PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan yang tertuang dalam Undang undang nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) menekanakan
bahwa dalam rangka pewujudan cita-cita bangsa dan merealisasikan
tujuan negara sebagaimana tercantum dalam pembukaan undang-
undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibentuk
Aparatur Sipil Negara yang memiliki nilai-nilai pribadi seperti
integritas, professional, netral dan bebas dan intervensi politik, bersih
dan praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. ASN di tuntut cakap
menyelenggarakan pelayanan publik yang baik bagi masyarakat yang
sanggup berperan sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa
sebagaimana cita-cita dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kehadiran ASN dalam pembangunan Nasional sangatlah
penting, sehingga pengembangan dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia aparatur harus segera dan wajib dilaksanakan untuk
menjawab penilaian sumbang dari masyarakat terhadap kualitas
kinerja instansi publik, dalam mewujudkan pemerintahan yang baik,
sehingga dunia usaha dan masyarakat dapat terlayani dengan
maksimal dan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
social yang pada akhirnya akan meningkatkan kemajuan dan
kesejahtraan Indonesia.
Untuk mewujudnyatakan ASN yang profesional, bersih dan
melayani, pemerintah wajib memberikan pendidikan dan pelatihan
terintegrasi bagi calon ASN selama satu tahun masa percobaan.
Tujuan dari pelatihan terintegrasi ini adalah untuk membangun
integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan
kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan
bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta
kompetensi bidang. Dengan demikian UU ASN mengedepankan
1
penguatan nilai-nilai dan pembangunan karakter pada diri setiap ASN.
Berdasarkan Peraturan Kepala LAN Nomor 25 Tahun 2017 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon PNS Golongan III,
pelatihan ini memadukan pembelajaran klasikal dan non-klasikal di
tempat pelatihan serta di tempat kerja, yang memungkinkan peserta
mampu menginternalisasi, menerapkan dan mengaktualisasikan serta
membuatnya menjadi kebiasaan dan merasakan manfaatnya,
sehingga terpatri dalam dirinya sebagai karakter PNS yang
profesional.
Dalam pembelajaran Pelatihan Dasar Calon ASN, setiap
peserta pelatihan dituntut untuk mampu mengaktualisasikan substansi
materi pembelajaran yang telah dipelajari melalui proses pembiasaan
diri yang difasilitasi dalam agenda Habituasi. Agenda Habituasi
memfasilitasi calon ASN melakukan kegiatan pembelajaran
aktualisasi mata pelatihan yang telah dipelajari selama pembelajaran
klasikal (on campus).untuk diimplementasikan pada kegiatan di
tempat kerja (off campus).
Adapun materi pembelajaran yang didapatkan ketika on campus
antara lain materi mengenai nilai-nilai dasar profesi ASN yang terdiri
dari ANEKA (Akuntabel, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu
dan Anti Korupsi) dan materi mengenai kedudukan dan peran ASN
dalam NKRI (Manajemen ASN, Pelayanan Publik dan Whole of
Government).
Selanjutnya, setelah mendapatkan materi dalam pembelajaran
klasikal, calon ASN diharapkan dapat mengaplikasikan nilai-nilai yang
telah dipelajari pada kegiatan di tempat kerja (off campus) dengan cara
mengalami sendiri dalam penerapan dan aktualisasi pada satuan kerja
masing-masing, sehingga calon ASN merasakan manfaatnya secara
langsung. Calon ASN dituntut untuk merancang dan
mengimplementasikan nilai-nilai dasar profesi ASN dalam
melaksanakan tugasnya di unit kerja masing-masing dalam bentuk
sebuah “Rancangan Aktualisasi”. Rancangan aktualisasi adalah suatu
2
bentuk perencanaan yang menggambarkan tentang cara Calon ASN
dalam menterjemahkan teori ke dalam praktik, mengubah konsep
menjadi konstruk, menjadikan gagasan sebagai kegiatan.
Dengan demikian calon ASN diharapkan untuk mampu
mengaplikasikan secara langsung nilai-nilai dasar profesi ASN tersebut
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya masing-masing di
tempat kerja. Selain menginternalisasi lima nilai dasar ASN tesebut
diatas, calon ASN juga diharapkan untuk mampu menganalisis
dampak apa saja yang akan ditimbulkan apabila kelima nilai dasar
tesebut tidak diinternalisasikan dalam proses menjalakan tugas
nantinya. Dalam hal ini penulis mengaktualisasikan nilai dasar ASN di
Unit Pelaksana Teknis Balai Pemasyarakatan Kelas II Purwokerto
Salah satu tugas pokok dan fungsi dari Balai Pemasyarakatan
adalah program melakukan pembimbingan klien (mantan warga binaan
pemasyarakatan) supaya bisa kembali ke masyarakat, baik itu klien
dewasa maupun klien anak. Selain itu tugas pokok fungsi bapas
adalah membuat penelitian kemasyarakatan dan melakukan
pengawasan kepada klien serta membuat laporan yang dibutuhkan
kepada pejabat atasan dan instansi lain.
Salah satu permasalahan yang ada di UPT Balai Pemasyarakatan
Kelas II Purwoketo adalah belum maksimalnya pelayanan bimbingan
terhadap klien dewasa. Hal tersebut berimplikasi pada rendahnya
motivasi klien untuk melakukan bimbingan di Balai Pemasyarakatan.
Berdasarkan paparan di atas, maka penulis membuat rancangan
aktualisasi dengan tema mengoptimalkan pelayanan Bimbingan Klien
Dewasa kepada Klien di Bapas Kelas II Purwokerto.
