Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum Mikrobiologi dan Parasitologi 18191

Pewarnaan Mikroorganisme (Latihan 5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain
bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal
tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel
dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel
bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-
penelitian mikrobiologi (Prasetyani, 2017).

Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen
selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen.
Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler
maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan
pewarna asam dan pewarna basa (Asadullah, 2014). Pewarna asam dapat tejadi
karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati
netral dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif, sehingga pewarna asam
yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna.
Pewarna asam ini disebut pewarna negative (Maryani, 2016). Contoh pewarna
asam misalnya : tinta cina, larutan Nigrosin, asam pikrat, eosin dan lain-lain.
Pewarnaan basa berupa pewarna bersifat positif, sehingga akan diikat oleh
dinding sel bakteri dan sel bakteri jadi terwarna dan terlihat. Contoh dari pewarna
basa misalnya metilin biru, kristal violet, safranin dan lain-lain.

Teknik pewarnaan asam basa ini hanya menggunakan satu jenis senyawa
pewarna, teknik ini disebut pewarna sederhana. Pewarnaan sederhana ini
diperlukan untuk mengamati morfologi, baik bentuk maupun susunan sel (Muthiah
dkk., 2018). Teknik pewarnaan yang lain adalah pewarnaan diferensial,yang
menggunakan senyawa pewarna yang lebih dari satu jenis. Diperlukan
untuk mengelompokkan bakteri misalnya, bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif atau bakteri tahan asam dan tidak tahan asam. Juga diperlukan untuk
mengamati struktur bakteri seperti flagela, kapsula, spora dan nucleus (Amalina,
2013).Teknik pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan
kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku.
1.2. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan dilaksanakannya kegiatan Identifikasi Mikroorganisme adalah sebagai
berikut :

1.2.1. Mengetahui dan memahami teknik pewarnaan mikroba


1.2.2. Mempelajari bentuk-bentuk dan struktur sel bakteri
1.2.3. Membedakan golongan bakteri gram positif dan gram negative

1.3. MANFAAT PRAKTIKUM


Dengan diadakannya praktikum ini, diharapkan hasil praktikum ini dapat
memberi manfaat untuk :
1.3.1. Praktikan dapat mengetahui cara pewarnaan sederhana dan gram pada
mikroba
1.3.2. Menambah wawasan tentang struktur dinding sel mikroba berdasarkan
perbedaan hasil pewarnaan
1.3.3. Dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai cara pewarnaan
mikroba dan hasil pewarnaan pada bakteri gram positif dan negative
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Secara kimiawi, pewarnaan dapat didefinisikan sebagai senyawa organik yang
mengandung cincin benzen ditambah kromofor dan kelompok auksokrom sehingga
dapat menimbulkan warna pada bakteri. (Cappucinno hal.55)

Kemampuan pewarna untuk mengikat makromolekul komponen seluler seperti


protein atau asam nukleat tergantung pada muatan listrik yang ditemukan pada bagian
kromogen, serta pada komponen seluler yang diwarnai. (Cappucinno hal.55)

Pewarnaan asam bersifat anionik, yang berarti bahwa pada ionisasi, bagian
kromogen menunjukkan muatan negatif. Komponen protein seluler bermuatan positif,
akan mudah mengikat dan menerima warna kromogen anionik bermuatan negatif dari
pewarna asam. (Cappucinno hal.55)

Pewarnaan basa bersifat kationik, karena pada ionisasi bagian kromogen


menunjukkan muatan positif. Komponen asam nukleat seluler bermuatan negatif, akan
terus mengikat dan menerima warna kromogen kationik yang bermuatan positif dari
pewarnaan dasar. (Cappucinno hal.55-56)

Banyak teknik pewarnaan yang tersedia untuk visualisasi, diferensiasi, dan


pemisahan bakteri dalam hal karakteristik morfologi dan struktur seluler. (Cappucinno
hal.56)

Pewarnaan dibedakan menjadi dua yaitu pewarnaan secara asam dan


pewarnaan secara basa. Pewarnaan asam meliputi natrium, kalium, kalsium, atau
garam amonium dari asam-asam berwarna terionisasi untuk memberikan kromogen
yang bermuatan negatif. Sedangkan pewarnaan basa meliputi garam klorida atau
sulfat dari basa berwarna mengionisasi untuk memberikan kromogen yang bermuatan
positif. Dalam penggunaannya pewarnaan basa lebih sering digunakan. (Cappucinno
hal.57)

Berdasarkan jenis teknik yang digunakan, pewarnaan dibagi menjadi dua jenis
yaitu pewarnaan sederhana dan pewarnaan diferensial. Pewarnaan sederhana
merupakan pewarnaan tunggal yang digunakan untuk visualisasi bentuk morfologi
(coccus, bacillus) dan pengaturan (rantai, kelompok, pasangan). Sedangkan
pewarnaan diferensial merupakan dua pewarnaan yang kontras. Pewarnaan
diferensial dibagi menjadi dua yaitu pewarnaan gram dan pewarnaan asam.
Pewarnaan diferensial digunakan untuk mewarnai flagela, spora, kapsul dan inti
bakteri. (Cappucinno hal.57)
BAB III

METODE

3. 1. ALAT DAN BAHAN


3.1.1 Alat
 Lampu Spiritus
 Ose
 Object Glass
 Cover Glass
 Mikroskop Cahaya

3.1.2 Bahan
 Biakan Bakteri
 Pewarna Gram

3.1. PROSEDUR KERJA

3.1. 1. Fiksasi Bakteri.


Fiksasi bakteri dilakukan agar pewarnaan bakteri dapat dilakukan.
Kualitas hasil pewarnaan ditentukan oleh baik tidaknya proses fiksasi.
Dibersihkan gelas benda dan gelas penutup dengan alkohol
sehingga bersih dari lemak dan kotoran. Diberi label pada ujung
gelas benda.

DIbuat lingkaran ditengah-tengah permukaan bawah gelas benda


(± diameter 1 cm). Daerah ini berguna untuk meletakkan mikroba.

Dibalik gelas benda sehingga lingkaran tersebut berada dibagian


bawah.

Diletakkan 1 tetes aquadest pada permukaan gelas benda.


Mengoles inokulum bakteri dengan ose secara aseptis pada
aquadest dan disebarkan pada daerah tersebut hingga merata.

Dikeringkan dengan menganginkan hingga membentuk sebuah


noda.

Dilakukan fiksasi panas dengan melewatkan gelas benda diatas


nyala api beberapa kali (jangan sampai terlalu dekat dengan api).
3.1. 2. Pewarnaan Sederhana

Bakteri yang sudah difiksasi degenangi dengan pewarna gentian violet


selama 1-3 menit

Kelebihan cat dibilas dengan air mengalir hingga zat warna hilang

Kelebihan air diserap

Mikroba diamati dibawah mikroskop cahaya

3.1. 3. Pewarnaan Gram

Fiksasi bakteri dilakukan. Preparat digenangi dengan kristal ungu selama 1-3 menit.
Preparat dimiringkan, dibilas dengan air mengalir sedikit demi sedikit.

Digenangi dengan larutan iodium selama 2 menit, kelebihan iodium dibuang dengan
memiringkan gelas benda. Dibilas dengan air mengalir.

Dicuci dengan etanol 8% tetes demi tetes selama 30 detik atau hingga zat ungu kristal
tidak tampak lagi mengalir dari gelas benda. Dibilas air dan ditiriskan.

Diberi safranin selama 30 detik, kelebihan safranin dibuang dan dicuci dengan air.

Kelebihan air diserap dengan kertas serap.


Preparat diamati di bawah mikroskop cahaya. Sel berwarna merah muda merupakan
gram negatif dan sel berwarna biru ungu merupakan gram positif.
BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

4. 1. HASIL PENGAMATAN
Pada percobaan kali ini, dilakukan pewarnaan pewarnaan sederhana
dengan pewarna gram 1 atau iodine dan pewarnaan gram dengan 4 pewarna
gram untuk bakteri goresan T Staphylococcus epidermidis, dan didapatkan
hasil sebagai berikut :

4.1.1. Pewarnaan Sederhana

Gambar 1. Perbesaran 10X12,5 Hasil Pewarnaan Sederhana Staphylococcus epidermidis

Setelah dilakukan pewarnaan sederhana dengan satu jenis


pewarna yaitu Kristal ungu (gram 1) dengan tujuan mewarnai seluruh
mikroorganisme sehingga bentuk dari sel mikroorganisme dapat terlihat.

Gambar 2. Perbesaran 40X12,5 Hasil Pewarnaan Sederhana Staphylococcus epidermidis


Dari Hasil pengamatan dibawah mikroskop dengan perbesaran
40X12,5 bakteri Staphylococcus epidermidis menunjukkan hasil
pewarnaan positif ditandai dengan perubahan warna ungu yang terjadi
pada sel bakteri, bukan pada latar belakangnya. Sehingga, dapat
diamati bentuk dari Staphylococcus epidermidis ialah bulat atau coccus
yang tersusun dalam cluster tidak teratur berupa coccus tunggal.

4.1.2. Pewarnaan Gram

Gambar 3. Perbesaran 10X12,5 Hasil Pewarnaan Gram Staphylococcus epidermidis


Setelah dilakukan pewarnaan gram dengan empat jenis pewarna
yaitu dengan kristal ungu, iodium, etanol, dan safranin pada bakteri.
Staphylococcus epidermidis saat diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 10 X 12,5 dan 40 x 12,5 menunjukkan bakteri memberikan
hasil warna ungu yang menandakan Staphylococcus epidermidis
termasuk bakteri gram positif akibat adanya peptidoglikan yang dominan
pada dinding selnya dibandingkan komposisi lipid.

Gambar 4. Perbesaran 40X12,5 Hasil Pewarnaan Gram Staphylococcus epidermidis


4. 2. PEMBAHASAN

4.2.1. Fungsi Dan Macam-Macam Pewarnaan Bakteri


Untuk mempelajari sifat bakteri dan untuk membagi
mikroorganisme ke dalam kelompok tertentu dengan tujuan diagnostik,
noda biologis dan prosedur pewarnaan dalam hubungannya dengan
mikroskop cahaya telah menjadi alat utama dalam mikrobiologi.
(Cappucino dan Sherman, 2014)

Pewarnaan atau pengecatan terhadap mikroba banyak dilakukan


baik secara langsung (bersama bahan yang ada) ataupun secara tidak
langsung (melalui biakan murni). Menurut Waluyo (2008) Tujuan dari
pewarnaan adalah :
1. memudahkan melihat mikroba dengan mikroskop
2. Memperjelas ukuran dan bentuk mikroba.
3. Melihat struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola
4. Menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia khas dari bakteri dengan zat
warna.
Secara kimiawi, pewarna dapat didefinisikan sebagai senyawa
organik yang mengandung cincin benzena ditambah kromofor dan
gugus auksokrom. Kemampuan pewarna untuk mengikat makromolekul
komponen seluler seperti protein atau asam nukleat tergantung pada
muatan listrik yang ditemukan pada bagian kromogen, serta pada
komponen seluler yang akan diwarnai. (Cappucino dan Sherman,
2014).

Pewarna (stain) merupakan garam-garam yang tersusun atas ion


positif dan negatif, yang salah satunya berwarna dan disebut kromosfor
(chromosphore). Bila kromosfor berada pada ion positif disebut pewarna
basa (basic dye) dan bila kromosfor berada pada ion negatif disebut
sebagai pewarna asam (acidic dye) (Pratiwi, 2008). Banyak metode
pewarnaan dapat digunakan untuk visualisasi, diferensiasi, dan
pemisahan bakteri dalam hal karakteristik morfologi dan struktur seluler
(Cappucino dan Sherman, 2014)

Ada dua macam teknik pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana


dan pewarnaan diferensial. Pewarnaan diferensial dibagi lagi menjadi
pewarnaan gram, pewarnaan tahan asam dan pewarnaan visualisasi
struktur (flagela, kapsul, spora, dan inti) (Cappucino dan Sherman,
2014).
Pada pewarnaan sederhana, olesan bakteri diwarnai dengan
reagen tunggal, yang menghasilkan warna kontras berbeda antara
organisme dan latar belakangnya. Tujuan pewarnaan sederhana adalah
untuk menjelaskan morfologi dan susunan sel bakteri. Pewarna yang
paling banyak digunakan untuk pewarnaan sederhana adalah metilen
biru, kristal ungu, dan karbol fuchsin (Cappucino dan Sherman, 2014)

. Pewarnaan diferensial membutuhkan setidaknya penggunaan


empat reagen kimia yang diterapkan secara berurutan ke olesan yang
telah difiksasi panas. Sehingga menampilkan perbedaan terhadap sel-
sel mikroba. Contoh dari pewarnaan differensial adalah pewarnaan
gram, dimana membagi bakteri kedalam dua kategori yaitu bakteri gram
negatif dan gram positif. Reaksi pewarnaan gram didasarkan pada
perbedaan komposisi kimia dinding sel bakteri. Bakteri yang
mempertahankan warna kristal ungu setelah dicuci dengan alkohol dan
tidak mengikat warna dari pewarna pembanding (counterstain) disebut
bakteri gram positif, sedangkan bakteri yang melunturkan warna kristal
ungu setelah dicuci dengan alkohol dan mengikat warna dari pewarna
pembanding (counterstain) disebut bakteri gram negatif. Perbedaan
warna antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif disebabkan
oleh adanya perbedaan struktur dan dinding selnya. Dinding bakteri
gran positif banyak mengandung peptidoglikan, sedangkan dinding
bakteri gram negatif banyak mengandung lipopolisakarida (Pratiwi,
2008).

Pewarnaan tahan asam ditujukan pada bakteri yang kandungan


lemaknya sangat tebal sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi
pewarnaan biasa, karena dapat mempertahankan zat warna pertama
sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Pewarnaan tahan asam
menggunakan tiga jenis reagen yaitu pewarna primer (karbol fuchsin),
peluntur (asam alkohol), dan pewarna pembanding (metilen biru)
(Cappucino dan Sherman, 2014). Pada metode pewarnaan Ziehl-
Neelsen bakteri yang berwarna merah disebut bakteri tahan asam dan
bakteri yang berwarna biru disebut bakteri tidak tahan asam.

Pewarnaan spora (Metode Schaeffer- Fulton), Anggota dari


genera anaerobik Clostridium dan Desulfotomaculum dan genus aerobik
Bacillus adalah contoh organisme yang memiliki kapasitas untuk
berbentuk sel yang aktif secara metabolik disebut vegetatif aktif atau
pada kondisi rentan, menjadi sel yang tidak aktif secara metabolik
disebut spora. (Cappucino dan Sherman, 2014). Proses ini disebut
sporogenesis dan germinasi. Pewarnaan spora menggunakan dua
reagen yang berbeda yaitu pewarna primer (Malachite Green), peluntur
(air), dan pewarna pembanding (safranin). Sel vegetatif yang warnanya
telah luntur kemudian menyerap warna dari safranin sehingga
menunjukkan warna merah sedangkan spora mempertahankan warna
hijau dari pewarna primer (Malachite Green).

Kapsul adalah lapisan luar seperti agar-agar yang disekresikan


oleh sel dan mengelilingi serta melekat pada dinding sel. Sel yang
memiliki kapsul tebal biasanya bersifat virulen dan menyebabkan
penyakit (Cappucino dan Sherman, 2014). Pewarnaan kapsul
menggunakan dua reagen yaitu pewarna primer (kristal ungu (1%
aqueous)) dan peluntur (tembaga sulfat (20%)). Dalam metode
pewarnaan kapsul, tembaga sulfat digunakan sebagai peluntur.
Tembaga sulfat melunturkan warna ungu pada kapsula tanpa melepas
warna terikat pada dinding sel. Pada saat yang sama, kapsul yang tidak
berwarna menyerap tembaga sulfat,sehingga kapsul berwarna biru yang
berbeda dengan warna ungu pada sel.

Pewarnaan flagel dilakukan dengan memberi suspensi koloid


garam asam tanat yang tidak stabil. Sehingga terbentuk presipitat tebal
pada dinding sel dan flagel.

4.2.2. Preparasi Oles Yang Baik


Preparasi oles yang baik adalah dengan menghindari preparasi
oles yang tebal dan padat. Olesan yang tebal dan padat dapat terjadi
karena terlalu banyak biakan yang digunakan pada saat preparasi.
Sehingga banyaknya jumlah bakteri yang terdapat pada kaca benda.
Karena jumlah sel yang banyak tersebut mengurangi cahaya yang lewat
sehingga sulit ntuk menentukan morfologi tunggal dari sel. Preparasi
oles hanya membutuhkan jumlah biakan bakteri yang sedikit. Olesan
yang baik adalah ketika dikeringkan, muncul lapisan tipis berwarna putih
(Cappucino dan Sherman, 2014). Untuk membuat preparasi oles yang
baik yaitu dengan memerhatikan jumlah bakteri yang diinokulumkan
pada kaca benda.

4.2.3. Tujuan Fiksasi Panas


Olesan bakteri tidak menempel pada kaca benda, sehingga bakteri
akan terbasuh saat proses pewarnaan. Pada proses fiksasi panas
protein bakteri akan menggumpal dan menempel pada permukaan kaca
(Cappucino dan Sherman, 2014). Pada proses fiksasi sel bakteri mati
dan tidak merubah struktur sel bakteri, akibatnya pewarnaan lebih
mudah dilakukan dan bentuk sel dapat diamati. Fiksasi panas dilakukan
dengan melewatkan gelas benda diatas nyala api beberapa kali,
dikeringkan hingga membentuk sebuah noda.
4.2.4. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram termasuk jenis pewarnaan differensial yang
diciptakan oleh Hans Christian Gram pada 1884 sebab pewarnaan gram
menggunakan 4 jenis pewarna, tidak seperti pewarnaan sederhana
yang hanya menggunakan satu jenis pewarna. Hal ini dikarenakan
tujuan dari pewarnaan gram ialah untuk melihat reaksi yang berbeda
untuk setiap bakteri sehingga dapat membedakan dua kelompok besar
bakteri, yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif (Pratiwi,
2008). Berikut akan dibahas mengenai prinsip kerja dan hasil yang
diperoleh dari masing-masing pereaksi dari pewarnaan gram yang telah
dilakukan.

4.2.4.1. Gentian Violet atau Crystal Violet


Pada pewarnaan gram bakteri yang telah difiksasi diwarnai
dengan Gentian Violet sebagai pewarna basa tepat pada noda
yang terbentuk di kaca objek. Crystal violet disebut juga
pewarna primer dikarenakan warna ungu dari gentian violet
akan mewarnai seluruh sel (Himedia, 2015). Baik bakteri gram
postif maupun gram negatif akan memberikan hasil berwarna
ungu seperti pada gambar(Cappucino dan Sherman, 2014).

4.2.4.2. Iodium
Iodin merupakan pewarna yang membuat hasil dari
pewarnaan dengan crystal violet menjadi lebih tajam (Pratiwi,
2008), selain itu iodin disebut juga sebagai pewarna mordant
karena reagen ini tidak hanya berfungsi sebagai agen
pembunuh tetapi juga sebagai zat yang meningkatkan afinitas
sel terhadap pewarna.
Hal ini dilakukan dengan mengikat warna pada noda
primer, sehingga membentuk kompleks yang tidak larut yang
disebut Kompleks kristal-violet-iodin (CV-I) pada titik ini, semua
sel akan tampak ungu kehitaman (Cappucino dan Sherman,
2014).

4.2.4.3. Etil Alkohol 95%


Biasa disebut Decolorizing Agent reagen ini berfungsi
ganda sebagai agen protein-dehidrasi dan sebagai pelarut
lipid. Prinsip kerjanya ditentukan oleh dua faktor, yaitu
konsentrasi lipid dan ketebalan lapisan peptidoglikan di dinding
sel bakteri (Cappucino dan Sherman, 2014).

Pada sel-sel gram negatif, alkohol meningkatkan porositas


atau ruang hampa dinding sel dengan melarutkan lipid yang
terdapat di lapisan luar. Dengan demikian, kompleks CV-I
dapat lebih mudah dihapus daripada lapisan peptidoglikan
yang lebih tipis. Oleh karena itu, efek pencucian alkohol
membantu pelepasan kompleks CV-I yang tidak terikat,
membuat sel-sel bakteri gram negatif tidak berwarna (Kuntarti,
2011).
Lapisan peptidoglikan yang lebih tebal dalam sel-sel gram
positif bertanggung jawab terhadap pertahanan yang lebih
ketat dari kompleks CV-I, sebab pori-pori dinding se akan
dibuat mengecil oleh efek dehidrasi dari alkohol. Dengan
demikian, kompleks noda primer yang terikat akan sulit untuk
dihapus, dan sel-sel tetap ungu.
4.2.4.4. Safranin
Safranin Ini adalah reagen terakhir, dikenal sebagai
counterstain untuk mewarnai sel-sel yang sebelumnya telah
dihilangkan warnanya dengan alkohol. Dikarenakan hanya sel-
sel bakteri gram-negatif yang mengalami dekolorisasi, maka
hanya bakteri gram negatif yang menyerap warna dari
counterstain. Sedangkan, dinding sel bakteri gram-positif tetap
mempertahankan warna ungu dari noda primer(Cappucino dan
Sherman, 2014)

Berikut adalah perbedaan bakteri gram positif dan gram negatif


setalah melalui tahapan pewarnaan gram (Rao, 2010)

