AMIODARON
HCL
Kelas FA-3 PPA 26
Kelompok 2
ANGGOTA KELOMPOK
- Raudhatul Miski 211FF05105 - Firdauziah Lestari 211FF05133
- Sintia Veronika Purba 211FF05110 - Ade Apriliyani 211FF05137
- Siti Laelatul Kifayati 211FF05113 - Mutiani 211FF05141
- Urva Pintia 211FF05119 - Neneng Indah Nurazizah 211FF05143
- Via Novianti 211FF05121 - Priska Juanita Pakingki 211FF05145
- Yanti Krisdianti 211FF05124 - Sabine Anjelika Nelwan 211FF05146
- Yolanda Putri Aloenida 211FF05126 - Fikri Muhamad Murdiana 211FF05148
- Yosep Williyana 211FF05127 -Hurryatul Fikri Rosmansyah 211FF05149
- Amelliyani 211FF05130 -Annisa Vieren Elistha A 211FF05159
2
CAKUPAN BAHASAN
PENDAHULUAN
PERHITUNGAN WADAH
(PENGERTIAN, TUJUAN PREFORMULASI
BAHAN & TONISITAS PENYIMPANAN
DAN SYARAT)
1 3 5
7
2 4 6
3
PENDAHULUAN
✗ Sediaan parenteral merupakan sediaan yang ditujukan untuk
penyuntikan melewati kulit atau batas jaringan eksternal
lain, dimana zat aktif yang diberikan dengan adanya
gravitasi atau kekuatan, mengalir langsung ke pembuluh
darah, organ, atau jaringan.
✗ Menurut Farmakope edisi VI (2020, Hal : 50) Injeksi adalah
sediaan yang ditujukan untuk pemberian parenteral, dapat
dikonstitusi atau diencerkan dahulu menjadi sediaan
sebelum digunakan.
4
TUJUAN
✗ Sediaan injeksi dibuat SEDIAAN
untuk memenuhi kebutuhan dan keadaan
penyakit penderita dengan pertimbangan terapeutik.
✗ INJEKSI
Sediaan injeksi ini tersedia dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari
mikroorganisme hidup.
✗ Sediaan injeksi bisa diberikan dengan berbagai rute : intravena,
intraspinal, intramuskular, subkutan, dan intradermal.
5
1 PERSYARATAN
SEDIAAN
INJEKSI
Sedangkan persyaratan sediaan injeksi menurut (FI Ed VI, 2020, Hal:50) :
Sediaan parenteral dibuat dengan teliti mengunakan metode yang
dirancang untuk menjamin bahwa sediaan memenuhi persyaratan
Farmakope untuk sterilitas, pirogen, bahan partikulat, dan kontaminan lain
dan bila perlu mengandung bahan penghambat pertumbuhan mikroba .
2 PERSYARATAN
SEDIAAN
INJEKSI
Sedangkan persyaratan sediaan injeksi menurut (Pandini I.P, 2016) :
-Sediaan obat harus jernih (Maksudnya tidak ada partikel yang tidak larut dalam sediaan
tersebut)
-Tidak berwarna (Maksudnya sediaan larutan bisa saja berwarna, namun warna larutan sama
dengan warna zat aktifnya sehingga tidak ada campuran warna lain dalam sediaan)
-Bebas dari partikel asing (partikel asing yang bukan penyusun obat).
-Keseragaman volume atau berat.
-Memenuhi uji kebocoran
-Stabil yang artinya sediaan tidak mengalami degradasi fisika (Misalnya jika bentuk sediaan
larutan maka sediaan tersebut tetap berada dalam bentuk larutan (bukan suspensi)
KELEBIHAN DAN
KEKURANGAN RUTE
PARENTERAL
KELEBIHAN KEKURANGAN
✗ Dapat digunakan untuk pasien ✗ Kurang aman, karena jika sudah
dengan kondisi tidak sadar disuntikan kedalam tubuh tidak bisa
✗ Pasien sering mengalami dikeluarkan lagi, seandainya terjadi
kesalahan
muntah dan tidak koperatif
✗ Tidak disukai pasien, karena
✗ Dapat menghindari kerusakan
menimbulkan rasa nyeri karena
obat disaluran cerna dan hati, suntikan
bekerja cepat dan dosis ✗ Berbahaya, karena suntikan
ekonomis. beresiko terjadi infeksi.
8
ZAT AKTIF AMIODARON
HCL
-Amiodaron hidroklorida mengandung tidak
kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0%,
C25H29I2NO3.HCl, dihitung terhadap zat kering.
-Injeksi Amiodaron hidroklorida adalah larutan
steril Amiodaron hidroklorida. Mengandung
Amiodaron hidroklorida, C25H29I2NO3.HCl,
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Dapat
mengandung pengawet yang sesuai.
9
PREFORM
ULASI
&
FORMULA
SI
10
PREFORMULASI
AMIODARON HIDROKLORIDA
Pemerian Serbuk hablur halus, putih sampai hampir putih (FI
edisi VI hal 114).
11
LANJUTAN
BENZIL ALKOHOL (C7H8O )
Pemerian Cairan tidak berwarna; bau aromatik lemah; rasa membakar tajam.
Mendidih pada suhu 206º tanpa peruraian. Netral terhadap lakmus.
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol 50%; bercampur
dengan etanol, dengan eter dan dengan kloroform.
Inkompatibilitas Benzil alkohol tidak bercampur dengan pengoksidasi dan asam kuat.
12
FI IV hal 274 dan HOPE hal 69
LANJUTAN
POLISORBAT 80
13
LANJUTAN
Fungsi Pelarut
14
FORMULASI
Bill of materials ( Batch Size 1 L )
15
PERHITUN
GAN bahan
& tonisitas
16
PERHITUNGAN
BAHAN
Bahan Skala Untuk 3 mL (1 Untuk 1 batch
ampul) (Skala lab =
1000 ampul)
Amiodarone 50 mg 0.05 g 0.05 g x 1000 = 50 g
HCL
Benzyl Alkohol 20.2 mg 0.0202 g 0.0202 g x 1000 = 20.2
g
Polysorbate 80 100 mg 0.1 g 0.1 g x 1000 = 100 g
API Ad 3 mL Ad 3 mL Ad 3 mL
17
PERHITUNGAN
TONISITAS
NAMA BAHAN KONSENTRASI
18
PERHITUNGAN
TONISITAS Metode perhitungan tonisistas :
1. Perhitungan tonisitas dengan penurunan titik beku :
Diketahui :
BM amiodaron : 681,77
∆tb Amiodaron : -
∆tb Benzil alkohol : 0,09
W: Jumlah Nacl yang ditambahkan
∆tb Polysorbate 80 : 0,01 ∆tb : Penurunan titik beku air yang disebabkab oleh adanya 1%
b/v zat berkhasiat
C : Kadar zat berkhasiat
2. Rumus : E x W
E : Nilai ekivalen
W : Bobot bahan
19
ALAT &
PROSEDUR
20
Alat yang
digunakan Skala Lab
ALAT Fungsi
Gelas Kimia (Beaker Glass) Untuk menghomogenkan suatu larutan menggunakan batang pengaduk
Oven Untuk mensterilkan alat seperti cawan petri, media tahan panas
1 2 3 4 5
TAMBAHKAN
POLYSORBET 80 TAMBAHKAN AMIODARON
HYDROCHLORIDE, KEMUDIAN
DICAMPUR HINGGA LARUT
23
ALAT-
ALAT
STRERILI
SASI
24
METODE STERILISASI
. Lima metode umum digunakan untuk mensterilisasikan
produk farmasi
1. Uap
2. Panas kering
3. Filtrasi
4. Gas
5. Radiasi pengion
Pemilihan metode ini sangat ditentukan oleh sifat peralatan
dan bahan- bahanya.
25
STERILISASI ALAT
✗ Sterilisasi Uap
Prinsip : Uap panas yang dapat membunuh mikroorganisme
Alat : Autoklaf
Suhu : 121C, tekanan 1 atm
Waktu : 15 menit
Alat yang dapat disterilisasi : Alat gelas, alat gelas berskala, media agar
26
STERILISASI AKHIR
27
TEKNIK ASEPTIS
✗ Teknik aseptic adalah kondisi yang bebas dari bakteri berbahaya patogen, virus, jamur dan
parasit atau spora berbahaya
✗ Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam tabung/cawan/erlenmeyer sebaiknya
bagian mulut (bagian yang memungkinkan kontaminan masuk) dibakar/dilewatkan api terlebih
dahulu.
✗ Pinset, spatula, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu dibakar.
✗ Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke bagian api.
✗ Memakai perlengkapan lengkap dan steril, mulai dari pakaian sampai alat yang digunakan
28
WADAH
PENYIMP
ANAN
29
WADAH
✗ Dalam wadah dosis tunggal atau ganda, tidak
tembus cahaya dan panas berlebih, pada suhu
terkendali.
PENANDAAN
Cantumkan pada etiket untuk dilarutkan dengan
pembawa parenteral yang sesuai hingga mencapai
kekuatan yang diinginkan sebelum digunakan.
Cantumkan pada etiket, jenis dan jumlah pengawet
yang digunakan, jika tidak menggunakan pengawet
cantumkan “tidak mengandung pengawet”.
Departemen Kesehatan RI, 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI, Jakarta : Departemen Kesehatan RI
30
Thanks
!
Any questions?
31
PUSTAKA
-Departemen Kesehatan RI, 2020. Farmakope Indonesia Edisi VI, Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
-Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulation Sterile Product
Vol.6
-Dewantisari, D., & Musfiroh, I. (2020). Strategi Peningkatan Objektivitas
Hasil Uji Inspeksi Visual Sediaan Injeksi. Majalah Farmasetika, 5(2), 64-72.
Farmakope Indonesia, Edisi VI. (2020). Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Pandini I.P. 2016. Profil Pencampuran Sediaan Parenteral. Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto