Anda di halaman 1dari 10

SLIDE 1=> Paroh kedua abad ke-18 merupakan suatu masa, ketika

sejumlah besar tumbuhan hidup, biji-biji, dan koleksi spesimen yang telah
dikeringkan masuk dari seluruh penjuru dunia ke pusat-pusat ilmu tumbuhan di
Eropa. Tumbuhan2 ini sebagian besar belum teridentifikasi, jadi harus diberikan
namaa, candra atau deskripsinya, dan ditentukan tempatnya dalam sistem
klasifikasi. SLIDE (PARAGRAF 1) Secara harafiah “sistem alam” untuk
aliran baru dalam klasifikasi ini sebenarnya tidak begitu tepat, mengingat sistem
yang mana pun dengan menerapkan dasar yang mana pun, tetap merupakan
ciptaan orang, sehingga pada hakekatnya semua sistem klasifikasi adalah sistem
buatan PARAGRAF 2.

1. M. Adanson (1727-1806)

Sumbangannya yang utama adalah penolakan semua sistem artifisial,


menggantikannya dengan sistem alam. la termasuk orang yang pertama-tama mengadakan
eksplorasi tumbuhan di daerah tropika. Dalam bukunya Families des Plantes ia telah
membedakan dan mendeskripsi unit-unit yang pada waktu sekarang setara dengan yang kita
kenal sebagai bangsa (ordo) dan suku (familia).

2. G.C. Oeders (1728-1791)


3. J.B. De Lamarck (1744-1829)

Dikenal sebagai penulis Flora Francoise yang ditulis berupa kunci untuk
pengidentifikasian tumbuh-tumbuhan di Perancis. Dalam pengantar buku itu ia beberkan
asas-asas konsepnya mengenai sistem alam.

4. De Jussieu Bersaudara: Antoine De Jussieu (1686-1758), Bernard De Jussieu


(1699-1776), Joseph De Jussieu (1704-1779)

Tiga bersaudara de Jussieu ini adalah putera-putera seorang apoteker di Lyon,


Perancis, yang ketiga-tiganya kemudian menjadi ahli-ahli taksonomi tumbuhan yang
kenamaan.Bernard menyusun kembali menurut suatu sistem ciptaannya sendiri, tetapi banyak
kemiripannya dengan sistemnya Linnaeus yang ditetapkan dalam karyanya yang berjudul
Fragments Methodi Naturalis dan sistem Ray dalam bukunya Methodus Plantarwn.
Benard membagi tumbuhan bunga dalam tumbuhan biji tunggal dan tumbuhan biji
belah, kemudian diadakan pembagian lebih lanjut atas dasar kedudukan bakal buah, ada dan
tidaknya mahkota bunga, dan ada tidaknya pelekatan daun-daun mahkota bunga. Joseph
adalah yang termuda dari ketiga de Jussieu bersaudara itu tinggal bertahun-tahun di Amerika
Selatan untuk studi dan pembuatan koleksi.

A.L. De Jussieu adalah keponakan Bernard. Pada usia 25 tahun A.L. de Jussieu telah
mempublikasikan karyanya yang pertama yang memuat usul sistem klasifikasi tumbuhan
yang baru. Saran klasifikasi tumbuhan dan A.L. de Jussieu adalah sebagai berikut:

a. Acotyledoneae, terdiri atas 1 kelas dengan 6 suku Fungi, Algae, Hepaticae, Musci,
Filices, Najades.
b. Monocotyledoneae, terdiri atas 3 kelas dengan 16 suku.
c. Dicotyledoneae, yang terbagi dalam:
 Monoclinae, yang dibagi lagi dalam 3 golongan:
 Apetalae, terdiri atas 3 kelas dengan 11 suku.
 Monopetalae, terdiri atas 4 kelas dengan 25 suku.
 Polypetalae, terdiri atas 3 kelas dengan 37 suku.
 Diclinae, terdiri atas 1 kelas dengan 5 suku.

