Anda di halaman 1dari 8

“Tugas Botani Farmasi Taksonomi Tumbuhan”

Nama : Tiara Sophia Ananda


NIM : 2111102415047
Kelas :K

1. Jelaskan dengan bahasa kalian sendiri mengenai periode dalam klasifikasi tumbuhan
2. Jelaskan mekanisme Nomenclatur botani (berikan 5 contoh tanaman dengan
mengikuti aturan tersebut

1) a. Periode Tertua (Prasejarah hingga abad ke-4 SM)


Pada periode ini sebenarnya belum ada sistem klasifikasi secara ilmiah, tapi
saat awal kehidupan manusia yang dimana pasti bergantung dengan kebutuhan
bahan pangan yang pastinya berkaitan langsung dangan ruang lingkup
taksonomi. Seperti dalam hal memilah dan memilih makanan apa saja yang bisa
mereka konsumsi dan mana yang tidak bisa mereka konsumsi. Inilah yang
membuat kemunculan taksonomi pada zaman prasejarah sampai abad ke-4 SM.

b. Periode Sistem Habitus/Perawakan (sejak abad ke-4 SM hingga abad ke-7 SM)
Pada periode ini ilmu taksonomi dikenal sebagai ilmu pengetahuan baru
yang dimana di pelopori oleh orang-orang Yunani seperti Theophrastes (370-285
SM). Theophrastes ini adalah murid seorang filsuf Yunani yaitu Aristoteles.
Theophrastes mengklasifikasikan tumbuhan berdasarkan habitus (perawakan).

Sistem klasifikasi yang diusulkan oleh bangsa Yunani yang dimana


dipelopori oleh Theophrastes ini sendiri diikuti oleh kaum herbalis, dan ahli-ahli
botani, dan nama itu terus dipakai selama lebih dari 10 abad. Pengklasifikasikan
tumbuhan berdasarkan habitus (perawakan) ini membagi tumbuhan menjadi 5
golongan diantaranya adalah pohon, perdu, semak, tumbuhan memanjat, dan
terna.
Theophrastes ini merupakan yang pertama melakukan pengelompokkan
tumbuhan menurut umur yaitu tumbuhan yang berumur pendek (anual),
tumbuhan berumur 2 tahun (bienial), dan tumbuhan berumur panjang (perenial).

Beberapa tokoh lain yang telah berkontribusi dalam periode perkembangan


taksonomi tumbuhan ini antara lain adalah:
 Discorides
Beliau ini merupakan seorang tokoh kebangsaan Romawi yang
hidup pada zaman pemerintahan Kaisar Nero dalam abad pertama
sebelum masehi. Discorides berpendapat bahwa penting adanya
pemberian Chandra atau deskripsi orang agar dapat menggambarkan
tumbuhan yang dimaksud dan juga digunakan untuk pengenalan
tumbuhan. Sistem klasifikasi yang diciptakan Discorides dalam periode
ini didasarkan atas manfaat dan sifat-sifat morfologi tumbuhan.

 O. Brunfels (1464-1534)
O. Brunfels ini tergolong kaum herbalis, beliau telah menghasilkan
sebuah karya tentang terna disertai dengan hiasan gambar, yang dimana
sebagian besar merupakan bahan-bahan kompilasi dari karya-karya
Theoprastes, Dioscorides, dan plinius. Namun sayangnya buku ini
banyak memiliki konsep-konsep yang keliru akibat dimasukkannya
banyak informasi yang hanya bersumber dari takhayul (Gugon Tuhon).
Kaum herbalis dianggap berjasa sebab karya-karyanya yang
dikualifikasikan sebagai Taksonomi Deskriktif.

c. Periode Sistem Numerik (abad ke-18 M)


