Nama : Tiara Sophia Ananda

NIM : 2111102415047
Kelas :K
M. Kuliah : Farmasi Fisika

1. Tiskotropik merupakan istilah yang digunakan untuk gejala yang menunjukkan

adanya pemecahan struktur yang tidak terbentuk kembali jika tengangan tersebut
dihilangkan atau dikurangi. Tiksotropik ini merupakani sifat dimana konsistensi
suatau bahan lebih rendah pada satu laju geser manapun pada kurva menurun
dibandingkan pada kurva menaik. Sifat seperti ini yang diinginkan dalam suatu
sistem farmasetik cair yang idealnya harus mempunyai konsistensi tinggi dalam
wadah namun dapat ditung atau disebar dengan mudah.

Contohnya:
suspensi tiksotropik yang diformulasi dengan baik tidak akan mengendap dalam
wadahnya, akan menjadi cair bila dikocok, dan akan bertahan cukup lama dalam
dosis yang diberikan.

Dalam kehidupan sehari-hari contohnya adalah kecap atau saus tomat. Dimana
sebelum dikocok, saus tomat akan susah dituang dari botol, tetapi setelah dikocok,
maka akan mudah dikeluarkan dari botol. Dan apabila semakin dikocok, maka akan b
ertambah encer. Hal ini disebabkan karena pengocokan menyebabkan kekentalannya
menjadi berkurang.

2. Antitiksotropik merupakan gejala dimana terjadi peningkatan konsistensi pada kurva

menurun. Sifat ini ditunjukkan dalam analisis reologi magma dimana bila magma
magnesia diberi geseran shear pada laju geser menaik, kemudian pada laju geser
menurun secara bergantian, maka magma akan terus mengental. Antitiksotropik
terjadi karena meningkatnya frekuensi tumbukan dari partikel-partikel terdispersi
yang kemudian membentuk gumpalan-gumpalan akibat adanya laju geser, sehingga
terjadi peningkatan viskositas
 Contohnya:

3. Reopeksi adalah gejala yang menunjukkan bahwa suatu zat padat lebih mudah
membentuk suatu gel jika diaduk perlahan-lahan atau bila diberi geseran dari pada
jika dibiarkan tanpa pengadukan. Pemberian laju geser yang lebih tinggi maka
viskositasnya akan menurun. Selain itu reopeksi ini juga didefinisikan sebagai
pembentukan struktur karena adanya laju geser yang dihasilkan.