Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FORMULASI SEMI SOLID


(SEDIAAN GEL)

Nama/NIM : Annisa Nur Afifah (31121170)


Sajida Al Falah (31121175)
Asti Lestari (31121183)
Samsul Mubarok (31121196)
Dea Rashieka Tabina (31121197)
Tiffani Navisha Auli (31121198)
Fildza Fathila Azzahra (31121208)
Aris Muhamad Riyadi (31121217)
Kelas/Kelompok : 2D/III
Tanggal Praktikum : 16 September 2022
Tanggal Masuk Laporan : 7 Oktober 2022
Dosen Pengampu : Apt. Firman Gustaman, M.Farm
Apt. Fajar Setiawan, M.Farm
Asisten Laboratorium : Apt. Eva Nurochvambity, S. Farm
Apt. Risah Amaliyah, S. Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Definisi Gel........................................................................................................3
2.2 Jenis Basis Gel...................................................................................................4
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Gel..........................................................................5
2.4 Kegunaan Sediaan Gel.......................................................................................5
2.5 Karakteristik Gel................................................................................................6
2.6 Syarat Gel...........................................................................................................8
2.7 Uraian Bahan......................................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................11
3.1 Alat dan Bahan.................................................................................................11
3.2 Formula............................................................................................................12
3.3 Prosedur............................................................................................................12
3.4 Evaluasi Sediaan...............................................................................................13
BAB IV HASIL & PEMBAHASAN.............................................................................16
4.1 Data Hasil & Pembahasan................................................................................16
BAB V KESIMPULAN & SARAN...............................................................................20
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................20
5.2 Saran.................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21
LAMPIRAN....................................................................................................................22

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman, sains ilmu
pengetahuan dan teknologi ikut berkembang
begitupun dengan dunia Kesehatan salah satunya
farmasi. Berbagai macam bentuk sediaan obat, baik
itu liquid, solid atau padat, semisolid atau setengah
pada turut menyesuaikan berbagai penyakit yang juga
ikut berkembang macamnya.
Ahli farmasi mengembangkan obat sebagai salah
satu pemenuhan kebutuhan manusia dengan tujuan
untuk memberikan efek terapi obat, dosis yang tepat
untuk dikonsumsi oleh pasien. Macam-macam bentuk
sediaan obat menyesuaikan dengan cara
pemakaiannya. Obat dengan bentuk liquid digunakan
untuk pemakaian dalam, sediaan berbentuk solid
digunakan untuk pemakaian dalam, dan obat
berbentuk semisolid digunakan untuk pemakain luar.
Sediaan semisolid memiliki berbagai macam
bentuk, yaitu krim, salep dan gel. Kelebihan dari
bentuk sediaan semisolid ini salah satunya adalah
praktis ketika digunakan, mudah dalam
pemakaiannya, dan mudah dalam pengabsorsiannya.
Namun, kekurangan dari sediaan ini salah satunya
yaitu mudahnya ditumbuhi mikroba. Untuk
meminimalisir kekurangan tersebut, dilakukan
pemformulasian sediaan sebelum akhirnya diberikan
kepada pasien. Dengan demikian seorang farmasis
harus mengetahui rangkaian rangkaian yang

1
dilakukan pada saat melakukan preformulasi sediaan.
Formulasi suatu produk farmasi dapat meliputi
satu kombinasi atau lebih bahan zat aktif atau obat
untuk menambah keefektifan produk tersebut.
Sediaan gel merupakan sediaan tropical yaitu sediaan
yang diberikan melalui kulit dan membrane mukosa
untuk menimbulkan efek lokal. Penghantaran obat
melalui kulit ini merupakan terapi yang efektif untuk
pengobatan gangguan dermatis lokal. Sediaan gel
banyak dpilih karena sangat mudah untuk
diaplikasikan yaitu mudah merata, meresap serta
mudah untuk diersihkan juga bentuknya lebih
menarik karna transparan disbanding dengan sediaan
tropikal lainnya.
Faktor yang paling penting untuk menghasilkan
sediaan gel yang baik adalah memilih gelling agent
yang akan digunakan. Gelling agent merupakan
bahan yang digunakan untuk menjaga konsistensi
cairan padatan dalam suati bentuk gel (Hariningsih,
2019). Hal kedua yang paling penting setelah selesai
pembuatan sediaan gel yaitu pengujian sampel atau
Evaluasi sediaan dengan beberapa uji yang
dilakukan, diantaranya; uji organoleptik, uji daya
sebar, uji homogenitas, viskositas, daya lekat, pH, uji
osazon. Uji tersebut merupakan suatu prosedur yang
sangat penting sebelum produk di distribusikan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang tersebut maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

2
1. Bagaimana cara melakukan pre-formulasi sediaan semisolid
berbentuk gel?
2. Bagaimana cara membuat produk sediaan semisolid berbentuk
gel?
3. Bagaimana cara melakukan Evaluasi sediaan semisolid
berbentuk gel?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa mampu melakukan pre-formulasi sediaan
semisolid berbentuk gel
2. Mahasiswa mampu membuat produk sediaan semisolid
berbentuk gel
3. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sediaan semisolid
berbentuk gel

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Gel


Gel merupakan bentuk sediaan semipadat yang
dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organic yang besar, terpenetrasi oleh suatu
cairan (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Berdasarkan jumlah fasenya gel dibedakan menjadi
fase tunggal dan fase ganda. Gel tunggal dapat dibuat
ddari bahan pembentuk gel seperti tragakan, Na-
alginat, gelatin, metilselusosa, Na CMC, karbopol,
polifinil, alcohol, metilhidroksietil selulosa dll. Gel
fase ganda dibuat dari interaksi garam alumunium
yang larut, seperti suatu klorida atau sulfat, dengan
larutan ammonia.
Berdasarkan bahan pemebntuk gel, gel dibedakan
menjadi gel anorgani dan gel organic. Gel anorganik
biasanya berupa fase ganda. Gel organik biasanya
berupa fase tunggal dan mengandung polimer sintetik
maupun alami sebagai bahan pembentuk gel, seperti
karbopol, tragakan, dan Na CMC.
Sifat atau karakteristik gel yaitu antara lain inert,
aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.
Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan
pengunaan sediaan yang diharapkan. Ada dua macam
basis gel yaitu gel hidrofobik (oleogel) biasanya
mengandung paraffin cair dengan polietilen atau
minyak lemak, membentuk gel dan silika koloidal
atau alumunium. Gel hidrofilik (hydrogel) biasanya
mengandung air, gliserol atau popilenglikol,

4
membentuk gel dengan gelling agent yang sesuai
dengan tragakan, pati, derivate selulosa, polimer
polimer karboksifinil, dan magnesium alumunium
silikat.
Gelling agent merupakan bahan tambahan yang
digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan
berbagai macam sediaan obat, dan sediaan kosmetik.
Jenis jenis bahan pembentuk gel biasanya merupakan
bahan berbasis polisakarida atau protein. Contoh dari
gelling agent yaitu antara lain Na CMC, metil
selulosa, asam alginat, sodium alginat, kalium
alginate, kalsium alginate, agar, pektin dan gelatin.
Gelling agent merupakan komponen polimer dengan
bobot molekul tinggi yang merupakan gabungan
molekul-molekul dan lilitan-lilitan dari molekul
polimer yang akan memberikan sofat kental dari gel
yang diinginkan.
Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk
membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam
tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginate, serta
bahan-bahan sintesis dan semi sintesis seperti metil
selulosa, hidroksil etil selulosa, karboksi metil
selulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil
sintesis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel
dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan
suatu metode khusus berkenaan dengan sifat
mengembang dari gel (Lachman dkk, 2008). Bahan
pembentuk gel untuk farmasi dan kosmetik idealnya
harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan
bahan-bahan lain dalam formula, tidak menunjukan
oerubahan viskositas yang berarti pada penyimpanan

5
normal (Zats & Gregory, 1996).
Karakteristik gel yang digunakan harus sesuai
dengan tujuan penggunaan gel. Gel tropical tidak
boleh terlalu liat, konsentrasi bahan pembentuk gel
yang terlalu tinggi atau penggunaan bahan
pembentuk gel dengan berat molekul yang terlalu
besar dapat mengakibatkan sediaan sulit untuk
dioleskan dan didispersikan.
Konsentrasi gel disebabkan oleh bahan pembentuk
gel yang pada umumnya akna membentuk struktur
tiga dimensi setelah mengabsorpsi air. Gel dapat
mengembang mengabsorpsi larutan dengan
peningkatan volume. Pengembangan dapat terlihat
sebagai tahap awal disperse dimana fase luar
terdispersi kedalam matriks gel dan menyebabkan
adanya interaksi antara pembentuk gel dan solvent,
shingga gel merupakan interaksi antara unit-unit pada
fase koloidal dari senyawa organik maupun
anorganik yang membentuk structural viscosity yang
tidak memisah dari fase luar. (Zats & Gregory, 1996).

