Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI

Nama / NIM : Sajida Al Falah (31121175)


Hana Nurhasanah (31121187)
Arya Kresna Pangestu (31121188)
Muhammad Gani F (31121189)
Adil Cipta Mahardika (31121190)
Silva Fadillah (31121193)
Syifa Rizki Azzahra (31121194)
Wulan Aprilia Susilawati (31121195)
Dea Rashieka Tabina (31121197)
Kelas / Kelompok : ID / III
Tanggal Praktikum : 12 April 2022
Tanggal Masuk Laporan : 28 April 2022
Asisten Laboratorium : Apt. Heni Oktaviani, S.Farm
Intan Oktavilia Putrinda
LABORATORIUM FARMASI FISIKA
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS BAKTI TUNAS HUSADA TASIKMALAYA
2022
PERCOBAAN V

VISKOSITAS DAN REOLOGI

I. Tujuan Percobaan:

Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menerangkan arti viskositas

2. Menggunakan alat-alat penentuan viskositas

3. Menentukan viskositas beberapa cairan.

II. Dasar teori


Dalam bidang Farmasi, aliran pada suatu sediaan dikenal dengan istilah
rheologi. Rheologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua kata yaitu Rheo yang
artinya mengalir dan logos yang artinya ilmu. Menurut Bingham dan Crawford,
rheologi menggambarkan aliran zat cair atau perubahan bentuk (deformasi) zat di
bawah tekanan.
Dalam bidang penelitian dan teknologi farmasi, pengukuran rheologi digunakan
untuk mengkarakterisasi:
● Proses penuangan sediaan dari botol. Misalnya menuang sirup obat dari botolnya.
● Penekanan atau pemencetan sediaan dari suatu tube atau wadah lain yang dapat
berubah bentuk. Misalnya proses pemencetan salep dari tubenya.
● Penggosokan dan pengolesan bentuk produk di atas permukaan kulit atau ke dalam
kulit. Misalnya proses pengolesan krim di wajah.
● Pemompaan sediaan dan penyimpanan ke alat pengisian.
● Pelewatan dari suatu jarum suntik yang diproduksi oleh industri. Rheologi dari
suatu produk tertentu menggambarkan konsistensi dari bentuk cair ke semisolid
sampai ke padatan, dapat memengaruhi penerimaan bagi pasien, memengaruhi
stabilitas fisika dan bahkan memengaruhi avaibilitas biologis suatu zat aktif.
Selain itu, dalam hal pembuatan dan pengepakan produk, sifat rheologi
memengaruhi pemilihan alat yang akan digunakan untuk memproses produk
farmasi.
Suatu cairan yang memiliki viskositas (kekentalan) yang rendah, maka cairan
tersebut akan lebih mudah mengalir misalnya yang telah disebut di atas yaitu air dan
sebaliknya suatu cairan yang memiliki viskositas (kekentalan) yang tinggi maka
cairan-cairan tersebut akan sulit mengalir, misalnya oli, kecap, saus lombok dan
lain-lain. Hal ini bisa dibuktikan dengan cara menuangkan air dan kecap di atas lantai
yang permukaannya miring. Pasti air mengalir lebih cepat daripada kecap tadi.
Kekentalan (viskositas) pada zat cair ini disebabkan oleh adanya gaya kohesi yaitu
gaya tarik menarik antara molekul sejenis. Secara teoritis dalam ilmu rheologi istilah
viskositas (kekentalan) dapat didefinisikan sebagai berikut. Viskositas adalah suatu
pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas, maka
makin besar tahanannya.

