Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TUGAS KEPERAWATAN ANAK II

DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA NS


Dosen Pengampu: DR. Ririn Probowati, S.Kp,M.Kes

Disusun oleh:
Abim Wisnu Wardana ( 201501001 )
Sarjana Keperawatan
Tingkat 2A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT ata segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas dengan judul “Makalah gangguan pemenuhan
nutrisi, gangguan eliminasi bowel(diare), potensial infeksi sesuai dengan kebutuhan
SLKI, SIKI/NANDA, SDKI, NIC, NOC” Pada akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.
Tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan
Anak II.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari segala kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati saya mengharapkan saran dan
kritik dari pembaca sebagai bahan masukkan sehingga dapat berguna baik bagi penulis
dikemudian hari.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga mendapatkan balasan pahala dari Allah
SWT, dan semoga penulisan tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Jombang, 5 Mei 2022

Abim Wisnu Wardana

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Manifestasi Klinis
2.4 Pemeriksaan Penunjang
2.5 Masalah yang Lazim Muncul
2.6 Discharge Planning
2.7 Diagnosis Keperawatan
NANDA
NIC
NOC

BAB III

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan organisme untuk fungsi normal


dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan. Penelitian di bidang nutrisi
mempelajari hubungan antara makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit,
khususnya dalam menentukan diet yang optimal. Dahulu, penelitian mengenai nutrisi hanya
terbatas pada pencegahan penyakit kurang gizi dan menentukan kebutuhan dasar (standar)
nutrisi pada makhluk hidup. Angka kebutuhan nutrisi (zat gizi) dasar ini dikenal di dunia
internasional dengan istilah Recommended Daily Allowance (RDA). Seiring dengan
perkembangan ilmiah di bidang medis dan biologi molekular, bukti-bukti medis
menunjukkan bahwa RDA belum mencukupi untuk menjaga fungsi optimal tubuh dan
mencegah atau membantu penanganan penyakit kronis. Bukti-bukti medis menunjukkan
bahwa akar dari banyak penyakit kronis adalah stres oksidatif yang disebabkan oleh
berlebihnya radikal bebas di dalam tubuh. Penggunaan nutrisi dalam level yang optimal,
dikenal dengan Optimal Daily Allowance (ODA), terbukti dapat mencegah dan
menangani stres oksidatif sehingga membantu pencegahan penyakit kronis. Level optimal ini
dapat dicapai bila jumlah dan komposisi nutrisi yang digunakan tepat. Dalam penanganan
penyakit, penggunaan nutrisi sebagai pengobatan komplementer dapat membantu efektivitas
dari pengobatan dan pada saat yang bersamaan mengatasi efek samping dari pengobatan.
Karena itu, nutrisi / gizi sangat erat kaitannya dengan kesehatan yang optimal dan
peningkatan kualitas hidup. Hasil ukur bisa dilakukan dengan metode antropometri.
Sedangkan ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan makanan dan minuman
terhadap kesehatan tubuh manusia agar tidak mengalami penyakit gangguan gizi, di mana
gangguan gizi sendiri adalah sebuah penyakit yang diakibatkan oleh kurangnya zat-zat
vitamin tertentu sehingga mengakibatkan tubuh kita mengalami gangguan gizi. Penyakit
gangguan gizi yang pertama kali ditemukan adalah scorbut pada tahun 1497 atau lebih
populer kita kenal dengan penyakit seriawan. Pada waktu itu Vasco da Gama dalam
pelayarannya menuju Indonesia telah kehilangan lebih dari separuh anak buahnya yang
meninggal akibat penyakit ini. Baru pada permulaan abad XX para ahli kedokteran dapat
memastikan bahawa penyakit ini diakibatkan karena kekurangan vitamin C.

Gastritis adalah kondisi medis yang ditandai dengan peradangan ("-itis") pada saluran


pencernaan yang melibatkan lambung ("gastro"-) dan usus kecil ("entero"-), sehingga
mengakibatkan kombinasi diare, muntah, dan sakit serta kejang perut. Gastroenteritis juga
sering disebut sebagai gastro, stomach bug, dan stomach virus. Walaupun tidak berkaitan
dengan influenza, penyakit ini juga sering disebut flu perut dan flu lambung. Secara global,
sebagian besar kasus pada anak-anak disebabkan oleh rotavirus. Pada orang
dewasa, norovirus dan Campylobacter menjadi penyebab yang lebih umum. Penyebab lain
yang lebih jarang ditemukan yakni bakteri lain (atau racun bakteri) dan parasit. Penularannya
bisa terjadi karena konsumsi makanan yang dimasak secara tidak benar atau air yang
terkontaminasi atau melalui persinggungan langsung dengan orang yang terinfeksi. Yang
paling utama dalam penanganan penyakit ini adalah hidrasi yang cukup. Untuk kasus ringan
atau sedang, ini bisa dilakukan melalui pemberian larutan rehidrasi oral. Untuk kasus yang
lebih berat, pemberian cairan melalui infus mungkin diperlukan. Gastroenteritis paling
banyak terjadi pada anak-anak dan masyarakat di negara berkembang.

4
Infeksi atau jangkitan adalah serangan dan perbanyakan diri yang dilakukan oleh patogen
pada tubuh makhluk hidup. Patogen penyebab infeksi di antaranya mikroorganisme seperti
virus, prion, bakteri, dan fungi. Sementara itu, parasit seperti cacing dan organisme uniseluler
juga dapat menyebabkan infeksi, meskipun terkadang istilah infeksi dan infestasi dipakai
bergantian untuk menyebut serangan agen parasitik. Serangan patogen-patogen tersebut,
maupun racun yang mereka hasilkan, dapat menimbulkan penyakit pada organisme inang.
Penyakit infeksi merupakan penyakit yang dihasilkan oleh infeksi. Individu terinfeksi dapat
melawan infeksi menggunakan sistem imun mereka. Mamalia yang terinfeksi bereaksi
dengan sistem imun bawaan, yang sering kali melibatkan peradangan, dan kemudian diikuti
oleh sistem imun adaptif. Obat-obatan khusus yang digunakan untuk mengobati infeksi
termasuk antibiotik, antivirus, antijamur, antiprotozoa, dan antelmintik. Penyakit infeksi
mengakibatkan 9,2 juta kematian pada tahun 2013 (sekitar 17% dari semua kematian).
Cabang kedokteran yang berfokus pada infeksi juga disebut penyakit infeksi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan perawatan serta menentukan
prioritas sesuai kebutuhan SLKI, SDKI, SIKI, NANDA, NIC, NOC?
2. Bagaimana cara memeberikan intervensi keperawatan yang dirancang sesuai
kebutuhan SLKI, SDKI, SIKI, NANDA, NIC, NOC?
1.3 Tujuan Penelitian
mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan klien, menentukan prioritas,
memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan klien,
dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan
klien yang diharapkan

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

a) Kebutuhan Nutrisi: Nutrisi atau gizi adalah substansi organik yang dibutuhkan


organisme untuk fungsi normal dari sistem tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan
kesehatan. Penelitian di bidang nutrisi mempelajari hubungan
antara makanan dan minuman terhadap kesehatan dan penyakit, khususnya dalam
menentukan diet yang optimal. Dahulu, penelitian mengenai nutrisi hanya terbatas
pada pencegahan penyakit kurang gizi dan menentukan kebutuhan dasar (standar)
nutrisi pada makhluk hidup. Angka kebutuhan nutrisi (zat gizi) dasar ini dikenal di
dunia internasional dengan istilah Recommended Daily Allowance (RDA). Seiring
dengan perkembangan ilmiah di bidang medis dan biologi molekular, bukti-bukti
medis menunjukkan bahwa RDA belum mencukupi untuk menjaga fungsi optimal
tubuh dan mencegah atau membantu penanganan penyakit kronis. Bukti-bukti medis
menunjukkan bahwa akar dari banyak penyakit kronis adalah stres oksidatif yang
disebabkan oleh berlebihnya radikal bebas di dalam tubuh. Penggunaan nutrisi dalam
level yang optimal, dikenal dengan Optimal Daily Allowance (ODA), terbukti dapat
mencegah dan menangani stres oksidatif sehingga membantu pencegahan penyakit
kronis. Level optimal ini dapat dicapai bila jumlah dan komposisi nutrisi yang
digunakan tepat. Dalam penanganan penyakit, penggunaan nutrisi sebagai pengobatan
komplementer dapat membantu efektivitas dari pengobatan dan pada saat yang
bersamaan mengatasi efek samping dari pengobatan. Karena itu, nutrisi / gizi sangat
erat kaitannya dengan kesehatan yang optimal dan peningkatan kualitas hidup. Hasil
ukur bisa dilakukan dengan metode antropometri. Sedangkan ilmu gizi adalah ilmu
yang mempelajari tentang hubungan makanan dan minuman terhadap kesehatan tubuh
manusia agar tidak mengalami penyakit gangguan gizi, di mana gangguan gizi sendiri
adalah sebuah penyakit yang diakibatkan oleh kurangnya zat-zat vitamin tertentu
sehingga mengakibatkan tubuh kita mengalami gangguan gizi. Penyakit gangguan
gizi yang pertama kali ditemukan adalah scorbut pada tahun 1497 atau lebih populer
kita kenal dengan penyakit seriawan. Pada waktu itu Vasco da Gama dalam
pelayarannya menuju Indonesia telah kehilangan lebih dari separuh anak buahnya
yang meninggal akibat penyakit ini. Baru pada permulaan abad XX para ahli

6
kedokteran dapat memastikan bahawa penyakit ini diakibatkan karena kekurangan
vitamin C.

