Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN STUDI KASUS

GIZI DALAM DAUR KEHIDUPAN


ACARA V
DEWASA, LANSIA, DAN VEGETARIAN

DISUSUN OLEH :
Kelompok 10 / Shift 2
1. Elsa Mukti Atmaja 14/364222/KU/17098
2. Imtiyaz Karima 14/364223/KU/17099
3. Alvita Ghaisani 14/364224/KU/17100
4. Nisia Nora Riestanti 14/364225/KU/17101

Asisten :
1. Rasita Amelia H, S. Gz
2. Nurul Putrie Utami, S. Gz

LABORATORIUM GIZI
PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masa lanjut usia merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Pada usia
tersebut banyak terjadi penurunan kemampuan kerja tubuh akibat perubahan-
perubahan fisiologi di dalam tubuh (Arisman, 2014). Menurut WHO, lansia
dibagi dalam beberapa kategori:
1) usia lanjut (eldery) yaitu usia 60 – 75 tahun
2) umur tua (old) yaitu 76 – 90 tahun
3) umur sangat tua yaitu > 90 tahun
Proses menua akan mempengaruhi kesehatan lansia karena dapat
mengakibatkan kemunduran dan kelemahan, serta akan ada implikasi klinis
yang menyertai kesehatan lansia (Setiaji, 2000). Kemunduran yang terjadi pada
lansia tentunya juga akan mempengaruhi status gizinya. Status gizi pada lanjut
usia dipengaruhi oleh berbagai hal. Perubahan fisiologis, komposisi tubuh,
asupan nutrisi dan keadaan ekonomi merupakan hal-hal yang dapat
mempengaruhi status gizi lansia dan dapat pula memicu terjadinya berbagai
masalah gizi pada lanjut usia (Potter & Pierry, 2005).
Perubahan fisiologis berupa penurunan massa otot akan menurunkan
kebutuhan gizi lansia. Erupsi gigi juga termasuk hal yang dapat mempengaruhi
status gizi lansia karena akan mengakibatkan daya kunyah menurun, sehingga
mengakibatkan penurunan asupan makanan lansia (Darmojo, 2010). Ditinjau
dari sistem pencernaannya, motilitas lambung dan pengosongan lambung
menurun seiring dengan meningkatnya usia. Penurunan tersebut juga diiringi
dengan menurunnya sekresi hormon pepsin dan HCL sehingga mengakibatkan
penyerapan vitamin dan mineral yang berkurang.
Gangguan kesehatan yang rentan terjadi pada usia lanjut mengakibatkan
lansia dapat mengalami masalah gizi kurang secara mendadak. Selain itu,
berbagai penyakit degenaratif yang semakin meningkat diketahui merupakan
salah satu dampak dari masalah gizi lebih yang juga sering terjadi pada
manusia usia lanjut (Christiani, 2003).
2. Tujuan
1. Memahami kebutuhan gizi lansia
2. Memahami perubahan-perubahan fisiologis pada lansia yang
berdampak pada perubahan gizi lansia
3. Melakukan penilaian status gizi pada lansia
4. Membuat preskripsi diet untuk lansia
BAB II
ISI
1. Deskripsi Kasus
Nenek HA merupakan seorang lansia berusia 67 tahun yang sudah
pensiun. Nenek HA tinggal bersama dengan anak dan cucunya di Minggir,
Sleman. Keluarganya tergolong menengah ke atas. Aktivitas sehari-hari
Nenek HA diisi dengan melakukan pekerjaan rumah tangga dan merawat
cucu. Ia juga rajin mengikuti senam lansia 2 minggu sekali saat posyandu
lansia. Durasi tidur malam Nenek HA yaitu dari pukul sembilan malam hingga
pukul tiga pagi.
Berdasarkan hasil pengukuran antropometri, diketahui bahwa tinggi lutut
nenek HA 51 cm, berat badan 42 kg, ukuran lingkar lengan atas (LLA) 22 cm,
dan ukuran lingkar pinggang serta lingkar pinggul masing-masing 65 cm dan
80 cm. Nenek HA memiliki riwayat penyakit keluarga berupa hipertensi.
Namun, tekanan darah Nenek HA ketika terakhir kali diukur di posyandu
masih tergolong normal yaitu 110/80 mmHg. Menurut Nenek HA, kadar
glukosa, asam urat, dan kolesterolnya ketika terakhir kali diperiksa juga
masih tergolong normal. Akhir-akhir ini, Nenek HA kerap mengeluh sulit
buang air besar dan keluhan nyeri sendi.
Sebagai seorang ketua kader lansia di daerahnya, Nenek HA sangat
memperhatikan kesehatan. Kebiasaan makan utama Nenek HA ialah rutin
tiga kali sehari. Ia selalu mengonsumsi buah apa saja 2-3 kali sehari dalam
bentuk buah potong maupun jus. Buah yang sering dikonsumsi apel, pear,
anggur dan semangka. Nenek HA tidak terlalu sering mengkonsumsi daging
merah. Ia lebih suka mengonsumsi tahu 1 potong besar (4 kali seminggu)
tempe 1 potong (3 kali seminggu) dan daging ayam 1 potong sedang (3 kali
seminggu). Nenek HA tidak menyukai sayuran karena rasanya pahit dan
merasa khawatir terhadap pengaruh sayuran hijau terhadap kesehatan
lansia. Nenek HA sering mengkonsumsi teh manis dengan takaran gula 1
sdm setiap pagi hari. Sedangkan konsumsi air putih Nenek HA tergolong
kurang, biasanya hanya 1 gelas setiap pagi hari sebelum minum teh. Nenek
HA juga jarang minum kopi dan susu meskipun tersedia di rumah. Camilan
yang sering dikonsumsi Nenek HA adalah aneka jajanan pasar di pagi hari
dan kue kering pada sore hari. Nenek HA tidak memiliki alergi makanan.
Berdasarkan recall 24 jam, diketahu bahwa asupan Nenek HA adalah kalori
1206.7 kkal, protein 44.2 gram , lemak 30.9 gram, karbohidrat 191.6 gram.

2. Pengkajian Data Subjektif dan Objektif


a. Data Subjektif
1. Biodata
Nama (inisial) : HA
Umur : 67 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Minggir, Sleman
2. Riwayat Makan
Kebiasaan makan harian : Nenek HA rutin makan besar tiga
kali sehari, jarang mengkonsumsi
daging merah, lauk nabati yang
dikonsumsi yaitu tahu 1 potong
besar 4 kali seminggu, tempe 1
potong 3 kali seminggu, dan daging
ayam 1 potong 3 kali seminggu,
sayur kurang disukai namun rajin
mengonsumsi buah 2 – 3 kali sehari.
Cemilan yang sering dikonsumsi
yaitu jajanan pasar pagi hari dan kue
kering di sore hari.
Konsumsi minuman sehari : Nenek HA sering mengonsumsi teh
manis dan gula 1 sdm setiap pagi,
namun konsumsi air putih masih
rendah, hanya 1 gelas setiap pagi.
Susu dan kopi jarang dikonsumsi.
Makanan pantangan : tidak ada.
Alergi : tidak ada alergi.
3. Riwayat penyakit keluarga : Hipertensi.
4. Data Sosial Ekonomi
Pekerjaan : Sudah tidak bekerja, namun masih
menjabat sebagai ketua kader lansia
di daerahnya
Tingat ekonomi keluarga : Menengah keatas.
Tinggal bersama : Anak dan cucu.
5. Aktifitas Fisik
Aktifitas sehari – hari : Melakukan pekerjaan rumah
tangga dan merawat cucu.
Olahraga : Nenek HA rajin melakukan senam
lansia 2 minggu sekali di posyandu
lansia.
b. Data Objektif
1. Antropometri
Berat badan aktual : 42,0 kg
Tinggi lutut : 51.0 cm
Lingkar lengan atas : 22,0 cm
Lingkar pinggang : 65,0 cm
Lingkar pinggul : 80,0 cm
2. Biokimia : Menurut ingatan ibu HA, cek
glukosa, asam urat, dan kolesterol tergolong normal.
3. Klinik :
Tekanan darah 110/80 mmHg.
4. Dietary
Hasil recall 24 jam :
Energi Protein Lemak Karbohidrat
1206,7 kkal 44,2 gram 30,9 gram 191,6 gram