Nama ini merupakan nama keluarga yang tiga generasi berturut-turut menghasilkan
tokoh-tokoh yang sangat mashur dalam dunia ilmu tumbuhan, khususnya taksonomi. Mereka
itu ialah:

1. Augustin Pyramus De Candolle (1778-1841)

Murid R.L. Desfontaines (1752-1833). la menjadi sangat mashur sebagai pemrakarsa


dan penulis sepuluh jilid pertama sebuah karya monumental yang berjudul Prodromus
Systematis Naturalis Regni Vegetabilis, perevisi edisi ke-III karya Lamarck Flora Francoise,
dan pencipta sistem klasifikasi tumbuhan yang disebut menurut namanya (sistem de
CandoIle), yang dalam banyak hal mirip sistemnya de Jussieu, tetapi jauh lebih luas. Ia juga
berpendapat, bahwa sifat-sifat anatomi dapat dijadikan dasar klasifikasi yang lebih kuat dari
pada sifat-sifat fisiologi. Garis besar sistem klasifikasi de Candolle adalah sebagai berikut:

I. Kelas Dicotyledoneae (Exogenae)


1. Anak kelas Thalamiflorde, yang terdiri was 4 kohor (cohort) dan 51 bangsa.
2. Anak kelas Calyciflorae, yang terdiri atas 64 bangsa.
3. Anak kelas Corolliflorae dengan 23 bangsa.
4. Anak kelas Monochlamydeae dengan 20 bangsa.

II. Kelas Monocotyledoneae (Endogenae)


1. Anak kelas Phanerogamae dengan 21 bangsa.
2. Anak kelas Cryptogamae dengan 5 bangsa.
III. Kelas Acotyledoneae (Cellulares)
1. Anak kelas Foliaceae, yang mencakup Musci dan Hepaticae.
2. Anak kelas Aphyllae, yang meliputi Lichenes, Hypoxyla, Fungi, dan Algae.

2. Alphonso De Candolle (1806-1893)

Anak Augustin de Candolle yang menyelesaikan tugas ayahnya, sehingga Prodromus


yang dimulai ayahnya menjadi lengkap.

3. Robert Brown (1773-1858)

Kolektor tumbuhan dan penulis berbagai publikasi yang penting. Sekalipun ia sendiri
tidak menciptakan suatu sistem klasifikasi, tetapi karya-karyanya mempunyai pengaruh yang
besar terhadap sistem-sistem klasifikasi tumbuhan yang diciptakan kemudian. Ia telah
menunjukkan bahwa Gymnospermae merupakan golongan tumbuhan yang ditandai dengan
adanya bakal biji yang telanjang dan hares dipisahkan dari Angiospermae. Ia juga merupakan
orang pertama yang menjelaskan morfologi bunga dan penyerbukan pada Asclepiadaceae dan
Polygalaceae.

4. John Lindley (1799-1865)

Guru Besar ilmu Tumbuhan di London. Ia mengusulkan suatu sistem klasifikasi yang
didasarkan atas aspek-aspek terbaik yang ia ambil dari para pendahulunya. Sistem Lindley
merupakan sistem alam yang pertama yang secara luas digunakan Inggris dan Amerika,
antara lain juga karena merupakan sistem Idasifikasi alam yang paling komprehensif yang
ditulis dalam bahasa Insgris.

5. A‘Brongniart (1801-1847)

Guru Besar ilmu Tumbuhan dan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan di Paris dan
merupakan seorang ahli paleobotani dan taksonomi. Sebagai penulis sejumlah besar karya-
karya dalam ilmu tumbuhan, Ia mengusulkan suatu sistem klasifikasi tumbuhan sebagai
berikut:
I. Cryptogamae
1. Amphigenes (Algae, Fungi, Lichenes)
2. Aerogenes (Mucci, Cryptogamae berberkas angkutan, dan Characeae).

II. Phanerogamae
1. Monocotyledoneae
a) Perispermae
b) Aperispermae

2. Dicotyledoneae
i. Angiospermae
a) Gamopetalae
b) Dialypetalae
ii. Gymnospermae

Letak kelemahan sistem Brongniart ini adalah penempatan Angiospermae dan


Gymnospermae dalam lingkungan Dicotyledoneae.

