FARMASI FISIKA
VISKOSITAS DAN RHEOLOGI
I. Tujuan Percobaan:
A. SISTEM NEWTON
Aliran newton adalah jenis aliran yang ideal. Pada umumnya cairan yang
bersifat ideal adalah pelarut, campuran pelarut, dan larutan sejati.
Pada cairan Newton, hubungan antara shearing rate (kecepatan tekanan) dan
shearing stress (besarnya tekanan) adalah linear, dengan suatu tetapan yang
dikenal dengan viskositas atau koefisien viskositas. Tipe alir ini umumnya
dimiliki oleh zat cair tunggal serta larutan dengan struktur molekul sederhana
dengan volume molekul kecil. Tipe aliran yang mengikuti Sistem Newton,
viskositasnya tetap pada suhu dan tekanan tertentu dan tidak tergantung pada
kecepatan geser, sehingga viskositasnya cukup ditentukan pada satu kecepatan
geser.
NB:
● shearing rate atau rate of sheare (kecepatan tekanan), dalam hal ini
contohnya kecepatan dalam mengocok botol.
● shearing stress (besarnya tekanan), dalam hal ini contohnya kekuatan
mengocok dan kekuatan memencet tube.
Dengan kata lain, bahwa pada aliran Newton, tidak membutuhkan energi
(tekanan) untuk bisa mengalir karena akan mengalir dengan sendirinya
mengikuti gaya gravitasi sehingga viskositas (kekentalan zat) tidak berubah.
Contohnya adalah pada air yang mengalir, tanpa adanya energi (tekanan), air
dapar mengalir terutama pada daerah yang miring.
di mana:
η : viskositas
F’/A : gaya per satuan luas (shearing stress)
dv/dr: rate of shear
dv : perbedaan kecepatan antara dua bidang
dr : jarak antara dua bidang
VISKOSITAS KINEMATIS
Viskositas kinematis dinyatakan dimana viskositas suatu cairan dibagi dengan
kerapatan cairan tersebut.
ALIRAN PSEUDOPLASTIS
● Viskositas menurun dengan meningkatnya rate of share (kecepatan tekanan).
● Terjadi pada molekul berantai panjang seperti polimer-polimer termasuk
gom, tragakan, natrium alginat, metil selulosa, karboksi metilselulosa.
● Meningkatnya shearing stress (besarnya tekanan) menyebabkan keteraturan
polimer sehingga mengurangi tahanan.
● Kurva untuk aliran pseudoplastis dimulai dari titik (0,0) , tidak ada harga
yield
ALIRAN DILATAN
● Aliran dilatan merupakan kebalikan dari aliran pseudoplastis
● Disebut sebagai sistem geser kental (shear-thickeningsystem)
● Dimiliki oleh suspensi yang berkonsentrasi tinggi (>50%) dari partikel yang
terdeflokulasi
● Viskositas meningkat dengan bertambahnya rate of shear
● Dalam pengeluarannya dari wadah membutuhkan tekanan yang kuat.
● Mekanisme:
Pada keadaan diam partikel-partikel tersusun rapat dengan ruang antar partikel
kecil.
Pada saat shearing stress (pengocokan) meningkat, partikel (bulk) akan
menyebar dan mengembang atau memuai (dilate) sehingga ruang kosong
bertambah yang menyebabkan hambatan aliran meningkat (tidak dibasahi)
akhirnya terbentuk pasta kaku.
ALIRAN THIKSOTROPIK
1. Tipe sediaan thiksotropik bila dalam keadaan diam, akan menyerupai suatu
gel.
2. Ketika diberi tekanan misalnya pengocokan, struktur gel ini akan terpecah
menjadi partikel-partikel yang lurus yaitu sol (lihat gambar 7).
3. Pada saat pengocokan dihilangkan, tahap demi tahap struktur gel kembali
terbentuk. (Gel sol gel (proses pertama berlangsung cepat sedangkan proses
kedua berlangsung lebih lambat).
Jadi, aliran thiksotropik, jika diterapkan dalam sebuah sediaan Farmasi, maka
akan menghasilkan sebuah sediaan yang baik. Hal ini disebabkan karena sediaan
ini bila dikocok, viskositas sediaan akan bertambah, namun bila pengocokan
dihentikan maka partikelnya tidak akan mengendap cepat, sehingga penampilan
dari sediaan ini kelihatan menarik karena keseragaman penyebaran partikel.
ALIRAN ANTITIKSOTROPIK
∙ Merupakan kebalikan dari aliran thiksotropi (Sol menjadi gel menjadi sol).
Contohnya: magma magnesia.
∙ Sediaannya mengandung zat padat dalam jumlah sedikit (1-10%) dan
terflokulasi.
∙ Bila dikocok, struktur sol akan menjadi gel, dimana kekentalannya bertambah,
sehingga terjadi hambatan untuk mengalir, namun bila didiamkan akan kembali
menjadi sol.
III. Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum viskositas adalah sebagai berikut :
Viskometer Ostwald
Viskometer Brookfield
HPMC
Aquadest
Pulvis
Glukosa
IV. Prosedur
Prosedur Kerja
A. Viskometer Oswald
1. Membuat larutan sampel CMC-Na 0,5 %, dengan melarutkan 0,1 gram
CMC-Na 0,5 % dengan 200 mL aquadest
5. Memasang stopwatch, mulai saat zat cair turun dari tanda batas atas dan
berhenti saat zat cair berada di tanda batas bagian bawahnya
B. Viskometer Brookfield
1. Membuat larutan sampel HPMC k100 1%
Brookfield
Speed Spindel
(Rpm)
20 410 cP
30 280 cP
50 202 cP
60 176,7 cP
100 128 cP
60 170 cP
50 192 cP
30 260 cP
20 335 cP
Ostwald
Waktu Rata-rat
No Zat / bahan Suhu
1 2 3 a
Aquadest + HPMC K100 0,1
1 gram 26 08.44 08.85 09.17 08.34
● Kelompok 2
Bobot Jenis
Larutan Berat Berat Berat larutan Volume Massa jenis
piknometer piknometer + (g) piknometer larutan
kosong (g) larutan (g) (mL) (g/mL)
Aquadest 10,05 gram 19,87 gram 9,82 gram 10 mL 0,982 g/cm3
Brookfield
Speed Spindel
(Rpm)
20 355 cP
30 266,7 cP
50 190 cP
60 161,7 cP
100 119 cP
60 153,3 cP
50 174 cP
30 243,3 cP
20 320 cP
Ostwald
Waktu Rata-rat
No Zat / bahan Suhu
1 2 3 a
1 Aquadest + HPMC 28 09.84 09.39 08.44 9,22
● Kelompok 3
Bobot Jenis
Volume
Berat piknometer Berat piknometer Berat Massa jenis
Larutan piknometer
kosong (g) + larutan (g) Larutan (g) larutan (g/mL)
(mL)
Aquades 14,14 gram 26,06 gram 11,92 gram 13 mL 0,916 g/cm3
CMC
0,5% 14,14 gram 26,02 11,88 gram 13 mL 0,913 g/cm3
Brookfield
Speed Spindel
(Rpm)
20 960 cP
30 940 cP
50 888 cP
60 876 cP
100 767 cP
60 970 cP
50 1140 cP
30 1503 cP
20 1760 cP
Ostwald
Waktu
No Zat / bahan Suhu Rata-rata
1 2 3
● Kelompok 4
Bobot Jenis
Berat Volume
Berat piknometer Berat Larutan Massa jenis
Larutan piknometer piknometer
+ larutan (g) (g) larutan (g/mL)
kosong (g) (mL)
HPMC
12.26 gram 23.11 gram 10.85 gram 13 mL 0.83 g/cm3
K15
Brookfield
Speed Spindel
(Rpm)
20 1035 cP
30 766,7 cP
50 506 cP
60 440 cP
100 306 cP
60 445 cP
50 506 cP
30 736,7 cP
20 1015 cP
Ostwald
Waktu
No Zat / bahan Suhu Rata-rata
1 2 3
1 Aquadest 28 6.75 6.73 6.95 6.81
2 HPMC K15 0,1% 28 23.60 23.63 23.64 23.62
● Kelompok 5
Bobot Jenis
Berat Volume
Berat piknometer Berat Massa jenis
Larutan piknometer piknometer
+ larutan (g) Larutan (g) larutan (g/mL)
kosong (g) (mL)
Na
8.63 gram 23.03 gram 114.4 gram 15.8 mL 0.911 g/cm3
CMC1%
Brookfield
Speed Spindel
(Rpm)
20 5 cP
30 6,67 cP
50 8,0 cP
60 10 cP
100 12 cP
60 10 cP
50 8 cP
30 0,67 cP
20 10 cP
Ostwald
Waktu
No Zat / bahan Suhu Rata-rata
1 2 3
1 Na CMC 28 08.86 07.84 07.80 8.16
Gambar Grafik
VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan viskositas dengan metode
Viskometer oswald dan viskometer brookfield .Viskometer brookfield
mengukur tenaga putaran (torque) yang diperlukan untuk memutarkan
(spindle) yang dicelupkan dalam cairan. Spindle digerakan oleh motor sinkron
melalui pegas yang terkalibrasi; refleksi pegas ditunjukan jarum penunjuk atau
angka. Viskositas berbanding lurus dengan kecepatan spindle berotasi dan
berkaitan dengan ukuran bentuk dari spindle. Pada viscometer ini nilai
viskositas didapat dengan mengukur gaya sebuah spindle yang dicelupkan ke
dalam sampel, viskositas ini dapat mengukur viskositas melalui kondisi aliran
berbagai bahan sampel uji (Martin, 2011 ).