Frekuensi makan dalam seminggu


No Nama Makanan / Minuman Porsi (URT) Frekuensi
dalam
seminggu
1. Nasi 1,5 centong 3x7
2. Ubi Goreng 2 potong 3
3. Ayam 1 potong 1
4. Telur 1 butir 3
5. Tempe goreng tepung 1-2 potong 7
6. Tahu goreng 1-3 potong 4
7. Sayur Kangkung 2
8. Semangka/Pepaya 1 potong 3
9. Teh Manis 4
10. Snack Ringan 1.2 bungkus 7

5. Penilaian Status Gizi


a. Antropometri
Dari tinggi lutut dapat dihitung tinggi badan sesungguhnya dengan
rumus persamaan Chumlea (1988):

Sumber : Fatmah, 2010

Nenek HA berusia 67 tahun dengan tinggi lutut 51 cm sehingga tinggi


badan nenek HA sebagai berikut :
Tinggi Badan (cm)= (1,83 x tinggi lutut(cm)) – (0,24 x umur(tahun)) + 84,88)
= (1,83 x 51) – (0,24 x 67) + 84,88
= 93,33 – 16,08 + 84,88
= 162,13 cm
Dari rumus tinggi badan menurut Gibson diatas, perkiraan tinggi
badan nenek HA adalah 162,13 cm.
Pengukuran antropometri yang lain yaitu lingkar lengan atas nenek
HA adalah 22 cm, lingkar pinggang 65 cm dan lingkar pinggul 80 cm .
Menurut Depkes RI (1994), nilai lingkar lengan atas antara 21- 22 cm
masih tergolong normal. Lingkar pinggang dan lingkar pinggul dapat
menunjukkan risiko seseorang terhadap obesitas dan komplikasi metabolik.
Wanita yang memiliki lingkar pinggang >88 cm, dan rasio lingkar pinggang
pinggulnya ≥0,85 dikatakan berisiko tinggi mengalami komplikasi
metabolik (WHO dalam Sari, 2015). Nenek HA memiliki lingkar pinggang
65 cm dan rasio lingkar pinggang pinggulnya 0,81 sehingga nenek HA
belum memiliki risiko pemyakit metabolik dan obesitas visceral abdominal.
Indeks massa tubuh nenek HA dapat diukur melalui rumus :
BB(kg ) 42
IMT= =
TB2 (m2 ) (1, 62)2 = 16,00 kg/m2
Menurut Depkes RI tahun 2005, kategori status gizi lansia menurut
Indeks Massa Tubuh sebagai berikut :

Sumber : Depkes RI dalam Fatimah 2010


Indeks Massa tubuh nenek HA yaitu 16 sehingga menurut kategori
diatas, nenek HA tergolong dalam gizi kurang dengan IMT < 18,5.
b. Biokimia
Tidak ada data biokimia, namun menurut ingatan Nenek HA terakhir
kali pemeriksaan glukosa, asam urat, dan kolesterol masih tergolong
normal.
c. Fisik Klinik
Pengukuran tekanan darah terakhir yang dilakukan nenek HA saat
sedang posyandu yaitu 110/80 mmHg.

Sumber : WHO dalam Kuswardhani (2006)

Berdasarkan klasifikasi tekanan darah yang ditetapkan oleh WHO, maka


diketahui bahwa angka 110/80 mmHg termasuk dalam kategori tekanan darah
optimal (WHO dalam Kuswardhani, 2006).
d. Asupan Zat Gizi
Tabel Persentase Pemenuhan Asupan terhadap Kebutuhan
Kalori Karbohidrat Protein Lemak
(kkal) (gram) (gram) (gram)