b) Diare : Gastritis adalah kondisi medis yang ditandai dengan peradangan ("-itis")


pada saluran pencernaan yang melibatkan lambung ("gastro"-) dan usus
kecil ("entero"-), sehingga mengakibatkan kombinasi diare, muntah, dan sakit serta
kejang perut. Gastroenteritis juga sering disebut sebagai gastro, stomach bug,
dan stomach virus. Walaupun tidak berkaitan dengan influenza, penyakit ini juga
sering disebut flu perut dan flu lambung. Secara global, sebagian besar kasus pada
anak-anak disebabkan oleh rotavirus. Pada orang
dewasa, norovirus dan Campylobacter menjadi penyebab yang lebih umum. Penyebab
lain yang lebih jarang ditemukan yakni bakteri lain (atau racun bakteri) dan parasit.
Penularannya bisa terjadi karena konsumsi makanan yang dimasak secara tidak benar
atau air yang terkontaminasi atau melalui persinggungan langsung dengan orang yang
terinfeksi. Yang paling utama dalam penanganan penyakit ini adalah hidrasi yang
cukup. Untuk kasus ringan atau sedang, ini bisa dilakukan melalui pemberian larutan
rehidrasi oral. Untuk kasus yang lebih berat, pemberian cairan melalui infus mungkin
diperlukan. Gastroenteritis paling banyak terjadi pada anak-anak dan masyarakat di
negara berkembang.

c) Resiko Infeksi: Infeksi atau jangkitan adalah serangan dan perbanyakan diri yang
dilakukan oleh patogen pada tubuh makhluk hidup.[1] Patogen penyebab infeksi di
antaranya mikroorganisme seperti virus, prion, bakteri, dan fungi. Sementara itu,
parasit seperti cacing dan organisme uniseluler juga dapat menyebabkan infeksi,
meskipun terkadang istilah infeksi dan infestasi dipakai bergantian untuk menyebut
serangan agen parasitik. Serangan patogen-patogen tersebut, maupun racun yang
mereka hasilkan, dapat menimbulkan penyakit pada organisme inang. Penyakit
infeksi merupakan penyakit yang dihasilkan oleh infeksi. Individu terinfeksi dapat
melawan infeksi menggunakan sistem imun mereka. Mamalia yang terinfeksi bereaksi
dengan sistem imun bawaan, yang sering kali melibatkan peradangan, dan kemudian
diikuti oleh sistem imun adaptif. Obat-obatan khusus yang digunakan untuk
mengobati infeksi termasuk antibiotik, antivirus, antijamur, antiprotozoa, dan
antelmintik. Penyakit infeksi mengakibatkan 9,2 juta kematian pada tahun 2013

7
(sekitar 17% dari semua kematian).Cabang kedokteran yang berfokus pada infeksi
juga disebut penyakit infeksi.

2.2 Etiologi

a) Kebutuhan Nutrisi: Etiologi malnutrisi bersifat multifaktorial, tidak hanya


mencakup penyebab klinis tetapi juga status sosio-ekonomi.  Secara mendasar,
terdapat keterkaitan erat antara penyakit malnutrisi dengan kondisi sosial-ekonomi.
Malnutrisi dan Kaitannya dengan Kondisi Sosial-Ekonomi UNICEF menyatakan
bahwa malnutrisi merupakan kondisi akut yang terjadi akibat berbagai penyebab.
Penyebab dasar adalah masalah sosiokultur, ekonomi, dan politik negara yang
menyebabkan tidak adekuatnya pendapatan per kapita negara. Hal ini menyebabkan
ketersediaan pangan, pekerjaan, pendidikan juga menjadi terbatas. Selain itu, diet dan
pola makan rumah tangga juga menjadi tidak adekuat disertai dengan masalah
sanitasi. Bila terjadi terus-menerus, hal ini akan menyebabkan asupan nutrisi yang
tidak adekuat pada anggota rumah tangga dan berujung pada malnutrisi.

b) Diare: Diare disebabkan oleh sejumlah organisme bakteri, virus dan parasit, yang
sebagian besar disebarkan oleh air yang tercemar feses. Infeksi lebih sering terjadi
ketika sanitasi yang buruk dan kebersihan air yang aman untuk minum, memasak dan
membersihkan kurang memadai. Rotavirus dan Escherichia coli adalah dua agen
etiologi paling umum dari penyebab diare sedang hingga berat di negaranegara
berpenghasilan rendah. Patogen lainnya seperti spesies cryptosporidium dan shigella
mungkin juga penyebab dari infeksi diare. Pola etiologi spesifik lokasi juga perlu
dipertimbangkan. Penyebab diare selanjutnya yaitu kekurangan gizi. Anak-anak yang
meninggal akibat diare sering menderita kekurangan gizi yang membuat mereka lebih
rentan terhadap diare. Diare adalah penyebab utama kekurangan gizi pada anak-anak
di bawah lima tahun dan penyakit diare ini menyebabkan malnutrisi mereka menjadi
lebih buruk (WHO, 2017). Air yang terkontaminasi dengan kotoran manusia,
misalnya, dari limbah, tangki septik dan kakus, menjadi perhatian khusus. Kotoran
hewan juga mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare. Diare juga
dapat menular dari orang ke orang, keadaan ini diperburuk oleh personal hygiene
yang buruk. Makanan adalah penyebab utama diare ketika dimasak atau disimpan