4.2.5. Perbedaan Warna Bakteri Gram Negatif dan Gram Positif


Perbedaan warna yang terjadi pada bakteri gram positif maupun
gram negatif setelah dilakukan pewarnaan gram ialah dikarenakan
adanya perbedaan komponen dinding sel, yaitu bakteri gram positif
vanyak mengandung peptidoglikan sementara bakteri gram negatif
banyak mengandung lipid seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
4.2.5.1. Bakteri Gram Positif
Dinding sel dari bakteri yang banyak mengandung
peptidoglikan memiliki afinitas yang kuat dengan zat warna.
Ketika penambahan etanol dinding selnya yang tebal akan
menyusur sehingga pori-pori sel akan menutup mecegah warna
dari kristal atau gentian violet luntur (Cappucino dan Sherman,
2014)
4.2.5.2. Bakteri Gram Negatif
Kandungan lipid yang sangat tinggi membuat dinding sel dari
gram negatif mudah larut dalam pelarut polar, misalnya alkohol
atau aseton. Kehadiran lipid akan memperbesar pori-pori dinding
sel sehingga warna dari kompleks kristal violet-iodin mudah
hilang hal ini dibuktikan ketika diberi safarin sel akan menyerap
warna sehingga akan terlihat merah muda ketika diamati di
mikroskop. (Pratiwi, 2008)
4. 3. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Amalina, R. A. 2013. Aktivitas antibakteri fraksi semipolar ekstrak etanol bawang


putih(allium sativum l.) terhadap bakteri streptococcus mutans dan pseudomonas
aeruginosa beserta bioautografinya

Asadullah, M. 2014. Isolasi bakteri amilolitik dari bekatul dan uji kemampuan unuk
produksi enzim amilase kasar pada berbagai jenis media produksi

Cappucino, J. G. dan N. Sherman. 2014. Microbiology: A Laboratory Manual, Tenth


Edition. Edisi 10. Glen View: Pearson Education.

Himedia. 2015. Gentian violet. 1.

Kuntarti. 2011. Ilmu Dasar Keperawatan. Jakarta

Maryani, S. 2016. Potensi campuran sampah sayuram dan kotoran sapi sebagai
penghasil biogas

Muthiah, H., W. Dewi, dan I. Sudjarwo. 2018. Pemanfaatan ekstrak etil asetat buah
merah sebagai zat warna primer pada teknik pengecatan negatif kapsul
bakteri</p><p>utilization of ethyl acetate extract of red fruit as primary
negative staining substance for bacterial capsule. Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran. 29(1)

Prasetyani, T. 2017. Gambaran mikroskopis histologi bloksel efusi pleura dengan


menggunakan fiksasi alkohol 70% dan bnf 10% pada pewarnaan he

Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi

Rao, sridhar. 2010. Gram’s Staining


LAMPIRAN

Persiapan gelas kaca yang Persiapan gelas kaca dan cover


Alat dan bahan yang
sudah diberi lingkaran glass yang sudah dibersihkan
digunakan
berdiameter 1 cm dengan alkohol

Fiksasi - penetesan air pada Proses inokulasi pewarnaan


Sterilisasi jarum ose
pewarnaan sederhana sederhana

Fiksasi - pemanasan bakteri Pewarnaan sederhana


yang sudah ada pada cover dengan gram 1 didiamkan selama 2 menit
glass dicampur dengan air

Pembilasan pewarnaan Dibilas hingga warna ungu pewarnaan sederhana


sederhana dengan air hilang kemudian diserap sisa perbesaran 12,5 x 40
air Staphylococcus epidermidis
pewarnaan sederhana Fiksasi - penetesan air pada
perbesaran 12,5 x 40 gram 1,2,3,4 pewarnaan gram
Acinobacter baumannii

pengambilan bakteri Proses inokulasi pewarnaan Pewarnaan gram tahap gram 1


gram

Pewarnaan gram tahap Pewarnaan gram tahap gram pewarnaan gram tahap gram 4
gram 2 3

Pembilasan dengan air Pewarnaan gram yang siap Hasil pewarnaan gram
disetiap setelah ditetesi dilihat di mikroskop perbesaran 12,5 x 40
gram 1,2,3,4 Staphylococcus epidermidis
pewarnaan S (sederhana) Pewarnaan gram Staphylococcus epidermidis
dan pewarnaan G (gram) perbesaran 12,5 x 40 goresan T
Acinobacter baumannii

Anda mungkin juga menyukai