6. St. L. ENDLICHER (1804-1849)

Guru Besar ilmu tumbuhan, direktur Kebun Raya dan Museum Botani di Wina. Dari
sekian banyak publikasinya, ia tercatat sebagai salah seorang penganjur sistem alam yang
termuat dalam bukunya Genera Plantarum yang memuat 8835 marga yang 6235 di antaranya
adalah dari tumbuhan berberkas angkutan. Sistem klasifikasinya yang termuat dalam Genera
Plantarum itu terbit kira-kira pada masa yang bersamaan dengan terbitnya sistem Brongniart,
dan dianggap sebagai salah satu sumbangan yang besar dalam sejarah klasifikasi tumbuhan.
Endlicher mengklasifikasikan tumbuhan seperti berikut ini:
 Regio I. Thallophyta
Sectio 1. Protophyta (Algae dan Lichenes)
Sectio 2. Hysterophyta (Fungi)
 Regio II. Cormophyta
Sectio 3. Acrobrya
Kohor 1. Acrybrya anophyta (Hepaticae dan Musci)
Kohor 2. Acrobrya protophyta (Calamariae, Filices, Hydrop-terides, Selaginales,
Calamiae)
Kohor 3. Acrobrya hysterophyta (Rhizantheae)
Sectio 4. Amphibrya (Monocotyledoneae)
Sectio 5. Acramphibrya
Kohor 1. Gymnospermae
Kohor 2. Apetalae
Kohor 3. Gatnopetalae
Kohor 4. Dialypetalae

7. G. Bentham (1800-1884) Dan J.D. Hooker (1817-1911)

George Bentham adalah ahli taksonomi yang sangat mashur, yang mampu menguasai
bahasa Latin dengan baik dan Flora of berbagai karya dalam bidang taksonomi tumbuhan,
antara lain ora of Australia, Flora of Hongkong, dan monografi-monografi dunia.untuk
sejurnlah suku seperti Lahicuae, Ericaceae, Polemoniaceae, Scrophulariaceae dan
Polygonaceae.

Sir Joseph Dalton Hooker adalah putera Sir William J. Hooker (1785-1865), yang
juga merupakan ahli taksonomi tumbuhan bagian penamaan.Puncak karyanya adalah Genera
Plcuttarwn yang terdiri atas 3 jilid dan dituliS dalam bahasa Latin dan memuat semuz
tumbuhan di bumi yang telah dikenal sampai waktu itu, yang tulis di berdua dengan George
Bentham selama kurang lebih 25 tahun.

Klasifikasi yang didasarkan pada hubungan kekerabatan yang ditunnjukkan oleh


banyaknya persamaan bentuk yang terlihat sehingga dapat disusun takson-takson yang
bersifat alami. Sistem ini dikatakan alami karena dianggap mencerminkan keadaan
sebenarnya seperti terdapat di alam.

Kesadaran mengenai adanya hubungan kekerabatan disebabkan oleh bertambahnya


ilmu pengetahuan tentang fungsi dan morfologi dari organ tumbuhan serta kemajuan ilmu
pengetahuan optik, sehingga pengamatannya lebih seksama dibandingkan periode
sebelumnya.

Tokoh-tokoh terkemuka pada periode ini antara lain adalah Lamarck (1744-1829),
Michel Adenson (1727-1826), dan Antonie Laurent de Jussieu (1748-1836) yang membagi
tumbuhan menjadi Acotyledonae, Monocotyledonae, dan Dicotyledonae. Sistem de Jussie ini
kemudian disempurnakan oleh tokoh-tokoh lain seperti Augustine Pyrame de Candole (1778-
1884), Sir Joseph Dalton Hooker (1817-19) dan George Bentham (1800-1884).

2.2 Anak Kelas Dialypetalae

Sub kelas ini meliputi terna, semak, perdu dan pohon-pohon yang sesuai dengan
namanya sebagai ciri utamanya mempunyai bunga yang segera dapat menarik perhatian dan
pada umumnya menunjukkan adanya hiasan bunga ganda, jadi jelas dapat dibedakan dalam
kelopak dan mahkota, sedang daun-daun mahkotanya bebas satu dari yang lain.