HAL-HAL YANG MEMENGARUHI VISKOSITAS

Terdapat beberapa hal yang dapat memengaruhi kekentalan (viskositas) suatu


cairan. Dan faktor-faktor ini biasa dijumpai dan dikerjakan dalam kehidupan
sehari-hari. Faktorfaktor tersebut adalah
1. Suhu.
Suhu sangat memengaruhi tingkat viskositas. Semakin tinggi suhu zat cair, maka
semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng ikan di
dapur, minyak goreng yang awalnya kental menjadi lebih cair ketika dipanaskan.
Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut.
Pemanasan zat cair menyebabkan molekul-molekulnya memperoleh energi.
Molekul-molekul cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah.
2. Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak
dipengaruhi oleh tekanan.
3. Penambahan bahan lain
a. Penambahan gula pasir meningkatkan viskositas air. Saudara mahasiswa dapat
melihat hal ini, pada saat anda melarutkan gula dalam air, dari yang cair
kemudian menjadi agak kental.
b. Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi menaikkan viskositas air. Hal
ini dapat Anda lihat, misalnya Anda menambahkan tepung dalam air atau
dalam bidang Farmasi, bila Anda menambahkan natrium CMC, tragakan, atau
bentonit magma dalam pembuatan suspensi.
c. Pada minyak ataupun gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan
viskositas akan turun karena gliserin maupun minyak akan semakin encer,
sehingga waktu alirnya semakin cepat.
4. Berat Molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul. Misalnya, laju aliran alkohol cepat,
kekentalan alkohol rendah sedangkan larutan minyak laju alirannya lambat
,viskositas juga tinggi. Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak.
Karena dengan adanya solute yang berat memberi beban yang berat pada cairan
sehingga menaikkan viskositas.
5. Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan
konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi
larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel semakin tinggi dan
viskositasnya semakin tinggi pula

PEMBAGIAN ALIRAN CAIRAN

Masing-masing sediaan Farmasi, memiliki karakteristik aliran yang spesifik.


Dalam bidang Farmasi dikenal dua jenis aliran yaitu

A. SISTEM NEWTON
Aliran newton adalah jenis aliran yang ideal. Pada umumnya cairan yang
bersifat ideal adalah pelarut, campuran pelarut, dan larutan sejati.
Pada cairan Newton, hubungan antara shearing rate (kecepatan tekanan) dan
shearing stress (besarnya tekanan) adalah linear, dengan suatu tetapan yang
dikenal dengan viskositas atau koefisien viskositas. Tipe alir ini umumnya
dimiliki oleh zat cair tunggal serta larutan dengan struktur molekul sederhana
dengan volume molekul kecil. Tipe aliran yang mengikuti Sistem Newton,
viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak tergantung pada
kecepatan geser, sehingga viskositasnya cukup ditentukan pada satu kecepatan
geser.
NB:
● shearing rate atau rate of sheare (kecepatan tekanan), dalam hal ini
contohnya kecepatan dalam mengocok botol.
● shearing stress (besarnya tekanan), dalam hal ini contohnya kekuatan
mengocok dan kekuatan memencet tube.

Dengan kata lain, bahwa pada aliran Newton, tidak membutuhkan energi
(tekanan) untuk bisa mengalir karena akan mengalir dengan sendirinya
mengikuti gaya gravitasi sehingga viskositas (kekentalan zat) tidak berubah.
Contohnya adalah pada air yang mengalir, tanpa adanya energi (tekanan), air
dapar mengalir terutama pada daerah yang miring.

Dari gambar di atas, dapat dibuat sebuah persamaan:

di mana:
η : viskositas
F’/A : gaya per satuan luas (shearing stress)
dv/dr: rate of shear
dv : perbedaan kecepatan antara dua bidang
dr : jarak antara dua bidang

Gambar 2. Grafik aliran Newton (https://farmasiforyou.wordpress.com)


Besarnya Rate of shear sebanding dengan Shearing stress.
FLUIDITAS
Fluiditas (φ) adalah kebalikan dari viskositas:

VISKOSITAS KINEMATIS
Viskositas kinematis dinyatakan dimana viskositas suatu cairan dibagi dengan
kerapatan cairan tersebut.

Satuan viskositas kinematis yaitu stoke (s) dan centistokes (cs).