3
layanan publik, dan manajemen ASN. Sumber kegiatan berasal dari
tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), Sasaran Kinerja Pegawai (SKP),
inovasi dan inisiatif penulis yang disetujui mentor dan coach, serta
penugasan atasan.
Terdapat beberapa isu yang diperoleh, antara lain :
a. Belum optimalnya pelayanan pembimbingan klien dewasa yang
mendapatkan program Pembebasan Bersyarat (PB) di Balai
Pemasyarakatan Purwokerto
b. Kurang optimalnya penggunanaan Sistem Data Base
Pemasyarakatan (SDP)
c. Rendahnya tingkat kesadaran klien untuk melakukan bimbingan
d. Keterbatasan pengembangan sumber daya manusia di Bapas
Kelas II Purwokerto
e. Belum optimalnya kerjasama dengan pihak/instansi lain
berkaitan dengan bimbingan kemandirian klien pemasyarakatan.
4
Tabel 1. Analisis APKL Isu
Kriteria
No. Identifikasi Isu A P K L Keterangan
1 Belum optimalnya pelayanan pembimbingan
klien dewasa yang mendapatkan program + + + + Memenuhi syarat
Pembebasan Bersyarat (PB) di Balai
Pemasyarakatan Purwokerto (Pelayanan
Publik)
2 Rendahnya tingkat kesadaran klien untuk
melakukan apel bimbingan di Bapas + + + + Memenuhi syarat
Purwokerto (Manajemen ASN)
5
alat analisis yang dilakukan untuk menentukan prioritas isu melalui
tingkat kegawatan, keseriusan, dan tingkat pertumbuhan suatu isu
atau masalah. Urgency artinya seberapa mendesak suatu isu harus
dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness artinya seberapa
serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang
ditimbulkan. Growth artinya seberapa besar kemungkinan
memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera.
Analisis USG dilakukan dengan memberikan nilai dengan
rentang antara 1 sampai 5 dengan ketentuan nilai 1 berarti sangat
kecil, nilai 2 berarti kecil, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti besar,
dan nilai 5 berarti sangat besar . Isu dengan total skor tertinggi
merupakan isu prioritas yang akan ditetapkan untuk diselesaikan
dengan kegiatan-kegiatan yang diusulkan.
Tabel 2. Analisis USG Isu
No. Identifikasi Isu U S G Total Peringkat
1 Belum optimalnya kualitas pelayanan 4 5 4 14 I
pembimbingan klien dewasa yang
mendapatkan program Pembebasan
Bersyarat (PB) di Bapas Purwokerto
2 Rendahnya tingkat kesadran klien
(Pelayanan Publik)
Bapas untuk melakukan apel 5 4 5 13 II
bimbingan di Bapas Purwokerto
(Manajemen ASN)
6
2. Dampak jika isu tidak diselesaikan
a. klien kurang memahami hak dan tanggung jawabnya, yang
berdampak pada kesadaran klien akan kewajibannya
melakukan wajib lapor dan bimbingan.
b. Saran dan rekomendasi yang diberikan kepada klien kurang
tepat
3. Rumusan masalah
Masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut “kegiatan apa
yang akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas layanan
pembimbingan klien dewasa yang mendapatkan program
Pembebasan Bersyarat (PB) di Bapas Purwokerto?”
C. Tujuan
Tujuan dari kegiatan dalam rancangan aktualisasi ini adalah
untuk meningkatkan kualitas layanan pembimbingan klien dewasa
yang mendapatkan program pembebasan bersyarat (PB) di Balai
Pemasyarakatan Kelas II Purwokerto. Rancangan aktualisasi nilai-
nilai dasar ini merupakan cara untuk internalisasi dan aktualisasi
nilai-nilai dasar PNS sehingga mampu melaksanakan tugas dan
fungsinya secara profesional, Akuntabel, Sinergis, Transparan dan
inovasi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, perekat
dan pemersatu bangsa.
D. Manfaat
Manfaat kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat bagi peserta Latsar
Mampu memahami, menginternalisasi dan
mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS yang meliputi
Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan
Anti Korupsi.
2. Manfaat bagi Balai Pemasyarakatan Kelas II Purwokerto
7
Rancangan aktualisasi ini diharapkan dapat meningkatkan
kualitas layanan pembimbingan klien dewasa yang
mendapatkan program Pembebasan Bersyarat di Balai
Pemasyarakatan Kelas II Purwokerto serta mendukung
terwujudnya visi dan misi Balai Pemasyarakatan Kelas II
Purwokerto.
3. Manfaat eksternal
Klien mendapatkan pelayanan hukum yang berkualitas
8
BAB II
LANDASAN TEORI
9
pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan negara.
Dalam hal ini CPNS sebagai bagian dari warga masyarakat tentu
memiliki hak dan kewajiba yang sama untuk melakukan bela negara
sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945.
Unsur bela negara :
1. Cinta tanah air
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara
3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
5. Memiliki kemampuan awal bela negara
10
merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Adapaun indikator dari nilai akuntabilitas adalah:
a. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
hal tersebut.
b. Transparansi
Transparansi dapat diartikan sebagai keterbukaan atas semua
tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok / institusi.
c. Integritas
Integritas mempunyai makna konsistensi dan keteguhan yang
tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan
keyakinan.
d. Tanggungjawab
Tanggungjawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Tanggungjawab juga dapat berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajiban.
e. Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral
mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda maupun orang.
f. Kepercayaan
Rasa keadilan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini akan melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan
Pencapaian akuntabilitas dalam lingkungan kerja, diperlukan
adanya keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan,
serta harapan dan kapasitas. Selain itu, adanya harapan dalam
mewujudkan kinerja yang baik juga harus disertai dengan
11
keseimbangan kapasitas sumber daya dan keahlian (skill) yang
dimiliki.
h. Kejelasan
Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan,
peran dan tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang
diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik
individu maupun organisasi.
i. Konsistensi
Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus
melakukan sesuatu sampai pada tercapainya tujuan akhir.
2. Nasionalisme
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai
bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai
beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Sedang
dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa
cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus
menghormati bangsa lain.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai
Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa:
menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan
golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan
bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan
bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui
persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama
manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling
mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.
12
3. Etika Publik
Etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk,
benar/salah yang harus dilakukan atau bagaimana melakukan yang
baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk
melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam
kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi
tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah
perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan
publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan
publik.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam
Undang-Undang ASN, yakni sebagai berikut:
a. memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Pancasila;
b. setia dalam mempertahankan UUD 1945;
c. menjalankan tugas secara profesional dan tidak memihak;
d. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
e. menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
f. memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur;
g. mempertanggung jawabkan tindakan dan kinerja publik;
h. memiliki kemampuan menjalankan kebijakan pemerintah;
i. memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap,
cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
j. mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
k. menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
l. mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja
pegawai;
m. mendorong kesetaraan dalam pekerjaan
n. meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
13
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik
dengan berorientasi pada kualitas hasil. Adapun nilai-nilai
komitmen mutu antara lain:
a. efektif, yaitu berhasil guna dapat mencapai hasil sesuai dengan
target;
b. efisien, yaitu berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan pemborosan;
c. inovasi, yaitu penemuan sesuatu yang baru atau mengandung
kebaruan;
d. berorientasi mutu, yaitu ukuran baik buruk yang di persepsi
individu terhadap produk atau jasa.
5. Anti Korupsi
Anti Korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk
memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan
norma–norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi,
merugikan negara atau masyarakat baik secara langsung
maupun tidak langsung. Tindak pidana korupsi yang terdiri dari
kerugian keuangan negara, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan
curang, penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan dalam
pengadaan dan gratifikasi.
Indikator yang ada pada nilai dasar anti korupsi meliputi:
a. mandiri yang dapat membentuk karakter yang kuat pada diri
seseorang sehingga menjadi tidak bergantung terlalu banyak
pada orang lain. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin
hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
demi mencapai keuntungan sesaat;
b. kerja keras merupakan hal yang penting dalam rangka
tercapainya target dari suatu pekerjaan. Jika target dapat
14
tercapai, peluang untuk korupsi secara materiil maupun non
materiil (waktu) menjadi lebih kecil;
c. berani untuk mengatakan atau melaporkan pada atasan atau
pihak yang berwenang jika mengetahui ada pegawai yang
melakukan kesalahan;
d. disiplin berkegiatan dalam aturan bekerja sesuai dengan
undang-undung yang mengatur;
e. peduli yang berarti ikut merasakan dan menolong apa yang
dirasakan orang lain;
f. jujur yaitu berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran
(dharma);
g. tanggung jawab yaitu berani dalam menanggung resiko atas
apa yang kita kerjakan dalam bentuk apapun;
h. sederhana yang dapat diartikan menerima dengan tulus dan
iklas terhadap apa yang telah ada dan diberikan oleh Tuhan
kepada kita;
i. adil yaitu memandang kebenaran sebagai tindakan dalam
perkataan maupun perbuatan saat memutuskan peristiwa yang
terjadi.
15
1. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
Pegawai ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan
profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber
daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.
Adapun asas-asas manajemen ASN, antara lain:
a. kepastian hukum;
b. profesionalitas;
c. proporsionalitas;
d. keterpaduan;
e. delegasi;
f. netralitas;
g. akuntabilitas;
h. efektif dan efisien;
i. keterbukaan;
j. non diskriminatif;
k. persatuan;
l. kesetaraan;
m. keadilan;
n. kesejahteraan.
2. Pelayanan Publik
Pelayanan Publik menurut Lembaga Administrasi Negara
adalah segala bentuk pelayanan umum yang dilaksanakan oleh
instansi Pemerintah di pusat dan daerah dan dilingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang atau jasa baik dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan
pelayanan prima adalah:
16
a. Partisipatif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan
masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.
b. Transparan
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi
warga negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan
pelayanan publik yang diselenggarakan tersebut.
c. Responsif
Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib
mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga
negaranya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik
yang mereka butuhkan, mekanisme penyelenggaraan layanan,
jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan
pelayanan.
d. Tidak Diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
boleh dibedakan antara satu warga negara dengan warga
negara yang lain atas dasar perbedaan identitas warga negara.
e. Mudah dan Murah
Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus
memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk
memperoleh layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan
prinsip mudah dan murah. Hal ini perlu ditekankan karena
pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak
dimaksudkan untuk mencari keuntungan melainkan untuk
memenuhi mandat konstitusi.
f. Efektif dan Efisien
Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan
tujuan-tujuan yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan
17
tujuan tersebut dilakukan dengan prosedur yang sederhana,
tenaga kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
g. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus
dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam
arti fisik dan dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait
dengan biaya dan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut.
h. Akuntabel
Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada
atasan akan tetapi yang lebih penting harus
dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat
luas melalui media publik.
i. Berkeadilan
Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan
sebagai alat melindungi kelompok rentan dan mampu
menghadirkan rasa keadilan bagi kelompok lemah ketika
berhadapan dengan kelompok yang kuat.
18
penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan
mempertimbangkan dampak;
dialog atau pertukaran informasi;
joint planning, yaitu perencanaan bersama untuk kerjasama
sementara.
b. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:
joint working, atau kolaborasi sementara;
joint ventrure, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama
pada pekerjaan besar yang menjadi urusan utama salah
satu peserta kerjasama;
satelit, yaitu entitas yang terpisah, dimiliki bersama, dibentuk
sebagai mekanisme integratif.
c. Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat dibagi
lagi menjadi:
aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang,
kerjasama pada isu besar yang menjadi urusan utama salah
satu peserta kerjasama;
union, berupa Unifikasi resmi, identitas masing-masing
masih nampak;
merger, yaitu penggabungan ke dalam struktur baru.
19
BAB III
TUGAS UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA
A. Profil Organisasi
1. Dasar Hukum Pembentukan Bapas Kelas II Puwokerto
Balai Pemasyarakatan (BAPAS) merupakan UPT (Unit
Pelaksana Teknis) di bidang Pemasyarakatan luar lembaga yang
merupakan pranata atau satuan kerja dalam lingkungan
Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Tugas Balai
pemasyarakatan adalah melakukan pembimbingan terhadap klien
sampai seorang klien dapat memikul beban/masalah dan dapat
membuat pola sendiri dalam menanggulangi beban permasalahan
hidup. Pembimbingan yang dimaksud dilakukan di luar LAPAS
ataupun RUTAN.
Sejarah berdirinya BAPAS, dimulai pada masa
Pemerintahan Hindia Belanda yaitu dengan berdirinya Jawatan
Reclassering yang didirikan pada tahun 1927 dan berada pada
kantor pusat jawatan kepenjaraan. Jawatan ini didirikan untuk
mengatasi permasalahan anak-anak/ pemuda Belanda dan Indo
yang memerlukan pembinaan khusus. Kegiatan Jawatan
Reclassering ini adalah memberikan bimbingan lanjutan bagi
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), pembimbingan bagi WBP
anak dan dewasa yang mendapatkan pembebasan bersyarat, serta
pembinaan anak yang diputus dikembalikan kepada orang tuanya
dan menangani anak sipil. Petugas Reclassering disebut
Ambtenaar de Reclassering. Institusi ini hanya berkiprah selama
lima tahun dan selanjutnya dibekukan karena krisis ekonomi akibat
terjadinya Perang Dunia I.
Bispa Purwokerto yang pada awalnya berdiri antara tahun
1977 masih satu kantor dengan Lapas Purwokerto, sedangkan
pada tahun 1978 s/d 1981 Kantor Bispa berpindah tempat di jalan
20
Mersi Purwokerto dengan sistem kontrak, karena belum
mempunyai kantor sendiri, dan selanjutnya pada tanggal 22 Juni
1982 Kantor Bispa berpindah lagi menempati gedung baru yang
beralamatkan di jalan Pasukan Pelajar Imam No.04 Purwokerto.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia
Nomor : M.02-PR.07.03 tahun 1987 tanggal 2 Mei 1987 dibentuklah
Organisasi dan Tata Kerja Balai Bimbingan Kemasyarakatan dan
Pengentasan Anak atau Balai BISPA. Selanjutnya berdasarkan
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.01-
PR.07.03 tahun 1997 tanggal 12 Februari 1997 tentang
nomenklatur (perubahan nama) Balai BISPA berubah menjadi Balai
Pemasyarakatan yang disingkat BAPAS (Balai Pemasyarakatan)
hingga saat ini yaitu pranata untuk melaksanakan bimbingan klien
pemasyarakatan.
Dasar Hukum Pembentukan Bapas Kelas II Purwokerto :
a. Pancasila dan Undang-Undang Dasar
b. Undang-Undang RI No.12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan
c. Undang-Undang RI No.11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Anak
d. Undang-Undang RI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak
e. KUHP
f. KUHAP
g. PP No.31 Tahun 1990 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan
h. Petunjuk Pelaksanaan Menteri Kehakiman RI Nomor : E-39-
PR.05.03 Tahun 1987 tentang Bimbingan Klien
Pemasyarakatan
i. Petunjuk Teknis Menteri Kehakiman RI Nomor : E-40-
PR.05.03 tentang Pembimbingan Klien Pemasyarakatan
21
j. Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor : M.01-PK.04.10
Tahun 1998 tentang Tugas, Kewajiban, dan syarat-syarat
bagi Pembimbing Kemasyarakatan III.
22
1. Profesional
Yang dimaksud dengan profesional adalah sumber daya
manusia (petugas balai pemasyarakatan) yang memiliki
kompetensi, kreativitas inovasi, konsistensi, dan koneksi.
2. Akuntabel
Petugas balai pemasyarakatan (BAPAS) ketika bertugas
dapat dipertanggungjawabkan, dapat dipahami dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, baik sumber inputnya, prosesnya, maupun
peruntukan/pemanfaatan outputnya.
3. Sinergi
Bekerja bersama-sama, gabungan atau kerjasama yang
dilakukan guna mendapatkan hasil yang lebih maksimal
dengan terhubung oleh beberapa peran yang berbeda
namun terkait didalamnya.
4. Transparan
Prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap
orang untuk memperoleh informasi tentang
penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang
kebijakan, proses pembuatan serta hasil yang dicapai.
