Anda di halaman 1dari 3

Nama : Husniyah Sofdita

NPM : 1813024010
Mata Kuliah : Botani Tumbuhan Rendah
Prodi/Kelas : Pendidikan Biologi
Dosen Pengampu : 1. Dr.Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si.
2. Wisnu Juli Wiono, S.Pd., M.Pd
3. Nadya Meriza, S.Pd., M.Pd.

Latihan :
1. Beberapa ahli tumbuhan mengganggap bahwa taksonomi memiliki makna yang
berbeda dengan sistematik, mengapa demikian ?
2. Jelaskan perbedaan antara sistem klasifikasi buatan dengan sistem klasifikasi alam.
3. Apakah kelemahan dari sistem klasifikasi numerik ?

Jawaban :

1. Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari identifikasi, tata nama, dan klasifikasi,
yang biasanya terbatas pada objek biologi, bila terbatas pada tumbuhan sering disebut
sistematik tumbuhan. Unsur utama yang menjadi lingkupnya taksonomi tumbuhan adalah
pengenalan yang didalamnya tercakup pemberian nama dan penggolongan. Sistematik diberi
batasan sebagai ilmu yang secara ilmiah mempelajari tentang macam-macam dan
keanekaragaman organisme serta hubungan kekerabatan di antara mereka. Dengan batasan
demikian, beberapa ahli menganggap bahwa sistematik mempunyai cakupan yang lebih luas
daripada taksonomi.
Pengertian taksonomi dan sistematika sering dianggap sebagai sinonim (Shukla &
Misra, 1979). Lawrence (1964) menggunakan kedua istilah tersebut secara bergantian dengan
pengertian yang sama. Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari identifikasi, tatanama, dan
klasifikasi suatu obyek, dan biasanya terbatas pada obyek-obyek asal mula biologis. Bila
obyek terbatas pada tumbuhan sering disebut botani sistematika (Lawrence, 1964). De
Candolle (1813) dalam bukunya Theori elementaire de la Botanique menyatakan bahwa
taksonomi merupakan bagian dari Botani Sistematika yang mempelajari tentang azas-azas,
tata cara, hukum-hukum, peraturan-peraturan, dan dasar-dasar klasifikasi. Bahkan Simpson
(1961) menyatakan bahwa taksonomi sering disebut sebagai teori dan praktik klasifikasi, dan
bukan hasil akhirnya, yaitu sistem klasifikasi. Identifikasi, klasifikasi, tatanama, semuanya
termasuk dalam kegiatan sistematika.
Sistematika didefinisikan sebagai ilmu yang secara ilmiah mempelajari tentang
macam-macam dan keanekaragaman organisme serta hubungan kekerabatan diantara mereka
(Davis & Heywood, 1963). Berdasarkan batasan-batasan yang diuraikan di atas seharusnya
diakui bahwa kedua batasan tersebut tidak tepat diperlakukan sebagai sinonim.
Sistematika tumbuhan pada dasarnya mencakup tiga aspek yaitu taksonomi, studi
proses evolusi, dan studi filogeni. Sehingga berdasarkan aspek-aspek di atas : Sistematika =
Taksonomi + Evolusi, kemudian disebut taksonomi eksperimental. Dengan demikian
sistematika memiliki cakupan yang lebih luas daripada taksonomi. Ahli sistematika adalah
seorang ahli ilmu alam yang berusaha memahami, dan menyederhanakan gejala alam secara
kontinu.
2. Sistem klasifikasi buatan

Klasifikasi yang didasarkan pada satu atau dua ciri morfologi yang mudah dilihat yang tujuan
utamanya adalah untuk mempermudah pengenalan tumbuhan. Terdiri dari 2 periode yaitu:

a. Periode sistem Habitus


 Dalam periode ini sistem klasifikasinya didasarkan pada habitus, yaitu kesan
keseluruhan yang nampak dari suatu tumbuhan.
 Berlangsung dari 300 SM hingga pertengahan abad ke-18, dengan pelopornya adalah
Theopratus (370-385 SM).
 Menurut sistem ini tumbuhan digolongkan menjadi pohon, perdu, semak, dan herba.
 Para ahli filsafat dan penggemar alam pada periode ini adalah Albertus Magnus(1193-
1280), Otto Brunfels(1464-1534), Jerome Bock (1489-1554), Andrea Caesalpinus
(1519-1602), Jean Bauhin(1541-1631), Josseph Pitton De Turnefort (1656-1708),
John Ray (1628-1705), dan lain-lainnya mengajukan gagasan-gagasan baru tentang
dasar-dasar klasifikasi tumbuhan.

b. Periode sistem Numerik


 Sistem klasifikasinya didasarkan pada jumlah-jumlah dan susunan alat kelamin
tumbuhan.
 Disebut juga sistem seksual, penciptannya adalah Carolus Linnaeus (1707-1778).
Linnaeus membagi tumbuhan menjadi 24 kelas antara lain monoandria (golongan
tumbuhan dengan satu benang sari), diandria (golongan tumbuhan dengan dua benang
sari), dan seterusnya. Tokoh-tokoh lain yang dikenal dalam periode ini adalah Peter
Kalm (1716-1779), Fredrick Hasselquist (1723-1752), dan Peter Thunderg (1743-
1828).

Sistem Klasifikasi Alam

Klasifikasi yang didasarkan pada hubungan kekerabatan yang ditunnjukkan oleh


banyaknya persamaan bentuk yang terlihat sehingga dapat disusun takson-takson yang
bersifat alami. Sistem ini dikatakan alami karena dianggap mencerminkan keadaan
sebenarnya seperti terdapat di alam. Kesadaran mengenai adanya hubungan kekerabatan
disebabkan oleh bertambahnya ilmu pengetahuan tentang fungsi dan morfologi dari organ
tumbuhan serta kemajuan ilmu pengetahuan optik, sehingga pengamatannya lebih seksama
dibandingkan periode sebelumnya. Tokoh-tokoh terkemuka pada periode ini antara lain
adalah Lamarck (1744-1829), Michel Adenson (1727-1826), dan Antonie Laurent de Jussieu
(1748-1836) yang membagi tumbuhan menjadi Acotyledonae, monocotyledonae, dan
dicotyledonae. Sistem de Jussie ini kemudian disempurnakan oleh tokoh-tokoh lain seperti
Augustine Pyrame de Candole (1778-1884), Sir Joseph Dalton Hooker (1817-19) dan George
Bentham (1800-1884).
3. Sistem Linnaeus dikenal sebagai sistem ”seksual” karena Linnaeus memusatkan
perhatian terhadap jumlah benang sari dan hubungan antara benang sari yang satu dengan
lainnya serta terhadap bagian-bagian bunga lainnya. Menurut pendapatnya organ reproduksi
lebih penting dibandingkan dengan ciri lainnya. Sistem Linnaeus ini mengenal adanya 24
kelas untuk menampung dunia tumbuhan yang diklasifikasikan berdasarkan jumlah, posisi,
pengaturan dan panjang benang sari. Kemudian kelas-kelas tadi dibagi menjadi beberapa
bangsa berdasarkan sifat-sifat putik bunganya. Karena mengabaikan ciri morfologi, maka
pengelompokan yang berdasarkan alat reproduksi seksual tumbuhan ini menghasilkan
suatu sistem yang kaku dan tidak alamiah. Akan tetapi kegunaannya terasa sangat besar
untuk memudahkan identifikasi atau determinasi tumbuhan. Sistem Linnaeus yang
didasarkan atas alat reproduksi ini disebut sistem ”seksual”, karena cara pengklasifikasiannya
didasarkan pada jumlah alat kelamin maka dikenal pula sebagai sistem numerik.

Jadi kelemahan dari klasifikasi numerik ini adalah Linnaeus mengabaikan ciri morfologi,
maka pengelompokan yang berdasarkan alat reproduksi seksual tumbuhan ini menghasilkan
suatu sistem yang kaku dan tidak alamiah

Anda mungkin juga menyukai