Anda di halaman 1dari 9

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA


FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG
JURNAL BELAJAR

A. Identitas Jurnal

Nama : Dika Almunawaroh


NPM : 1813024040
Nomor : 1 (Satu)
Mata Kuliah : Struktur dan Perkembangan Tumbuhan
Bobot (SKS) : 3 (2-1)
Dosen Pengampu : 1. Dr.Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si.
2. Wisnu Juli Wiono, S.Pd., M.Pd.
3. Nadya, S.Pd., M.Pd.
Disusun : Rabu, 28 Agustus 2019 pukul 19.00

B. Pengantar

Hari Senin 26 Agustus 2019, pada perkuliahan ini kami membahas materi
Botani Tumbuhan Rendah terkait materi Taksonomi, Klasifikasi dan
Identifikasi Tumbuhan . Yang disampaikan oleh kelompok 1 dan diperjelas
oleh Ibu Neni Hasnunidah. Pada pertemuan ini kelompok 1 menjelasan terkait
Pengertian Taksonomi, Sejarah Taksonomi, berdasarkan Bagaimana taksonomi
dikatakan sebagai ilmu, Pengertian Klasifikasi, dan Sejarah Klasifikasi, dan
juga menjelaskan sejarah. Dengan adanya buku panduan belajar Struktur dan
Perkembangan Tumbuhan yang ditulis oleh Ibu Neni Hasnunidah, semakin
memudahkan kami untuk memahami apa yang dijelaskan oleh Dosen karena
materinya sudah tertera di dalam buku pegangan tersebut.
C. Catatan Kuliah

1. Pengertian Taksonomi

Kata taksonomi berasal dari Yunani yaitu Taxis (susunan, penyusunan, penataan),
Taxon (setiap unit yang digunakan dalam klasifikasi objek biologi) dan nomos
(hukum). Jadi taksonomi adalah susunan setiap unit yang didalamnya mencakup
sistem klasifikasi dengan pemberian nama sesuai kaidah hukum. Istilah taksonomi
pertama kali dikenalkan oleh ahli taksonomi tumbuhan yang berasal dari perancis
pada tahun 1813. Sistematik berasal dari kata Latin systema yang artinya cara
penyusunan atau penataan. Dari uraian tersebut wajar jika beberapa ahli
berpendapat bila taksonomi sama dengan sistematik dan dalam penerapannya
taksonomi dijadikan sinonim sistematik (Tjitrosoepomo, 1993).

Beberapa ahli ilmu hayat berpendapat, bahwa taksonomi tidak sepenuhnya sama
dengan sistematik. Mereka yang mengikuti pendapat ini merujuk pada buku
simpson yang berjudul “Principles of Systematic Zoology” yang menyatakan
bahwa sistematik merupakan studi ilmiah tentang jenis dan keanekaragaman
organisme dan tentang setiap dan seluruh hubungan kekerabatan yang ada
diantara mererka. Pengamat pendapat ini menganggap sistematik mempunyai
cakupan lebih luas daripada taksonomi (Tjitrosoepomo, 1993).

2. Cara Taksonomi

Dari tumbuhan yang ada di bumi ini, yang demikian beraneka ragam dan
memiliki jumlah yang besar, tentu ada yang telah kita kenal dan ada pula yang
suatu tumbuhan selalu menghadapi dua kemungkinan. Adanya taksonomi

bertujuan agar mempermudah dalam pencarian dengan mencari persamaan


antar tumbuhan. Taksonomi dapat dilakukan dengan cara melakukan klasifikasi
terlebih dahulu pada tumbuhan. Klasifikasi bertujuan untuk menyederhanakan
objek studi dan mencari keseragaman dalam keanekaragaman. Untuk dapat
melakukan klasifikasi perlu dikelompokkan terlebih dahulu berdasarkan ciri – ciri
atau sifat tertentu dan seberapa besar kesamaan yang ada. Kesamaan dan
kesegaraman itulah yang dijadikan sistem (Tjitrosoepomo, 1993).

Setelah melalukan klasifikasi, lalu dilakukan identifikasi yaitu pengenalan. Istilah


identikasi sering digunakan dengan istilah determinasi (yang diambil dari Bahasa
belanda determinatie = penentuan). Identifikasi slalu di dasarkan atas spesimen
atau bahan yang riil. Oleh pelaku identifikasi spesimen yang belum diketahui itu
memulai studi yang kemudian dibuat deskripsinya disamping gambar gambar
terinci mengenai bagian – bagian tumbuhan yang memuat ciri – ciri
diagnostiknya, kemudian spesiemen dikelompokkan pada anggota populasi jenis
apa, dan berturut – turut dimasukkan kategori yang mana (marga, suku, bangsa,
dan kelas serta divisinya). Penentuan nama jenis dan tingkat takson ke atas
berturut -turut tidak boleh menyimpang dari ketentuan yang berlaku dalam KITT
(Kode Internasional Tatanama Tumbuhan). Nama takson baru tersebut harus di
publikasikan sesuai dengan cara yang diatur oleh KITT (Tjitrosoepomo, 1993).
satunya pigmen hijau yang ada pada ganggang hijau (Cholrophyta) (Loveless,
1983).

3. Pengertian Klasifikasi
Klasifikasi adalah penyusunan tumbuhan secara teratur ke dalam sutu
sistem hierarki. Sitem penyusun ini berasal dari kumpulan informasi tumbuhan
secara individual, dengan hasil akhir yang menggambarkan hubungan
kekerabatan. Klasifikasi yang bertujuan untuk menyederhanakan obyek studi pada
hakekatnya adalah mencari keseragaman dalam keanekaragaman. Betapapun
besarnya keanekaragaman yang diperlihatkan oleh suatu populasi, pastilah kita
dapat menemukan kesamaan ciri atau sifat-sifat tertentu di antara warga populasi
itu.

4. Sistem Klasifikasi dalam Sejarah Perkembangan Tumbuhan


Taksonomi Tumbuhan
A.Sistem Klasifikasi Buatan
Klasifikasi yang didasarkan pada satu atau dua ciri morfologi yang mudah
dilihat, yang tujuan utamanya adalah untuk memperudah pengenalan tumbuhan.
Terdiri dari 2 periode, yaitu:
1. Periode sistem habitus
 Dalam periode ini sistem klasifikasinya didasarkan pada habitus,
yaitu kesan keseluruhan yang nampak dari suatu tumbuhan.
 Berlangsung dari 300 SM hingga pertengahan abad ke-18, dengan
pelopornya adalah Theophratus (370-385 SM).
 Menurut sistem ini tumbuhan digolongkan menjadi: pohon, perdu,
semak, dan herba.
 Para ahli filsafat dan penggemar alam pada periode ini adalah:
Albertus Magnus (1193-1280), Otto Brunfels (1464-1534), Jerome
Bock(1489-1554), Andrea Caesalpinus (1519-1602), Jean Bauhin
(1541-1631), Joseph Pitton de Turnefort (1656-1708), John Ray
(1628-1705), dan lain-lainnya mengajukan gagasan-gagasan baru
tentang dasar-dasar klasifikasi tumbuhan.
2. Periode Sistem Numerik
 Sistem klasifikasinya didasarkan pada jumlah-jumlah dan susunan
alat kelamin tumbuhan.
 Disebut juga sistem seksual, penciptanya adalah Carolus Linnaeus
(1707-1778).
 Linnaeus membagi tumbuhan menjadi 24 kelas, antar
lain:Monandria (golongan tumbuhan dengan satu benang sari),
Diandria (golongan tumbuhan dengan dua benang sari), dan
seterusnya.

 Tokoh-tokoh lain yang dikenal dalam periode ini adalah: Peter


Kalm (1716-1779), Fredrik Hasselquist (1723-1752), dan Peter
Thunder (1743-1828).
B.Sistem Klasifikasi Alam
Klasifikasi yang didasarkan pada hubungan kekerabatan yang ditunjukkan
oleh banyaknya persamaan bentuk yang terlihat, sehingga dapat disusun takson-
takson yang bersifat alami. Sistem ini dikatakan alami karena dianggap
mencerminkan keadaan yang sebenarnya seperti terdapat di alam. Kesadaran
mengenai adanya hubungan kekerabatan disebabkan oleh bertambahnya ilmu
pengetahuan tentang fungsi dan morfologi dari organ tumbuhan serta kemajuan
ilmu pengetahuan optik, sehingga pengamatannya lebih seksama dibandingkan
periode sebelumnya.

Tokoh-tokoh terkemuka pada periode ini antara lain adalah Lamarck (1744-
1829), Michel Adenson (1727-1826), dan Antonie Laurent de Jussieu (1748-
1836) yang membagi tumbuhan menjadi Acotyledonae, monocotyledonae, dan
dicotyledonae. Sistem de Jussie ini kemudian disempurnakan oleh tokoh-tokoh
lain seperti Augustine Pyrame de Candole (1778-1884), Sir Joseph Dalton Hooker
(1817-19) dan George Bentham (1800-1884).

C. Sistem Klasifikasi Filogenetik


Klasifikasi yang didasarkan pada jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara
takson satu dengan takson lainnya. Sistem klasifikasinya didasarkan pada filogeni
takson-takson dengan mengikutsertakan teori evolusi. Takson-takson yang
dibentuk ditempatkan dengan urutan-urutan , yang diberi segi filogeni mempunyai
tingkatan yang lebih rendah (primitif) sampai ke tingkatan yang tinggi (maju).
Periode ini bertahan dari pertengahan abad 9 hingga sekarang, merupakan salah
satu akibat logis timbulnya teori evolusi yang dipelopori oleh Jean Baptise
Lamarck (1744-1824), disusul oleh Charles Darwin dengan karyanya On the
Origin Of Species by Means of Natural Selection (1859). Tokoh-tokoh yang
terkemuka pada periode ini antara lain August Wilhem Eichler (1839-1887), ia
membagi tumbuhan menjadi Cyptogameae (thalophyta, bryophyta, pteridophyta)
dan Phanerogamae (spermatophyta). Masing-masing golongan masih dibagi lagi
menjadi takson-takson yang lebih rendah. Sistem ini kemudian disempurnakan
lagi oleh tokoh-tokoh lain seperti Adolph Engler (1844-1930), Richard von
Wettstein (1862-1931), Charles E. Bessey (1845-1915), dan Hans Hallier (1868-
1932).

D. Sistem Klasifikasi Kontemporer


Klasifikasi yang didasarkan pada pengkuatitatifan data penelitian taksonomi
dan penerapan matematika dalam pengolahan datanya. Sistem ini lahir akibat
kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat dalam abad ke-20. Komputer telah
digunakan secara luas dalam pengembangan metode kuantitatif dalam klasifikasi
tumbuhan yang melahirkan bidang baru dalam taksonomi tumbuhan yaitu
taksonomi numerik, taksometri, atau taksonometri. Taksometri numerik
didefinisikan sebagai metode evaluasi kuantitatif mengenai kesamaan atau
kemiripan sifat antar golongan organisme, dan penataan golongan-golongan itu
melalui suatu analisis kelompok ke dalam kategori takson yang lebih tinggi atas
dasar kesamaan-kesamaan tadi. Taksonomi numerik didasarkan atas bukti-bukti
fenetik, artinya atas kemiripan yang diperlihatkan objek studi yang diamati dan
dicatat, dan bukan atas dasar kemungkinan-kemungkinan perkembangan
filogenetiknya. Kegiatan-kegiatan dalam taksonomi numerik bersifat empirik
operasional, dan data serta kesimpulannya selalu dapat diuji kembali melalui
observasi dan eksperimen. Langkah-langkah yang biasanya dilakukan dalam
melaksanakan kegiatannya meliputi:

1.Pemilihan objek studi, yang dapat berupa individu, galus, varietas, jenis, dan
seterusnya. Yang terpenting adalah setiap unit-unit yang dijadikan objek studi
tersebut harus mewakili golongan organisme yang sedang diteliti.

2.Pemilihan ciri-ciri yang akan diberi angka atau skor, Jumlah ciri yang
dipilih untuk pemberian angka harus cukup banyak, sekurang-kurangnya 50 ciri,
yang masing-masing diberi kode dan selanjutnya disusun dalam bentuk tabel atau
matriks.
3.Pengukuran kemiripan, dengan cara membandingkan tiap ciri pada masing-
masing unit takson. Besarnya kemiripan akan berkisar dari 0 (tidak ada
kemiripan) sampai 100 untuk keadaan persis sama (identik).

4.Analisis kelompok, Matriks kemiripan ditata kembali sehingga unit-unit takson


yang memiliki kemiripan bersama yang paling tinggi dapat dikumpulkan menjadi
satu. Kelompok-kelompok itu disebut fenon, dan dapat ditata secara hierarki
dalam suatu diagram yang disebut dendogram.

5.Diskriminasi, Setelah klasifikasi dilakukan kita dapat menelaah kembali ciri-


ciri yang dilibatkan dalam kegiatan ini, untuk menemukan ciri yang paling
konstan, dan oleh karena paling bernilai untuk pembuatan kunci identifikasi dan
diagnosis.

Tokoh-tokoh terkemuka pada periode ini antara lain: Harold C.Bold


(1909-1987), dan R. Whittaker (1921-1980), A. Gundersen (1877-1958), dan
masih banyak lagi yang diusulkan seperti: Stebbin (lahir 1909), Armen L.
Takhtajan (lahir 1910), Arthur Cronquist (lahir 1919), Robert F. Thorne (lahir
1920), dan Rolf M.T. Dahlgren (1932-1987). (Neni Hasnunidah, 2018)

5. Pengertian Sistematika Tumbuhan


Sistematika adalah ilmu yang secara ilmiah mempelajari keanekaragaman makhluk hidup
serta sejarah hubungan kekerabatan evolusi yang ada diantara mereka. Gabungan antara
taksonomi dan filogenetika. Sistematika tumbuhan adalah ilmu yang berkaitan sangat erat
dengan taksonomi tumbuhan. Namun demikian, sistematika tumbuhan lebih banyak
mempelajari hubungan tumbuhan dengan proses evolusinya. Dalam sistematika bantuan ilmu
seperti filogeni dan kladistika banyak berperan.

D. Identifikasi Masalah
Dari kegiatan pembelajaran terkait materi Taksonomi, Klasifikasi, dan Identifikasi . Saat
kelompok 1 menjelaskan materi tersebut banyak terjadi kendala dalam penyampaian
presentasi karena materi yang dijelaskan masih belum paham, namun disela-sela
penyampaian bu Neni kembali memperjelas dan memberikan materi yang, namun karena
adanya penjelasan tersebut semakin membuat Saya mengerti terkait materi tersebut.

E. Catatan Hasil Ulasan Dosen


Dosen menambahkan materi saat kelompok 1 menjelaskan materi Taksonomi, Klasifikasi
dan Identifikasi.

F. Refleksi Diri

Tuliskan penjelasan Anda untuk pertanyaan-pertanyaan berikut:

1) Apakah Anda benar-benar telah belajar tentang topik perkuliahan hari ini? disertai
fakta konkret.
Jawab : Ya, Saya benar-benar belajar topik perkuliahan terkait materi Taksonomi,
Klasifikasi dan Identifikasi. Tidak hanya dari buku dan teori yang saya baca, a
saatmelainkan juga dari berbagai sumber, walaupun pada saat presentasi masih
terdapat banyak kekurangan dalam hal penyampaian materi. Fakta konkretnya adalah
saat presentasi Saya masih belum dapat menjawab pertanyaan bu Neni dengan baik
dan tepat.
2) Apakah Anda dapat mengikuti kegiatan belajar? disertai fakta konkret.
Jawab : Ya, Saya dapat mengikuti kegiatan belajar dengan cuku baik. Berkat
penjelasan dan pemahaman yang baik dari dosen, sehingga saya dapat memahami
materi yang telah dijelaskan dosen. Fakta Konkretnya adalah saya dapat mengetahui
pengertian Taksonomi, bagaimana Taksonomi dikatakan sebagai ilmu, dan sejarah
Klasifikasi Jika tidak, mengapa Anda tidak dapat belajar dengan baik?Apa
penyebabnya? Bagaimana alternatif solusinya
Jawab : -
3) Bagaimana usaha dosen dalam mendorong mahasiswa yang tidak aktif untuk belajar?
Jawab : Usaha dosen dalam mendorong mahasiswa yang tidak aktif untuk belajar
sangatlah baik. Dengan diadakannya diskusi dan argumen antar siswa dan dengan
memanggil satu per satu siswa dan bertanya pada setiap mahasiswa terkait materi
Taksonomi, Klasifikasi, dan Identifikasi. Sehingga membuat siswa lebih aktif dan
lebih mengerti terkait materi tersebut. Hal ini juga membuat siswa lebih
mempersiapkan diri dengan cara mempelajari materi yang berkaitan dengan topik
pembahasan sebelum penjelasan berlangsung.
4) Pembelajaran berharga apa yang dapat dipetik dari observasi pembelajaran ini?
Jawab : Pembelajaran berharga yang dapat dipetik dari observasi pembelajaran terkait
materi Taksonomi, Klasifikasi dan Identifikasi membuat saya lebih mengerti terkait
pengertian, bagaimana Taksonomi dikatakan sebagai ilmu, sejarah Taksonomi,
pengertian Klasifikasi dan sejarah klasifikasi.

Anda mungkin juga menyukai