BAB III
KEGIATAN DAN HASIL PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini dilaksanakan di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung mulai tanggal 3-28 Maret 2014.
Rekapitulasi rangkaian kegiatan yang dilaksanakan selama PKPA periode Maret
2014 dapat dilihat pada Tabel 3.10, Lampiran 2.
3.1 Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
Kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan PKPA di Rumah Sakit
Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin Bandung antara lain:
1. Pengenalan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) RSUP Dr. Hasan
2.
3.
4.
5.
Sadikin
Tim Farmasi dan Terapi
Mempelajari Pelayanan Farmasi Produk
Mempelajari Pelayanan Farmasi Klinik
Meninjau Sejumlah Depo dan Gudang Farmasi di RSUP Dr. Hasan
Sadikin
6. Melaksanakan Key Performance Indicator (KPI)
7. Mempelajari Sistem Distribusi Obat Unit Dose Dispensing (UDD)
8. Mempelajari Sistem Distribusi Obat Individual Prescription (IP)
9. Mempelajari Farmakoterapi Kanker dan Safe Handling Cytotoxic
10. Pembekalan Pembuatan Media Informasi, Penyuluhan dan Konseling
11. Pengkajian Jurnal Ilmiah (Journal Reading)
12. Pelaksanaan Penyuluhan.
13. Pelaksanaan Konseling kepada pasien.
14. Pemantauan Terapi Obat Pasien
15. Pelaksanaan Visite MIC (Medical Intermediet Care) dan Diskusi TPN
(Total Parenteral Nutrition)
16. Pelaksanaan Tugas Khusus
3.1.1 Pengenalan Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung
a. Visi dan Misi IFRS RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
37
IFRS RSUP Dr. Hasan Sadikin memiliki visi untuk dicapai yaitu
dengan menjadi instalasi farmasi yang mandiri dan prima dalam
pelayanan farmasi rumah sakit berdasarkan Pharmaceutical Care,
sedangkan misi yang dilakukan untuk mencapai visi tersebut adalah
menyediakan pelayanan farmasi rumah sakit yang menyeluruh dan
terjangkau dengan kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan bagi
masyarakat.
b. Tugas IFRS RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
Tugas Instalasi Farmasi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung
adalah:
1. Menyelenggarakan,
mengkoordinasikan,
mengatur,
dan
pengkajian
penggunaan
38
kesehatan
lain,
pasien
atau
keluarga
pasien,
39
dan
Pengembangan,
dan
Sub-Instalasi
Umum
dan
40
41
42
HIV/AIDS,
perencanaan,
pengadaan,
penerimaan,
penyimpanan,
43
seluruh
unit
pelayanan
selama
setahun
dan
agar
menggunakan
metode
pengadaan
lelang
terbuka.
44
PNBP,
kebutuhan
untuk
segera,
penunjukan
kebutuhan
menggunakan
langsung
dan
pembelian langsung.
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan suatu kegiatan merealisasikan kebutuhan
yang direncanakan dan disetujui melalui pembelian, produksi,
sumbangan/
droping/hibah
dan
bertujuan
untuk
memperoleh
45
khusus
dengan
kunci
ganda.
Tujuan
dilakukannya
46
47
48
49
dan
pembayaran.
Ruang
penanganan
bahan-bahan
membutuhkan
50
lingkup
kegiatan
pelayanan
depo
farmasi
adalah
51
Sistem distribusi dan jangkauan pelayanan depo farmasi RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung dapat dilihat pada Tabel 3.11, Lampiran 4.
b. Gudang Farmasi
Gudang farmasi merupakan tempat untuk menyimpan semua obat
dan alat kesehatan yang dibutuhkan oleh semua depo farmasi hingga
waktu pendistribusiannya ke ruangan, depo dan poliklinik di RSHS.
Tenaga kerja yang berada di gudang farmasi terdiri atas satu orang
Apoteker penanggungjawab, dan beberapa orang tenaga teknik
kefarmasian.
Berdasarkan sumbernya, BMHP di gudang farmasi dapat dibagi
menjadi dua antara lain:
1. BMHP rutin
Diperoleh dengan cara pembelian melalui tender yang dilakukan
tiga bulan sekali, terdiri atas:
a. Obat-obatan: infus, premedikasi, obat suntik (injeksi, vaksin untuk
poli anak, anestesi, alergen), tablet, sirup, dan zat kontras untuk
radiologi.
b. Alat kesehatan: disposable (contoh: pembalut), radiologi, inventari,
jarum jahit dan hemodialisa.
52
53
yang
dilakukan
dalam
ruang
produksi
meliputi
54
digunakan
untuk
mengukur
tingkat
keberhasilan,
55
pelayanan, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dan sebagai tolak
ukur untuk mengetahui adanya penyimpangan dari standar yang telah
ditentukan.
1. Waktu Pelaksanaan
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 4 6 Maret 2014 di
Depo Farmasi JKN Rawat Jalan RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
2. Metode Pelaksanaan
Waktu tunggu pelayananan diukur melalui selisih waktu yang
diperlukan pasien untuk menunggu mulai dari penerimaan resep oleh
petugas depo hingga penyerahan obat. Waktu penerimaan resep yang
dicatat adalah waktu yang tercetak pada nomor antrian pasien,
sedangkan waktu penyerahan obat yang dicatat adalah pada saat
pertama kali petugas memanggil nama pasien untuk menyerahkan
obat. Selisih waktu yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah R/
yang terdapat pada lembar resep yang diamati. Standar yang
digunakan dalam waktu pelayanan obat jadi tiap R/ adalah 30 menit
dan standar pelayanan racikan tiap R/ adalah 60 menit. Kepuasan
pelanggan
terhadap
pelayanan
depo
farmasi
diukur
dengan
56
informasi
mengenai
cara
penggunaan obat.
Perawat
57
penderita.
ganda
oleh
apoteker
dan
perawat
sehingga
kesalahan obat.
58
Gambar 3.2
KOP Kasus
UDD
2.
Persyaratan Administratif
Tabel 3.1 Persyaratan Administratif
Kelengkapan
Nama dokter
SIP dokter
Alamat dokter
Tgl resep
Paraf dokter
Nama pasien
Alamat pasien
Umur pasien
Keterangan ( / x)
X
X
X
X
X
X
X
Kelengkapan
Jenis kelamin
Berat badan
Nama obat
Potensi obat
Jumlah diminta
Cara
pemakaian
Informasi lain
Keterangan ( / x)
3. Kesesuaian Farmasetik
Tabel 3.2 Kesesuaian Farmasetik Kasus UDD
Inkom
Nama Obat
Bentuk sediaan
Stabilitas
pabilitas
Clopidogrel 75
Tablet
Stabil
Isosorbid Dinitrat 5 Tablet sublingual Stabil
Bisoprolol 2,5
Tablet
Stabil
Simvastatin 10
Tablet
Stabil
Diazepam 5
Tablet
Stabil
Laxadin
Emulsi
Stabil
-
59
Arixtra
Thrombo Aspilets
Ramipril 2,5
Injeksi
Tablet
Tablet
Stabil
Stabil
Stabil
a. Pertimbangan Klinis
Pertimbangan klinis dapat dilihat pada Tabel 3.16, Lampiran 5.
b. Interaksi Obat Yang Perlu Diperhatikan
1. Arixtra dengan Clopidogrel
Saling meningkatkan efek masing-masing obat secara
sinergis (farmakodinamik), beresiko terjadi pendarahan.
2. Thrombo Aspilets dengan Clopidogrel
Saling
meningkatkan
efek
toksik
masing-masing
(farmakodinamik), beresiko terjadi pendarahan pada ulkus.