2.2 Jenis Basis Gel


Senyawa basis gel atau jeling agent dibutuhkan
dalam formasi gel sebagai bahan pembentuk sel
dalam sediaan terdapat berbagai macam jenis
diantaranya adalah tergagakan nacnc karbovol hvmc
nacnc yang merupakan basis gel golongan polimer
semi sintetik sedangkan karbopa merupakan sintetis
dan peragakan merupakan Bastian golongan gom
alam (Erawati,2013)
Berdasarkan jenis fase :

6
1. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang
tersebar sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak
terlihat adanya ikatan antar molekul makro yang terdispersi
dan cairan gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul
sintetik misal karbomer atau dari gom alam misalnya
peragakan molekul organik larut dalam fase kontinu.
2. Gel sistem dua phase terbentuk jika massa gel terdiri dari
jaringan partikel kecil yang terpisah dalam sistem ini jika
ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar massa gel
kadang-kadang dinyatakan sebagai magma partikel anorganik
tidak larut hampir secara keseluruhan terdispersi dalam fase
kontinu.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Gel


Keuntungan sediaan gel beberapa keuntungan
sediaan gel adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan penyebarannya baik
2. Pada kulit efek dingin yang dijelaskan melalui penguapan
lambat dari kulit
3. Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis.
4. Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik pelepasan
obatnya baik.
Kekurangan sediaan gel yaitu, hidrogel harus
menggunakan zat aktif yang larut di dalam air
sehingga diperlukan penggunaan peningkat larutan
seperti surfaktan agar dia tetap jernih pada berbagai
perubahan temperatur tetapi Joule tersebut sangat
mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat
kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan
iritasi dan harga lebih mahal.

7
2.4 Kegunaan Sediaan Gel
1. Gel merupakan salah satu sistem yang dapat diterima untuk
pemberian orang dalam bentuk sediaan yang tepat atau
sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk
sediaan obat long acting yang diinjeksikan secara
intramuskular
2. Gel agent bisa digunakan sebagai bahan pengikat pada
granulasi tablet bahan pelindung koloid pada suspensi bahan
pengental pada sediaan cairan oral dan basis suppositoria
3. untuk kosmetik gel telah digunakan dalam berbagai produk
kosmetik termasuk pada sampo parfum pasta gigi dan kulit
dan sediaan rambut
4. Dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal
( non steril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau ( gel
steril ) ( FI IV halaman 8)

2.5 Karakteristik Gel


Zat pembentuk jel yang ideal untuk sediaan
farmasi dan kosmetik ialah inner aman dan tidak
bereaksi dengan komponen lain, pemilihan bahan
pembentuk jell harus dapat memberikan bentuk
padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat
rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau
daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam botol
pemerasan itu atau selama penggunaan topikal.
Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan
penggunaan sediaan yang diharapkan Penggunaan
bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat
tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang
sulit untuk dikeluarkan atau digunakan gel dapat
terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat

8
juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan
hingga suhu tertentu titik contoh polimer seperti MC
hvmc dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang
akan membentuk larutan yang kental dan pada
peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk
gel.
Sifat dan karakter karakteristik gel adalah sebagai
berikut
1. Swelling
Dia dapat mengembang karena komponen pembentuk gel
dapat mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan
volume. Pelarut akan ber penetrasi di antara matriks gel dan
terjadi interaksi antara pelarut dengan zat pengembangan gel
kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam
matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel.
2. Sineresis
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi
di dalamnya saja cairan yang terjerat akan keluar dan
berada di dalam permukaan gel pada waktu
pembentukan sel terjadi tekanan yang elastis
sehingga terbentuk massa gel yang tegar mekanisme
terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase
relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat
terbentuknya gel adanya perubahan pada ketegaran
gel agak akan mengakibatkan jarak antar matrik
berubah sehingga memungkinkan cairan bergerak
menuju permukaan sinergis dapat terjadi pada
hidrogel maupun organogel.
3. Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel gel dapat terbentuk
melalui penentuan temperatur tapi dapat juga pembentukan sel

9
terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu polimer seperti
MC hvmc terlarut pada air dingin membentuk larutan yang kental
pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk sel fenomena
pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh
pemanasan disebutefek suhu mempengaruhi struktur gel gel
dapat terbentuk melalui penentuan temperatur tapi dapat juga
pembentukan sel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu
polimer seperti MC hvmc terlarut pada air dingin membentuk
larutan yang kental pada peningkatan suhu larutan tersebut
membentuk sel fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase
yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
4. Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh
pada sel hidrolik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan
koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digerakan melarut
gel yang tidak terlarut hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit
kecil akan meningkatkan ligiditas gel dan mengurangi waktu
untuk menyusun dari sebuah pemberian tekanan geser GL na
algina akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi
ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan
yang tidak larut
5. Elastis dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari jelly gelatin
agar dinitroselulosa selama transformasi dari bentuk
sel menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuknya bentuk
strukturnya resisten terhadap perubahan atau
deformasi dan mempunyai aliran psikolastik struktur
sel dapat bermacam-macam tergantung dari
komponen pembentuk gel.
6. Rheologi

10
Larutan pembentuk jel jeling agen dan dispersi
padatan yang terpopulasi memberikan sifat aliran
pseudoplastis yang khas dan menunjukkan jalan
aliran non Newton yang di karakterisasi oleh
penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.