Awal mula menghitung BJ dengan mengukur berat piknometer kosong,
berat piknometer + larutan, berat larutan, volume piknometer, massa jenis
larutan. Lalu menggunakan rumus
BJ = Berat larutan / Volume Larutan
BJ = 11,88 gram / 13 mL = 0,913 g/mL
Setelah itu menggunakan metode viskometer Oswald, dengan mengukur
suhu, waktu dimana air dari garis atas turun sampai garis bawah lalu
dilakukan percobaan sebanyak tiga kali dan diratakan ketiganya.
Dari percobaan oswald dan perhitungan BJ, Kita dapat menentukan
viskositasnya, dengan rumus
n CMC = n airx t CMC / t air x p air
n CMC = 0,8904 x 7,08 / 7,11 x 0,99602
n CMC = 0,890 nm
Pada percobaan menggunakan metode viskometer Brookfield prinsip
kerja alatnya yaitu rotasi dengan mengkombinasikan setting spindel dan
kecepatan putar spindel. Penggunaan spindel harus disesuaikan dengan
kekentalan suatu bahan yang akan diuji viskositasnnya. Semakin besar nomor
spindel maka semakin kecil bentuk fisiknya. Dalam percobaan ini menguji
dengan menggunakan cairan CMC 0,5% dilakukan 2 kali pengulangan pada
setiap rpm nya pada ulangan kesatu percobaan pertama di peroleh rpm 20
dengan viskositas 960, pada percobaan kedua di peroleh rpm 30 dengan
viskositas 940, pada percobaan ketiga di peroleh rpm 50 dengan viskositas
888 , pada percobaan keempat di peroleh rpm 60 dengan viskositas 876, pada
percobaan ke enam di peroleh rpm 100 dengan viskositas 767.
Pada ulangan kedua percobaan pertama di peroleh rpm 60 dengan
viskositas 970, percobaan ketiga di peroleh rpm 50 dengan viskositas 1140,
percobaan keempat di peroleh rpm 30 dengan viskositas 1503, percobaan
kelima di peroleh rpm 20 dengan viskositas 1760.
VII. Kesimpulan
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dan teori yang diketahui,
disimpulkan bahwa viskositas sangat mempengaruhi kecepatan benda untuk
mewati suatu fluida, semakin kental fluida tersebut, semakin lama waktu yang
dibutuhkan benda untuk melewatinya.
Saran
pada saat pengerjaan diharapkan dapat menggunakan alat dan bahan
yang sudah disediakan untuk masing masing kelompok sehingga tidak perlu
saling meminjam alat
DAFTAR PUSTAKA
Martin,A., et.all., (1993), "Farmasi Fisika", Edisi III, Bagian II, UI Press. Jakarta
Tony Bird. 1993. "Kimia Fisika Untuk Universitas" Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Sinila, Santi. 2016. Farmasi Fisik. Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan
LAMPIRAN
Penentuan BJ
Viskometer Brookfield
Proses menimbang Proses pembuatan larutan Proses pengujian larutan
HPMC HPMC dengan Viskomer
Brookfield
Viskometer Ostwald