Asupan 1206,7 191,6 44,2 30,9

Kebutuhan 1550 252 56 43


AKG

Pemenuhan 77,85% 76,03% 78,92% 71,86%

Berdasarkan hasil recall 24 jam, diketahui bahwa total energi yang


dikonsumsi yakni 2306,7 kkal, karbohidrat 191,6 gram, protein 44,2 gram,
dan lemak 30,9 gram.
Merujuk pada AKG 2013 (Depkes, 2013), diketahui bahwa kebutuhan
zat gizi untuk perempuan usia 65-80 tahun adalah energi 1550 kkal, protein
56 gram, lemak 43 gram, dan karbohidrat 252 gram. Dibandingkan dengan
hasil recall 24 jam, maka persentase pemenuhan kalorinya adalah 77,85%.
Artinya, asupan kalori nenek HA kurang mencukupi kebutuhan karena
pemenuhan total energi masih <80%. Namun, AKG merupakan acuan
kecukupan gizi yang sesuai digunakan apabila individu memiliki kondisi
normal dalam satu populasi. Sehingga, penetapan kebutuhan kalori sehari
nenek menggunakan AKG 2013 dirasa kurang tepat, perlu perhitungan
kebutuhunan individu untuk lebih mendekati dengan kebutuhan aktual
nenek HA.

3. Permasalahan Gizi
1) Konstipasi
2) Gizi kurang
3) Nyeri sendi

3. Rencana Diet:
a. Tujuan, prinsip dan syarat diet
1) Tujuan diet
1. Mengatasi konstipasi
2. Meningkatkan status gizi
3. Mengatasi masalah persendian
2) Prinsip diet
1. Asupan makanan tinggi serat
2. Asupan makronutrien sesuai kebutuhan dan bergizi seimbang
3. Asupan makanan rendah purin dan tinggi mikronutrien
3) Syarat diet
1. Proporsi menu sehari seimbang : makanan pokok 3 – 4 porsi
sehari, lauk 2 – 3 porsi sehari, sayur 3 – 4 porsi sehari, buah 2
– 3 porsi sehari.
2. Memasukkan sumber serat dalam setiap waktu makan
3. Membatasi konsumsi purin dan meningkatkan konsumsi
makanan tinggi mikronutrien.
4. Pola makan 3 kali makan utama dan 2 kali selingan
5. Memenuhi kebutuhan cairan harian

b. Perhitungan kebutuhan energi


BMR : 655,1 + (9,563 x 42) + (1,85 x 162,15) – (4,676 x 67)
: 655,1 + 401,646 + 299,9775 – 313,292
: 1.043,43 kkal

TEE : BMR x FA
: 1.043,43 x 1,55
: 1.617,32 kkal – 10% (penurunan kebutuhan lansia)
: 1.617,32 – 161,737
: 1.455,5 kkal

Protein : 15% x 1.455,5 kkal


: 218,325 kkal
: 54,58 gram

Lemak : 20% x 1.455,5 kkal


: 291,1 kkal
: 32,34 gram

Karbohidrat : 65% x 1.455,5 kkal


: 946,075 kkal
: 236,52 gram

c. Perencanaan menu
Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
1.455,5 kkal
54,58 gram
32,34 gram
236,52 gram

Golongan
Penukar
Energi
(kkal)
Karbohidrat
(gram)
Protein
(gram)
Lemak
(gram)

Karbohidrat
4
700
160
16
-

Lauk Hewani
(Lemak tinggi)
-
-
-
-
-

Lauk Hewani
(Lemak sedang)
1
75
-
7
5

Lauh Hewani
(Rendah Lemak)
2
100
-
14
4

Lauk Nabati
1
75
7
5
3

Sayuran
(Golongan B)
2
50
10
2
-

Sayuran
(Golongan C)
1
50
10
3
-

Buah dan Gula


3
150
36
-
-

Susu
(Tanpa Lemak)
1
75
10
7
-

Minyak
4
200
-
-
20

Total

1475
233
54
32

Kalori
(kkal)
Karbohidrat
(gram)
Protein
(gram)
Lemak
(gram)
Perencanaan Menu
1475
233
54
32
Kebutuhan
1.455,5
236,52
54,58
32,34
Pemenuhan
101,3 %
98,5 %
98,9 %
98,9 %

d. Perencanaan Menu Sehari


Waktu Bahan Makanan
makan
Nama Masakan Banyaknya
Jenis
URT Gram
Sarapan Fruity Oats Havermout 5,5 sdm 45
Tepung susu skim 1 sdm 10
Strawberry 2 bh bsr 100
Kiwi ¾ buah 55
Makaroni Schotel Makaroni ¼ gelas 25
Telur ayam ½ butir 30
Daging sapi ½ ptg sdg 30
Wortel 1/5 gls 20
Kacang polong 1/3 gls 30
Keju ½ ptg kcl 8
Teh hijau Teh hijau 1 kantung
Selingan Mix Fruits and Vegs Brokoli 1/5 gls 20
Pagi Smoothies Tomat 1/5 gls 20
Wortel 2/5 gls 40
Strawberry 4 bh bsr 215
Yogurt non fat 1/3 gls 60
Makan Nasi Putih Nasi 1 ¼ gls 150
Siang Ayam Saus Teriyaki Ayam tanpa kulit 1 ptg sdg 40
Bawang bombay 1/8 gls 12,5
Minyak 1 sdt 5
Sup Sayur Kembang tahu 1 lmbr 70
Kembang Tahu Kacang kapri 1/3 gls 30
Wortel 1/8 gls 12,5
Brokoli 1/8 gls 12,5
Kembang kol 1/8 gls 12,5
Selingan Salad Buah Apel ¼ buah 21
Sore Kiwi ¼ buah 27,5
Anggur 5 buah sdg 41,25
Pisang Ambon ¼ buah 12,5
Mayonnaise 2 sdm 20
Kismis 1 sdm 13