2.6 Syarat Gel


Syarat sediaan gel :
1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi ialah
inert,aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain.
2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan
bentuk padatan yang baik selama penyimpanan tapi dapat
rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang
disebabkan oleh pengocokan dalam botol,pemerasan tube,
atau selama penggunaan topikal.
3. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan
sediaan yang diharapkan.
4. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat
tinggi atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk
menyebar dan penetrasi obat di dalam kulit.
5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat
juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut
hanya pada air yang dingin yang akan membentuk larutan
yang kental dan pada peningkatan suhu larutan tersebut akan
membentuk gel.
6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang
disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation. Sediaan
gel harus memiliki daya lekat yang besar pada tempat yang
diobati karena sediaan tidak mudah lepas sehingga dapat
menghasilkan efek yang diinginkan (Lachman, 2008).

11
2.7 Uraian Bahan
2.7.1 Carbomer
Carbomer memiliki Pemerian Berwarna putih
halus, bersifat asam dan berupa serbuk yang
higroskopis dengan bau yang khas.
Kelarutan carbomer adalah Larut dalam air dan
setelah tetralisasi larut dalam etanol 95% (P) dan
gliserin. Memiliki pH 2,7 - 3,5 untuk 0,5% b/v
dispersi berair dan 2,5 - 3,0 untuk 1% b/v disperse
berair. Titik leburnya adalah116℃ dan memiliki
Konsentrasi : 0,5 – 2% sebagai gelling agent

2.7.2 Trietanolamin
Pemerian TEA adalah Cairan kental, tidak
berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip
ammonia higroskopis
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam
etanol 95% (P) larut dalam kloroform. Memiliki Titik
lebur 20 -21℃ dan pH 10,5, Stabilitas Bahan yang
stabil dan higroskopis dapat dipanaskan pada suhu
109℃ selama 24 jam. Inkompatibilitas trietanolamin
Dapat bereaksi dengan asam mineral membentuk
garam kristal dan ester dengan asam lemak yang
lebih tinggi, trietanolaminmembentuk garam yang
larut dalam air dan mempunyai karakteristik sabun,
penambahan warna dan peripasi dapat terjadi dengan
adanya garam logam berat.

12
2.7.3 Menthol
Pemerian menthol sebagai berikut Hablur
berbentuk jarum / piring tidak berwarna, bau tajam
seperti minyak permen, rasa panas dan aromatic
diikuti rasa dingin.
Kelarutan menthol Sukar larut dalam air sangan
mudah larut dalam etanol 95% (P) dalam kloroform p
dan eter P mudah larut dalam peripasi cair p dan
dalam minyak atsiri. Titik leburnya 41 - 44℃
Inkompatibilitas menthol Dengan tlusil telonal hidrat,
kamfer, klonal hidrat, kromiumtioksida, b-nafiot,
KMnO4 dan timol.

2.7.4 Metil Paraben


Pemeriannnya sebagai berikut Serbuk hablur
halus, putih, hamper tidak berbau, tidak mempunyai
rasa,agak membakar diikuti rasa tebal.
Memiliki kelarutan Larut dalam 50 bagian air,
dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian
etanol 95% (P) dan 3 bagian aseton p. Titik leburnya
125 - 128℃ dan pH : 3 – 6. Stabilitasnya Lebih
mudah terurai dengan adanya udara dari luar.

2.7.5 Propil Paraben


Pemeriannya sebagai berikut Serbuk hablur
putih tidak berbau dan tidak berasa.
Memiliki kelarutan Sangat sukar larut dalam
air, larut dalam 3,5 bagian etanol 95% (P), dalam 3
bagian aseton p, dalam 140 bagian gliserol p, dan 40
bagian minyak lemak. Titik leburnya adalah 95 - 98

13
℃ dan memiliki pH: 3 – 6, Stabilitas Lebih mudah
terurai dengan adanya udara dari luar.

2.7.6 Oleum Rosae


Memiliki Pemerian Cairan tidak berwarna atau
kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasa khas
pada suhu 25° kental jika didinginkan perlahan-lahan
berubah menjadi massa hablur kuning yang jika
dipanaskan mudah melebur.
Larut dalam 1 bagian kloroform p larutan jernih
dan memiliki Stabilitas Memadat pada suhu 18 - 22
℃ menjadi massa Kristal.

2.7.7 Etanol
Pemerian Etanol adalah Cairan tidak berwarna,
jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau
khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan
nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutannya Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform p dan dalam eter p. memiliki Titik lebur : -
114,14 dan pH : 7,33 hampir netral.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Mortir dan Stamper
2. Timbangan Analitik
3. Spatula
4. Cawan Porselen
5. Waterbath
6. Sudip
7. Kertas Perkamen
8. Pipet Tetes
9. Tube Salep

3.1.2 Bahan
1. Carbomer
2. Trietanolamin
3. Menthol
4. Metil Paraben
5. Propil Paraben
6. Ol. Rosae
7. Etanol 70%

15
3.2 Formula
Bahan Formula (gram) Konsentrasi (%) Kegunaan
Carbomer 1,5 1,5 Gelling agent
Trietanolamin qs qs Korigen
Menthol 0,3 0,3 Anti Iritan
Metil Paraben 0,02 0,02 Zat Pengawet
Propil Paraben 0,18 0,18 Zat pengawet
Ol. Rosae qs qs Korigen
Etanol 70% ad 100 g Pelarut
Jumlah gram

3.3 Prosedur

Preformulasi

Perhitungan bahan

Penimbangan bahan

Siapkan alat & bahan

Masukkan Masukkan TEA, methyl Masukkan menthol ke


carbomer ke dalam paraben, dan propil dalam mortir, beri 2-3
mortir & paraben ke dalam mortar, tetes etanol, gerus
kembangkan gerus sampai homogen hingga homogen dan
dengan air hangat dan sisihkan sisihkan

Campur dan gerus hingga homogen

Campur dan gerus hingga homogen

Beri 1-3 tetes oleum rosae,


gerus hingga homogen

16
Tambahkan etanol hingga
100 gram

Masukkan ke dalam tube


15 gram dan beri label

Masukkan ke dalam
kemasan

Lakukan Uji Evaluasi

3.4 Evaluasi Sediaan


3.4.1 Uji Organoleptik
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan
panca indra dengan evaluasi sediaan pada suhu
kamar untuk mengamati bentuk, warna, dan bau
sediaan.

3.4.2 Uji pH
Pengukuran pH untuk mengetahui pH yang
terkandung dalam Ph dan untuk mengitung
perbedaan pH pada sediaan gel selama waktu
penyimpanan dengan menggunakan pH meter.
pH gel yang baik adalah pH yang hampir
sama atau mendekati pH kulit yang berkisar antara
4,5– 6,5.15 Apabila sediaan gel terlalu asam dari pH
kulit dikhawatirkan akan mengiritasi kulit tetapi
apabila terlalu basa maka dikhawatirkan akan kering
pada kulit (Sayuti, 2015)

3.4.3 Uji Homogenitas

17
Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui sediaan yang dibuat apakah tercampur merata atau
tidak(Afianti dan Murrukmihadi, 2015) (Nurdianti1, 2018)

3.4.4 Uji Daya Sebar


Pengujian daya sebar bertujuan untuk
mengetahui daya penyebaran gel pada kulit. Daya
sebar gel yang baik yaitu antara 5-7 cm (Garg et al.,
2002). Apabila daya sebar yang dihasilkan terlalu
kecil, maka ketika dioleskan akan relatif sulit untuk
menyebar saat diaplikasikan pada kulit sedangkan
apabila hasil daya sebar terlalu besar akan cenderung
cepat menyebar saat diaplikasikan sehingga akan
menimbulkan rasa yang kurang nyaman pada
pengguna (Nurdianti1, 2018)

3.4.5 Uji Daya Lekat


Sebanyak 0,25 g gel diletakkan di antara 2
gelas objek pada alat uji daya lekat, kemudian tekan
dengan beban 1 kg selama 5 menit, angkat beban dan
beri beban 80 g pada alat dan catat waktu pelepasan
gel. Semakin lama daya lekat sediaan gel maka
semakin baik sediaan gel tersebut (Miranti, 2009).
(Lalu Mukhlis Maqbul Sani1, 2021). Daya
lekat sediaan yang baik adalah tidak kurang dari 4
detik (Nevi, 2006). Hasil evaluasi daya lekat yang
didapat yaitu berkisar antara 6 hingga 13 detik. Hal
ini menunjukkan bahwa gel ekstrak tembakau yang
dihasilkan mampu melekat dengan baik pada kulit.
(Kori Yati1, 2018)

18
3.4.6 Uji Stabilitas
Uji stabilitas fisik sediaan dilakukan dengan
cara Cycling test. Pada metode Cycling test sampel
emulgel disimpan pada suhu 4 C dalam waktu 24
jam, kemudian di pindahkan ke dalam oven dengan
suhu 40 C selama 24 jam (satu siklus). Uji dilakukan
6 siklus kemudian diamati adanya pemisahan fase
atau tidak (Magdalena, et al, 2016). (Nurdianti1,
2018)

3.4.7 Uji Hedonik


Uji dilakukan pada 10 orang responden
dewasa, dimana menggunakan parameter bau, warna,
daya sebar, homogenitas, daya lekat. Kemudian
responden ditanyai tentang tanggapan dan
penerimaan bau, warna, daya sebar, homogenitas,
daya lekat tersebut. Emulgel dinyatakan memenuhi
persyaratan atau dapat diterima bila lebih dari 50%
responden menyatakan dapat menerima emulgel
tersebut (Kharis, 1996). (Nurdianti1, 2018)

19
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil & Pembahasan


4.1.1 Uji Organoleptik
Hal pertama yang dilakukan setelah sediaan
jadi adalah melakukan evaluasi/pengujian pada
sediaan gel yaitu uji organoleptis dimana dilakukan
pengamatan dengan bantuan alat indra terhadap
sediaan gel yang dinilai dari bentuk fisik sediaan
yaitu warna, bentuk dan bau. Pada hari pertama
setelah formulasi, hasil uji organoleptis sediaan
menunjukkan gel berwarna putih agak keruh,
memiliki bau khas gel dan serta memiliki bentuk
semi padat dengan tekstur sangat lembut, sedikit
lengket ketika diaplikasikan pada kulit mudah untuk
dapat menyerap dan tidak menggumpal.
Setelah lima hari kemudian dilakukan evaluasi
organoleptis lagi dan hasilnya menunjukan gel tidak
berubah dari segi warna dan lengket tetapi bau nya
lebih menyengat dan menjadi menggumpal padat.
Perubahan ini disebabkan karena sediaan gel selama
5 hari disimpan pada suhu ruang di dalam lemari.

4.1.2 Uji Homogenitas


Bentuk Sediaan Hasil
Homogen, Tidak Tedapat
Gel
Gumpalan

Setelah dilakukan uji homogenitas gel pada hari


ke-7 setelah pembuatan, sediaan menunjukkan

20
persamaan warna dan tidak terdapat partikel atau
butiran kasar pada sediaan, sehingga sediaan gel
dapat dikatakan homogen dan telah memenuhi
persyaratan untuk diformulasikan. Uji ini dil;akukan
dengan cara mengoleskan 0,1 gram sediaan pada
objek glass dan diamati secara visual.

4.1.3 Uji pH
Nilai pH merupakan karakteristik yang perlu
diperhatikan dalam suatu formulasi sediaan topikal.
Uji pH bertujuan untuk mengetahui nilai pH suatu
sediaan apakah dapat diterima oleh kulit. Nilai pH
yang dianjurkan pada suatu sediaan topikal adalah
pada rentang 4,5-6,5 (Titaley et al., 2014). Kondisi
sediaan yang terlalu asam akan mengakibatkan kulit
menjadi iritasi, sedangkan kondisi yang terlalu basa
dapat membuat kulit menjadi bersisik.Uji pH
dilakukan pada hari ke-5 setelah pembuatan sediaan.
Hasil uji pH yang didapatkan yaitu 6.24, dan dapat
disimpulkan bahwa pH dari sediaan ini masuk dalam
rentang persyaratan pH kulit menurut standar SNI.

4.1.4 Uji Daya Sebar


Pada uji daya sebar gel dilakukan 3 pengujian
yaitu tanpa beban, dengan beban 50 g, 100 g, 150 g.
Pada pengujian pertama tanpa beban didapat panjang
dan lebar sediaan setelaj ditimpa kaca yaitu sebesar
3,8 cm lalu berat ditambah 50g lebar dan menjadi 3,9
cm lalu ditambah 100 g lebar menjadi 4 cm lalu
ditambah 150 g menjadi 4,1 cm. Sehingga selisih
yang didapat yaitu 1cm tiap penambahan beban.

21
Penambahan beban dilakukan dalam waktu 1menit.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada
setiap penambahan beban dan hasil nilainya dibawah
persyaratan daya sebar, yaitu 5-7 cm (Sayuti, 2018).

4.1.5 Uji Daya Lekat


Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui
bagaimana gel lebih lama melekat pada kulit.
Semakin lama daya lekat gel melekat anatara gel
dengan kulit semakin baik sehingga absors obat oleh
kulit akan semakin baik. Pengujian dilakukan dengan
cara mengambil sampel sebanyak 0,5gr tambahkan
ke kaca slide, kemudian tutup dengan object glas lain
kemudian di beri beban 500 gr diatasnya selama 1
menit. Setelah itu object glass atas ditarik dengan
bobot 500gr kemudian hasil hitung uji daya lekat
didapat waktu lekatnya berturut turut sebanyak 3 kali
percobaan 5.45 detik ; 5.05 detik ; 5.75 detik dengan
wajtu lekat rata rata 5.2 detik, dimana nilai ini
dikatakan baik, karena daya lekat yang baik menurut
literature yaitu lebih dari 4 detik (Nevi, 2006 )

4.1.6 Uji Stabilitas


Uji Stabilitas yaitu evaluasi yang dilakukan
dengan tujuan untuk melihat kestabilan sediaan gel.
Sediaan gel diberi perlakuan selama 5 hari pada suhu
ruang dan suhu dingin dengan keadaan sediaan dalam
keadaan tertutup oleh wadah dan terbuka oleh wadah.
Pada suhu ruang (27 C) sediaan dalam keadaan

22
wadah tertutup gel mengeluarkan bau yang sangat
tajam dan sedikit menggumpal. Namun, gel pada
wadah terbuka sangat menggumpal dan terbentuk
seperti endapan serta jumlah sdaei sediaan gel
berkurang karena penguapan. Sedangkan, sediaan gel
pada suhu dingin (4 C) pengamatan selama 5 hari
pada sediaan terbuka sediaan mengeluarian bau tajam
dan sediaannyaterlihat homogen,
Sedangkan dalam keadaan tertutup tertutup
sediaan sangat menggumpal padat, dan jumalhnya
berkurang. Hasil dari uji ini adalah gel lebih stabil
pada tempat kering (dengan keadaan tertutup) dengan
suhu dibawah suhu ruang. Sedangkan dalam keadaan
terbuka jumlah sediaan berkurang karena terdapat zat
volatil dalam formula sediaan yaitu etanol.

4.1.7 Uji Hedonik


Pengujian terakhir yaitu pengujian hedonik (uji
kesukaan) atau uji organoleptik. Panelis diminta
untuk memberi tanggapan dengan kesukaan nya atau
sebaliknya. Disamping panelis mengemukaan
tanggapan senang, suka atau sebaliknya, mereka juga
mengemukakan tingkat kesukaan nya. Tingkat-
tingkat kesukaan ini disebut dengan skala hedonik.
Misalnya seperti yang sekarang digunakan dalam hal
“suka” dapat mempunyai skala hedonic seperti sangat
suka dan suka. Sebaliknya jika tanggapan itu “tidak
suka” dapat mempunyai skala hedonic seperti tidak
suka dan sangat tidak suka, terdapat tanggapan
lainnya yang disebut netral yaitu bukan suka tetapi
juga bukan tidak suka (neither like or dislike).

23
Skala hedonik dapat direntangkan atau
diciutkan menurut rentangan skala yang
dikehendakinya. Skala hedonik dapat juga diubah
menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut
tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat
dilakukakn analisis secara statistik. Penggunaan skala
hedonic pada prakteknya dapat digunakan untuk
mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonik sering
digunakan untuk menilai secara organoleptic
terhadap komoditas sejenis atau produk
pengembangan. Uji hedonic banyak digunakan untuk
menilai produk akhir.

Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic


Warna 10 0 2 2 2,00 ,000 ,000 ,000

Bau 10 2 1 3 2,30 ,260 ,823 ,678

Tekstur 10 2 1 3 1,90 ,180 ,568 ,322

Kemudahan_Dioleskan 10 1 1 2 1,50 ,167 ,527 ,278

Kenyamanan_Dipakai 10 1 1 2 1,50 ,167 ,527 ,278

Valid N (listwise) 10
Hasil uji hedonik pada spss

Uji hedonik dilakukan kepada panelis meliputi


warna, bau, tekstur, kemudahan dalam mengoleskan
dan kenyamanan nya saaat digunakan. Berdasarkan
dengan data diatas, hasil dari pengujian hedonik ini
mulai dari warna nya yang bening rata-rata pada
suka. Kemudian untuk bau, rata-rata menilai biasa
saja karena tidak terlalu menyengat dari bau aroma
oleum rosae. Lalu untuk tekstur rata-rata pada suka

24
karena tidak tekstur yang dimiliki gel ini lembut,
sangat homogeny dan tentunya tidak lengket saat
pemakaian. Sehingga dalam kenyamanan dan
kemudahan saat digunakan sangat disukai oleh para
panelis.
Evaluasi sediaan dimaksudkan untuk melihat
apakah sediaan yang telah dilakukann mulai dari
tahap praformulasi, formulasi, dan pengemasan sudah
sesuai dengan kriteria atau persyaratan yang berlaku
untuk gel. Setelah melakukan 7 jenis uji didapat hasil
bahwa sediaan gel yang sudah dibuat sesuai dengan
kriterian dan persyaratan yang berlaku untuk sediaan
gel pada umumnya. Namun untuk membuktikan siap
atau tidaknya sediaan gel ini digunakan secara klinis
harus dilakukan uji lanjutan yaitu uji mikroba untuk
melihat jikalau ada mikroba yang dapat menganggu
fungsi sediaan itu.

25
BAB V
KESIMPULAN & SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas mengenai praktikum
pembahasan gel dapat di simpulkan:
1. Uji organoleptis menunjukkan gel memenuhi standar karena
sesuai dengan literatur
2. Uji homogenitas memenuhi standar karena gel tidak
menggumpal dan homogen
3. Uji pH menunjukkan salep yang di buat kelompok ini sudah
memenuhi standar dan sesuai dengan literatur.
4. Uji stabilitas menunjukkan salep yang di buat lebih stabil
berada di suhu ruang.
5. Uji daya sebar menunjukkan gel belum memenuhi standar
salep daya sebar yang baik.
6. Uji daya lekat menunjukkan gel memiliki daya lekat yang
baik sesuai dengan literatur.
7. Uji hedonik menunjukkan para panelis kebanyakan
menyukai sediaan gel yang di buat karena mudah di oleskan
dan teksturnya lembut.

5.2 Saran
Pembuatan sediaan gel ini memang belum
sempurna dan perlu di tingkatkan terutama uji
viskositas tidak dilakukan karena alat yang akan di
pakai rusak, kami harap pada pembuatan sediaan
selanjutnya kami dapat melakukan uji sesuai dengan
literatur dan sarana prasarana yang mendukung.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ansel.H.C. (2005). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV.


Jakarta: UI Press.
Asngad, A. A. (2018). Kualitas gel pembersih tangan ( hand
sanitizer) daro ekstrak batang pisang dengan penambahan
alkohol, trklosan dan gliserin yang berbeda dosisnya.
Bioeksperimen, 61-70.
Ida, N. &. (2012). Uji stabilitas Fisik gel ekstrak lidah buaya
( Aloe Vera L.). Majalah Farmasi dan Farmakologi, 79-
84.
Indonesia, D. K. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV.
Kori Yati1, 2. M. (2018). Pengaruh Variasi Konsentrasi Hidroxy
Propyl Methyl Cellulose (HPMC) terhadap Stabilitas
Fisik Gel Ekstrak Tembakau (Nicotiana. Pharmaceutical
Sciences and Research, 5.
Lalu Mukhlis Maqbul Sani1, W. A. (2021, April). Formulasi dan
evaluasi karakter fisik sediaan gel ekstrak etanol.
Sasambo Journal of Pharmacy.
Mursyid, A. M. (n.d.). EVALUASI STABILITAS FISIK DAN
PROFIL DIFUSI SEDIAAN. Jurnal Fitofarmaka
Indonesia, Vol. 4 No.1.
Nurdianti1, L. (2018, April). EVALUASI SEDIAAN
EMULGEL ANTI JERAWAT TEA TREE (Melaleuca.
Journal of Pharmacopolium, 1.
Sayuti, N. A. (2015, Juli). Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik
Sediaan Gel Ekstrak. Jurnal Kefarmasian Indonesi, 5.
Voigt, R. (1995). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.

27
LAMPIRAN

Bahan Penimbangan Metil Penimbangan Menthol


Paraben

Pe Penim
Penimbangan Propil Paraben
nimbangan Carbomer bangan TEA

28
Tu Penamba
Masukan 20ml aquadest kedalam nggu Carbomer han TEA 2-8 tetes sampai
mortir & taburkan carbomer sampai mengembang berbentuk basis gel
diatasnya

Pindahk
Penambahan larutan menthol, an kedalam beaker Sediaan gel dimasukan
metil paraben & propil paraben glass, tambahkan kedalam tube 15ml,dan
dan oleum rosae aduk ad homogen etanol dimasukan kedalam box.

29
Lampiran Uji pH

Lampiran Uji Stabilitas

Uji pada suhu kamar 25 C Uji pada suhu Uji dingin 4 C

Lampiran Uji Daya Sebar

Lampiran Uji Daya Lekat

30
Lampiran Uji Hedonik

31

Anda mungkin juga menyukai