Pandangan sementara ahli, bahwa kelompok tumbuhan ini harus dipandang sebagai
kelompok tumbuhan dikotil yang paling primitif didasarkan atas kenyataan bahwa diantara
Dialypetalae ditemukan anggota-anggota yang bagian-bagian bunganya tersusun dalam spiral
pada sumbu bunganya dan kadang-kadang tidak jelas batas-batasnya antara kelopak,
mahkota, benangsari, dan daun-daun buah karena adanya bentuk-bentuk peralihan di antara
bagian-bagian tersebut, ditambah dengan adanya daun-daun buah yang masih bebas satu
sama lain (apokarp).

Tetapi yang akan dibahas dalam makalah ini hanya ordo/bangsa Malpighiales,
Polygalales, Rutales, Sapindales, Balsaminales, Rhamnales, Celastrales dan Umbelliflorae
(Apiales).

2.2.1 Bangsa Malpighiales

Bangsa ini terdiri atas tumbuhan berbatang berkayu, seringkali berupa liana, daun
biasanya tunggal, duduk berhadapan dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga kebanyakan
zigomorf dengan bidang simetri yang miring, berbilangan lima, seringkali terdapat reduksi
jumlah benang sari dan daun buahnya. Putik biasanya terdiri atas 3 daun buah. Suku yang
terdapat dalam bangsa ini ialah:

2.2.1.1 Suku Malpighiaceae

Semak, pohon atau liana, daun tunggal yang duduk berhadapan dengan atau tanpa
daun penumpu. Kelenjar terdapat pada tangkai daun atau sisi bawah helaian daun. Bunga
banci ada kalanya poligam, aktinomorf. Daun kelopak 5, tersusun seperti genting, di sebelah
luar sering mempunyai 2 kelenjar. Daun mahkota 5, berkuku, cakram kecil.
Benang sari biasanya 10, kadang-kadang beberapa diantaranya tidak mempunyai
kepala sari, tangkai sari sering berlekatan pada pangkalnya, kepala sari beruang 2, sering
bersayap kadang-kadang terdapat diatas suatu ginfor, beruang 3 atau 2-5, tiap ruang berisi 1
biji.

Buahnya buah berbagi yang bersayap, tiap bagian membuka pada sisi punggungnya,
kadang-kadang berupa buah keras atau buah batu. Biji tanpa endosperm, lembaga lurus atau
bengkok. Suku ini meliputi sekitar 500 jenis yang terbagi dalam 60marga, tersebar didaerah
tropika, terutama di Amerika. Contoh-contoh: Malpighia punicifolia (penghasil zat samak),
Malpighia coccigera, Malpighia glabra (cherry).

2.2.2 Bangsa Polygalales

Tumbuhan berbatang berkayu, kadang-kadang berupa terna dengan daun tunggal yang
duduknya tersebar, jarang berhadapan, dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga dengan
daun-daun kelopak dan daun-daun mahkota 8 yang bebas, kebanyakan zygomorf. Benang
sari 1 sampai 10, tersusun dalam 1 sampai 2 lingkaran yang tidak sempurna. Tangkai sari
sering berdekatan. Cakram ada atau tidak. Bakal buah beruang 1 sampai 3 jarang sampai 4,
tiap ruang dengan 1 sampai banyak bakal biji yang epitrop. Satu suku tersebut adalah suku
yang terkenal dalam bangsa Polygalales.

2.2.2.1 Suku Polygalaceae

Warga suku ini sebagian berupa terna, sebagian semak, jarang berupa pohon, kadang-
kadang merupakan tumbuhan memanjat, ada juga yang hidup sebagai saprofit. Daun
kebanyakan tunggal, bertepi rata, duduknya tersebar atau jarang sekali berhadapan, tanpa
daun penumpu. Bunga terpisah-pisah atau terangkai berupa tandan atau malai,
banci,zigomorf. Tangkai bunga seringkali bersendi. Daun kelopak 5, bebas tersusun seperti
genting, 2 diantaranya seringkali menyerupai daun mahkota. Daun mahkota 3 sampai 5, 2
yang paling luar bebas atau berlekatan dengan daun mahkota yang paling bawah.