Pada periode ini pengklasifikasian tumbuhan terjadi berdasarkan hubungan
kekerabatan antara tumbuhan, yang ditandai dengan sifat sistem yang murni
artifisial, yang sengaja dibuat untuk sarana pembantu dalam identifikasi
tumbuhan.
Dalam periode ini tokoh yang paling menonjol adalah Karl Linne (Carolus
Linneaus). Beliau ini menciptakan sebuah klasifikasi tumbuhan berdasarkan
sistem seksual yaitu berdasar pada kesamaan jumlah alat-alat kelamin, seperti
jumlah benang sari contohnya Monandria (berbenang sari tunggal), Diandria
(berbenang sari dua), Triandria (berbenang sari tiga) dan seterusnya. Hal inilah
yang menyebabkan sistem klasifikasi tumbuhan hasil ciptaan Linne ini dikenal
dengan sistem Numerik.

Ciptaan Linnaeus ini meupakan sistem yang dinilai revolusioner untuk masa
itu, dan memberikan pengaruh yang lebih besar dari pada sumbangan linnaeus
yang lain,dan sistem ini sengaja dirancang sebagai alat bantu dalam
mengidentifikasi tumbuhan dan ia juga dianggap sebagai pencipta sistem
tatanama ganda yang ia terapkan dalam bukunya “Species Plantarum” yang
diterbitkan pada tanggal 1 mei 1753 yang menjadi pangkal tolak berlakunya
tatanama tumbuhan yang diakui.

Sebenarnya Linnaeus yang dianggap sebagai pencipta tatanama ganda ini


tidak tepat, karena sebelumnya sistem tatanama ganda telah dirilis oleh Caspar
Bauhin, pada tahun 1623 dalam bukunya yang berjudul “Pinax Theatri Botanic”
yang dimana telah menerapkan sistem tatanam pada tumbuhan lebih dahulu.
Namun, karena besarnya jasa-jasa yang diberikan oleh Linnaeus bagi
perkembangan taksonomi tumbuhan pada umumnya dan khususnya bagi dunia
ilmu hayat Linnaeus mendapat gelar sebagai “Bapak Taksonomi”. Linnaeus juga
berperan penting dalam taksonomi tumbuhan yang membangkitkan minat dan
semangat para siswa yang kemudian beberapa dari mereka ini menjadi tokoh
seperti gurunya ini, diantaranya adalah:
 Peter Kalam (1716-1779)
Beliau ini adalah salah seorang murid Linnaeus yang berkebangsaan
Swedia yaitu sebagai kolektor dan penjelajahan dengan ekspedisinya ke
Finlandia dan Rusia.
 P. Forskal (1731-1760)
Beliau ini adalah salah satu murid Linnaeus dari Finlandia yang
memiliki cerita menarik yaitu pernah terpaksa berpakaian sebagai petani
untuk menghindari penganiayaan dari orang-orang badui ketika mengadakan
ekspedisi dari Denmark, berawal dari koleksi Forskal inilah Linnaeus dapat
mengetahui flora Mesir, terutamanya yang ada disekitar Kairo.

d. Periode Sistem Alam (Akhir abad sampai pertengahan abad ke-19)


Menjelang berakhirnya abad ke-18 terjadi perubahan-perubahan yang
revolusioner dalam pengklasifikasian tumbuhan. Sistem klasifikasi ini disebut
dengan “sistem alam”, dimana terbentuk golongan yang merupakan unit-unit
yang natural. Dengan ini dapat tercermin pengertian manusia yang dikehendaki
oleh alam.

Secara harfiah istilah “sistem alam” untuk aliran baru dalam klasifikasi ini
tidak begitu tepat karena pada hakikatnya semua sistem klasifikasi adalah sistem
buatan. Periode ini menggunakan “sistem alam” atau “natural system” yang
bertujuan untuk memenuhi keinginan manusia untuk adanya penataan yang tepat
dan yang lebih baik dari sistem-sistem sebelumnya.

