Anda di halaman 1dari 16

Tetanus KELOMPOK 3

FA 3

Syahril Purnama Sidik 211FF05136 Priska Juanita Pakingki 211FF05145


Ade Apriliyani 211FF05137 Sabine Anjelika Nelwan 211FF05146
Anggita Fauziah 211FF05138 Yusril Ihza Mahendra 211FF05147
Ilma Naila Saidah 211FF05139 Fikri Muhamad M 211FF05148
Khoerul Rasyidin 211FF05140 Harryatul Fikri R 211FF05149
Mutiani 211FF05141 Melly Sari Dwi A 211FF05150
Nada Fauziah 211FF05142 Yanni Nurul Aini 211FF05151
Neneng Indah N 211FF05143 Nenden Rahayu 211FF05158
Nova Pagastiwi 211FF05144 Annisa Vieren Elistha A 211FF05153
Apa itu Tetanus ?
Tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh toksin
kuman Clostridium tetani, dimanifestasikan dengan kejang otot
secara paroksisme dan diikuti kekuatan otot seluruh badan.
Kekakuan tonus otot ini tampak pada otot maseter dan otot-otot
rangka. (Batticaca, FransiscaB, 2008:126).
Tetanus Neonatorum adalah penyakit infeksi pada neonates
yang disebabkan oleh spora tetanus yang masuk melalui tali pusat,
karena perawatan/tindakan yang tidak memenuhi syarat kebersihan
(Nugroho, 2011:83).
Tetanus adalah suatu penyakit akut yang disebabkan Oleh
Clostridium tetani yang menghasilkan exotoksin (Suriadi, 2010:247).
Faktor Penyebab Tetanus
• Tetanus disebabkan oleh Eksotoksin Clostridium tetani,
bakteri bersifat obligat anaerob. Bakteri ini terdapat di mana-
mana, mampu bertahan di berbagai lingkungan ekstrim dalam
periode lama karena sporanya sangat kuat.
• Clostridium tetani telah diisolasi dari tanah, debu jalan, feses
manusia dan binatang. Bakteri tersebut biasanya memasuki
tubuh setelah terkontaminasi pada kulit yang lecet (abrasi kulit),
luka tusuk minor, atau ujung potongan umbilikus pada neonates
Faktor Penyebab Tetanus
• Bakteri juga dapat masuk melalui ulkus kulit (luka kulit yang
terbuka), abses (benjolan yang berisi nanah), gangren (jaringan
kulit yang mati), luka bakar, infeksi gigi, tindik telinga, injeksi,
atau setelah pembedahan abdominal/pelvis, persalinan dan
aborsi.
• Jika organisme ini berada pada lingkungan anaerob yang sesuai
untuk pertumbuhan sporanya, akan berkembang biak dan
menghasilkan tetanospasmin dan tetanolisin.
• Kematian dapat disebabkan oleh toksin tetanus itu sendiri atau
akibat komplikasi seperti pneumonia aspirasi, disregulasi sistem
saraf otonom, atau emboli paru (Dipiro Edisi 11 hal 6153)
Farmakologis

Ada tiga sasaran penatalaksanaan tetanus, yakni:


(1) membuang sumber tetanospasmin
(2) menetralisasi toksin yang tidak terikat
(3) perawatan penunjang (suportif )

Komang, N., & Laksmi, S. (2014). Continuing Continuing Development Professional Medical
Development. 41(11), 823–827
Farmakologis
● Pada anak-anak, imunisasi dasar terhadap tetanus Dosis 0,5 mL dianjurkan
pada usia 2, 4, 6, dan 15 hingga 18 bulan, tetapi dosis pertama dapat diberikan
sejak usia 6 minggu.
● Sebagai lini pertama Metronidazole diberikan secara iv (intra vena) dengan
dosis 15 mg/kgBB dilanjutkan dosis 30 mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 7-10
hari. Metronidazole efektif mengurangi jumlah kuman C. tetani bentuk vegetatif
● Sebagai lini kedua dapat diberikan penicillin procain 50.000-100.000
IU/kgBB/hari selama 7-10 hari, jika hipersensitif terhadap penicillin dapat diberi
tetracycline 50 mg/kgBB/hari (untuk anak berumur lebih dari 8 tahun). Penicillin
membunuh bentuk vegetatif C. tetani. Sampai saat ini, pemberian penicillin G
100.000 IU/kgBB/hari iv (intra vena), setiap 6 jam selama 10 hari
direkomendasikan pada semua kasus tetanus
● Gunakan jarum yang berbeda pada setiap kali menyuntik

Dipiro, J.T et al. Pharmacotherapy Handbook. sixth edit. USA: The Mc., Graw Hill Company .
Terapi Non Farmakologis

● Merawat dan membersihkan luka sebaik baiknya, termasuk


debridement dan injeksi ATS.
● Diet cukup kalori dan protein.
● Isolasi untuk menghindari rangsangan luar seperti suara dan
tindakan terhadap penderita
● Menggunakan oksigen, pernafasan buatan dan trashcostomi bila
perlu
● Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

Komang, N., & Laksmi, S. (2014). Continuing Continuing Development Professional Medical
Development. 41(11), 823–827
Human Tetanus
Immunoglobulin
 Immunoglobulin anti-tetanus adalah obat yang
terbuat dari antibodi immunoglobulin G (igG) yang
bekerja sebagai antitoksin tetanus.
 Tetanus IG digunakan untuk memberikan
imunisasi tetanus pasif setelah terjadinya luka
traumatis di non-imunisasi atau sub-optional orang
yang telah diimunisasi.
 TIG diperoleh dari donor yang diberikan imunisasi
tetanus toxoid hingga mencapai kadar antibody
spesifik yang tinggi
Dosis :
* untuk profilaksis pasca perlukaan yang beresiko tetanus :
Injeksi intramuscular 250 IU. Dosis dapat ditingkatkan hingga 500
unit bila lebih dari 24 jam berlalu atau bila ada resiko kontaminasi hebat.
* untuk penanganan tetanus :
Dewasa 3000-6000 IU pada hari pertama, diteruskan dosis 3000
IU/hari.

Efek samping :
Nyeri atau bengkak pada tempat suntikan, reaksi kulit, demam.

Perhatian :
Pada ibu hamil dan menyusui
Mekanisme Aksi

 Imunoglobulin mengikat toksin tetanus, kemudian


mengganggu interaksi normal toksoid dengan jaringan
manusia. Hal Ini mencegah toksoid menyerang sistem saraf
dan menghasilkan kejang otot yang menyakitkan serta
disfungsi otonom. Bakteri Clostridium tetani dibunuh baik
melalui pengobatan antibiotik dari sistem kekebalan inang
dan toksoid yang terikat pada globulin imun kemungkinan
dipecah oleh sel-sel kekebalan fagositik.

 Imunoglobulin tetanus diberikan secara intramuskular.


Kadar puncak IgG diperoleh kira-kira 2 hari setelah
pemberian. Waktu paruh IgG dalam sirkulasi kira-kira 23
hari.
Paket Lengkap Vaksin
Tetanus
 Pada bayi usia 2 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 1 dan Polio 2), usia
3 bulan diberikan (DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3), usia 4 bulan
diberikan (DPT-HB-Hib 3, dan Polio 4 dan IPV atau Polio suntik)

 Untuk imunisasi lanjutan, bayi bawah dua tahun (Baduta) usia 18


bulan diberikan imunisasi (DPT-HB-Hib dan Campak/MR), kelas 1
SD/madrasah/sederajat diberikan (DT dan Campak/MR), kelas 2
dan 5 SD/madrasah/sederajat diberikan (DT).
Ket:
DPT HB Hib  Difteri, Perusis, Tetanus, Hepatitis B, dan Haemophilus influenza tipe B
DT  Difteri, Tetanus.
Studi Kasus

Seorang ibu bersama anak laki-lakinya (5 tahun) datang ke apotek


menemui apoteker. Ibu tersebut datang ke apotek untuk konsultasi
terkait luka pada bahu anaknya. Luka tersebut terjadi setelah anak
terjatuh dari pohon saat bermain beberapa hari yang lalu. Masih
tampak tanah yang melekat pada lukanya, meskipun sudah dibersihkan
dan diberi antiseptik oleh ibunya. Anak tersebut tampak lemas dan
kurang semangat, dan apoteker menduga pasien mengalami infeksi
tetanus. Pasien belum pernah menerima imunisasi tetanus. Apoteker
menyarankan agar ibu tersebut membawa anaknya ke dokter.
 Subjective
Luka pada bahu, tanah yang melekat pada lukanya, lemas, kurang semangat.
 Objective
Belum pernah menerima imunisasi tetanus
 Assessment
Transmisi tetanus bisa terjadi melalui luka, luka tusuk, luka bakar, operasi, otitis
media, infeksi dental, gigitan binatang, kehamilan dan lain sebagainya. Namun, paling
sering melalui luka yang terkontaminasi yang pada kasus ini, port d entry adalah melalui
luka akibat terjatuh dari pohon pada bahu sejak beberapa hari yang lalu. Pada kasus ini,
masa inkubasi beberapa hari yang lalu menunjukkan waktu yang cukup singkat dengan
kemungkinan prognosa yang buruk. Tetanus terjadi ketika spora, yang biasa terdapat pada
objek yang sudah terkontaminasi, masuk kedalam tubuh melalui kulit yang terbuka seperti
pada luka pada kasus ini, luka bakar, luka tusuk dan lain sebagainya.
Plan
 Diberikan antibiotik metronidazol IV dengan pemberian 7,5 mg/kg BB selama 7
hari
 Perawatan luka
Pembersihan dengan air yang mengalir serta sabun. Bisa juga di berikan H202
hal ini untuk menjamin luka itu terpapar oleh oksigen sehingga bakterinya dapat mati.
 Imunisasi tetanus dengan DPT atau Pentabio (DPT-HiB-HB) dengan dosis: 3
dosis masing-masing 0,5 mL, diikuti dengan booster pada usia 2 dan 6 tahun.
(PIONAS)
Keterangan :
Karena pasien mengalami luka kategori kotor akibat terkontaminasi tanah,
debu, feses maupun saliva, dan belum dilakukan imunisasi tetanus maka harus
diberikan tambahan tetanus immunoglobulin (TIG) dan anti tetanus, perawatan agresif
pada luka dan pemberian antibiotik (ClarissaTertia, dkk: 2019).
Trimakasih
Daftar Pustaka
 Dipiro et all., Pharmacotherapy A Phatophysiologic Approach Edisi 11. Halaman
6153
 https://go.drugbank.com/drugs/DB11604
 Molde et al. Ed. Surgery for victims of war. 3rd Ed. 1998. International Committee of
the Red Cross: Geneva. P.55-56.
 https://qdoc.tips/makalah-tetanus-pdf-free.html
 Dipiro, J.T et al. Pharmacotherapy Handbook. sixth edit. USA: The Mc., Graw Hill
Company.
 Komang, N., & Laksmi, S. (2014). Continuing Continuing Development Professional
Medical Development. 41(11), 823–827.

Anda mungkin juga menyukai