3. Thrombo Aspilets dengan Ramipril
Thrombo Aspilets meningkatkan efek ramipril secara
antagonis (farmakodinamik).
c. Pembahasan
Permintaan obat oleh dokter tercatat dalam kartu obat
pasien (KOP). Hal yang harus dianalisis terlebih dahulu sebelum
membuat jadwal obat adalah mengkaji kesesuaian farmasetik,
pertimbangan klinis, serta memberikan
solusi
jika
terdapat
60
obat-obat
yang
berinteraksi
tersebut
diatur
sedang
pada
puncaknya,
sehingga
dapat
61
62
: dr. x
: xxxxx
: xxxxx
BB: -
Tanggal lahir: -
Hamil/Menyusui: -
63
mg)
terbagi
2x12
jam.
Efek
sampingnya
adalah
samping
hipersensitivitas.
seperti
gangguan
gatro
Dosis
pemberian
dan
intestinal,
literatur
pusing,
sesuai
(1
64
Nama: X
No: x
Nama: X
Seperlunya
No: x
No: x
Nama: X
No: x
Setelah makan
Aptor 81 mg (7)
dengan
dokter.
paparan
Pasien
terhadap
juga
cahaya
dianjurkan
denga
untuk
mengunakan
Selain
itu
juga,
pasien
dianjurkan
untuk
65
Nama Pasien: x
BB: -
Tanggal lahir: -
Hamil/menyusui: -
66
mg.
Kontraindikasi
adalah
hipersensitivitas
terhadap
c. Penyiapan Obat
Tabel 3.6 Perhitungan Isoniazid, Rifampisin, dan Etambutol
Nama
Obat
Yang Diminta
Dokter
Dosis
Jumlah
Total Hitungan
(dosis x jml)
Isoniazid
100 mg
14 pulv
100 mg x 14 pulv =
1400 mg
Rifampisin
150 mg
14 pulv
150 mg x 14 pulv =
2100 mg
3 tablet @600 mg
7 kapsul @ 300 mg
4 2/3 kapsul @ 450 mg
Etambutol
200 mg
14 pulv
200 mg x 14 pulv=
2800 mg
67
68
No: x
Nama: X
Nama: X
No: x
No: x
e. KIE Pasien
69
70
delayed adalah efek samping yang terjadi dalam waktu beberapa minggu
hingga beberapa bulan setelah kemoterapi seperti anemia, ikterus kolestatik,
hiperpigmentasi, dan nekrosis kardiak. Efek samping late adalah efek
samping yang terjadi dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun
setelah kemoterapi seperti leukimia akut, limpoma, tumor, dan penuaan dini.
Dalam kemoterapi, terapi pendukung yang diberikan dapat berupa
dukungan nutrisi, manajemen efek samping seperti nyeri, infeksi, mual,
muntah, diare, dan konstipasi.
b. Cytotoxic Handling
Obat sitostatika merupakan sediaan obat parenteral yang mempunyai
efek karsinogenik, teratogenik, dan mutagenik terhadap petugas apabila
terpapar obat tersebut pada waktu penyiapan obat, pemberian obat kepada
pasien, penanganan buangan pasien, tumpahan, transportasi dan penanganan
limbah. Efek samping yang ditimbulkan apabila terpapar obat sitostatika
71
Selain
itu,
digunakan
Spill
Kit
untuk
menangani
72
73
20-25 C selama
24 jam.
Inkompatibilitas
Cara pemakaian
Lama
pemberian
Cefepime,
furosemid,
idarubisin, sodium
bikarbonat
Intravena
6 siklus/ 4 minggu
4. Pertimbangan Klinis
Tabel 3.8 Pertimbangan Klinis Kasus Kemoterapi
Kriteria
Vinkristin
Etoposide
Carboplatin
pemeriksaan
Alergi
Efek
Alopesia, neuropati Leukopenia,
Hipotensi, nyeri,
samping
perifer, hipertensi, trombositopenia,
urtikaria, botak,
hipotensi,
mual, gangguan fungsi hati, hipokalemia,
muntah, konstipasi, meningkatkan BUN, mual,
muntah,
disuria, leukopenia, mual, diare, muntah, anoreksia, kolitis
poliuria.
ruam, kelainan EKG, hemoragik,
Dosis tinggi/ terapi anoreksia, kebotakan, konstipasi,
jangka
panjang: sakit kepala, hipotensi leukopenia,
ataksia, kram otot,
trombosipenia,
kesulitan berjalan.
anemia, kelainan
fungsi hati dan
ginjal, anafilaksis
Adanya
Derivat
azole, Barbiturat, siklosporin, Aminoglikosida,
interaksi
digoksin,
echinacea,
Echinacea,
Echinacea,
natalizumab,
natalizumab,
natalizumab,
phenitoin, warfarin.
vaksin
nifedipine, warfarin
Kesesuaian :
Sesuai
Sesuai
Sesuai
dosis
Sesuai
Sesuai
Sesuai
duras
Sesuai
Sesuai
Sesuai
i
jumla
h
5. Permintaan Cairan Infus dan Alat Kesehatan Habis Pakai
74
Spuit 5 cc
II
75
76
77
78
79
masyarakat
rumah
sakit
yang
mendapatkan
perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku pasien atau klien rumah sakit serta
pemeliharaan lingkungan rumah sakit dan termanfaatkannya dengan baik
semua pelayanan rumah sakit. Sasaran dari penyuluhan ini terdiri atas petugas,
pasien, keluarga pasien, pengunjung, dan masyarakat yang tinggal/berada di
sekitar rumah sakit.
a. Pelaksanaan Penyuluhan
Penyuluhan dilaksanakan di Depo Farmasi JKN Rawat Jalan RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung mengenai maag dan penanganannya. Maag
merupakan sekumpulan gejala seperti nyeri perut, mual, berkurangnya nafsu
makan, dan rasa terbakar pada hati. Maag disebabkan tingginya kadar asam
lambung
yang
menyebabkan
iritasi
pada
dinding
lambung
dan
menyebabkan nyeri pada perut. Kadar asam lambung yang tinggi tersebut
berkaitan dengan beberapa penyebab diantaranya pola makan yang tidak
teratur, kelainan pada saluran cerna, adanya infeksi, konsumsi obat- obatan
dan makanan tertentu, serta keadaan depresi mental (WebMD, 2012).
Maag merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat Indonesia.
Sayangnya, tingkat kesadaran masyarakat terhadap penyakit ini masih
sangat rendah. Padahal penyakit ini dapat berkembang menjadi penyakit
yang lebih berat seperti ulkus peptikum dan gastritis. Oleh karena itu,
80
81
82
5.
6.
7.
8.
83
84
energi,
mempertahankan
kesehatan,
pertumbuhan
dan
berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan
kebutuhan nutrisi (Rock, 2004). Kebutuhan nutrisi harus selalu terpenuhi agar
setiap proses dan organ dalam tubuh dapat berfungsi dengan baik dan normal.
Malnutrisi adalah masalah umum yang ditemukan pada kebanyakan pasien
yang masuk ke rumah sakit. Malnutrisi mencakup kelainan yang disebabkan oleh
defisiensi asupan nutrien, gangguan metabolisme nutrien, atau kelebihan nutrisi.
Kelebihan atau kekurangan nutrisi dapat memberikan efek yang tidak diinginkan
terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika,
1992). Sebanyak 40% pasien dewasa menderita malnutrisi yang cukup serius pada
saat mereka tiba di rumah sakit dan dua pertiga dari semua pasien mengalami
perburukan status nutrisi selama mereka dirawat di rumah sakit (Barr, J. et al.,
2004).
Pemenuhan nutrisi pada pasien malnutrisi dapat dilakukan dengan tiga
cara yaitu diet oral, nutrisi enteral dan nutrisi parenteral. Diet oral diberikan
kepada pasien yang masih bisa menelan makanan yang mengandung nutrisi yang
diperlukan tubuh. Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral dan formula nutrisi
diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastrik tube (NGT)
atau jejunum secara manual maupun bantuan pompa mesin (Akbaylar et al.,
2002), sedangkan nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang
diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran pencernaaan
digunakan apabila usus tidak dapat dipakai dan keadaan pasien yang tidak
85
memungkinkan untuk menerima asupan nutrisi oral (Setiati, 2000; Wiryana, 2007;
The Joint Formulary Committee, 2009).
Pada
kenyataan,
masalah-masalah
mungkin
dapat
terjadi
dalam
penggunaan sediaan nutrisi dan pemberian nutrisi yang tidak adekuat terutama
dalam penggunaan parenteral nutrisi akibat tenaga medis atau tenaga kesehatan
salah dalam memperkirakan dan memberikan kebutuhan nutrisi akibat
ketidaktahuan sediaan nutrisi (indikasi dan dosis) yang tepat dan perhitungan
nutrisi yang benar. Selain itu, produk-produk nutrisi juga harus diperiksa
kestabilannya baik sebelum digunakan maupun setelah kemasan dibuka. Masa
pakai produk nutrisi sesudah pembukaan kemasan dikenal dengan Beyond use
date (BUD) (Pharmlabs, 2013). BUD ini sangat diperlukan terutama untuk
menjamin stabilitas dari sediaan-sediaan nutrisi, akan tetapi BUD jarang
dicantumkan pabrik. Suatu produk obat yang stabil berarti memiliki karakteristik
kimia, fisika, mikrobiologi, terapetik, dan toksikologi yang tidak berubah dari
spesifikasi yang sudah ditetapkan oleh pabrik obat, baik selama penyimpanan
maupun penggunaan.
Oleh karena itu, untuk menjamin penggunaan sediaan nutrisi yang benar
dan berkualitas baik indikasi, dosis, maupun stabilitas di Rumah Sakit Dr. Hasan
Sadikin , maka suatu daftar informasi produk-produk nutrisi dalam formularium
Rumah Sakit Hasan Sadikin harus dibuat. Daftar tersebut dibuat dengan
melakukan pengkajian dan penelusuran pustaka mengenai komposisi, indikasi,
kontraindikasi, efek samping, interaksi, penyimpanan, dan BUD. Dengan adanya
daftar produk nutrisi ini diharapkan dapat memberikan informasi-informasi
kepada tenaga medis dan tenaga kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya
kemungkinan kesalahan dalam pemberian sediaan nutrisi kepada pasien.
b. Tujuan
1) Untuk memberikan informasi mengenai indikasi dan dosis pemakaian
yang tepat sehingga terapi pemberian nutrisi pada pasien dapat dicapai
secara maksimal.
86
2) Untuk memberikan informasi tentang beyond use date dari produk nutrisi
(oral, enteral, ataupun parenteral) sehingga kualitas dan stabilitas sediaan
nutrisi dapat selalu terjaga dengan baik.
c. Hasil
Produk-produk nutrisi yang ada di formularium RSHS terdiri dari sedian
elektrolit (oral dan parenteral), karbohidrat (parenteral), asam amino (oral dan
parenteral), lipid (parenteral), sediaan campuran antara karbohidrat, asam amino,
lipid, dan elektrolit, serta nutrisi enteral. Pengkajian dan penelusuran pustaka yang
dilakukan terhadap produk-produk nutrisi dalam formularium RSHS meliputi
informasi-informasi tentang kandungan, indikasi, aturan pakai, dosis sediaan,
kontraindikasi, cara penyimpanan, dan beyond use date (BUD). Penelusuran
pustaka dilakukan melalui situs produsen, pustaka informasi obat dan brosur
produk. Dari hasil penelusuran pustaka, diperoleh informasi yang cukup lengkap
akan tetapi masih ada beberapa informasi yang belum diperoleh seperti BUD
karena beberapa produsen yang tidak mencantumkan BUD pada brosur, situs,
ataupun kemasan produk.