5. Inovatif
Suatu ide gagasan, praktek atau objek/benda yang
disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh
seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
Ciri Intrinsik Individu Inovatif (3N) :
a. NITENI (Mengamati)
b. NIROKAKE (Menirukan)
c. NEMOKAKE (Menemukan)
23
d. Tujuan Bapas Kelas II Purwokerto
Menjadi Balai Pemasyarakatan yang mampu melayani klien
pemasyarakatan secara profesional sehingga klien
pemasyarakatan bisa kembali ke lingkungan dan masyarakat
seperti sedia kala.
Kepala
Agus Nugroho, S.H.
Pembimbing Pembimbing
Kemasyarakatan Kemasyarakatan
24
b. Job Deskripsi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman Republik
Indonesia Nomor : M.02-PR.03.07 Tahun 1987
1) Urusan Tata Usaha
Melaksanakan tugas urusan tata usaha dan rumah
tangga yang terdiri dari :
a) Melakukan urusan kepegawaian
b) Melakukan urusan keuangan
c) Melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan, dan
rumah tangga.
2) Sub Seksi Bimbingan Klien Dewasa
Melakukan registrasi dan memberikan bimbingan
kemasyarakatan dan memberikan bimbingan kerja kepada
klien dewasa.
3) Sub Seksi Bimbingan Klien Anak
Melakukan registrasi dan memberikan bimbingan
kemasyarakatan dan memberikan bimbingan kerja kepada
klien anak.
25
f) Staff Sub Sie BKD : 17 orang
g) Staff Sub Sie BKA : 11 orang
h) CPNS : 15 orang
2) Pangkat/Golongan
Sumber Daya Manusia jika diklasifikasikan
berdasarkan pangkat/golongan dapat dijelaskan
sebagai berikut :
26
berdiri di atas tanah seluas 2.080 m2 dengan rincian sebagai
berikut :
1) Bangunan kantor : 290 m2
2) Rumah dinas : 70 m2
3) Halaman depan : 640 m2
4) Bagian belakang
a) Aula : 200 m2
b) Lapangan voli : 162 m2
c) Halaman belakang : 718 m2
Balai Pemasyarakatan Kelas II Purwokerto memiliki
rumah dinas yang terletak di samping gedung kantor yang
dimanfaatkan sebagai tempat singgah atau istirahat Kepala
Bapas. Selain rumah dinas, Balai Pemasyarakatan Kelas II
Purwokerto juga memiliki kendaraan operasional yakni : 1
mobil operasional yang digunakan oleh Kepala Bapas, dan 2
motor operasional yang digunakan oleh karyawan jika sedang
melaksanakan dinas luar kantor.
27
2. melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk diversi untuk
tindak pidana kategori 5 dan 6;
3. melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk sidang
pengadilan anak untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
4. melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk saksi/korban
untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
5. melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk tersangka
dewasa untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
6. melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk perawatan
anak di Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS) untuk tindak
pidana kategori 5 dan 6;
7. melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk perawatan
tahanan di Rutan untuk tindak pidana kategori 3;
8. melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk menentukan
program pembinaan awal/ asimilasi/PB/CB/CMB/CMK anak untuk
tindak pidana kategori 5 dan 6;
9. melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk menentukan
program pembinaan awal/ asimilasi/PB/CB/CMB/CMK narapidana
untuk tindak pidana kategori 3;
10. melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk pemindahan
narapidana/anak untuk tindak pidana kategori 3;
11. melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk program
pembimbingan klien anak di Balai Pemasyarakatan (Bapas) untuk
tindak pidana kategori 5 dan 6;
12. melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk program
pembimbingan di Bapas untuk tindak pidana kategori 3;
13. melakukan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk permintaan
instansi lain bagi anak/ narapidana untuk tindak pidana kategori 5 dan
6;
14. melakukan kegiatan pendampingan untuk anak usia dibawah 12
tahun pada saat pengambilan keputusan dalam rangka penyelesaian
perkara anak untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
28
15. melakukan kegiatan pendampingan terhadap anak dalam rangka
pemeriksaan awal di tingkat penyidikan untuk tindak pidana kategori
5 dan 6;
16. melaksanakan tugas sebagai wakil fasilitator pada proses
musyawarah/mediasi dalam rangka pelaksanaan diversi untuk tindak
pidana kategori 5 dan 6;
17. melakukan kegiatan pendampingan terhadap anak dalam rangka
pemeriksaan anak di Kejaksaan pada saat pelimpahan berkas
perkara dari Kepolisian untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
18. melakukan kegiatan pendampingan musyawarah/ mediasi bagi
perkara anak yang tidak memenuhi syarat diversi untuk tindak pidana
kategori 5 dan 6;
19. melakukan kegiatan pendampingan terhadap anak pada pelaksanaan
kesepakatan diversi/ penetapan pengadilan/putusan pengadilan
dalam rangka memastikan kesiapan anak, pihak terkait untuk tindak
pidana kategori 5 dan 6;
20. melakukan kegiatan pendampingan terhadap anak/dewasa dalam
rangka memberikan pertimbangan/rekomendasi pada proses
persidangan untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
21. melakukan kegiatan pendampingan terhadap klien anak/dewasa ke
pihak terkait dalam rangka pemenuhan kebutuhan berdasarkan hasil