B. SISTEM NON NEWTON


Pada cairan non-Newton, shearing rate (kecepatan tekanan) dan shearing stress
(besarnya tekanan) tidak memiliki hubungan linear, viskositasnya berubah-ubah
tergantung dari besarnya tekanan yang diberikan. Tipe aliran non-Newton terjadi
pada dispersi heterogen antara cairan dengan padatan seperti pada koloid,
emulsi, dan suspensi cair, salep.
Jadi pada tipe aliran non-Newton ini adalah kebalikan dari aliran Newton, di
mana aliran ini dipengaruhi oleh adanya kecepatan dan besarnya energi
(tekanan) sehingga bias mengalir. Bila tidak diberi tekanan, maka sediaan ini
tidak akan mengalir. Artinya untuk mengalir sediaan ini membutuhkan bantuan.
Karena adanya tekanan (energi) maka viskositas dari sediaan ini akan berubah.
ALIRAN PLASTIS
● Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing
stress pada suatu titik tertentu yang dikenal dengan sebagai harga yield.
● Cairan plastis tidak akan mengalir sampai shearing stress dicapai sebesar
yield value tersebut.
● Aliran plastis diaplikasikan pada suspensi dengan partikel-partikel yang
terflokulasi. (Suspensi terflokulasi adalah suspensi dengan ukuran partikel
yang besar, sehingga bila mengendap, tidak terbentuk endapan yang rapat,
dan bila dikocok, akan segera terdispersi dalam pembawanya).

Persamaan yang menggambarkan Aliran Plastis yaitu


Di mana:
U adalah viskositas plastis,
f adalah yield value.

ALIRAN PSEUDOPLASTIS
● Viskositas menurun dengan meningkatnya rate of share (kecepatan tekanan).
● Terjadi pada molekul berantai panjang seperti polimer-polimer termasuk
gom, tragakan, natrium alginat, metil selulosa, karboksi metilselulosa.
● Meningkatnya shearing stress (besarnya tekanan) menyebabkan keteraturan
polimer sehingga mengurangi tahanan.
● Kurva untuk aliran pseudoplastis dimulai dari titik (0,0) , tidak ada harga
yield

Sistem pseudoplastis disebut pula sebagai sistem geser encer (shear-thinning)


karena dengan menaikkan tekanan geser viskositas menjadi turun.

ALIRAN DILATAN
● Aliran dilatan merupakan kebalikan dari aliran pseudoplastis
● Disebut sebagai sistem geser kental (shear-thickeningsystem)
● Dimiliki oleh suspensi yang berkonsentrasi tinggi (>50%) dari partikel yang
terdeflokulasi
● Viskositas meningkat dengan bertambahnya rate of shear
● Dalam pengeluarannya dari wadah membutuhkan tekanan yang kuat.
● Mekanisme:
Pada keadaan diam partikel-partikel tersusun rapat dengan ruang antar partikel
kecil.
Pada saat shearing stress (pengocokan) meningkat, partikel (bulk) akan
menyebar dan mengembang atau memuai (dilate) sehingga ruang kosong
bertambah yang menyebabkan hambatan aliran meningkat (tidak dibasahi)
akhirnya terbentuk pasta kaku.

ALIRAN THIKSOTROPIK
1. Tipe sediaan thiksotropik bila dalam keadaan diam, akan menyerupai suatu
gel.
2. Ketika diberi tekanan misalnya pengocokan, struktur gel ini akan terpecah
menjadi partikel-partikel yang lurus yaitu sol (lihat gambar 7).
3. Pada saat pengocokan dihilangkan, tahap demi tahap struktur gel kembali
terbentuk. (Gel sol gel (proses pertama berlangsung cepat sedangkan proses
kedua berlangsung lebih lambat).
Jadi, aliran thiksotropik, jika diterapkan dalam sebuah sediaan Farmasi, maka
akan menghasilkan sebuah sediaan yang baik. Hal ini disebabkan karena sediaan
ini bila dikocok, viskositas sediaan akan bertambah, namun bila pengocokan
dihentikan maka partikelnya tidak akan mengendap cepat, sehingga penampilan
dari sediaan ini kelihatan menarik karena keseragaman penyebaran partikel.
ALIRAN ANTITIKSOTROPIK
∙ Merupakan kebalikan dari aliran thiksotropi (Sol menjadi gel menjadi sol).
Contohnya: magma magnesia.
∙ Sediaannya mengandung zat padat dalam jumlah sedikit (1-10%) dan
terflokulasi.
∙ Bila dikocok, struktur sol akan menjadi gel, dimana kekentalannya bertambah,
sehingga terjadi hambatan untuk mengalir, namun bila didiamkan akan kembali
menjadi sol.
III. Alat dan Bahan

Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum viskositas adalah sebagai berikut :
Viskometer Ostwald

Piknometer 10mL Viskometer Ostwald Stopwatch

Timbangan Batang pengadul


Gelas Kimia

Viskometer Brookfield

Viskometer Brookfield Spandle Gelas Kimia


Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum viskositas adalah sebagai berikut :
Viskometer Ostwald

Aquadest Larutan HPMC

HPMC
Aquadest

Pulvis
Glukosa
IV. Prosedur
Prosedur Kerja
A. Viskometer Oswald
1. Membuat larutan sampel CMC-Na 0,5 %, dengan melarutkan 0,1 gram
CMC-Na 0,5 % dengan 200 mL aquadest

2. Menentukan Densitas zat cair yang akan ditentukan viskositasnya


menggunakan piknometer
a. Menimbang piknometer kosong

b. Mengisi piknometer dengan larutan sampel CMC-Na 0,5 % sampai penuh

c. Menimbang piknometer yang sudah diisi larutan sampel


3. Memasukkan zat cair ke dalam viscometer Oswald

4. Sedot hingga batas yang paling atas

5. Memasang stopwatch, mulai saat zat cair turun dari tanda batas atas dan
berhenti saat zat cair berada di tanda batas bagian bawahnya

6. Mencatat lama zat cair turun


7. Mengulangi sebanyak 3 kali percobaan
8. Mengulangi dengan zat cair lain ( aquadest )

B. Viskometer Brookfield
1. Membuat larutan sampel HPMC k100 1%

2. Memasang spindel pada gantungan spindel

3. Menurunkan sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup kedalam


cairan yang akan diukur viskositasnya

4. Memasangkan stop kontak


5. Menghidupkan motor sambil menekan tombol

6. Membiarkan spindel berputar dan perhatikan jarum merah pada skala

7. Mencatat angka yang ditunjukkan jarum merah tersebut untuk


menghitungkan viskosita, angka pembacaan dikalikan dengan suatu faktor
yang dapat dikutip dari table yang terdapat pada brosur alat
8. Dengan mengubah-ubah rpm, akan diperoleh viskosita cairan pada berbagai
rpm.
9. Membuat grafik antara rpm dan viskositas, kemudian tentukan tipe aliran
dari masing-masing zat.

V. Data Pengamatan dan Perhitungan


Data Pengamatan
Viskositas
Viknometer
Data pengamatan dan perhitungan
● Kelompok 1
Bobot Jenis
Larutan Berat Berat Berat Volume Massa
piknometer piknometer larutan (g) piknometer jenis
kosong (g) + larutan (g) (mL) larutan
(g/mL)
Aquadest +
HPMC 11,74 gram 20,21 gram 8,47 gram 10 mL 0,847
K100 0,1 g/cm3
gram

Brookfield
Speed Spindel
(Rpm)
20 410 cP
30 280 cP
50 202 cP
60 176,7 cP
100 128 cP
60 170 cP
50 192 cP
30 260 cP
20 335 cP

Ostwald
Waktu Rata-rat
No Zat / bahan Suhu
1 2 3 a
Aquadest + HPMC K100 0,1
1 gram 26 08.44 08.85 09.17 08.34

● Kelompok 2
Bobot Jenis
Larutan Berat Berat Berat larutan Volume Massa jenis
piknometer piknometer + (g) piknometer larutan
kosong (g) larutan (g) (mL) (g/mL)
Aquadest 10,05 gram 19,87 gram 9,82 gram 10 mL 0,982 g/cm3

