KELAS FA 2 / KELOMPOK 2
Anggota :
Muhammad Naufal Azhar 202FF05066 Mega Stevani 202FF05077
(FI, Edisi 6,
2020)
2. BENTUK SEDIAAN SEMI SOLID
1. Umur penderita
2. Lokasi/bagian tubuh dimana obat harus bekerja
3. Kecepatan dan lama kerja obat yang dikehendaki
4. Keadaan umum penderita
Keuntungan :
- Waktu tinggal lebih lama
- Praktis
- Waktu absorbsi lebih cepat
- Rute pemberian secara lokal
4. PREFORMULASI
Preformulasi merupakan langkah awal yang dilakukan ketika akan membuat formula suatu obat. Preformulasi
meliputi pengkajian tentang karakteristik/ sifat-sifat dari bahan obat dan bahan tambahan obat yang akan
diformulasikan.
Karakteristik preformulasi:
1. Pemerian ZA dan Zat Tambahan
2. Kelarutan bahan obat
3. Stabilitas
4. Polimorfisme kristal
5. Pka
6. Ukuran partikel
7. pH
8. Titik lebur
5. TUJUAN PREFORMULASI
Menentukan bentuk sediaan yang tepat sehingga dapat menghasilkan efek terapi yang
maksimum
Membuat formula yang tepat sehingga menghasilkan produk akhir berupa sediaan
farmasi yang stabil, berkhasiat, aman dan nyaman digunakan
Mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan ketidakstabilan pada bahan obat
Mendukung proses pengembangan obat
6. FORMULASI
Contoh: Contoh:
Keratolytic: Salicylic Acid Contoh: Pengawet, Dapar, Humektan,
Acne: Sulphur Adeps lanae/Lanolin, Vaselin Antioksidan, Pengkompleks ,
Anti-inflammatory: Corticosteroid Peningkat penetrasi
7. ALAT DAN PRINSIP KERJA ALAT
Inline Homogenizer
https://www.ointmentplant.net/inline-homogenizer.html
MESIN FILLING
TUBE CITUS
KALIX
Homogenizer bekerja dengan cara menekan cairan dimana cairan tersebut dipaksa
melalui suatu celah yang sangat sempit lalu dibenturkan ke suatu dinding atau
ditumbuhkan pada peniti-peniti metal yang ada di dalam celah tersebut.
Cara kerja homogenizer ini cukup efektif sehingga bisa didapatkan diameter partikel
rata-rata kurang dari 1 mikron tetapi homogenizer dapat menaikkan temperatur
emulsi sehingga dibutuhkan pendinginan (Lieberman HA & Lachmann, 1994).
8. PROSEDUR KERJA
(CPOB, 2006)
B. Proses Produksi diruang Pencampuran
Proses pencampuran
- Pada ruang ini awalnya air ditampung di dalam alat pemanas (Double Jacket).
Air yang digunakan dalam proses produksi menggunakan air Aquadem (Aquademineralisasi). Air yang dipakai adalah air
yang diambil dari pipa yang telah diatur penyalurannya, yang mana sebelumnya air ini telah melewati serangkaian proses
penyaringan.
Kemudian proses dilanjutkan di tangki Oil Pot,
lalu dilanjutkan proses pencampuran bahan dengan menggunakan alat Vacum emulsifier Mixer. Pada alat ini proses
pencampuran dimulai dari pembuatan basis hingga membentuk masa krim/salep.
Selanjutnya masa yang telah jadi disimpan dalam wadah kemudian di tempatkan di ruang karantina produk
antara. Produk yang telah jadi dilakukan kembali proses IPC oleh QC, pemeriksaan pemerian, pH,(CPOB,
homogenitas,
2006)
C. In Process Control (IPC)
- IPC dilakukan pada produk jadi oleh QC, meliputi : pemerian, pH, homogenitas, koefisien variasi, dan stabilitas
kimia (zat aktif dan zat tambahan) dan fisika sediaan (suhu penyimpanan).
- Setelah memenuhi syarat, dilanjutkan ke proses pengemasan atau pengisian produk ke dalam wadah
D. Proses Pengemasan
- Sebelum pengisian produk, wadah yang digunakan harus dalam keadaan bersih, misal dengan cara dicuci dan
dikeringkan atau di blow and suck atau dengan cara lain yang tervalidasi.
- Selama proses pengisian sediaan dilakukan proses penimbangan untuk memastikan bobot tiap wadah sesuai dengan
yang ditentukan.
- Produk yang sudah dalam wadah disimpan di ruang karantina produk ruahan untuk dilakukan evaluasi sediaan akhir.
- Setiap pemberian label dan pengemasan harus ditandai secara jelas agar tidak tercampur.
(CPOB, 2006)
10. EVALUASI
1. Uji organoleptik
2. Penetapan pH
3. Pemeriksaan kestabilan fisik
4. Uji pelepasan obat, sesuai kadar obatnya.
5. . Uji proteksi.
6. Uji daya lekat.
7. Uji menyebar.
(CPOB, 2006)
Dalam proses produksi produk semisolid, dilakukan pemeriksaan selama proses
produksi (In Process Control) oleh personil produksi. IPC dilakukan pada tahap-tahap
kritis selama proses pembuatan salep dan krim, misal :
a. Mixing Process : pH, homogenitas, kehalusan.
b. Filling Process : bobot isi tube, penampilan, termasuk pencetakan expired date dan
nomor bets.
Semua upaya pengawasan yang dilakukan selama pembuatan produk dan dirancang
untuk menjamin agar produk senantiasa memenuhi spesifikasi, identitas, kekuatan,
kemurnian dan karakteristik lain yang telah ditetapkan. (CPOB, 2006)
11. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2020), Farmakope Indonesia , Edisi VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. 48, 55, 57,
61.
Badan POM. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik Edisi 5. Jakarta : Badan Pengawasan Obat dan
Makanan RI. Halaman 40-51
Badan POM. (2018) . Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik : Jakarta : Badan Pengawasan Obat dan
Makanan RI. Halaman 25-45
Lachman, L., & Lieberman, H. A., (1994), Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Kedua, 1091-1098, UI Press,
Jakarta.
Rezky Putri, dkk. (2016). Teknologi Sediaan Farmasi Eksipien Dalam Sediaan Semi Solid. Universitas Jendral
Soedirman Purwokerto.
S.Suharmi dan T.Murni. (2009), Bentuk Sediaan Obat: Macam dna Pemilihannya dalam Presepsi Dokter, Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada (FK UGM), Yogyakarta.
Yanhendri, Yenny, S.W., (2012). “Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam Dermatologi”, Vol. 39, No.6.
https://www.ointmentplant.net/inline-homogenizer.html