dan sistem yang lebih luas yang membentuk kondisi kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dibentuk
oleh distribusi uang, kekuasaan, dan sumber daya di tingkat global, nasional, dan lokal. Kondisi
tersebut sangat bertanggung jawab atas kesenjangan kesehatan, baik di dalam suatu negara
maupun di antara negara-negara.
21
DAFTAR PUSTAKA
Instruksional, P. D., Pangaribuan, I. N., Letak, T., & Suwarno, N. Hak Cipta© dan Hak Penerbitan
dilindungi Undang-undang.
Suparto, S. (2019). Asuhan Keperawatan Tn. PM dengan Cronic Kidney Disease (CKD) di Ruang
Komodo RSUD Prof. Dr. WZ Johannes Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).
22