8
dalam kondisi tidak higienis. Penyimpanan dan penanganan air yang tidak aman juga
merupakan faktor risiko yang penting. Ikan dan makanan laut dari air yang tercemar
juga dapat berkontribusi terhadap penyakit diare (WHO, 2017). Menurut
Susilaningrum, Nursalam dan Utami (2013) ada beberapa perilaku yang dapat
meningkatkan risiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh untuk
6 bulan pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan makanan masak
pada suhu kamar, air minum tercemar dengan bakteri tinja, tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja, dan sebelum menjamah makanan.
c) Resiko Infeksi: Penyakit infeksi adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh
organisme, seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit. Beberapa organisme ini hidup di
dalam tubuh manusia dan memberikan manfaat. Namun, pada kondisi tertentu,
organisme ini justru dapat menyebabkan penyakit. Penyakit infeksi dapat menyebar
melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi, gigitan hewan, serta tanah
atau air yang terkontaminasi. Penyebaran penyakit ini juga bisa terjadi melalui kontak
tidak langsung, misalnya menyentuh benda yang baru dipegang oleh orang yang
terinfeksi.

2.3 Manifestasi Klinis

a) Kebutuhan Nutrisi: Manifestasi perubahan nutrisi dapat terjadi sebagai nutrisi kurang
dan nutrisi lebih. Manifestasi perubahan nutrisi adalah di bawah ini: 1. Overweight
Seseorang dikatakan overweight jika indeks masa tubuh (IMT) 25 – 29,9 kg/m2. Seseorang
mengalami kenaikan berat badan jika ia memperoleh kalori lebih dari kebutuhan tubuh. 2.
Obesitas Seseorang dikatakan obesitas jika IMT 30 kg/m2 atau lebih. Obesitas abnormal
adalah obesitas yang dapat memengaruhi fungsi normal, antara lain mobilitas dan
pernapasan. 3. Underweight Seseorang dikatakan underweight jika ia berada sekurang-
kurangnya 15% sampai 20% di bawah berat badan standard. Ini terjadi jika intake kurang
untuk mencukupi nutrisi tubuh.
b) Diare: Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015), tanda dan gejala diare pada anak
adalah sebagai berikut: a. Diare akut 1) Diare dehidrasi berat: letargis atau tidak sadar, mata
cekung, tidak bisa minum atau malas minum, turgor kulit kembali sangat lambat. 2) Diare
dehidrasi ringan/sedang: gelisah, rewel, mudah marah, mata cekung, turgor kulit kembali
lambat. 3) Diare tanpa dehidrasi: bayi sadar, mata tidak cekung, tidak ada rasa haus berlebih
dan turgor kulit normal. Diare persisten atau kronis dengan dehidrasi/tanpa dehidrasi c.
Diare disentri: ada darah dalam tinja 6. Klasifikasi dan gejala diare Diare dapat

9
dikelompokkan menjadi 3 yaitu diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan
berlanglsung paling lama 3-5 hari, diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7
hari, diare kronis bila diare berlangsung lebih dari 14 hari (Ambarwati dan Nasution, 2015)
c) Resiko Infeksi: Hampir seluruh jenis infeksi dapat menimbulkan gejala serupa.
Beberapa gejala yang umum muncul akibat penyakit infeksi antara lain: Batuk dan
bersin, Demam, Peradangan,MuntahDiare,Nyeri otot Kelelahan,Kram. Gejala-gejala
di atas muncul karena tubuh sedang berupaya untuk membasmi mikroorganisme yang
menginfeksi.

2.4 Pemeriksaan Penunjang

a) Kebutuhan Nutrisi: Pemeriksaan Fisik. a. Keadaan Umum Kesadaran: composmentis,