Salah satu tokoh yang dikemukakan dalam periode ini adalah:


 M. Adanson (1727-1806)
Beliau ini adalah seorang ahli tumbuhan berkebangsaan Perancis dan
seorang anggota akademi ilmu pengetahuan di Universitas Sorbonne,
Paris. Adanson menolak semua sistem buatan (artifisial), dan
menggantinya dengan sistem alam. Beliau ini termasuk orang pertama
yang mengadakan eksplorasi tumbuhan di daerah tropika yang di dalam
bukunya “Families des plantes” dimana beliau telah membedakan dan
mendeskripsikan unit-unit pada waktu sekarang serta dengan yang kita
kenal sebagai bangsa (ordo) dan suku (familia).
e. Periode Sistem Filogenetik (abad ke-19)
Sistem klasifikasi dalam periode ini berupaya mengadakan penggolongan
tumbuhan yang sekaligus mencerminkan urutan-urutan golongan itu dalam
sejarah perkembangan filogenetiknya dan juga menunjukkan jauh dekatnya
hubungan kekerabatan yang satu dengan yang lainnya.

Dasar yang digunakan dalam klasifikasi ini adalah dasar “Filogeni” dan dari
sini lahirlah nama “Sistem Filogenetik” kemudian munculah sistem klasifikasi
yang berbeda , yang dimana membuktikan bahwa presepsi dan interpretasi para
ahli biologi mengenai yang disebut filogeni masih berbeda-beda.
Salah tokoh ahli taksonomi tumbuhan dalam periode ini adalah:
 A.W. Eichler (1839-1887)
Beliau ini adalah seorang ahli tumbuhan yang sangat termashur karena
publikasinya melalui diagram-diagram, dan editor Flora Braziliensis yang
diutus oleh Von Martius (1794-1868) yang dimana pada saat itu menjadi
guru besar di Munich dan pernah memilih Eichler sebagai asistennya. Selain
itu beliau juga pernah menjadi penulis tentang Coniferae dalam edisi
pertama buku “Die Naturlichen Pllanzen Familien” yang diterbitkan oleh
Engler (1844-1930) dan K. Pranti.

f. Periode Sistem Klasifikasi Kontemporer (abad ke-20)


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat pada abad ke-
20 telah membawa pengaruh pada perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan.
Khususnya di bidang elektronika yang dalam abad ini maju begitu pesat.
Perkembangan ini juga telah menjamah bidang taksonomi tumbuhan, yang sejak
beberapa waktu belakangan ini sudah menerapkan metode penilitian kuantitatif
yang mengolah data menggunakan komputer.
Berawal dari sinilah muncul bidang baru taksonomi tumbuhan yang dikenal
sebagai taksonomi numerik, taksometri, dan taksonometer. Pengelolaan data
secara elektronik ini juga sudah diterapkan untuk berbagai prosedur dalam
penelitian taksonomi.

Taksonomi numerik didefinisikan sebagai metode evaluasi kuantitatif


mengenai kesamaan atau kemiripan sifat antar golongan organisme dan penataan
golongan-golongan itu melalui suatu analisis yang dikenal “analisis kelompok”
masuk dalam kategori takson yang lebih tinggi atas dasar kesamaan-kesamaan
tadi. Peran komputer sendiri adalah mengerjakan perbandingan kuantitatif antara
organisme tentang sejumlah besar ciri-ciri secara simultan. Jadi dapat dikatakan
bahwa komputer ini dapat membantu perhitungan dengan cepat dan tanpa
diduga-duga lagi.

Taksonomi numerik ini didasarkan atas kemiripan yang diperlihatkan obyek


studi yang diamati dan juga dicatat, dan bukan atas kemiripan yang di
tampakkan obyek studi yang diamati dan dicatat. Hal ini juga tidak dilakukan
atas kemungkinan perkembangan filogenetiknya. Dalam taksonomi numerik
kegiatannya bersifat empirik operasional, artinya data dan kesimpulannya itu
dapat diuji kembali melalui observasi dan eksperimen.

