Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fanni Nindiya

Nim : 192102010

1. Undang – undang penanggulangan bencana disahkan presiden susilo bambang


yudhoyono pada tanggal 26 april 2007 di Jakarta. Undang-undang nomor 24 tahun 2007
tentang penanggulangan bencana mulai berlaku setelah diundangkan dalam lembaran
Negara republic Indonesia tahun 2007 nomor 66 dan penjelasan atas undang-undang
nomor 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana dalam tambahan lembaran
Negara republic Indonesia nomor 4723 pada tanggal 26 april 2007 di Jakarta oleh menteri
hukum dan hak asasi manusia, hamid awaludin. Dasar hukum penerbitan UU 24 tahun
2007 tentang penanggulangan bencana adalah pasal 20 dan pasal 21 undang-undang
dasar Negara republic Indonesia tahun 1945.

2. A. Peran dalam pencegahan primer

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini, antara lain :

1) Mengenali instruksi ancaman bahaya


2) Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency ( makanan, air, obat-obatan,
pakaian dan selimut, serta tenda )
3) Melatih penanganan pertama korban bencana
4) Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah
nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.

Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :

1) Usaha pertolongan diri sendiri ( pada masyarakat tersebut )


2) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga
dengan kecurigaan fraktur tulang, perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar
3) Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, RS dan
ambulans
4) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa ( missal pakaian
seperlunya, portable radio, senter, baterai )
5) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana

B. Peran perawat dalam keadaan darurat ( impact phase )

 Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah keadaan
stabil
 Setelah bencana mulai stabil, masing-masingbidang tim survey mulai melakukan
pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari
tim kesehatan
 Perawat harus melakukan pengkajian secara tepat untuk memutuskan tindakan
pertolongan pertama
 Ada saat dimana “ seleksi “ pasien untuk penanganan segera ( emergency ) akan lebih
efektif. ( Triase )

TRIASE

 MERAH  paling penting, prioritas utama. Keadaan yang mengancam kehidupan


sebagian besar pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal,
trauma kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II
 KUNING  penting, prioritas kedua, prioritas kedua meliputi injury denag efek sitemik
namum belum jatuh ke keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih
dapat bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multiple,
fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II
 HIJAU prioritas ketiga, yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar
minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi
 HITAM  meninggal, ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana,
ditemukan sudah dalam keadaan meninggal

C. Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana

1. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-hari


2. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
3. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan kesehatan
di RS
4. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
5. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan
kesehatan
6. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi
kejiwaan labil hingga membahayakan diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan
perawat jiwa
7. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban ( ansietas, depresi yang
ditunjukkan dengan seringnya menangis dan mengisolasi diri ) maupun reaksi
psikosomatik ( hilang nafsu makan , insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan
otot)
8. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat dilakukan dengan
memodifikasi lingkungan missal dengan terapi bermain.
9. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater
10. Konsultasikan bersama supervise setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan
kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi

D. Peran perawat dalam fase postimpact

 Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologi korban
 Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada kehidupan
normal
 Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang lama untuk
normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.

Referensi :

1. Community Health Nursing Theory & Practice.1995

2. Turkanto. 2006. Splinting & Bandaging. Kuliah Keperawatan Kritis PSIK Universitas
Airlangga, Surabaya
3.

 Tipe bencana natural : bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi,
tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angina topan, dan tanah longsor.
 Tipe bencana Man Made adalah ancaman bahaya yang terjadi akibat kelalaian manusia.
contohnya, bencana yang diakibatkan oleh kegiatan industry, fasilitas pembangkit energi,
pembuangan limbah, polusi, jebolnya bendungan, perang dan lainnya.
 Tipe bencana dapat diprediksi dan yang tidak terprediksi
 Tidak terprediksi :
1. Gempa bumi alasannya gempa bumi tektonik sulit untuk diprediksi karena
lempeng – lempeng tektonik penyebab gempa bumi berada di bawah kerak bumi
dan aktivitasnya sulit untuk diprediksi, sehingga seolah-olah mendadak
2. Tsunami alasannya bencana tsunami tetap dikategorikan sebagai bencana yang
sulit diprediksi meskipun ada tanda-tanda terjadinya tsunami, hal ini karena tidak
semua gempa bumi dapat menimbulkan tsunami. Ketika gempa bumi sendii sulit
untuk diprediksi, maka tsunami juga sulit untuk diprediksi
3. Tanah longsor alasannya tanah longsor sulit diprediksi karena datangnya tidak
pasti. Tidak semua gempa bumi atau hujan bisa menyebabkan tanah longsor
sehingga terkesan mendadak.
4. Munculnya pelangi alasannya pelangi tidak bisa diprediksi karena tidak semua
hujan memunculkan pelangi.
5. Angin kencang alasannya tekanan udara yang berbeda tidak bisa diprediksi kapan
akan terjadi angina kencang yang bersifat merusak
 Yang dapat diprediksi :
1. Tanah longsor
2. Banjir
3. Angin putting beliung

Referensi : https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-24-2007-penanggulangan-bencana

Anda mungkin juga menyukai