somnolen, koma, delirum b. Tanda-tanda vital Ukuran dari beberapa criteria mulai dari
tekanan darah, nadi, respirasi, dan suhu c. Pemeriksaan Kepala Pada kepala yang dapat kita
lihat adalah bentuk kepala, kesimetrisan, penyebaran rambut, adakah lesi, warna, keadaan
rambut. d. Pemeriksaan Wajah Inspeksi : adakah sianosis, bentuk dan struktur wajah 18 e.
Pemeriksaan Mata Pada pemeriksaan mata yang dapat dikaji adalah kelengkapan dan
kesimetrisan f. Pemeriksaan Hidung Bagaimana kebersihan hidung, apakah ada pernafasan
cuping hidung, keadaan membrane mukosa dari hidung g. Pemeriksaan Telinga Inspeksi:
Keadaan telinga, adakah serumen, adakah lesi infeksi yang akut atau kronis h. Pemeriksaan
Leher Inspeksi: adakah kelainan pada kulit leher Palpasi: palapasi trachea, posisi trachea
(miring, lurus, atau bengkok), adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembendungan
vena jugularis i. Pemeriksaan Integumen Bagaimanakah keadaan turgor kulit, adakah lesi,
kelainan pada kulit, tekstur, warna kulit j. Pemeriksaan Thorax Inspeksi dada, bagaimana
bentuk dada, bunyi normal k. Pemeriksaan Jantung Inspeksi dan Palpasi: mendeteksi letak
jantung, apakah ada pembesaran jantung Perkusi : mendiagnosa batas-batas diafragma dan
abdomen Auskultasi : bunyi jantung I dan II l. Pemeriksaan Abdomen Inspeksi: bagaimana
bentuk abdomen (simetris, adakah luka, apakah ada pembesaran abdomen) Auskultasi:
mendengarkan suara peristaltic usus 5-35 dalam 1 menit Perkusi: apakah ada kelainan pada
suara abdomen, hati (pekak), lambung (timpani) 19 Palpasi: adanya nyeri tekanan atau nyeri
lepas saat dilakukan palpasi m. Pemeriksaan Genetalia Inspeksi: keadaan rambut pubis,
kebersihan vagina atau penis, warna dari kulit disekitar genetalia Palpasi: adakah benjolan,
adakah nyeri saat di palpasi n. Pemeriksaan Anus Lubang anus, peripelium, dan kelainan
pada anus o. Pemeriksaan Muskuloskeletal Kesimetrisan otot, pemeriksaan abdomen,
kekuatan otot, kelainan pada anus p. Pemeriksaan Neurologi Tingkat kesadaran atau

10
meninggal ringan, syaraf otak, fungsi motorik, fungsi sensorik q. Pemeriksaan Status Mental
Tingkat kesadaran emosi, orientasi, proses berfikir, persepsi dan bahasa, dan motivasi r.
Pemeriksaan Tubuh Secara Umum Kebersihan, normal, postur s. Pemeriksaan Penunjang t.
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan
nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hemoglobin, glukosa, elektrolit, dan lain-lain.
(AAA.Hidayat.2006)
b) Diare: Pemeriksaan tinja, analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan
keseimbangan asam basa (pernapasan kusmaul), pemeriksaan kadar ureum dan
kreatinin untuk mengetahui faal ginjal, pemeriksaaan elektrolit terutama kadar Na, K,
Kalsium, dan posfat.
c) Resiko Infeksi: Pengobatan Infeksi Nosokomial Pengobatan awal untuk infeksi
nosokomial adalah pemberian antibiotik secara empiris, yaitu pemberian antibiotik yang
tidak spesifik sebelum ada hasil dari kultur. Setelah ada hasil pemeriksaan kultur, pemberian
antibiotik akan disesuaikan dengan jenis bakteri secara lebih spesifik. Antijamur maupun
antivirus juga dapat diberikan jika dicurigai penyebabnya adalah jamur atau virus. Seluruh
alat yang menempel pada tubuh dan mengakibatkan infeksi seperti kateter, selang napas,
selang infus, atau lainnya jika memungkinkan segera dicabut. Terapi suportif seperti
pemberian cairan, oksigen, atau obat untuk mengatasi demam dapat diberikan. Prosedur
operasi debridement dapat dilakukan untuk infeksi pada luka operasi, dengan cara
memotong atau mengangkat jaringan yang tidak sehat.

2.5 Masalah yang Lazim Muncul

a) Kebutuhan Nutrisi:
Gizi buruk menjadi salah satu masalah kesehatan yang cukup banyak menimpa rakyat
Indonesia, terutama di wilayah bagian timur. Selain itu, masalah gizi di Indonesia
umumnya meliputi anak yang terlalu kurus, kelebihan berat badan, bertubuh pendek,
dan anemia.
1. Wasting (kurus)
Di Indonesia, anak-anak cenderung memiliki tubuh yang kurus, apalagi bila
dibesarkan dalam keluarga berpenghasilan rendah atau miskin. Kurusnya tubuh anak
(wasting) umumnya disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi. Dilansir dari
Kementrian Kesehatan, pada tahun 2018, prevalensi wasting atau anak balita kurus di
Indonesia adalah sebesar 10,19 persen. Kurus akibat gizi kurang dapat meningkatkan
risiko anak terkena berbagai penyakit infeksi, dan gangguan hormonal, yang