Benang sari 8, kadang hanya 4 sampai 5, berlekatan menjadi satu dan kebanyakan
juga berlekatan dengan mahkota. Kepala sari beruang 1 sampai 2, tegak, membuka dengan
liang pada ujungnya. Bakal buah menumpang, beruang 1 sampai 2, kadang sampai beruang 3
hingga 5, tiap ruang dengan 1 bakal biji. Buahnya buah kendaga atau menyerupai buah batu,
kadang-kadang bersayap. Biji seringkali berambut, dengan atau tanpa endosperm, lembaga
lurus.

Suku ini mencakup hampir 800 jenis, terbagi dalam 12 marga, tersebar dari daerah
iklim sedang sampai daerah-daerah iklim panas. Contoh-contoh: Polygala senega (akarnya
berkhasiat obat), P. amara (bahan obat tradisional), P. paniculata (akar wangi) akarnya
sebagai pewangi tapal gigi, Epirhizanthus cylindrica.

2.2.3 Bangsa Rutales

Sebagian besar bangsa ini berupa tumbuhan dengan batang berkayu (semak, perdu
atau pohon), kadang berupa terna, kebanyakan mempunyai daun majemuk, hampir selalu
tanpa daun penumpu. Dalam bagian-bagian vegetatifnya terdapat kelenjar minyak, balsam,
atau resin. Bunga dengan kelopak dan mahkota berbilangan 5, dengan daun-daun kelopak dan
daun-daun mahkota yang bebas, aktinomorf. Benang sari tersusun dalam 1 sampai 2
lingkaran, putik dengan bakal buah yang biasanya dikelilingi sebuah cakram, beruang 1
kebanyakan beruang 5, tiap ruang dengan 1 sampai 2 bakal biji. Rutales membawahi 4 suku,
yaitu:

2.2.3.1 Suku Rutaceae

Warga suku ini hampir selalu berupa semak atau pohon, jarang berupa terna,dengan
daun tunggal atau majemuk yang duduknya tersebar atau berhadapan, tanpa daun penumpu.
Dalam daun dan kulit batang terdapat kelenjar-kelenjar minyak. Bunga banci, aktinomorf
atau zigomorf, berbilang 4 sampai 5, dalam lingkaran benang-benang sari kebanyakan
terdapat cakram, Kelopak terdiri atas 4 sampai 5 daun kelopak yang bebas atau berlekatan
dengan susunan seperti genting.

Daun-daun mahkota bebas, tersusun seperti genting atau katup. Benang sari sama
dengan jumlah daun mahkota atau 2 kali lipat, jarang lebih, bebas, jarang berlekatan. Kepala
sari menghadap kedalam, beruang dua, membuka dengan celah membujur. Bakal bawah
menumpang, biasanya beruang 4 sampai 5, kadang-kadang beruang 1 sampai 3 atau banyak,
ada kalanya terdapat lebih dari 1 bakal buah yang terpisah-pisah, tiap ruang berisi 2 bakal
biji.

Buah mempunyai bentuk dan susunan yang beraneka ragam, ada yang seperti buah
buni, seperti buah batu atau berkulit tebal seperti belulang, jarang berupa buah kendaga. Biji
dengan atau tanpa endosperm, lembaga besar, lurus atau bengkok.Contohnya: Citrus nobilis
var. Macrocarpa (jeruk keprok), Citrus var. Microcarpa (jeruk siem), Citrus aurantium
(jeruk manis), Citrus maxima (jeruk besar, adas dan bali), Citrus autantifolia (jeruk nipis),
Citrus hystrix (jeruk purut), Citrus medica (jeruk sitrun), Aegle marmelos (maja),
Chloroxylon swietenia merupakan penghasil kayu sutera dari Indonesia.

2.2.3.2 Suku Simaroubaceae

Warga suku ini hampir selalu semak atau pohon, sering dengan kulit batang yang
pahit. Daun majemuk menyirip, jarang tunggal, duduknya tersebar, jarang berhadapan, tanpa
daun penumpu, tanpa kelenjar-kelenjar minyak. Bunga kecil,berkelamin tunggal atau
poligam, jarang banci, aktinomorf, tersusun dalam bulir, tandan atau malai. Kelopak berlekuk
atau berbagi 3 sampai 7.