Brookfield
Speed Spindel
(Rpm)
20 355 cP
30 266,7 cP
50 190 cP
60 161,7 cP
100 119 cP
60 153,3 cP
50 174 cP
30 243,3 cP
20 320 cP

Ostwald
Waktu Rata-rat
No Zat / bahan Suhu
1 2 3 a
1 Aquadest + HPMC 28 09.84 09.39 08.44 9,22

● Kelompok 3
Bobot Jenis
Volume
Berat piknometer Berat piknometer Berat Massa jenis
Larutan piknometer
kosong (g) + larutan (g) Larutan (g) larutan (g/mL)
(mL)
Aquades 14,14 gram 26,06 gram 11,92 gram 13 mL 0,916 g/cm3
CMC
0,5% 14,14 gram 26,02 11,88 gram 13 mL 0,913 g/cm3

Brookfield
Speed Spindel
(Rpm)
20 960 cP
30 940 cP
50 888 cP
60 876 cP
100 767 cP
60 970 cP
50 1140 cP
30 1503 cP
20 1760 cP
Ostwald
Waktu
No Zat / bahan Suhu Rata-rata
1 2 3

1 Aquadest + HPMC 28 6.75 6.73 6.95 6.81

2 CMC 0,5% 28 7.09 7.05 7.10 7.08

Dik : ɳ air = 0,8904 cps


ρ air = 0,99602 g/mL
ρ CMC = 0,913 g/mL
t air = 6,81 detik
t CMC = 7,08 detik
jawab : ɳ CMC = ɳ air*t CMC* ρ CMC/t air* ρ air
= 0,8904*7,08*0,913/6,81*0,99602
= 0,849 cps

● Kelompok 4
Bobot Jenis
Berat Volume
Berat piknometer Berat Larutan Massa jenis
Larutan piknometer piknometer
+ larutan (g) (g) larutan (g/mL)
kosong (g) (mL)
HPMC
12.26 gram 23.11 gram 10.85 gram 13 mL 0.83 g/cm3
K15

Brookfield
Speed Spindel
(Rpm)
20 1035 cP
30 766,7 cP
50 506 cP
60 440 cP
100 306 cP
60 445 cP
50 506 cP
30 736,7 cP
20 1015 cP

Ostwald
Waktu
No Zat / bahan Suhu Rata-rata
1 2 3
1 Aquadest 28 6.75 6.73 6.95 6.81
2 HPMC K15 0,1% 28 23.60 23.63 23.64 23.62

Dik : ɳ air = 0,8904 cps


ρ air = 0,99602 g/mL
ρ HPMC = 0,83 g/mL
t air = 6,81 detik
t HPMC = 23,62 detik
jawab : ɳ HPMC = ɳ air*t HPMC* ρ HPMC/t air* ρ air
= 0,8904*23,62*0,83/6,81*0,99602
= 2,574 cps

● Kelompok 5
Bobot Jenis
Berat Volume
Berat piknometer Berat Massa jenis
Larutan piknometer piknometer
+ larutan (g) Larutan (g) larutan (g/mL)
kosong (g) (mL)
Na
8.63 gram 23.03 gram 114.4 gram 15.8 mL 0.911 g/cm3
CMC1%

Brookfield
Speed Spindel
(Rpm)
20 5 cP
30 6,67 cP
50 8,0 cP
60 10 cP
100 12 cP
60 10 cP
50 8 cP
30 0,67 cP
20 10 cP

Ostwald
Waktu
No Zat / bahan Suhu Rata-rata
1 2 3
1 Na CMC 28 08.86 07.84 07.80 8.16