Makan Mashed Potatoes Kentang 2 bh bsr 210


Malam Tepung susu skim 1 sdm 5
Steak Tuna Ikan Tuna ½ ekor sdg 45
Sayur Pelengkap Kacang polong 1/3 gls 30
Wortel ¼ gls 25
Buncis ¼ gls 25
Minyak 1 ½ sdt 7,5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Masa lanjut usia merupakan tahap akhir dari kehidupan manusia. Lansia
atau lanjut usia ialah individu yang berumur 65 tahun ke atas. Apabila mengacu
pada usia pensiun, seseorang disebut sebagai lansia apabila telah berusia 56
tahun ke atas. Sedangkan menurut Alwi Dahlan, lansia adalah seseorang yang
telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Arisman, 2014). Lansia dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori. Menurut WHO, lansia
dikategorikan sebagai berikut:
1. Usia lanjut (eldery) yaitu usia 60 – 75 tahun
2. Umur tua (old) yaitu 76 – 90 tahun
3. Umur sangat tua yaitu > 90 tahun
Sedangkan, Durmin dalam Arisman (2014) mengelompokkan lansia ke
dalam kategori berikut :
1. Young elderly yaitu usia 65 – 74 tahun
2. Older elderly yaitu usia 75 tahun
Sementara Munro dalam Arisman (2014) membagi lansia dalam
kelompok berikut :
1. Young elderly yaitu usia 65 – 74 tahun
2. Older elderly I yaitu usia 75 – 84 tahun
3. Older elderly II yaitu usia 85 tahun
Dari pengelompokkan lansia tersebut, berkembanglah istilah Lansia
Risiko Tinggi dengan ciri sebagai berikut (Arisman, 2014) :
1. Berusia di atas 80 tahun
2. Hidup sendiri
3. Depresi
4. Gangguan intelektual
5. Jatuh beberapa kali
6. Perkencingan yang inkonsisten
7. Di masa lalu tidak dapat meneyesuaikan diri
Pada usia ini banyak terjadi penurunan kemampuan kerja tubuh akibat
perubahan-perubahan fisiologi di dalam tubuh (Arisman, 2014) Perubahan
fisiologis ini terjadi hampir di seluruh bagian sistem organ tubuh. Perubahan-
perubahan tersebut terjadi pada (Arisman, 2014) :
1. Sistem Rangka
Pada masa lansia, terjadi penurunan kekuatan, ketahanan, dan
kelenturan otot rangka. Akibatnya, kepala dan leher cenderung ke
depan, punggung mengalami kifosis/pembungkukan, panggul dan
lutut juga terefleksi sehingga postur tubuh pun terganggu.
2. Sistem Digesti
a. Rongga mulut : perubahan yang terjadi adalah penurunan
sekresi ludah hingga 75 % yang menyebabkan rongga mulut
menjadi kering, atrofi papila yang menyebabkan menurunnya
sensitivitas pengecap rasa, dan gigi yang mulai tanggal.
b. Esofagus : perubahan yang terjadi adalah pengerasan sfingter
bawah sehingga sulit relaksasi, pelebaran esofagus
(presbiesofagus), dan gangguan menelan.
c. Lambung : perubahan yang terjadi adalah penipisan lapisan
lambung, dan menurunnya sekresi asam lambung dan pepsin
yang menyebabkan berkurangnya penyerapan kobalamin dan
zat besi.
d. Usus : perubahan yang terjadi adalah menurunnya berat total
usus halus dan menurunnya absorbsi kalsium dan zat besi.
3. Sistem Endokrin
Perubahan yang terjadi pada sistem endokrin adalah menurunnya
kecepatan dan jumlah sekresi hormon, menurunnya respon terhadap
stimulus, dan berkurangnya sekresi hormon seks (testosteron,
estrogen, progesteron)
4. Sistem Respirasi
Perubahan yang terjadi pada sistem respirasi adalah adanya “barrel
chest” akibat dari pembesaran diameter anteroposterior paru, adanya
pengapuran tulang rawan yang menyebabkan berkurangnya
keelastisitasan tulang iga, osteoporosis yang semakin berkembang,
kifosis yang dapat menyebabkan menurunnya kapasitas vital, dan
sakus paru yang membesar.
5. Sistem Kardiovaskular
Perubahan yang terjadi adalah mengerasnya katup mitral,
menurunnya efisiensi pemompaan jantung akibat dari jaringan ikat
yang meningkat, aorta menebal, pembesaran bilik kiri jantung, dan
curah jantung menurun hingga 50 % tetapi tekanan sistolik dan
diastolik cenderung meningkat.
6. Sistem Hematologi
Perubahan yang terjadi adalah penurunan jumlah limfosit akibat dari
hilangnya sel T limfosit.
Akibat dari perubahan fisiologis tersebut, permasalahan kesehatan kerap
mengancam kaum lansia seperti penyakit kardiovaskuler (aterosklerosis,
hipertensi, stroke), diabetes, gangguan musculoskeletal (gout, osteoporosis,
kifosis), penyakit saluran pernapasan (tuberkulosis, bronkitis, asma, ISPA),
penyakit sistem digesti (konstipasi), dsb.
Selain perubahan fungsi fisiologis, lansia juga mengalami perubahan
komposisi tubuh. Proses penuaan menyebabkan menurunnya massa otot dan
meningkatnya massa lemak. Massa tubuh yang bebas lemak menyusut hingga
6,3 %, sedangkan massa lemak naik 2 % dari berat badan per 10 tahun setelah
menginjak usia 30 tahun (Forbes dalam Arisman, 2014).
Penentuan status gizi lansia, salah satunya adalah berdasarkan nilai
antropometrik. Karena postur tubuh lansia yang berubah yaitu cenderung
mengalami kifosis, pengukuran tinggi badan menggunakan cara konvensional
(pengukuran dengan microtoise dan dilakukan dengan berdiri) dirasa kurang
representatif. Sehingga, estimasi tinggi badan lansia dapat diperoleh dari cara
lain misalnya pengukuran panjang ulna dan pengukuran tinggi lutut. Secara garis
besar, informasi minimum yang dibutuhkan dalam penilaian status gizi lansia
adalah keterangan tentang diet, berat dan tinggi badan, lingkar perut dan lengan,
tebal lemak bawah kulit, keadaan fungsi tubuh, dan riwayat infeksi (Arisman,
2014)
Asupan zat gizi yang cukup penting untuk menjaga vitalitas dan
kesehatan lansia agar tetap bisa beraktivitas sehari-hari tanpa terhambat oleh
gangguan kesehatan. Kebutuhan zat gizi tersebut harus dicukupi baik dari
makronutrien maupun mikronutrien. Kebutuhan kalori seseorang menurun seiring
dengan bertambahanya usia karena berkurangnya metabolisme sel tubuh dan