11
berdampak buruk pada kesehatannya. Masalah gizi ini dapat dicegah dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
2. Obesitas
Masalah gizi di Indonesia lainnya berdasarkan Kemenkes adalah obesitas. Anak-anak
di Indonesia biasanya kurang mendapat asupan serat sayur dan buah, sering
mengonsumsi makanan berpenyedap, dan kurang melakukan aktivitas fisik. Obesitas
juga merupakan malnutrisi.
3. Stunting (bertubuh pendek)
Kebanyakan anak di Indonesia memiliki tinggi badan yang pendek. Rata-rata tinggi
anak Indonesia, lebih pendek daripada standar WHO. Mayoritas anak laki-laki lebih
pendek 12,5 cm. Sementara itu, rata-rata anak perempuan lebih pendek 9,8 cm.
4. Anemia
Anemia pada anak sebagian besar diakibatkan oleh kekurangan zat besi. Cukup
banyak anak Indonesia yang mengalami anemia atau kekurangan darah. Anemia dapat
berdampak buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, dan
produktivitas.
5. Kurang vitamin A (KVA)
Kekurangan vitamin A bisa menyebabkan gangguan penglihatan Kekurangan vitamin
A termasuk ke dalam masalah gizi di Indonesia. Walaupun masalah ini sudah dapat
dikendalikan, kekurangan vitamin A bisa berbahaya. Kondisi ini bisa menyebabkan
gangguan penglihatan hingga kebutaan pada anak-anak. Selain itu, kekurangan
vitamin A juga meningkatkan risiko penyakit dan kematian akibat infeksi berat,
seperti diare dan campak.
6. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
Kekurangan iodium dapat menyebabkan kerusakan otak pada anak-anak. Hal tersebut
mengakibatkan gangguan perkembangan kognitif dan motorik yang memengaruhi
kinerja anak di sekolah. Selain itu, kekurangan iodium pada anak juga dapat memicu
hipotiroidisme (rendahnya hormon tiroid) dan penyakit gondok.
b) Diare : Menurut Nurarif & Kusuma (2015), adapun masalah yang lazim muncul pada
diare adalah : a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolarkapiler b. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi di usus c.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif d. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/BAB sering e. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake makanan

12
f. Resiko syok (hipovolemi) berhubungan dengan kehilangan cairan elektrolit g.
Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
c) Resiko Infeksi:
Beberapa komplikasi infeksi nosokomial, antara lain:

 Endokarditis.
 Gagal ginjal.
 Sepsis.

2.6 Discharge Planning

a) Kebutuhan Nutrisi:
1. Berikan instruksi pada orang tua tentang cara cara melindungi anak dari infeksi
b. Batasi kontak dengan agens terinfeksi
c.Identifikasi tanda dan gejala infeksi
2.Berikan instruksi pada orang tua untukmemantau tanda tanda komplikasi
3.Berikan instruksi pada orang tua tentang pemberian obat
a. pantau respon terapeutik anak
b. pantau adanya respon yang tidak menguntungkan
4.Berikan informasi tentang system penunjang masyarakat kepada anak dan keluarga
untukadaptasi jangka Panjang
a. masuk kembali ke sekolah
b. Kelompok orang tua
c.Kelompok anak dansaudara kandungnya
d.Nasehat keuangan
b) Diare:
a. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan
minuman (oralit). b. Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi (ubun-ubun, dan mata
cekung, turgor kulit tidak elastis, membrane mukosa kering) dan segera dibawa
kedokter. c. Jelaskan obat-obatan yang diberi, efek samping dan kegunaannya. d.
Asupan nutrisi harus diteruskan untuk mencegah atau meminimalkan gangguan gizi
yang terjadi. e. Banyak minum air.
c) Resiko Infeksi:
1. Berikan instruksi pada orang tua tentang cara cara melindungi anak dari infeksi
b. Batasi kontak dengan agens terinfeksi
c.Identifikasi tanda dan gejala infeksi
2.Berikan instruksi pada orang tua untukmemantau tanda tanda komplikasi

13
3.Berikan instruksi pada orang tua tentang pemberian obat
a. pantau respon terapeutik anak
b. pantau adanya respon yang tidak menguntungkan
4.Berikan informasi tentang system penunjang masyarakat kepada anak dan keluarga
untukadaptasi jangka Panjang

2.7 Diagnosis Keperawatan

 Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan b/d anoreksia, GI


Bleeding
 Gangguan eliminasi bowel (diare) b/d penurunan motilitas usus
 Potensial infeksi b/d penurunan imun, penggunaan steroid

14
A. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan b/d anoreksia, GI
Bleeding

NO Diagnosis keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Ketidakseimbangan nutrisi  NOC NIC
kurang dari kebutuhan  Nutritional Status Nutrition Management
tubuh  Nutritional Status:  Kaji adanya alergi
Definisi: Asupan nutrisi tidak food and Fluid makanan
cukup untuk memenuhi  Intake  Kolaborasi dengan
kebutuhan metabolic  Nutritional Status: ahli gizi untuk
nutrient intake menentukan
Batasan karakteristik:  Weight control jumlah kalori dan
 Kram abdomen nutrisi yang

 Nyeri abdomen  Kriteria Hasil: dibutuhkan pasien

 Menghindari  Adanya peningkatan  Anjurkan pasien

makanan berat badan sesuai untuk


dengan tujuan meningkatkan
 Berat badan 20% atau
 Berat badan ideal Intake Fe
lebih dibawah berat
sesuai dengan tinggi  Anjurkan pasien
badan ideal
badan untuk
 Kerapuhan kapiler
 Mampu meningkatkan
 Diare
mengidentifikasi protein dan
 Kehilangan rambut
kebutuhan nutrisi vitamin C
berlebihan
 Tidak ada tanda  Berikan substansi
 Bising usus hiperaktif
malnutrisi gula
 Kurang makanan
 Menunjukkan  Berikan makan
 Kurang informasi
peningkatan fungsi yang terpilih
 Kurang minat pada
pencegahan dari  Ajarkan pasien
makanan penurunan
menelan bagaimana
berat badan dengan
 Tidak terjadi membuat catatan
asupan makanan
penurunan berat makanan harian
adekuat
badan yang berarti  Monitor jumlah
 Kesalahan konsepsi nutrisi dan
 Kesalahan informasi kandungan kalori
 Mambran mukosa  Berikan informasi
tentang kebutuhan

15
pucat nutrisi
 Tonus otot menurun  Kaji kemampuan
 Cepat kenyang pasien untuk
setelah makan mendapatkan
 Sariawan rongga nutrisi yang
mulut dibutuhkan

 Steatorea  Nutrition

 Kelemahan otot Monitoring

pengunyah  BB pasien dalam

 Kelemahan otot untuk batas normal

menelan  Monitor adanya

Faktor-faktor yang penurunan berat

berhubungan: badan
 Monitor tipe dan
 Faktor biologis
jumlah aktivitas
 Faktor ekonomi
yang bias
 Ketidakmampuan
dilakukan
untuk mengabsorbsi
 Monitor interaksi
nutrient
anak atau orang
 Ketidakmampuan
tuan selama makan
untuk mencerna
 Monitor
makanan
lingkunagn selama
 Ketidakmampuan
makan
menelan makanan
 Jadwalkan
 Faktor psikologis
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
 Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor
kulit
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor
kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
 Monitor kadar

16
albumin,total
protein, Hb, dan
kadar Ht
 Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
 Catat adanya
edema,
hiperemik,hiperton
ik papilla lidah dan
cavitas oral
 Catat jika lidah
berwarna
magenta,scarlet

B. Gangguan eliminasi bowel (diare) b/d penurunan motilitas usus

N Diagnosis keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


O Hasil
1 Diare  NOC  NIC
Definisi: Pasase feses yang  Bowel  Diarhea
lunak dan tidak berbentuk elimination Management
 Fluid Balance  Evaluasi efek
Batasan Karakteristik:  Hydration samping pengobatan
 Nyeri abdomen  Electrolyte and terhadap
sedikitnya 3kali Acid base gastrointestinal
defekasi per hari Balance  Ajarkan pasien
 Kram  Karakteristik untuk menggunakan
 Bising usu hiperaktif Hasil: orang antidiare

 Ada dorongan  Feses  Intruksikan


berbentuk, pasien/keluarga

Faktor yang berhubungan BAB sehari untuk mencatat


sekali 3 hari warna,jumlah,frekue
 Psikologis
 Menjaga daerah nsi dan konsistensi
 Ansietas
sekitar rectal dari feses
 Tingkat
dari iritasi tidak  Evaluasi intake
stress tinggi
mengalami makanan yang
 Situasional
diare

17
 Efek  Menjelaskan masuk
samping obat penyebab diare  Identifikasi factor
 Penyalah dan rasional penyebab dari diare
gunaan tindakan  Monitor tanda dan
alcohol  Memepertahan gejala diare
 Kontaminan kan turgor kulit  Observasi turgor
 Penyalahgun kuloit secara rutin
aan laksatif  Ukur diare/keluaran
 Radiasi, BAB
Toksin  Hubungi dokter jika
 Melakukan ada kenanikan
perjalanan bising usus
 Malabsorbsi  Instruksikan pasien
untuk makan rendah
serat, tinggi protein
dan tinggi kalori
jika memungkinkan
 Instruksikan untuk
menghindari
laksative
 Ajarkan Teknik
menurunkan stress
 Monitor persiapan
makanan yang aman

C. Potensial infeksi b/d penurunan imun, penggunaan steroid

NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Resiko Infeksi  NOC  NIC
Definisi: Mengalami  Immune Status  Infection Control
peningkatan resiko terserang  Knowledge: (Kontrol Infeksi)
organisme patogenik Infection control  Bersihkan lingkungan
Faktor-faktor resiko:  Risk control setelah dipakai pasien
 Penyakit kronis  Kriteria Hasil: lain
 Diabetes  Klien bebas dari  Pertahankan Teknik
tanda dan gejala isolasi

18
melitus infeksi  Batasi pengunjung bila
 Obesitas  Mendeskripsikan perlu
 Pengentahuan yang proses penularan  Instruksikan pada
tidak cukup untuk penyakit, factor pengunjung untuk
menghindari yang mencuci tangan saat
pemanjanan pathogen mempengaruhi berkunjung dan setelah
 Pertahanan tubuh penularan serta berkunjung
primer yang adekuat penatalaksanaann meningglakna pasien
 Gangguan ya,  Gunakan sabun
peritaisis  Menunjukkan antimikrobia untuk cuci
 Kerusakan kemampuan tangan
integritas kulit untuk mencegah  Cuci tangan setiap
(pemasangan timbulnya infeksi sebelum dan sesudah
kateter  Jumlah leukosit tindakan keperawatan
intravena, dalam batas  Gunakan baju, sarung
prosedur normal tangan, sebagai alat
invasive)  Menunjukkan pelindung
 Perubahan perilaku hidup  Pertahankan lingkungan
sekresi pH sehat aseptic selama
 Penurunan kerja pemasangan alat
sililaris  Ganti letak IV perifer
 Pecah ketuban dan line central dan
dini dressing sesuai dengan
 Pecah ketuban petunjuk umum
lama  Gunakan kateter
 Merokok intermiten untuk
 Statis cairan menurunkan infeksi
tubuh kandung kencing
 Trauma  Tingkatkan intake
jaringan (mis., nutrisi
trauma  Berika terapi antibiotic
destruksi bila perlu
jaringan)  Infection Protection
 Ketidak adekuatan (proteksi terhadap
pertahanan sekunder infeksi)
 Penurunan  Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik

19
haemoglobin dan local
 Imunosupresi  Monitor hitung
( mis., granulosit, WBC
imunitas,didapa  Monitor kerentanan
t tidak adekuat, terhadap infeksi
agen  Batasi pengunjung
farmaseutikal  Sering pengunjung
termasuk terhadap penyakit
imunosupresi,st menular
eroid,  Pertahankan Teknik
antibody, asepsis pada pasien
monoclonal, yang beresiko
imunomudulato  Pertahankan Teknik
r) isolasi k/p
 Supresi respon  Berikan perawatan kulit
inflamasi pada area epidema
 Vaksinasi tidak adekuat  Inspeksi kulit dan
 Pemajanan terhadap membrane mukosa
pathogen lingkungan terhadap kemerahan,
meningkat panas, drainase
 Wabah  Inspeksi kondisi
 Prosedur invasive luka/insisi bedah

 Malnutrisi  Dorong masukan nutrisi


yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien
untuk minum antibiotic
sesuai resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi

20
 Laporkan kultur positif

BAB III

KESIMPULAN

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Kesehatan adalah
kondisi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang lengkap dan bukan sekadar tidak adanya
penyakit atau kelemahan. Pemahaman tentang kesehatan telah bergeser seiring dengan waktu.
Berkembangnya teknologi kesehatan berbasis digital telah memungkinkan setiap orang untuk
mempelajari dan menilai diri mereka sendiri, dan berpartisipasi aktif dalam gerakan promosi
kesehatan. Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, seperti perilaku
individu, kondisi sosial, genetik dan biologi, perawatan kesehatan, dan lingkungan fisik.
Secara umum, latar belakang dan konteks kehidupan seseorang sangat memengaruhi status
kesehatan dan kualitas hidupnya. Kesehatan tidak hanya dipertahankan dan ditingkatkan melalui
kemajuan dan penerapan ilmu kesehatan, tetapi juga melalui gaya hidup oleh suatu individu dan
masyarakat sekitarnya. Menurut WHO, determinan sosial kesehatan adalah kondisi yang dialami
seseorang ketika dilahirkan, tumbuh, bekerja, hidup, dan menua, serta serangkaian kekuatan
dan sistem yang lebih luas yang membentuk kondisi kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dibentuk
oleh distribusi uang, kekuasaan, dan sumber daya di tingkat global, nasional, dan lokal. Kondisi
tersebut sangat bertanggung jawab atas kesenjangan kesehatan, baik di dalam suatu negara
maupun di antara negara-negara.

21
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif.A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Utami, V. N. P. (2019). HUBUNGAN RIWAYAT INISIASI MENYUSUI DINI DENGAN KEJADIAN


DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI RSUD WANGAYA TAHUN 2019 (Doctoral dissertation,
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan).

Instruksional, P. D., Pangaribuan, I. N., Letak, T., & Suwarno, N. Hak Cipta© dan Hak Penerbitan
dilindungi Undang-undang.

Suparto, S. (2019). Asuhan Keperawatan Tn. PM dengan Cronic Kidney Disease (CKD) di Ruang
Komodo RSUD Prof. Dr. WZ Johannes Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).

Agusta, N. M. W. V. (2018). Gambaran Asuhan Keperawatan pada Anak Diare dengan


Defisit Nutrisi di Ruang Jempiring RSUD Bangli tahun 2018 (Doctoral dissertation, Jurusan
Keperawatan 2018).

22

Anda mungkin juga menyukai