assesmen untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
22. melaksanakan kegiatan verifikasi dokumen serta mencocokan
dengan narapidana yang diserah terimakan dari Lembaga
Pemasyarakatan (Lapas)/Rumah Tahanan Negara (Rutan) dalam
kegiatan penerimaan dan registrasi klien pemasyarakatan;
23. melaksanakan kegiatan assesmen resiko dan kebutuhan dalam
rangka menilai tingkat resiko dan mengidentifikasi kebutuhan
pembimbingan klien untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
24. menyusun program pembimbingan klien anak tahap
awal/lanjutan/akhir/tambahan (after care) dalam rangka menentukan
kegiatan bimbingan untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
29
25. menyusun program pembimbingan klien dewasa tahap
awal/lanjutan/akhir/tambahan (after care) dalam rangka menentukan
kegiatan bimbingan untuk tindak pidana kategori 3 dan 4;
26. melaksanakan kegiatan konseling dalam rangka pembimbingan
kepribadian/kemandirian klien anak untuk tindak pidana kategori 3
dan 4;
27. melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling dalam rangka
pembimbingan kepribadian/ kemandirian klien dewasa untuk tindak
pidana kategori 3;
28. melaksanakan kegiatan kunjungan rumah dalam rangka
pembimbingan kepribadian/kemandirian klien anak untuk tindak
pidana kategori 5 dan 6;
29. melaksanakan kegiatan kunjungan rumah dalam rangka
pembimbingan kepribadian/kemandirian klien dewasa untuk tindak
pidana kategori 5 dan 6;
30. melakukan evaluasi perkembangan bimbingan klien anak secara
berkala untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
31. melakukan evaluasi perkembangan bimbingan klien dewasa secara
berkala untuk tindak pidana kategori 3;
32. menelaah surat permintaan pindah bimbingan dari klien anak dan
membuat dokumen usulan pindah bimbingan ke Bapas lain untuk
tindak pidana kategori 5 dan 6;
33. melaksanakan kegiatan verifikasi, klarifikasi dan menyusun
rekomendasi dalam rangka menindaklanjuti surat usulan dan
dokumen permintaan pindah bimbingan klien anak dari Bapas lain
untuk tindak pidana kategori 5 dan 6
34. menelaah surat permintaan pindah bimbingan klien dewasa dan
membuat dokumen usulan pindah bimbingan ke Bapas lain tindak
pidana kategori 3;
35. melaksanakan kegiatan verifikasi, klarifikasi dan menyusun
rekomendasi dalam rangka menindaklanjuti surat usulan dan
dokumen permintaan pindah bimbingan klien dewasa dari Bapas lain
30
untuk tindak pidana kategori 3;
36. menyusun dokumen pengakhiran bimbingan klien anak untuk tindak
pidana kategori 3;
37. menyusun dokumen pengakhiran bimbingan klien dewasa untuk
tindak pidana kategori 3;
38. melakukan pemetaan peluang kerja sama pihak ketiga dalam rangka
membangun jejaring kerja;
39. melakukan kegiatan pengawasan proses upaya diversi dalam rangka
terlaksananya diversi untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
40. melakukan kegiatan pengawasan penetapan hasil diversi/putusan
hakim terhadap anak untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
41. melakukan kegiatan pengawasan putusan hakim terhadap klien
dewasa untuk tindak pidana kategori 3;
42. melakukan kegiatan pengawasan pelaksanaan program perawatan
dan layanan tahanan anak berdasarkan hasil rekomendasi penelitian
kemasyarakatan untuk tindak pidana kategori 5 dan 6;
43. melakukan kegiatan pengawasan pelaksanaan program perawatan
dan layanan tahanan dewasa berdasarkan hasil rekomendasi
penelitian kemasyarakatan untuk tindak pidana kategori 3;
44. melakukan kegiatan pengawasan program pembinaan anak di
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) berdasarkan hasil
rekomendasi penelitian kemasyarakatan untuk tindak pidana kategori
5 dan 6;
45. melakukan kegiatan pengawasan program pembinaan narapidana
dewasa di Lapas/Rutan berdasarkan hasil rekomendasi penelitian
kemasyarakatan untuk tindak pidana kategori 3;
46. melakukan kegiatan pengawasan program pembimbingan klien anak
berdasarkan hasil rekomendasi penelitian kemasyarakatan untuk
tindak pidana kategori 5 dan 6;
47. melakukan kegiatan pengawasan program pembimbingan klien
dewasa berdasarkan hasil rekomendasi penelitian kemasyarakatan
untuk tindak pidana kategori 3;
31
48. memeriksa dan memverifikasi surat dan dokumen permintaan izin ke
luar negeri dari klien anak serta membuat dokumen penerusan
permintaan izin ke luar negeri ke kantor wilayah untuk tindak pidana
kategori 5 dan 6;
49. memeriksa dan memverifikasi surat dan dokumen permintaan izin ke
luar negeri dari klien dewasa serta membuat dokumen penerusan
permintaan izin ke luar negeri ke kantor wilayah untuk tindak pidana
kategori 3;
50. melakukan kegiatan pengawasan program pembimbingan klien anak
yang mendapatkan izin keluar negeri/kota berdasarkan hasil
rekomendasi penelitian kemasyarakatan untuk tindak pidana kategori
5 dan 6;
51. melakukan kegiatan pengawasan pelaksanaan izin keluar negeri klien
dewasa untuk tindak pidana kategori 3;
52. melakukan kegiatan pengusulan pencabutan PB/
CMB/CB/asimilasi/CMK klien anak untuk tindak pidana kategori 5 dan
6;
53. melakukan kegiatan pengusulan pencabutan PB/
CMB/CB/asimilasi/CMK klien dewasa untuk tindak pidana kategori 3;
32
2. Membantu pelaksanaan kegiatan penelitian kemasyarakatan untuk
Klien Anak.