2) Binomial nomenklature adalah pemberian nama jenis atau spesies dengan


menggunakan 2 kata. Contohnya padi (Oryza sativa). Untuk cara penulisannya
adalah:
 Kata depan: nama marga (genus)
 Kata belakang: nama petunjuk spesies (spesies epithet). Untuk genus sendiri
ditulis huruf pertamanya dengan huruf besar, lalu gunakan spasi dilanjutkan
penulisan kata kedua dimana huruf pertamanya menggunakan huruf kecil.
Seperti yang kita ketahui bahwa penulisan nama ilmiah tidak bisa ditulis seenaknya
saja. Nama ilmiah harus ditulis sesuai dengan aturan tata namanya, seperti ditulis cetak
miring atau digaris bawahi saat ditulis tangan maupun dicetak. Penulisan awalnya pun
harus diawali dengan huruf besar.

 Contoh aturan tata nama Nomenclatur dan contoh tanamanya:


1. Aturan untuk menulis nama Species (jenis)
 Ditulis dengan bahasa latin dan terdiri dari dua kata.
 Kata pertama terdiri dari nama genus dan kata kedua terdiri dari nama
spesies.
 Penulisan kata pertama harus diawali dengan huruf besar dan pada kata
kedua diawali dengan huruf kecil.
 Ditulis dengan cetak miring. Namun, jika ingin menggunakan cetak tegak
maka antar kata harus digaris bawahi secara terpisah
 Apabila nama spesies tumbuhan terdiri lebih dari dua kata, maka kata yang
kedua dan kata selanjutnya harus disatukan atau ditambahkan tanda
penghubung. Contoh nama bunga sepatu yaitu Hibiscus rosa sinesis, maka
kita tulis menjadi Hibiscus rosasinesis atau Hibiscus rosa-sinesis.
 Apabila nama jenisnya untuk mengenang jasa orang yang menemukannya ,
maka nama penemunya dapat dicantumkan pada kata kedua dengan
menambahkan huruf (i) di bagian belakangnya. Contohnya tanaman pinus
yang ditemukan oleh Merkus. Maka, nama tanaman ditulis menjadi Pinus
merkusii

2. Aturan untuk menulis Genus (marga)


Nama genus terdiri atas satu kata tunggal yang dapat diambil dari kata
apa saja, termasuk dari nama tumbuhan, zat kandungan atau sesuatu yang
merupakan karakteristik organisme tersebut. Huruf pertamanya ditulis
dengan huruf besar, contonya:
 Solanum (terong-terongan)
 Oryza (padi)
 Zea (jagung)
 Cocos (kelapa)
 Zallaca (salak)

3. Aturan untuk menulis nama Familia (suku)


Aturan untuk menulis nama familia ini diambil dari nama genus
organisme yang bersangkutan, lalu pada akhirannya ditambahkan “aceae”
untuk organisme tumbuhan, contohnya:
 Arecaceae (kelapa)
 Poaceae (jewawut)
 Zingiberaceae (jahe)
 Liliaceae (bawang merah)
 Orchidaceae (anggrek bulan)

4. Aturan untuk menulis nama Ordo (bangsa)


Aturan penulisan untuk nama ordo ini diambil dari nama genus yang
pada akhirannya ditambahkan dengan “ales”, contohnya:
 Orchidales (anggrek bulan)
 Sapindales (mangga)
 Myrtales (jambu biji)
 Asteridales (bunga matahari)
 Rutales (jeruk nipis)

5. Aturan untuk menulis nama Classic (kelas)


Aturan untuk menulis nama classic ini diambil dari nama genus yang
dimana pada akhirannya ditambahkan “nae”, contonya:
 Dicotyledonae (anggur)
 Monocotyledonae (padi)
 Chlorophyta (ganggang hijau)
 Mycotina (jamur)
 Bacilariophycea (Diatomae/alga)

Anda mungkin juga menyukai