aktivitas otot. Secara garis besar, penurunan asupan kalori berkurang 5 % per
dekade (Arisman, 2014). Antara umur 30 – 75 tahun, terjadi penyusutan BMR
hingga 10 – 20 % akibat dari perubahan komposisi tubuh yaitu peningkatan
massa lemak dan penurunan massa otot. Secara umum, kebutuhan zat gizi pada
lansia adalah sebagai berikut
Zat Gizi Kebutuhan
Kalori 1,4 – 1,8 kali BMR
Karbohidrat 55 – 60 % kalori total
(penting sebagai sumber energi utama)
Serat : untuk menanggulangi konstipasi
Protein 0,9 – 1,1 g/kgBB /hari
(untuk kebutuhan utamanya pada respon
stres fisiologis seperti infeksi dan patah
tulang)
Lemak 30 % - 35 %
Air 30 cc/kgBB /hari
Kalsium 800 – 1200 mg/hari
Besi 10 mg/hari
Tembaga 1,3 – 1,5 mg/hari
Seng Pria : 4,2 – 14 mg/hari
Wanita : 3 – 9,8 mg/hari
Vitamin A Pria : 700 µg RE/hari
Wanita : 600 µg RE/hari
Riboflavin Pria : 1,3 mg/hari
Wanita : 1,1 mg/hari
Vitamin B12 2,5 µg/hari
Vitamin C 60 – 100 mg/hari
Vitamin D 10 – 20 µg/hari
Vitamin E 100 – 400 IU/hari
Vitamin K 60 – 90 mg/hari
Sumber : WHO (2002) dalam Arisman (2014)
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan pemaparan kasus, Nenek HA (67 tahun) berada dalam
masa lanjut usia. Pada masa lanjut usia, terjadi penuaan pada sel-sel tubuh.
Penuaan merupakan proses normal yang terjadi terutama saat usia lanjut. Pada
saat tubuh sudah mencapai tingkat kematangan fisiologik, kecepatan
katabolisme lebih cepat daripada kecepatan anabolisme. Penuaan ditandai
dengan kehilangan lean body mass secara progresif dan perubahan pada sistem
jaringan serta metabolisme tubuh.
Permasalahan gizi yang dialami oleh Nenek HA adalah konstipasi, berat
badan di bawah normal (underweight) dan nyeri sendi. Konstipasi merupakan
keadaan atau gerak hambatan sisa makanan di saluran cerna sehingga buang
air besar tidak lancar dan tidak teratur (Bangun, 2005). Konstipasi juga
diperparah dengan kurangnya konsumsi air putih serta serat.
Indeks Massa Tubuh Nenek HA adalah 16. Berdasarkan data Depkes RI
tahun 2005, IMT Nenek HA berada di bawah rentang normal (18,5- 22,9). Hal ini
menandakan Nenek HA mengalami underweight. Nenek HA perlu mendapat
penanganan untuk meningkatkan asupan makanan hingga mencapai gizi
seimbang.
Nyeri sendi yang dialami Nenek HA dapat disebabkan oleh kurangnya
asupan kalsium dan vitamin D. Perubahan yang terjadi pada sendi akibat proses
penuaan yaitu pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen dan berimplikasi
pada nyeri. (Stanley, 2007)
Berdasarkan recall 24 jam, diketahui pemenuhan kebutuhan makronutrien
Nenek HA adalah energi sebesar 1206,7 kkal, karbohidrat sebesar 191,6 gram,
protein sebesar 44,2 gram dan lemak sebesar 30,9 gram. Sedangkan pada
perhitungan berdasarkan faktor berat badan dan tinggi badan diperoleh
kebutuhan energi sebesar 1455,5 kkal, protein 54,58 gram, lemak 32,34 gram,
dan karbohidrat 236,52 gram.
Dalam penyusunan menu, kami memilih menu untuk mencukupi
kebutuhan zat gizi harian untuk lansia. Kami menyisipkan serat pada beberapa
menu di waktu makan harian agar kebutuhan serat terpenuhi. Pada kasus,
Nenek HA tidak menyukai sayuran karena rasanya yang pahit. Kami menyiasati
menu dengan mengolah sayuran agar rasa tidak pahit dan disukai oleh Nenek
HA. Asupan protein juga ditingkatkan dengan membuat variasi menu
menggunakan protein hewani. Protein hewani diolah agar mudah dimakan dan
dicerna oleh lansia.
Menu untuk sarapan pagi adalah fruity oats, makaroni schotel dan teh
hijau celup. Sumber karbohidrat berasal dari pasta dan havermout. Havermout
juga mengandung tinggi serat sehingga dapat melancarkan defekasi di pagi hari.
Sumber protein berasal dari telur yang digunakan untuk makaroni schotel.
Sumber vitamin dan mineral didapatkan dari buah-buahan serta teh hijau. Teh
hijau mengandung antioksidan yang baik untuk menangkal radikal bebas dalam
tubuh. Selain itu, Nenek HA juga suka mengonsumsi teh di pagi hari.
Menu untuk selingan pagi adalah mix fruit and vege smoothies.
Beberapa sayuran disisipkan ke smoothies antara lain brokoli, tomat dan wortel
agar kebutuhan asupan sayuran terpenuhi. Selain itu sayuran terasa tidak pahit.
Pada smoothies, diberikan yoghurt non fat sebagai sumber protein dan kalsium.
Menu untuk makan siang adalah ayam saus teriyaki dengan nasi dan sup sayur
kembang tahu. Sumber karbohidrat diperoleh dari nasi. Sumber protein
didapatkan dari ayam dan kembang tahu. Sumber vitamin dan mineral
didapatkan dari sayur. Serat juga didapatkan pada sayur.
Menu untuk selingan sore adalah salad buah. Nenek HA gemar
mengonsumsi buah-buahan. Selain sehat, buah-buahan juga mengandung
vitamin dan mineral yang tinggi untuk tubuh. Pada salad buah, ditambahkan
mayonnaise sebagai sumber lemak.
Menu untuk makan malam adalah mashed potato, steak tuna dan
sayuran pelengkap. Sumber karbohidrat diperoleh dari kentang. Kentang
ditumbuk hingga halus sehingga lebih mudah dikonsumsi oleh lansia. Sumber
protein didapatkan dari ikan tuna da sumber mikronutrien didapatkan dari
sayuran pelengkap.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
1). Status gizi Ny. I berdasarkan IMT adalah gizi kurang karena hanya
sebesar 16,0; LLA menunjukkan kondisi normal yaitu 22,0 cm;
2). Asupan Nenek HA berdasarkan recall 24 jam belum sesuai
kebutuhannya, yaitu hanya memenuhi kebutuhan energi sebesar 82,9%
(dari 1.455,5 kkal), karbohidrat 81,0% (dari 236,52 gr), protein sebesar
80,98% (dari 54,58 gr), dan lemak 95,5% (dari 32,34 gr), sehingga diet
yang disarankan untuk Nenek HA adalah diet sesuai dengan
kebutuhannya dan memenuhi 4 bintang (karbohidrat, lauk, sayur dan
buah).

