Anda di halaman 1dari 3

Oriza Ramadhani

M0418049
Biosistematika B

Rangkuman Materi Biosistematika

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 17.000 pulau serta
keanekaragaman hayati yang sangat banyak. Ratusan ribu jenis makhluk hidup,
mikroorganisme serta 47 tipe ekosistem terdapat di Indonesia. Maka dari itu, dibutuhkan
sebuah aturan dan teknik untuk mengenali berbagai jenis makhluk hidup tersebut. Proses
pengelompokan makhluk hidup disebut dengan klasifikasi.

Klasifikasi secara umum dapat diartikan sebagai proses pengelompokan makhluk hidup
kedalam tingkatan yang sesuai berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya. Secara umum, klasifikasi
memiliki 2 tujuan, yaitu mengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan serta
perbedaan ciri yang dimiliki, dan menyederhanakan objek studi yang berupa makhluk hidup
yang sangat beranekaragam. Klasifikasi bermanfaat untuk memudahkan dalam mempelajari
makhluk hidup serta mengetahui hubungan kekerabatannya dengan makhluk hidup yang lain.

Dasar dari klasifikasi adalah persamaan dan perbedaan dari ciri-ciri makhluk hidup
secara genetika yang bersifat mantap, dimana faktor lingkungan tidak terlalu mempengaruhi
hasil dari pengelompokan. Setiap organisme yang mempunyai ciri yang sama dimasukkan
kedalam takson yang sama. Takson merupakan satuan taksonomi yang terdiri atas tingkatan
dengan jenjang yang bertingkat. Tingkatan pada takson bergantung pada derajat kesamaan ciri.
Jika suatu ciri terdapat pada golongan makhluk hidup dalam jumlah besar maka diberikan
tingkatan takson yang tinggi (ciri sintesis). Dalam golongan besar tersebut terdapat kelompok-
kelompok kecil yang berbeda berdasarkan cirinya. Kelompok ini diberikan tingkatan takson
yang lebih rendah, begitupun seterusnya (ciri diagnostik).

Aktivitas dalam klasifikasi dibagi menjadi 3, yaitu Grouping, Ranking dan Placing.
Grouping adalah pengelompokan organisme berdasarkan persamaan dan perbedaan karakter
kedalam beberapa takson. Ranking merupakan penyusunan hasil pengelompokan sehingga
terdapat kelompok dengan ciri umum (ciri sintesis) serta kelompok dengan ciri khusus (ciri
diagnostik). Placing yaitu penempatan hasil pengelompokan kedalam kelompok yang sesuai
ciri-cirinya.

Pengklasifikasian makhluk hidup oleh ahli harus sesuai dengan data yang ada dan dibuat
kesimpulan-sekimpuan yang masuk akal. Muncul berbagai pendapat mengenai bagaimana
makhluk hidup harus dikelompokan, sehingga terdapat berbagai macam sistem klasifikasi.
Setiap sistem yang sudah ada ataupun yang baru diusulkan selalu bersifat sementara dan tidak
pernah sempurna. Karena masing-masing sistem memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Sistem yang sudah ada akan selalu mengalami perubahan, pembaharuan, atau
perbaikan seusai dengan data yang lebih lengkap.

Metode klasifikasi ada 2, yaitu Empiris dan Rasional. Metode empiris adalah
penggolongan yang tidak terlalu memperhatikan ciri dari makhluk hidup. Sedangkan metode
Oriza Ramadhani
M0418049
Biosistematika B

rasional adalah penggolongan mkhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya. Metode rasional dibagi
menjadi 5, yaitu :

1. Klasifikasi praktis, yaitu penggolongan organisme berdasarkan sifat yang berguna


bagi manusia.
2. Klasifikasi buatan (artifisial), yaitu penggolongan berdasarkan sejumlah kecil ciri
dari organisme tanpa memperhatikan keseluruhan crinya. Tujuannya untuk
mempermudah pengenalan berdasarkan ciri yang mudh dilihat saja. Sistem ini
kemudian diganti oleh sistem kelamin oleh Linnaeus pada tahun 1753. Sistem
kelamin mengenal adanya 24 kelas untuk menampung dunia tumbuhan yang
dikelompokkan berdasarkan jumlah, posisi, pengaturan dan panjang benangsari.
Kelas-kelas ini lalu dibagi menjadi beberapa bangsa/ordo berdasarkan sifat putik
bunganya.
3. Klasifikasi fenetik, yaitu penggolongan berdasarkan kekerabatan atau banyaknya
persamaan (overall similarity). Pertama kali dicetuskan oleh Antonie Laurent de
Jussieu (1748-1836). Kelemahannya adalah kenyataan bahwa ciri-ciri yang sama
dapat terjadi karena analogi (kesamaan susunan bentuk tubuh yang terjadi karena
kesamaan fungsi) dan bukan karena homologi (kesamaan susunan dan posisi yang
terjadi karena berasal dari embrio organ yang ontogeninya sama).
4. Klasifikasi filogenik, yaitu penggolongan menggunakan filogeni takson berdasarkan
teori evolusi. Takson-takson tersebut dianggap memiliki tingkatan dari rendah
(primitif) hingga tinggi (maju). Berdasarkan teori evolusi Charles Darwin (1809-
1882). Salah satu ciri sistem ini yaitu adanya silsilah atau pohon filogeni yang
dianggap menunjukkan asal-usul setiap kesatuan takson. Bertujuan untuk
mencerminkan evolusi jenis-jenis yang ada sekarang tidak lagi dianggap sebagai
suatu ciptaan khusus yang statis, mantap dan tidak berubah-ubah melainkan
merupakan populasi-populasi yang bervariasi, dinamis, selalu mengalami perubahan
dan diakui sebagai keturunan jenis-jenis yang pernah ada sebelumnya. Anggota suatu
takson dianggap berkerabat erat satu sama lainnya karena berasal dari satu nenek
moyang (ancestor) yang sama melalui proses-proses evolusi.
5. Klasifikasi alamiah, yaitu penggolongan berdasarkan keadaan sebenarnya seperti di
alam dan banyak memuat ciri kekerabatan.dicetuskan oleh Michel Adanson (1727-
1806) dengan cara mengikutsertakan, memperhitungkan dan memperlakukan semua
sifat yang dimiliki tumbuhan secara sama, termasuk sifat renik dan non-morfologi.
Sistem ini baru dapat diaplikasikan ke beberapa golongan kecil saja.

Penentuan tingkat kesatuan yang akan digunakan bergantung pada besarnya persamaan
dan perbedaan antar kelompok organisme yang diperbandingkan. Semakin kecil perbedaan
yang memisahkan maka makin rendah tingkat takson yang diperlukan bagi kelompok-
kelompok tersebut, begitupun sebaliknya. Penyusunan sistem klasifikasi dimulai dari bawah
dan membentuk piramida. Susunan paling bawah merupakan satuan terkecil. Susunan
klasifikasi yang kerap digunakan antara lain :
1. Kingdom (kerajaan)
2. Divisio/Phylum (divisi/filum)
3. Classis (kelas)
4. Ordo (bangsa)
5. Familia (suku)
Oriza Ramadhani
M0418049
Biosistematika B

6. Genus (marga)
7. Species (jenis)

Jenis memiliki artian yang bermacam-macam. Pada konsep jenis biologi, jenis
merupakan populas-populasi yang mencakup semua individu yang terdapat dalam daerah
distribusi yang sama dan bila antar warga jenis diadakan perkawinan akan menghasilkan
keturunan yang fertil dan mempunyai sifat-sifat yang sama dengan kedua induknya. Sedangkan
pada konsep jenis taksonomi, jenis diartikan sebagai populasi-populasi yang terdiri atas
individu dengan ciri morfologi, anatomi, fisiologi, dll. yang sama dan dapat dipisahkan dari
jenis lain yang memiliki ciri yang tidak sama. Keunggulan dari konsep jenis taksonomi adalah
kesatuan jenisnya dapat dilihat, dikenal, diukur dan dikomunikasikan dengan mudah.
Sedangkan kelemahannya adalah peluang masuknya faktor pertimbangan yang subjektif besar.
Konsep jenis secara umum yaitu kesatuan yang dikenal secara anatomi, morfologi, fisiologi,
dll. dan terdiri atas populasi yang dapat saling mengawini sesamanya secara bebas untuk
memperoleh keturunal yang bersifat fertil dan memiliki kesamaan dengan induknya.

Tingkatan takson dibawah spesies adalah individu, forma, varietas, dan anak jenis.
Individu adalah satuan organik yang paling sederhana dalam sistem alam makhluk hidup.
Individu yang berkumpul dan menyusun bagian jenisnya secara menyeluruh disebut populasi.
Dalam suatu populasi terkadang ditemukan variasi bentuk yang berbeda dengan anggota yang
lain akan tetapi tidak menunjukkan pola persebaran tertentu yang disebut dengan forma. Forma
merupakan tingkatan taksonomi terendah yang memiliki nama ilmiah diluar individu karena
mudah dikenal. Varietas mengacu pada variasi jenis tanaman (lebih tepat disebut cultivated
variety). Kultivar tidak diberi nama ilmiah dan terbentuk akibat usaha manusia yang berusaha
mendapatkan bibit unggul melalui pemuliaan tanaman. Nama kultivar biasanya merupakan
kata ‘fantasi’ atau pujian’ serta berada dibelakang nama ilmiah dan diberi tanda petik. Anak
jenis merupakan populasi yang terdiri atas beberapa anggota yang memiliki daeah persebaran
meluas. Anak jenis dapat dianggap sebagai ras geografi dari populasinya yang memiliki
perbedaan ciri morfologi tetapi tidak ada penghalang genetik.

Kategori diatas spesies antara lain adalah marga, suku, bangsa, kelas, divisi, serta
kingdom. Marga adalah suatu takson yang mencakup sejumlah jenis yang menunjukkan
persamaan dan dianggap berasal dari nenek moyang yang sama. Suku merupakan sekumpulan
jenis dengan marga yang sama crinya yang dianggap berasal dari nenek moyang yang sama.
Beberapa suku yang memiliki kesamaan akan membentuk bangsa. Kumpulan bangsa lalu
ditampung dalam kelas yang kemudian membentuk divisi. Gabungan dari beberapa divisi
disebut dengan kingdom.

Anda mungkin juga menyukai