3. Membantu pelaksanaan kegiatan pendampingan terhadap anak
yang berhadapan dengan hukum (ABH).
4. Membantu pelaksanaan tugas pelayanan di lobi atau penerimaan
tamu.
5. Membantu pelaksanaan kegiatan registrasi klien baru.
6. Membantu pelaksanaan bimbingan Klien Dewasa
7. Membantu pelaksanaan bimbingan Klien Anak
8. Melaksanakan tugas-tugas administratif
C. Role Model
Selama melaksanakan tugas di Balai Pemasyarakatan Klas II
Purwokerto, terdapat seorang Role Model yang menjadi panutan penulis
dalam melaksanakan tugas dan kewajiban, yaitu Kepala Balai
Pemasyarakatan Klas II Purwokerto. Alasan mendasar Kepala Bapas
dijadikan sebagai role model karena dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya, beliau sangat tegas dan penuh tanggung jawab, terbukti
apabila ada pegawai yang melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan
peraturan langsung diberi peringatan. Selain itu dalam pelaksanaan tugas
setiap unit kerja, beliau selalu mewajibkan adanya laporan
pertanggungjawaban serta administrasi yang lengkap dan rapi,
menyelesaikan tugas secara tepat waktu dan tidak mengulur-ulur waktu dalam
pelaksanaannya.
33
BAB IV
RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI
A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan Nilai
Kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan di Balai Pemasyarakatan
Kelas II Purwokerto sesuai dengan nilai dasar Pegawai Negeri Sipil (PNS)
yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti
Korupsi (ANEKA) dan berprinsip pada Manajemen Aparatur Sipil Negara
(ASN), Layanan Publik dan Whole of Government (WoG).
Rancangan kegiatan tersebut sudah dianalisis dan
mempertimbangkan identifikasi isu, dan untuk merencanakan kegiatan
aktualisasi, langkahnya adalah melakukan identifikasi isu yang terjadi dan
actual di tempat kerja atau instansi, seperti isu unit kerja, isu organisasi dan
isu individu. Setelah itu memilih isu yang benar-benar penting berdasarkan
penilaian dari kriteria Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Layak
(APKL) dan kriteria Urgency, Seriousness, dan Growth (USG) untuk
dicarikan solusi dan dikategorikan sesuai dengan mata pelatihan dari
Manajemen ASN, WoG, dan Pelayanan publik sebagaimana yang telah
diuraikan pada Bab I.
Sumber isu yang diangkat berasal dari tugas pokok dan fungsi
(Tupoksi), Sasaran Kinerja Pegawai (SKP), inisiatif kegiatan peserta yang
disetujui mentor dan coach, dan penugasan dari atasan. Dengan langkah-
langkah atau tahapan tersebut sehingga muncul rencana kegiatan
aktualisasi.
Rancangan kegiatan aktualisasi merupakan rencana operasional
pelaksanaan aktualisasi dan habituasi yang akan diterapkan oleh penulis
selama 80 hari di Balai Pemasyarakatan Kelas II Purwokerto Rancangan
kegiatan aktualisasi disajikan secara rinci seperti tabel berikut.
34
unit Kerja Balai Pemasyarakatan Kelas II Purwokerto
Isu yang Diangkat Belum optimalnya pelayanan pembimbingan klien dewasa yang mendapatkan program
Pembebasan Bersyarat (PB) di Balai Pemasyarakatan Purwokerto
Gagasan Pemecahan Isu 1. Penerimaan klien baru dari Lapas/Rutan sesuai dengan SOP (Sumber : SKP)
2. Mengoptimalkan penggunaan system database pemasyarakatan (SDP) dalam proses
layanan e-registration klien pemasyrakatan (Sumber : SKP)
3. Melaksanaan bimbingan konseling klien dewasa di Bapas (Sumber : SKP)
4. Membuat kartu bimbingan apel Klien bimbingan Pembebasan Bersyarat (PB) (Sumber:
SKP)
5. Pembuatan Banner Alur Pembimbingan klien Dewasa (Sumber: Inovasi)
6. Pembuatan leaflet yang berisi tentang hak dan kewajiban klien bimbingan Bapas
(Sumber: Inovasi)
7. Membuat kemudahan dalam melakukan survei kepuasan pelayanan Bapas
Purwokerto melalui e-survey (Sumber : Inovasi)
8. Pengolahan hasil Rekapitulasi e-survey dalam bentuk e-charts (Sumber: Inovasi)
35
Keterkaitan Kontribusi Terhadap
Visi Penguatan Nilai
No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output Substansi Mata
Misi Organisasi Organisasi
Pelatihan
1 Penerimaan Adanya registrasi Kegiatan registrasi Aktualisasi nilai-nilai
klien baru PB klien baru dari yang baik merupakan dasar PNS tersebut
dari Lapas/Rutan Lapas/Rutan bentuk kontribusi dalam kegiatan ini
sesuai dengan dalam mendukung menguatkan nilai
SOP misi organisasi untuk
1. Klien baru mengisi Adanya tanda tangan Akuntablitas organisasi
Meningkatkan
(Sumber : SKP) buku hadir lapor di klien diwujudkan dengan Profesional, sinergi
pelaksanaan
meja pelayanan adanya tanda dan Akuntabel
pelayanan kepada
tangan klien yang
WBP dalam rangka
lapor
penegakan hukum,
2. Klien dipandu untuk Adanya pemanduan Komitmen mutu pencegahan dan
mengisi formulir dan kejelasan dalam penganggulangan
memberikan
registrasi mengisi registrasi kejahatan serta
pelayanan sesuai pencapaian dan
dengan standar perlindungan HAM
pelayanan
36
3. Klien dipandu untuk Adanya sidik jari klien Akuntabilitas
cap sidik jari adanya tanda
tangan klien lapor
37
3. Menginput data diri Adanya pengumpulan Komitmen mutu perlindungan HAM
klien secara info secara komplit diwujudkan dengan
menyeluruh ke tetang data diri klien input data secara
dalam SDP di dalam SDP capat dan tepat
39
nantinya bakal di kecepatan layanan
bawa dan simpan dalam memberikan
klien kartu bimbingan
40
Mencetak banner di Adanya banner yang Komitmen mutu
percetakan sudah dicetak diwujudkan dengan
efektif dan efisien
dalam mencetak
banner
42
3. Uji coba e-survei Adanya uji coba e- Komitmen mutu pencapaian dan
survei diwujudkan dengan perlindungan HAM.
uji coba untuk
melihat sejauh
mana efektifnya e-
survei
43
3. Menyiapkan dan Adanya hasil olahan Akuntabel
menyusun hasil e-survei diwujudkan dengan
olahan e-survei transparan dan
tanggung jawab
44
Berikut analisa potensi dampak yang terjadi apabila kegiatan tidak bisa
dilaksanakan:
1. Penerimaan klien baru dari Lapas/Rutan sesuai dengan SOP.
Potensi dampak:
Apabila tidak dilaksanakan maka klien yang mendapatkan
pembebasan bersyarat tidak bisa diterima menjadi klien bapas dan
tentu saja program pembebasan bersyaratnya tidak bisa diterima
2. Mengoptimalkan penggunaan system Database Pemasyarakatan
(SDP) dalam proses layanan e-registration klien pemasyrakatan.
Potensi dampak:
Apabila tidak dilakasanakan maka System Base Pemasyarakatan
(SDP) menjadi tidak maksimal, dan nantinya pencarian data-data
tentang klien yang masuk menjadi tidak optimal.
3. Melaksanaan bimbingan konseling klien dewasa di Bapas
Potensi dampak:
Apabila tidak dilaksanakan maka kita tidak tahu kebutuhan dan
keluhan klien selama menjadi klien Balai Pemasyarakatan
Purwokerto
4. Membuat kartu bimbingan apel Klien bimbingan Pembebasan
Bersyarat (PB)
Potensi dampak:
Apabila tidak dilaksanakan maka daftar hadir dan monitoring klien
yang apel tidak bisa dilihat
5. Pembuatan Banner Alur Pembimbingan klien Dewasa
Potensi dampak:
Apabila tidak dilaksanakan maka klien Balai Pemasyaraktan tidak
mengetahui alur pembimbingan yang nanti akan dijalanninya.
6. Pembuatan leaflet yang berisi tentang hak dan kewajiban klien
bimbingan Bapas
Potensi dampak:
Apabila tidak dilaksanakan maka klien Balai Pemasyaraktan tidak
mengetahui hak dan kewajibannya sebagai klien bapas sehingga
45
rentan akan terjadi pelanggara ketia tidak mengetahui hak dan
kewajibannya
7. Membuat kemudahan dalam melakukan survei kepuasan
pelayanan Bapas Purwokerto melalui e-survey.
Potensi dampak:
Apabila tidak dilaksanakan maka Balai pemasyarakatan purwokerto
tidak mengetahui sejauh mana kualitas layanan yang diberikan
kepada klien, selain itu dengan adanya e-survei juga akan
memudahkan dalam pengambilan data kuesioner dan tentunya
lebih hemat kertas.
8. Pengolahan hasil Rekapitulasi e-survey dalam bentuk e-charts
Potensi dampak:
Jika tidak dilaksanakan maka data yang sebelumnya telah
terkumpul akan menjadi sia-sia saja karena dari hasil olahan
tersebut kita bisa melihat kualitas layana dalam bentuk charts.
46
B. Jadwal Rancangan Aktualisasi
No Kegiatan Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
47
A. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala
Pelaksanaan kegiatan aktualisasi dan habituasi ANEKA,
dimungkinkan mengalami kendala sehingga rancangan kegiatan ini
tidak dapat direalisasikan secara optimal atau tidak tercapai
aktualisasinya. Oleh karena itu perlu disampaikan kendala-kendala
yang mungkin terjadi, langkah-langkah antisipasi menghadapi
kendala tersebut, dan perlu dicari secara cermat strategi untuk
menghadapi kendala tersebut.
Dalam mendukung terlaksanakanya agenda kegiatan
aktualisasi ini, peserta latsar akan dibantu oleh atasan dan rekan
kerja. Adapun kendala yang mungkin akan dihadapi, antara lain:
1 Tidak adanya dana dari institusi yang Koordinasi dengan atasan terkait
mendukung terlaksananya program pendanaan ini.
aktualisasi ini.
48
BAB V
PENUTUP
49
DAFTAR PUSTAKA
50
Lembaga Administras Negara. (2017). Modul Pelatihan Dasar Calon PNS
Golongan III Whole of Goverment. Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. (2017). Modul
Pelatihan Dasar Calon PNS Aktualisasi Jakarta : Lembaga
Administrasi Negara Republik Indonesia.
Permen PAN RB No 22 Tahun 2016. Tentang Jabatan Fungsional
Pembimbing Kemasyarakatan : MenPAN RB
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) No.15 Tahun 2015
(LAN,2015) Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
dan Pelatihan Prajabatan Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan
III
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan
51
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
52