2. Saran
Sebaiknya Nenek HA memperbaiki pola makannya dengan mengonsumsi
pangan dengan gizi seimbang yaitu yang mengandung karbohidrat, lauk,
sayur, dan buah sebagai sumber serat yang baik untuk menjaga
kesehatan tubuhnya.
Daftar Pustaka

Arisman . 2014. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Editor, Palupi Widyastuti. EGC :
Jakarta
Bangun. 2005. Vegetarian Pola Sehat Tanpa Daging. Jakarta: Agomedia
Pustaka
Christiani, R. 2003. Status Gizi dan Pola Penyakit pada Lansia. Diakses pada
tanggal 25 April 2016 http://www.p3gizi.litbang.depkes.go.id/
Darmojo, B. 2010. Geriatri, Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi ke-4. Balai
Penerbit FK UI: Jakarta
Departemen Kesehatan. 2013. Angka Kecukupan Gizi (AKG). Direktorat Jenderal
Bina Gizi dan KIA: Jakarta
Fatmah, 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Erlangga
Kuswardhani, RA Tuty. 2006. Penatalaksanaan Hipertensi Pada Lanjut Usia.
Jurnal Penyakit Dalam 7 (2) : 135 – 140.
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik,
Edisi 4. EGC: Jakarta.
Sari Cahyanigrum, Nika. 2015. Hubungan lingkar pinggang dengan fungsi
kognitif pada lanjut usia wanita di Panti Asosial Tresna Werdha
(PSTW) Budi Mulia 1 da 3 Jakarta : (Skripsi) Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Setiati, S. 2000. Pedoman Praktis Perawatan Kesehatan: untuk Pengasuh Orang
Usia Lanjut. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta
Supariasa IDN, dkk. 2014. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai