Anda di halaman 1dari 36

PREFORMULASI

DAN FORMULASI
SEDIAAN SEMI SOLIDA
Kelompok 2 / Kelas FA 3

Anggota
- Raudhatul Miski 211FF05105 - Firdauziah Lestari 211FF05133
- Sintia Veronika Purba 211FF05110 - Ade Apriliyani 211FF05137
- Siti Laelatul Kifayati 211FF05113 - Mutiani 211FF05141
- Urva Pintia 211FF05119 - Neneng Indah Nurazizah 211FF05143
- Via Novianti 211FF05121 - Priska Juanita Pakingki 211FF05145
- Yanti Krisdianti 211FF05124 - Sabine Anjelika Nelwan 211FF05146
- Yolanda Putri Aloenida 211FF05126 - Fikri Muhamad Murdiana 211FF05148
- Yosep Williyana 211FF05127 - Hurryatul Fikri Rosmansyah 211FF05149
- Amelliyani 211FF05130 - Annisa Vieren Elistha A 211FF05159
LATAR BELAKANG SEMI SOLIDA

- Salah satu bentuk sediaan farmasi adalah sediaan semi solid yang merupakan bentuk
sediaan yang dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit. Sediaan yang digunakan pada
kulit antara lain untuk efek fisik, yaitu kemampuan bekerja sebagai pelindung kulit,
pelicin, pelembut, zat pengering dan lain-lain atau untuk efek khusus dari bahan obat yang
ada.
- Bermacam-macam zat obat menjadi bentuk sediaan farmasi diantaranya sediaan semisolid
yaitu : krim, salep, gel dan pasta.
DEFINISI SEMI SOLIDA
Semisolida adalah sediaan setengah padat yang dibuat untuk
tujuan pengobatan topikal pada kulit, bentuk sediaan ini
bervariasi tergantung pada bahan pembawa (Basis) yang
digunakan.
FI Edisi VI, 2020
JENIS SEDIAAN SEMI SOLIDA
Berdasarkan FI VI, krim adalah Berdasarkan FI VI, gel adalah
bentuk sediaan setengah padat sistem semipadat terdiri dari
mengandung satu atau lebih suspensi yang dibuat dari partikel
bahan obat terlarut atau anorganik yang kecil atau
terdispersi dalam bahan dasar molekul organik yang besar,
yang sesuai. terpenetrasi oleh suatu cairan.

Berdasarkan FI VI, salep adalah Berdasarkan FI VI, pasta adalah


sediaan setengah padat ditujukan sediaan semipadat yang
untuk pemakaian topical pada mengandung satu atau lebih
kulit atau selaput lendir bahan obat yang ditujukan untuk
pemakaian topikal.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
1. KRIM
Kelebihan Kekurangan
● Mudah dicuci dan dihilangkan dari kulit dan pakaian ● Krim mengandung fase air yang merupakan
● Tidak lengket (emulsi m/a) media yang baik untuk pertumbuhan
● Basis krim mengandung air dalam jumlah banyak,
Hal ini akan mempercepat pelepasan obat.
mikroorganisme.
● Tegangan permukaan kulit akan diturunkan oleh
emulgator dan bahan pembantu lain yang terdapat
dalam basis krim sehingga absorbsi lebih cepat
(penetrating enhancer).
● Krim mudah dipakai, memberikan dispersi obat
yang baik pada permukaan kulit dan mudah dicuci
dengan air.
(RPS, Hal 413).
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
2. SALEP
Kelebihan Kekurangan
● Kontak sediaan dengan kulit lebih lama ● Terjadi tengik terutama untuk sediaan
● Lebih mudah digunakan dengan basis lemak tak jenuh
● Dapat diatur penetrasinya dengan ● Terbentuk kristal atau keluarnya fase padat
memodifikasi basis dan basisnya
● Terjadi perubahan warna
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
3. GEL
Kelebihan Kekurangan
● Gel dapat menghasilkan pelepasan obat yang ● Obat dengan ukuran partikel yang besar sulit
lebih cepat, tidak tergantung dari kelarutan untuk diabsorbsi melalui kulit
obat dalam air jika dibandingkan dengan ● Iritasi kulit atau reaksi alergi
krim dan salep. ● Terbentuknya gelembung udara selama
● Sediaan ini sangat biokompatibel dengan pembentukan gel
risiko inflamasi dan efek merugikan (ADR) ● Permeabilitas yang rendah dari beberapa
yang lebih rendah dan mudah diaplikasikan. obat yang melalui kulit
● Dalam penggunaan dermatologis, gel
menguntungkan karena sifat tiksotropiknya,
tidak berminyak, mudah
disebar/diaplikasikan, mudah dihapus,
bertindak sebagai emolien (Helal et al., 2012
hal 176).
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
4. PASTA
Kelebihan Kekurangan
● Tekstur pasta yang lebih keras dan absorptif ● Mengandung lebih banyak bahan padat tidak
membuat pasta memiliki waktu kontak lebih lama larut dan oleh karena itu lebih keras/kasar
dantidak cepat mengalir dan melunak. (Ansel, C. dan kurang nyaman digunakan di kulit
Howard., `Pengantar Sediaan Farmasi`, ed IV,
(Goeswin Agoes, Sediaan Farmasi Likuida-
penerbit UI,1989, hal 515)
● Pasta berlemak ternyata kurang berminyak dan lebih Semisolida, 2012, hlm. 290).
menyerap dibandingkan dengan salep karena
tingginya kadar obat yang mempunyai afinitas
terhadap air. (FI V, hlm. 52)
● Pasta menempel baik pada kulit dan memiliki
keuntungan dalam perawatan luka/lesi kronik .
(Lachman, The Theory & Practice of Industrial
Pharmacy,1986, Philadelphia:Lea&Febiger .p548)
PREFORMULASI
Definisi Preformulasi Tujuan Preformulasi
• Preformulasi dapat diartikan sebagai Tujuan dari preformulasi yaitu untuk dapat
langkah awal yang dilakukan ketika membuat formula yang tepat dan dapat
akan membuat Formula suatu obat. menghasilkan produk akhir berupa sediaan farmasi
• yang stabil, berkhasiat, aman dan nyaman ketika
Preformulasi dapat meliputi pengkajian
digunakan.
tentang karakteristik atau sifat – sifat Karakteristik Preformulasi
dari bahan obat dan bahan tambahan 1. Pemerian zat aktif
obat yang akan diformulasikan. 2. Zat tambahan
3. Kelarutan bahan obat
4. Stabilitas
5. Pka
6. Ukuran partikel
7. Ph
8. Titik lebur
Alasan Studi Preformulasi
• Karakteristik bulk (ruah/bentuk bahan aslinya) : pemerian dan sifat fisika dan
kimianya (struktur, data specta, identifikasi, kemurnian, titik leleh, polimorfisa)
• Analisis kelarutan : kelarutan, konstanta ionisasi, profil pH kelarutan, solubilisasi,
koefisien partisi, disolusi, efek ion sejenis, pelarut.
• Analisis kestabilan : baik dalam bentuk ruah, sediaan, larutan dan kompatibilitas
• Data farmakologi dan farmakokinetik bahan
Pertimbangan Umum dalam Preformulasi
Sebelum membuat formula sediaan obat, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu :
1. Bentuk sediaan yang akan dibuat
Ada beberapa pilihan bentuk sediaan farmasi yaitu bentuk padat (puyer, tablet, kapsul, suppositoria ),
bentuk setengah padat ( salep, pasta, krim, gel ) dan bentuk cair ( larutan, suspensi,
emulsi ). Pemilihan bentuk sediaan obat tergantung pada :
• Sifat-sifat fisika-kimia zat aktif yang digunakan yaitu: kelarutan, ukuran partikel, sifat
higroskopis, reaksi-reaksi kimia, dll.
• Kerja obat yang diinginkan, secara lokal atau sistemik.
- Kerja lokal dipilih sediaan salep, krim, gel, lotion, serbuk tabur.
- Kerja sistemik (diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah ) dipilih sediaan
tablet,kapsul,pulveres/puyer dan sirup.
• Umur si pemakai. Untuk bayi dan anak-anak lebih disukai bentuk pulveres dan sirup. Untuk
dewasa umumnya dibuat dalam bentuk tablet, kapsul
2. Bahan tambahan
Bahan tambahan yang digunakan dalam formulasi harus kompatibel (dapat tercampurkan) dengan
bahan obat utama (zat aktif) dan bahan tambahan yang lain.
Pertimbangan Umum dalam Preformulasi
3. Kenyamanan saat penggunaan
Sediaan setengah padat harus memenuhi persyaratan yaitu: halus, mudah dioleskan, tidak terlalu
lengket dan tidak meninggalkan bekas noda pada pakaian.
4. Data Stabilitas
a. Penambahan antioksidan didasarkan pada stabilitas zat aktif terhadap reaksi oksidasi
b. Metode pembuatan sediaan semisolid didasarkan pada stabilitas zat aktif terhadap panas
c. Penambahan dapar didasarkan pada stabilitas zat aktif terhadap pH stabilitas zat aktif
5. Khasiat obat
Untuk menjaga khasiat obat, perlu diperhatikan :
d. Pemilihan bentuk sediaan. Sebagai contoh, jika zat aktif tidak stabil dalam media air, maka tidak
diformulasi dalam bentuk cair. 
e. Bahan-bahan tambahan yang digunakan tidak boleh mengurangi khasiat zat aktifnya.
f. Pemberian petunjuk cara penggunaan yang benar.
FORMULASI
Suatu proses mengubah obat dengan bantuan eksipien menjadi suatu bentuk sediaan.

Obat + Eksipien + Metode pembuatan  Bentuk sediaan

1. Zat Aktif 2. Basis


3. Zat Tambahan
Bertujuan untuk menghasilkan khasiat Zat pembawa adalah bagian inaktif dari
Bahan selain zat aktif yang ditambahkan
farmakologi atau efek langsung lain dalamsediaan topical, dapat berbentuk cair atau
dalam formulasi suatu sediaan untuk
diagnosis, penyembuhan, peredaan, padat yang membawa bahan aktif berkontak
berbagai tujuan dan fungsi (Putri dkk, 2016)
pengobatan dan pencegahan penyakit dengan kulit
Contoh:
(Dirjen POM, 2006) (Yanghendri dan Yenny, 2012)
Pengawet, dapar, humektan, antioksidan,
Contoh: Contoh:
pengkompleks, peningkat penetrasi
Keratolytic: Salicylic Acid Adeps lanae/Lanolin vaselin
Acne: Sulphur
Anti-Inflammatory: Corticosteroid
Formulasi Sediaan Farmasi
Harus memperhatikan/memenuhi aspek-aspek farmasetik agar diperoleh sediaan yang
berkualitas (berkualitas) Aspek farmasetik meliputi:
1. Stabilitas (Stabilitas)
2. Keamanan (Safety)
3. Efektivitas (Efektivitas)
4. Aseptabilitas (Acceptability)
Sediaan yang bermutu/berkualitas baik, harus memenuhi keempatnya aspek tersebut yaitu
aman, efektif, stabil & aseptabel
Formulasi Umum Krim
• Bahan berkhasiat : larut air/lemak
• Bahan dasar krim : fase minyak terdiri dari lemak atau minyak yang terlarut didalamnya
• Bahan tambahan :
- Pengemulsi
Untuk tipe krim m/a : trietanolamin stearat, polisorbat, poliglikol dan sabun
Untuk tipe a/m : lemak bulu domba, setil alkohol, sorbitan ester, cetaseum, stearil alkohol dan
emulgid.
- Pelembut : turunan lanolin, minyak mineral, petroleum
- Pengawet : Metil paraben (nipagin), propil paraben (nipasol)
- Antioksidan : Tokoferol, alkil gallat, garam Na dan K dari asam sulfit, sitrat, EDTA
- Humektan : Glisesol, PEG, sorbitol
- Pewangi
- Pewarna
Pembuatan Krim
• Krim dibuat dengan mencampurkan fase minyak dan fase air
• Zat yang larut dalam air dilarutkan dalam air dan zat larut minyak dilarutkan dalam fase minyak
• Bila tidak ada lemak padat, tidak perlu pemanasan untuk melelehkan, emulsi dapat dibuat pada suhu
kamar
• Apabila fase minyak mengandung lemak padat, maka pembuatan perlu pemanasan lebih kurang
10°C di atas titik leleh bahan yang paling tinggi titik lelehnya atau sampai sekitar 60-70°C
• Zat pengemulsi hidrofilik ditambahkan pada fase air, tetapi zat pengemulsi non ionik bersifat
hidrofilik atau lipofilik dapat ditambahkan pada fase minyak dan dipanaskan dengan suhu beberapa
derajat diatas suhu leleh fase minyak, kemudian ditambahkan ke fase minyak sambil diaduk sampai
dingin dan krim terbentuk.
Formulasi Umum Salep

1 Zat Aktif

2 Basis Salep

3 Bahan Tambahan
Pengawet, Antioksidan, Emolien, Zat penstabil, Peningkat penetrasi, dll.
Basis Salep
1. Oleaginous Bases 2. Absorption Bases
(Basis Hidrokarbon) (Basis Salep Serap)
● Dasar salep hidrokarbon dikenal sebagai ● Basis ini memungkinkan bercampur dengan
dasar salep berlemak, bebas air (atau air air dan membentuk emulsi air dalam
dalam jumlah sedikit). minyak. Contoh : Paraffin hidrofilik dan
● Salep basis ini dimaksudkan untuk lanolin anhidrat.
memperpanjang kontak obat dengan kulit ● Yang sudah menjadi emulsi air-minyak
dan bertindak sebagai pembalut/penutup. (dasar emulsi), memungkinkan
● Digunakan sebagai emolien dan sifatnya bercampurnya sedikit penambahan jumlah
sukar dicuci, tidak mudah mengering, dan larutan berair. Contoh: Lanolin
tidak tampak berubah dalam waktu lama.
● Contoh : Vaselin kuning, Vaselin putih,
Paraffin encer maupun padat, dan minyak
mineral.
Basis Salep
3. Water-Removable Bases 4. Water-Soluble Bases
(Basis Tercuci Air) (Basis Terlarut Air)
● Dasar salep ini adalah emulsi minyak dalam ● Disebut juga dasar salep tak berlemak dan
air. Dasar salep ini mudah dicuci dari kulit terdiri dari konstituen larut air.
atau dilap basah, sehingga lebih dapat di ● Keuntungan dasar salep ini yaitu dapat
terima untuk dasar kosmetik. dicuci dengan air dan tidak mengandung
● Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah bahan tak larut dalam air seperti parafin,
dapat diencerkan dengan air dan mudah lanolin anhidrat atau malam.
menyerap cairan yang terjadi pada kelainan ● Contoh : Polyethylene Glycol
dermatologi
Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan
Dasar Salep
Khasiat yang diinginkan

Sifat bahan obat yang Ketersediaan hayati, stabilitas


dicampurkan dan ketahanan sediaan jadi.
Formulasi Umum Gel
1. Bahan Aktif : syarat kelarutan bahan aktif, bahan aktif dalam bentuk aktif, stabilitas
dan inkompatibilitas bahan aktif, log P (hidrofobisitas)
2. Basis
3. Pengawet : untuk menghindari pertumbuhan mikroorganisme
4. Dapar : untuk menjaga stabilitas zat aktif yang dipengaruhi pH
5. Pelembab : sebagai pelembut kulit dalam pemakaian
6. Anti oksidan : mencegah reaksi oksidasi fasa minyak
7. Pengkompleks : mencegah penguraian zat akibat adanya sespora logam
8. Peningkat penetrasi : meningkatkan absorpsi zat aktif melalui kulit.
Contoh Formulasi Gel
R/ Triklosan B.A
Alkohol 70% Pelarut
Carbopol 940 Basis gel
TEA 2 Alkalizing a
Metil Paraben Pengawet
Gliserin Emollient
Aquadem Pelarut
Johan, 2013

Pembuatan Gel
1. Metode dengan pemanasan
• Basis dikembangkan dengan air panas + Bahan Aktif + Bahan Lain
2. Metode tanpa pemanasan
• Zat Aktif + Bahan Tambahan (Berdasarkan Kelarutan)
Contoh Preformulasi Pasta Gigi Ekstrak Daun Sirih
SPESIFIKASI PRODUK
1. Nama produk : Pasta Gigi Daun Sirih
2. Bahan aktif : Ekstrak Daun Sirih
3. Bentuk sediaan : Pasta
4. Kemasan :-
5. Kekuatan sediaan :-
6. Target Pemakaian : Semua usia
7. Jalur pemberian : Topikal
Formulasi Umum Pasta
• Zat Aktif : zat yang memiliki efek farmakologis
• Gelling agent : untuk menjaga konstituen cairan dan padatan
• Kosolven : untuk meningkatkan kelarutan
• Pemanis : untuk memberikan rasa manis
• Pengawet : untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme
• Stabilizier : untuk menjaga stabilitas gel dengan gelling agent
• Perasa : untuk memberikan rasa
• Solvent : sebagai pelarut

Contoh Formulasi Pasta Gigi Ekstrak Daun Sirih


• Zat aktif : Ekstrak daun sirih merah dan propolis
• Gelling agent : Karbopol 934
• Kosolven : Tween 80
• Pemanis : Gliserin
• Pengawet : Sodium benzoat
• Stabilizer : Trietanolamin
• Perasa : Menthol
• Solven : Aquadest
(Ilmi,M & Ardhi, M., 2017)
EVALUASI SEDIAAN SEMI SOLIDA
Evaluasi Fisik Evaluasi Kimia Evaluasi Biologis
• Penampilan • Identifikasi zat aktif • Penetapan potensi antibiotik
• Homogenitas • Uji penetapan kadar zat secara mikrobiologi
• Penetapan Ph aktif • Uji efektivitas pengawet
• Konsistensi antimikroba
• Ukuran partikel • Kandungan zat antimikroba
• Isi minimum
• Penentuan tipe krim
• Uji kebocoran tube
CONTOH SEDIAAN SEMI SOLIDA
KRIM SALEP
Krim wajah Salep kulit

Salep Mata
Hand Sanitizer Cream
CONTOH SEDIAAN SEMI SOLIDA
GEL PASTA
Totol jerawat gel Pasta gigi

Pasta zink oksida


Gel rambut
PERTANYAAN DAN JAWABAN HASIL DISKUSI
1. Yani Nurul Aini 211FF05157
Izin bertanya kang/teh, ketika kita akan membuat formulasi obat dari bahan alam dengan bentuk
sediaan semisolid, bagaimana cara untuk menentukan jenis sediaan apa yg cocok untuk bahan
tersebut?
Jawab : Cara menentukan jenis sediaan semisolida dengan zat aktif bahan alam yaitu yang pertama
dengan melihat karakteristik ekstrak dari bahan alam yang digunakan (seperti pelarut yang digunakan
oleh ekstrak, polaritas ekstrak, bentuk ekstrak dari bahan alam), yangg kedua stabilitasnya (apakah
ekstrak dari bahan alam tersebut kompatibel dengan adanya minyak atau adanya kandungan air),
yang ketiga faktor efek farmakologis yg diharapkan
2. Yasa Karyada 211FF05125
Apa yang melatarbelakangi dari sediaan semi solid tersebut -membuat krim ada minyak dan air dalam
minyak sebelum kita membuat formulasinya kita nantinya kita sudah tahu minyak dalam air atau air
dalam minyak sebelum melakukan evaluasi? Apa hasil yang diperoleh nantinya itu bergantung pada
sediaan
Jawab :Pada saat kita preformulasi harus sudah tau mau bikin tipe m/a atau a/m. Kalau misalnya mau
membuat tipe a/m berarti emulgator/surfaktan yang di pakai surfaktan a/m contohnya adeps lanae,
sedangkan m/a contohnya TEA. Lalu bisa juga dilihat dari komposisi krimnya lebih banyak mana air
atau minyak (kalau air berarti kemungkinan m/a, kalau minyak kemungkinan a/m). Untuk memastikan
tipe nya sesuai yang kita harapkan harus dilakukan evaluasi tipe krim diantaranya cara pengenceran
menggunakan air (kalau larut air maka m/a kalau larut minyak a/m), cara pewarnaan menggunakan
metilen blue (kalau bercampur m/a, dan sebaliknya)
PERTANYAAN DAN JAWABAN HASIL DISKUSI
3. Wulan Yolanda 211FF05123
Izin bertanya, faktor apa saja yang dapat berpengaruh terhadap kestabilan sediaan semisolid dan
bagaimana cara mencegah terjadinya kerusakan sediaan tersebut?
Jawab : Dalam faktor sediaan solid, analisis stabilitas turut menentukan pemilihan bentuk sediaan,
metode pembuatan sediaan, dan kondisi penyimpanan. Beberapa factor yg dapat mempengaruhi
stabilitas senyawa farmasi dalam kondisi solid dan harus dipelajari dalam studi preformulasi antara
lain : Kadar air, Volatilitas BAF, dan Higroskopisitas
4. Tyas Septiana Anggreini 211FF05118
Izin bertanyaaa untuk kekurangan salep tadi di sebutkan dapat terbentuk kristal atau keluarnya fase
padat dari basisinya itu bisa dijelaskan kenapa hal tersebut bisa terbentuknya kristal?
Jawab : terbentuknya padatan kristal pada salep dikarenakan adanya kerusakan pada salep.
Kerusakan ini bisa ditimbulkan oleh berbagai hal salah satunya karena kesalahan pada saat
penyimpanan. Salep merupakan sediaan berbasis minyak atau lemak. Oleh karena itu lebih baik
disimpan pada suhu ruang atau yang sesuai seperti pada instruksi penyimpanan pada kemasan dan
cara penyimpanan yang sesuai. Ketika salep disimpan pada suhu yang tidak sesuai seperti suhu
terlalu dingin ataupun tidak disimpan dengan benar seperti kemasan tidak di tutup kembali setelah
pemakaian, maka minyak atau lemak pada basis salep ini lah perlahan akan membentuk kristal padat
dan menjadikan salep memadat dan mengeras
DAFTAR PUSTAKA
- Alwahida. (2019). Preformulasi. Banda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-raniry
- Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia Jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 96,97,98.
- Departemen Kesehatan RI. (2020). Farmakope Indonesia edisi VI. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
- Dev A. et al. 2015. Emulgel: A Novel Topical Drug Delivery System. Pharmaceutical and Biological Evaluations vol. 2
(4): 64-75)
- https://www.scribd.com/document/404197108/Makalah-Semi-Solid-docx
- ILMI, M. A. M. B. (2017). Formulasi pasta gigi kombinasi ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum Ruitz & Pav) dan
Propolis dan uji aktivitas Antibakteri terhadap Streptococcus mutans. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
- Johan, 1.w. (2013). Formulasi Sedian Gel Hand Sanitizer dengan Bahan Aktif Triklosan 1,5% dan 2%. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Universitas Surabaya. Vol 2 No 1.
- Rowe, Raymond C., Paul J Sheskey, Marian E Quinn, 2009, Handbook Of Pharmaceutical Excipient Sixth Edition,
Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, USA
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai