DAFTAR ISI.....................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Definisi Gel........................................................................................................3
2.2 Jenis Basis Gel...................................................................................................4
2.3 Kelebihan dan Kekurangan Gel..........................................................................5
2.4 Kegunaan Sediaan Gel.......................................................................................5
2.5 Karakteristik Gel................................................................................................6
2.6 Syarat Gel...........................................................................................................8
2.7 Uraian Bahan......................................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................11
3.1 Alat dan Bahan.................................................................................................11
3.2 Formula............................................................................................................12
3.3 Prosedur............................................................................................................12
3.4 Evaluasi Sediaan...............................................................................................13
BAB IV HASIL & PEMBAHASAN.............................................................................16
4.1 Data Hasil & Pembahasan................................................................................16
BAB V KESIMPULAN & SARAN...............................................................................20
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................20
5.2 Saran.................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................21
LAMPIRAN....................................................................................................................22
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
dilakukan pada saat melakukan preformulasi sediaan.
Formulasi suatu produk farmasi dapat meliputi
satu kombinasi atau lebih bahan zat aktif atau obat
untuk menambah keefektifan produk tersebut.
Sediaan gel merupakan sediaan tropical yaitu sediaan
yang diberikan melalui kulit dan membrane mukosa
untuk menimbulkan efek lokal. Penghantaran obat
melalui kulit ini merupakan terapi yang efektif untuk
pengobatan gangguan dermatis lokal. Sediaan gel
banyak dpilih karena sangat mudah untuk
diaplikasikan yaitu mudah merata, meresap serta
mudah untuk diersihkan juga bentuknya lebih
menarik karna transparan disbanding dengan sediaan
tropikal lainnya.
Faktor yang paling penting untuk menghasilkan
sediaan gel yang baik adalah memilih gelling agent
yang akan digunakan. Gelling agent merupakan
bahan yang digunakan untuk menjaga konsistensi
cairan padatan dalam suati bentuk gel (Hariningsih,
2019). Hal kedua yang paling penting setelah selesai
pembuatan sediaan gel yaitu pengujian sampel atau
Evaluasi sediaan dengan beberapa uji yang
dilakukan, diantaranya; uji organoleptik, uji daya
sebar, uji homogenitas, viskositas, daya lekat, pH, uji
osazon. Uji tersebut merupakan suatu prosedur yang
sangat penting sebelum produk di distribusikan.
2
1. Bagaimana cara melakukan pre-formulasi sediaan semisolid
berbentuk gel?
2. Bagaimana cara membuat produk sediaan semisolid berbentuk
gel?
3. Bagaimana cara melakukan Evaluasi sediaan semisolid
berbentuk gel?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa mampu melakukan pre-formulasi sediaan
semisolid berbentuk gel
2. Mahasiswa mampu membuat produk sediaan semisolid
berbentuk gel
3. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi sediaan semisolid
berbentuk gel
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
membentuk gel dengan gelling agent yang sesuai
dengan tragakan, pati, derivate selulosa, polimer
polimer karboksifinil, dan magnesium alumunium
silikat.
Gelling agent merupakan bahan tambahan yang
digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan
berbagai macam sediaan obat, dan sediaan kosmetik.
Jenis jenis bahan pembentuk gel biasanya merupakan
bahan berbasis polisakarida atau protein. Contoh dari
gelling agent yaitu antara lain Na CMC, metil
selulosa, asam alginat, sodium alginat, kalium
alginate, kalsium alginate, agar, pektin dan gelatin.
Gelling agent merupakan komponen polimer dengan
bobot molekul tinggi yang merupakan gabungan
molekul-molekul dan lilitan-lilitan dari molekul
polimer yang akan memberikan sofat kental dari gel
yang diinginkan.
Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk
membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam
tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginate, serta
bahan-bahan sintesis dan semi sintesis seperti metil
selulosa, hidroksil etil selulosa, karboksi metil
selulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil
sintesis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel
dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan
suatu metode khusus berkenaan dengan sifat
mengembang dari gel (Lachman dkk, 2008). Bahan
pembentuk gel untuk farmasi dan kosmetik idealnya
harus bersifat inert, aman dan tidak bereaksi dengan
bahan-bahan lain dalam formula, tidak menunjukan
oerubahan viskositas yang berarti pada penyimpanan
5
normal (Zats & Gregory, 1996).
Karakteristik gel yang digunakan harus sesuai
dengan tujuan penggunaan gel. Gel tropical tidak
boleh terlalu liat, konsentrasi bahan pembentuk gel
yang terlalu tinggi atau penggunaan bahan
pembentuk gel dengan berat molekul yang terlalu
besar dapat mengakibatkan sediaan sulit untuk
dioleskan dan didispersikan.
Konsentrasi gel disebabkan oleh bahan pembentuk
gel yang pada umumnya akna membentuk struktur
tiga dimensi setelah mengabsorpsi air. Gel dapat
mengembang mengabsorpsi larutan dengan
peningkatan volume. Pengembangan dapat terlihat
sebagai tahap awal disperse dimana fase luar
terdispersi kedalam matriks gel dan menyebabkan
adanya interaksi antara pembentuk gel dan solvent,
shingga gel merupakan interaksi antara unit-unit pada
fase koloidal dari senyawa organik maupun
anorganik yang membentuk structural viscosity yang
tidak memisah dari fase luar. (Zats & Gregory, 1996).
6
1. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang
tersebar sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak
terlihat adanya ikatan antar molekul makro yang terdispersi
dan cairan gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul
sintetik misal karbomer atau dari gom alam misalnya
peragakan molekul organik larut dalam fase kontinu.
2. Gel sistem dua phase terbentuk jika massa gel terdiri dari
jaringan partikel kecil yang terpisah dalam sistem ini jika
ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar massa gel
kadang-kadang dinyatakan sebagai magma partikel anorganik
tidak larut hampir secara keseluruhan terdispersi dalam fase
kontinu.
7
2.4 Kegunaan Sediaan Gel
1. Gel merupakan salah satu sistem yang dapat diterima untuk
pemberian orang dalam bentuk sediaan yang tepat atau
sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk
sediaan obat long acting yang diinjeksikan secara
intramuskular
2. Gel agent bisa digunakan sebagai bahan pengikat pada
granulasi tablet bahan pelindung koloid pada suspensi bahan
pengental pada sediaan cairan oral dan basis suppositoria
3. untuk kosmetik gel telah digunakan dalam berbagai produk
kosmetik termasuk pada sampo parfum pasta gigi dan kulit
dan sediaan rambut
4. Dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal
( non steril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau ( gel
steril ) ( FI IV halaman 8)
8
juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan
hingga suhu tertentu titik contoh polimer seperti MC
hvmc dapat terlarut hanya pada air yang dingin yang
akan membentuk larutan yang kental dan pada
peningkatan suhu larutan tersebut akan membentuk
gel.
Sifat dan karakter karakteristik gel adalah sebagai
berikut
1. Swelling
Dia dapat mengembang karena komponen pembentuk gel
dapat mengabsorbsi larutan sehingga terjadi pertambahan
volume. Pelarut akan ber penetrasi di antara matriks gel dan
terjadi interaksi antara pelarut dengan zat pengembangan gel
kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antar polimer di dalam
matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel.
2. Sineresis
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi
di dalamnya saja cairan yang terjerat akan keluar dan
berada di dalam permukaan gel pada waktu
pembentukan sel terjadi tekanan yang elastis
sehingga terbentuk massa gel yang tegar mekanisme
terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase
relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat
terbentuknya gel adanya perubahan pada ketegaran
gel agak akan mengakibatkan jarak antar matrik
berubah sehingga memungkinkan cairan bergerak
menuju permukaan sinergis dapat terjadi pada
hidrogel maupun organogel.
3. Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel gel dapat terbentuk
melalui penentuan temperatur tapi dapat juga pembentukan sel
9
terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu polimer seperti
MC hvmc terlarut pada air dingin membentuk larutan yang kental
pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk sel fenomena
pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh
pemanasan disebutefek suhu mempengaruhi struktur gel gel
dapat terbentuk melalui penentuan temperatur tapi dapat juga
pembentukan sel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu
polimer seperti MC hvmc terlarut pada air dingin membentuk
larutan yang kental pada peningkatan suhu larutan tersebut
membentuk sel fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase
yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
4. Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh
pada sel hidrolik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan
koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digerakan melarut
gel yang tidak terlarut hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit
kecil akan meningkatkan ligiditas gel dan mengurangi waktu
untuk menyusun dari sebuah pemberian tekanan geser GL na
algina akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi
ion kalsium yang disebabkan karena terjadinya pengendapan
yang tidak larut
5. Elastis dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari jelly gelatin
agar dinitroselulosa selama transformasi dari bentuk
sel menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan
peningkatan konsentrasi pembentuknya bentuk
strukturnya resisten terhadap perubahan atau
deformasi dan mempunyai aliran psikolastik struktur
sel dapat bermacam-macam tergantung dari
komponen pembentuk gel.
6. Rheologi
10
Larutan pembentuk jel jeling agen dan dispersi
padatan yang terpopulasi memberikan sifat aliran
pseudoplastis yang khas dan menunjukkan jalan
aliran non Newton yang di karakterisasi oleh
penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.
11
2.7 Uraian Bahan
2.7.1 Carbomer
Carbomer memiliki Pemerian Berwarna putih
halus, bersifat asam dan berupa serbuk yang
higroskopis dengan bau yang khas.
Kelarutan carbomer adalah Larut dalam air dan
setelah tetralisasi larut dalam etanol 95% (P) dan
gliserin. Memiliki pH 2,7 - 3,5 untuk 0,5% b/v
dispersi berair dan 2,5 - 3,0 untuk 1% b/v disperse
berair. Titik leburnya adalah116℃ dan memiliki
Konsentrasi : 0,5 – 2% sebagai gelling agent
2.7.2 Trietanolamin
Pemerian TEA adalah Cairan kental, tidak
berwarna hingga kuning pucat, bau lemah mirip
ammonia higroskopis
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam
etanol 95% (P) larut dalam kloroform. Memiliki Titik
lebur 20 -21℃ dan pH 10,5, Stabilitas Bahan yang
stabil dan higroskopis dapat dipanaskan pada suhu
109℃ selama 24 jam. Inkompatibilitas trietanolamin
Dapat bereaksi dengan asam mineral membentuk
garam kristal dan ester dengan asam lemak yang
lebih tinggi, trietanolaminmembentuk garam yang
larut dalam air dan mempunyai karakteristik sabun,
penambahan warna dan peripasi dapat terjadi dengan
adanya garam logam berat.
12
2.7.3 Menthol
Pemerian menthol sebagai berikut Hablur
berbentuk jarum / piring tidak berwarna, bau tajam
seperti minyak permen, rasa panas dan aromatic
diikuti rasa dingin.
Kelarutan menthol Sukar larut dalam air sangan
mudah larut dalam etanol 95% (P) dalam kloroform p
dan eter P mudah larut dalam peripasi cair p dan
dalam minyak atsiri. Titik leburnya 41 - 44℃
Inkompatibilitas menthol Dengan tlusil telonal hidrat,
kamfer, klonal hidrat, kromiumtioksida, b-nafiot,
KMnO4 dan timol.
13
℃ dan memiliki pH: 3 – 6, Stabilitas Lebih mudah
terurai dengan adanya udara dari luar.
2.7.7 Etanol
Pemerian Etanol adalah Cairan tidak berwarna,
jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau
khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan
nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutannya Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform p dan dalam eter p. memiliki Titik lebur : -
114,14 dan pH : 7,33 hampir netral.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.2 Bahan
1. Carbomer
2. Trietanolamin
3. Menthol
4. Metil Paraben
5. Propil Paraben
6. Ol. Rosae
7. Etanol 70%
15
3.2 Formula
Bahan Formula (gram) Konsentrasi (%) Kegunaan
Carbomer 1,5 1,5 Gelling agent
Trietanolamin qs qs Korigen
Menthol 0,3 0,3 Anti Iritan
Metil Paraben 0,02 0,02 Zat Pengawet
Propil Paraben 0,18 0,18 Zat pengawet
Ol. Rosae qs qs Korigen
Etanol 70% ad 100 g Pelarut
Jumlah gram
3.3 Prosedur
Preformulasi
Perhitungan bahan
Penimbangan bahan
16
Tambahkan etanol hingga
100 gram
Masukkan ke dalam
kemasan
3.4.2 Uji pH
Pengukuran pH untuk mengetahui pH yang
terkandung dalam Ph dan untuk mengitung
perbedaan pH pada sediaan gel selama waktu
penyimpanan dengan menggunakan pH meter.
pH gel yang baik adalah pH yang hampir
sama atau mendekati pH kulit yang berkisar antara
4,5– 6,5.15 Apabila sediaan gel terlalu asam dari pH
kulit dikhawatirkan akan mengiritasi kulit tetapi
apabila terlalu basa maka dikhawatirkan akan kering
pada kulit (Sayuti, 2015)
17
Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui sediaan yang dibuat apakah tercampur merata atau
tidak(Afianti dan Murrukmihadi, 2015) (Nurdianti1, 2018)
18
3.4.6 Uji Stabilitas
Uji stabilitas fisik sediaan dilakukan dengan
cara Cycling test. Pada metode Cycling test sampel
emulgel disimpan pada suhu 4 C dalam waktu 24
jam, kemudian di pindahkan ke dalam oven dengan
suhu 40 C selama 24 jam (satu siklus). Uji dilakukan
6 siklus kemudian diamati adanya pemisahan fase
atau tidak (Magdalena, et al, 2016). (Nurdianti1,
2018)
19
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
20
persamaan warna dan tidak terdapat partikel atau
butiran kasar pada sediaan, sehingga sediaan gel
dapat dikatakan homogen dan telah memenuhi
persyaratan untuk diformulasikan. Uji ini dil;akukan
dengan cara mengoleskan 0,1 gram sediaan pada
objek glass dan diamati secara visual.
4.1.3 Uji pH
Nilai pH merupakan karakteristik yang perlu
diperhatikan dalam suatu formulasi sediaan topikal.
Uji pH bertujuan untuk mengetahui nilai pH suatu
sediaan apakah dapat diterima oleh kulit. Nilai pH
yang dianjurkan pada suatu sediaan topikal adalah
pada rentang 4,5-6,5 (Titaley et al., 2014). Kondisi
sediaan yang terlalu asam akan mengakibatkan kulit
menjadi iritasi, sedangkan kondisi yang terlalu basa
dapat membuat kulit menjadi bersisik.Uji pH
dilakukan pada hari ke-5 setelah pembuatan sediaan.
Hasil uji pH yang didapatkan yaitu 6.24, dan dapat
disimpulkan bahwa pH dari sediaan ini masuk dalam
rentang persyaratan pH kulit menurut standar SNI.
21
Penambahan beban dilakukan dalam waktu 1menit.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada
setiap penambahan beban dan hasil nilainya dibawah
persyaratan daya sebar, yaitu 5-7 cm (Sayuti, 2018).
22
wadah tertutup gel mengeluarkan bau yang sangat
tajam dan sedikit menggumpal. Namun, gel pada
wadah terbuka sangat menggumpal dan terbentuk
seperti endapan serta jumlah sdaei sediaan gel
berkurang karena penguapan. Sedangkan, sediaan gel
pada suhu dingin (4 C) pengamatan selama 5 hari
pada sediaan terbuka sediaan mengeluarian bau tajam
dan sediaannyaterlihat homogen,
Sedangkan dalam keadaan tertutup tertutup
sediaan sangat menggumpal padat, dan jumalhnya
berkurang. Hasil dari uji ini adalah gel lebih stabil
pada tempat kering (dengan keadaan tertutup) dengan
suhu dibawah suhu ruang. Sedangkan dalam keadaan
terbuka jumlah sediaan berkurang karena terdapat zat
volatil dalam formula sediaan yaitu etanol.
23
Skala hedonik dapat direntangkan atau
diciutkan menurut rentangan skala yang
dikehendakinya. Skala hedonik dapat juga diubah
menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut
tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat
dilakukakn analisis secara statistik. Penggunaan skala
hedonic pada prakteknya dapat digunakan untuk
mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonik sering
digunakan untuk menilai secara organoleptic
terhadap komoditas sejenis atau produk
pengembangan. Uji hedonic banyak digunakan untuk
menilai produk akhir.
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Valid N (listwise) 10
Hasil uji hedonik pada spss
24
karena tidak tekstur yang dimiliki gel ini lembut,
sangat homogeny dan tentunya tidak lengket saat
pemakaian. Sehingga dalam kenyamanan dan
kemudahan saat digunakan sangat disukai oleh para
panelis.
Evaluasi sediaan dimaksudkan untuk melihat
apakah sediaan yang telah dilakukann mulai dari
tahap praformulasi, formulasi, dan pengemasan sudah
sesuai dengan kriteria atau persyaratan yang berlaku
untuk gel. Setelah melakukan 7 jenis uji didapat hasil
bahwa sediaan gel yang sudah dibuat sesuai dengan
kriterian dan persyaratan yang berlaku untuk sediaan
gel pada umumnya. Namun untuk membuktikan siap
atau tidaknya sediaan gel ini digunakan secara klinis
harus dilakukan uji lanjutan yaitu uji mikroba untuk
melihat jikalau ada mikroba yang dapat menganggu
fungsi sediaan itu.
25
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas mengenai praktikum
pembahasan gel dapat di simpulkan:
1. Uji organoleptis menunjukkan gel memenuhi standar karena
sesuai dengan literatur
2. Uji homogenitas memenuhi standar karena gel tidak
menggumpal dan homogen
3. Uji pH menunjukkan salep yang di buat kelompok ini sudah
memenuhi standar dan sesuai dengan literatur.
4. Uji stabilitas menunjukkan salep yang di buat lebih stabil
berada di suhu ruang.
5. Uji daya sebar menunjukkan gel belum memenuhi standar
salep daya sebar yang baik.
6. Uji daya lekat menunjukkan gel memiliki daya lekat yang
baik sesuai dengan literatur.
7. Uji hedonik menunjukkan para panelis kebanyakan
menyukai sediaan gel yang di buat karena mudah di oleskan
dan teksturnya lembut.
5.2 Saran
Pembuatan sediaan gel ini memang belum
sempurna dan perlu di tingkatkan terutama uji
viskositas tidak dilakukan karena alat yang akan di
pakai rusak, kami harap pada pembuatan sediaan
selanjutnya kami dapat melakukan uji sesuai dengan
literatur dan sarana prasarana yang mendukung.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LAMPIRAN
Pe Penim
Penimbangan Propil Paraben
nimbangan Carbomer bangan TEA
28
Tu Penamba
Masukan 20ml aquadest kedalam nggu Carbomer han TEA 2-8 tetes sampai
mortir & taburkan carbomer sampai mengembang berbentuk basis gel
diatasnya
Pindahk
Penambahan larutan menthol, an kedalam beaker Sediaan gel dimasukan
metil paraben & propil paraben glass, tambahkan kedalam tube 15ml,dan
dan oleum rosae aduk ad homogen etanol dimasukan kedalam box.
29
Lampiran Uji pH
30
Lampiran Uji Hedonik
31