Gambar Grafik
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan viskositas dengan metode
Viskometer oswald dan viskometer brookfield .Viskometer brookfield
mengukur tenaga putaran (torque) yang diperlukan untuk memutarkan
(spindle) yang dicelupkan dalam cairan. Spindle digerakan oleh motor sinkron
melalui pegas yang terkalibrasi; refleksi pegas ditunjukan jarum penunjuk atau
angka. Viskositas berbanding lurus dengan kecepatan spindle berotasi dan
berkaitan dengan ukuran bentuk dari spindle. Pada viscometer ini nilai
viskositas didapat dengan mengukur gaya sebuah spindle yang dicelupkan ke
dalam sampel, viskositas ini dapat mengukur viskositas melalui kondisi aliran
berbagai bahan sampel uji (Martin, 2011 ).
Awal mula menghitung BJ dengan mengukur berat piknometer kosong,
berat piknometer + larutan, berat larutan, volume piknometer, massa jenis
larutan. Lalu menggunakan rumus
BJ = Berat larutan / Volume Larutan
BJ = 11,88 gram / 13 mL = 0,913 g/mL
Setelah itu menggunakan metode viskometer Oswald, dengan mengukur
suhu, waktu dimana air dari garis atas turun sampai garis bawah lalu
dilakukan percobaan sebanyak tiga kali dan diratakan ketiganya.
Dari percobaan oswald dan perhitungan BJ, Kita dapat menentukan
viskositasnya, dengan rumus
n CMC = n airx t CMC / t air x p air
n CMC = 0,8904 x 7,08 / 7,11 x 0,99602
n CMC = 0,890 nm
Pada percobaan menggunakan metode viskometer Brookfield prinsip
kerja alatnya yaitu rotasi dengan mengkombinasikan setting spindel dan
kecepatan putar spindel. Penggunaan spindel harus disesuaikan dengan
kekentalan suatu bahan yang akan diuji viskositasnnya. Semakin besar nomor
spindel maka semakin kecil bentuk fisiknya. Dalam percobaan ini menguji
dengan menggunakan cairan CMC 0,5% dilakukan 2 kali pengulangan pada
setiap rpm nya pada ulangan kesatu percobaan pertama di peroleh rpm 20
dengan viskositas 960, pada percobaan kedua di peroleh rpm 30 dengan
viskositas 940, pada percobaan ketiga di peroleh rpm 50 dengan viskositas
888 , pada percobaan keempat di peroleh rpm 60 dengan viskositas 876, pada
percobaan ke enam di peroleh rpm 100 dengan viskositas 767.
Pada ulangan kedua percobaan pertama di peroleh rpm 60 dengan
viskositas 970, percobaan ketiga di peroleh rpm 50 dengan viskositas 1140,
percobaan keempat di peroleh rpm 30 dengan viskositas 1503, percobaan
kelima di peroleh rpm 20 dengan viskositas 1760.

VII. Kesimpulan
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dan teori yang diketahui,
disimpulkan bahwa viskositas sangat mempengaruhi kecepatan benda untuk
mewati suatu fluida, semakin kental fluida tersebut, semakin lama waktu yang
dibutuhkan benda untuk melewatinya.
Saran
pada saat pengerjaan diharapkan dapat menggunakan alat dan bahan
yang sudah disediakan untuk masing masing kelompok sehingga tidak perlu
saling meminjam alat

DAFTAR PUSTAKA

Atkins,P.W.1994. Kimia Fisik edisi ke-4 jilid 1. Erlangga:Jakarta

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika jilid 1. Erlangga : Jakarta

Martin,A., et.all., (1993), "Farmasi Fisika", Edisi III, Bagian II, UI Press. Jakarta

Tony Bird. 1993. "Kimia Fisika Untuk Universitas" Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Sinila, Santi. 2016. Farmasi Fisik. Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan

LAMPIRAN
Penentuan BJ

20 rpm 30 rpm 50 rpm


960 cp 940 cp 888 cp

60 rpm 100 rpm 60 rpm


876 cp 767 cp 970 cp

50 rpm 30 rpm 20 rpm


1140 cp 1503 cp 1760 cp

Viskometer Brookfield
Proses menimbang Proses pembuatan larutan Proses pengujian larutan
HPMC HPMC dengan Viskomer
Brookfield

Viskometer Ostwald

Proses penimbangan Proses pengadukan Proses pelarutan CMC


CMC sebanyak 2gram larutan CMC dengan labu ukur
Larutan CMC dalam Aquadest dalam
Viskometer Ostwald Viskometer Ostwald

Anda mungkin juga menyukai