Daun mahkota 3 sampai 7, bebas, kdang-kadang tidak ada atua berlekatan membentuk
buluh. Benang sari 3 sampai 18, tertanam pada dasar suatu cakram, kadang-kadang dengan
sisik-sisik pada pangkal tangkai sarinya. Bakal buah menumpang, beruang 2 sampai 5 atau
pada bunga terdapat 2 sampai 5 bakal buah masing-masing beruang 1, tiap ruang berisi 1
sampai 2 bakal biji.

Buah tidak pecah, kadang-kadang berupa samara. Biji dengan atau tanpa endosperm,
lembaga lurus atau bengkok. Contoh-contohnya: Simarouba amara, Simarouba officinalis
yang kulit batangnya berkhasiat obat, Quassia amara (kayunya berguna dalam obat-obatan),
Picrasma exelsa kayunya digunakan seperti kayu Quassia amara, Picrasma javanica kulit
batangnya sering digunakan sebagai pemalsu kulit kina.
2.2.3.3 Suku Burseraceae

Warga suku ini berupa perdu atau pohon dengan saluran resin didalam kulit
batangnya. Daun majemuk beranak daun 3 atau menyirip gasal, duduknya tersebar, jarang
berhadapan, tanpa daun penumpu. Bunga kecil, kebanyakan berkelamin tunggal, aktinomorf,
terangkai sebagai tandan. Daun kelopak berlekuk atau berbagi 3 sampai 5, tersusun seperti
genting atau katup. Daun mahkota 3 sampai 5, sedikit berlekatan.

Benang sari sama banyaknya dengan jumlah daun mahkota atau 2 kali lipat, bebas
satu dengan yang lain. Kepala sari beruang 2, membuka dengan celah membujur. Bakal buah
menumpang, beruang 2 sampai 5, tiap ruang dengan 2 bakal biji. Buahnya buah batu dengan
1 sampai 5 bagian, atau buah yang membuka dengan katup-katup. Biji tanpa endosperm,
lembaga besar, daun lembaga terlipat. Contoh-contohnya: Bursera simaruba (penghasil
resin), Bursera odorata, Bursera microphylla, Protium icicariba, Protium javanicum
(trenggulum), Canarium commune (kenari), Canarium decumanum (kenari besar) biji kenari
sering dipakai pengganti amandel, Boswellia carteri dan Boswellia bhandijana yang
menghasilkan kemenyan, Commiphora mol-mol dan Commiphora abyssinica yang dapat
menghasilkan mira.

2.2.3.4 Suku Meliaceae

Semak atau pohon, jarang berupa terna, mempunyai kelenjar resin atau kelenjar
minyak, daun majemuk menyirip, duduknya tersebar, tanpa daun penumpu. Bunga
kebanyakan banci, aktinomorf. Kelopak seringkali kecil, terdiri atas 4nsampai 5 daun
kelopak, biasanya 5, berlekatan satu dengan yang lain.

Mahkota terdiri atas jumlah daun mahkota yang sama denga jumlah daun kelopak,
bebas atau berlekatan. Benang sari sama banyaknya dengan jumlah daun mahkota atau 2 kali
lipat, kebanyakan berlekatan membentuk suatu buluh. Bakal buah menumpang, jarang
setengah tenggelam, beruang 3 sampai 5, tiap ruang berisi 1 sampai 2 bakal biji, jarang lebih.
Tangkai putik 1, kepala putik berbentuk cakram atau bongkol. Buahnya berupa buah buni,
buah kendaga atau buah batu, seringkali dengan sumbu pusat yang besar bersudut-sudut.

Biji dengan atau tanpa endosperm, seringkali bersayap. Contoh-contohnya: Aglala


odorata (pacar cina), Melia azedarach (Mindi kecil), Melia dubia (mindi besar), Sandoricum
koetjape (kecapi, sentul) buahnya dapat dimakan, Sandoricum emarginatum (kecapi kera),
Swietenia mahagoni (mahoni berdaun kecil), Swietenia macrophylla (mahoni daun besar),
Dysoxylum macrocarpum (mentaos) kayunya digunakan untuk pembuatan wayang kerucil
atau wayang kelitik, Lansium domesticum yang mencakup 3 varietas yang dikenal denga
nama lokal, yaitu duku, langsat dan kokosan, semua merupakan pohon buah-buahan yang
memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.

Anda mungkin juga menyukai