Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Filum Arthropoda

Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “arthros” yang
artinya ruas dan “podos” yang artinya kaki. Oleh karena itu ciri utama hewan
yang termasuk dalam filum ini adalah kaki yang tersusun atas ruas-ruas. Jumlah
spesies anggota filum ini terbanyak dibandingkan dengan filum lainnya yaitu
lebih dari 800.000 spesies (Kastawi, 2005). Ciri-ciri umum arthropoda
diantaranya mempunyai appendaheyang beruas-ruas,tubuhnya bilateral simetris
terdiri dari sejumlah ruas, tubuh terbungkus oleh zat chitine. Sehingga merupakan
eksoskeleton, sistem syaraf tangga tali. Fauna-faunadari filum ini yang terdapat
dalam tanah adalah dari klas Celecirata, Crustacea, Insecta dan Myriapoda. (M.
Mustagfirin Amin, 2013)

2.1.1 Ciri Filum Arthopoda

Berikut beberapa ciri yang dimiliki filum arthropoda sebagai berikut:


(Yayu Maria Ulfa, 2013)
1. Memiliki 3 bagian tubuh utama yaitu tubuh bersegmen (ruas), rangka luar
(eksoskeleton) yang keras, dan ekor.
2. Tubuh dibungkus oleh kutikula sebagai rangka luar yang terbuat dari protein
dan kitin.
3. Esoskleten bersifat kaku dan keras dan dapat mengalami pergantian pada
kurun waktu tertentu yang disebut eksidisis.
4. Ukuran tubuh bervariasi.
5. Bentuk tubuh simetris bilateral.
6. Sifat hidup: parasit, heterotropik, dan hidup secara bebas.
7. Alat pernapasan: Trakea, insang, dan paru-paru (berbuku)
8. Alat pencernaan lengkap (mulut, kerongkongan, usus, dan anus)
9. Bereproduksi secara seksual dan aseksual.
10. Sistem saraf berupa tangga tali dan alat peraba berupa antena
11. Hidup di darat, air tawar dan laut.
12. Sistem peredaran darah terbuka, darah tidak memilikik hemoglobin.

2.1.2 Klasifikasi Filum Arthopoda

Klasifikasi filum Arthopoda dibagi menjadi 4 kelas yaitu kelas crustacea,


arachnoidea, dan insect:
A. Kelas Crustacea
Kata Crustacea berasal dari bahasa latin “crustaceus (animalia)” yang
berarti “hewan yang bercangkang.” Hal ini merujuk pada eksoskeleton (rangka
luar) dari hewan ini. Istilah “cangkang” ini bukanlah cangkang atau tempurung
sebenarnya seperti pada Mollusca. Ciri-cirinya memiliki dua pasang antena.
Kepala menyatu dengan dada (sefalotoraks). Tubuh terdiri dari Cephalothorax
dan abdomen. Memiliki eksoskeleton dari zat tanduk/kitin. Dapat mengalamai
pelepasan kulit dari tubuhnya. Tidak memiliki pembuluh darah kapiler. Sebagian
respirasinya menggunakan insang. Pertukaran udara terjadi secara difusi. (S.
Sugiwo, 2005)

Gambar 2.1 Crustacea

B. Kelas Myriapoda
Kata Myriapoda berasal dari bahasa Yunani “muríos” yang berarti
“sepuluh ribu,” dan “podos” yang berarti “kaki.” Contoh hewan ini diantaranya
adalah lipan (en: centipede) dan kaki seribu (en: millipede). Ciri-ciri umum
Myriapoda tentunya adalah jumlah kaki yang banyak dan semuanya hidup di
darat. Selain itu hewan ini juga memiliki sepasang antena dan organ tambahan di
mulut, yaitu sepasang rahang bawah (mandibula) yang digunakan untuk
menggigit, memotong, atau memegang makanan; dan satu atau dua pasang rahang
atas (maksila) yang digunakan untuk memanipulasi makanan. Karakteristik
Myriapoda yang lain adalah bernafas dengan trakea, mengeluarkan zat sisa
menggunakan tubulus Malphigi, dan berkembang biak dengan generatif (seksual).
(Yayu Maria Ulfa, 2013)

Gambar 2.2 Myriapoda

C. Kelas Celecirata
Chelicerata berasal dari bahasa Yunani chele berarti capit dan keros yang
artinya tanduk. Chelicerata meliputi berbagai jenis laba-laba, kalajengking,
tungau, dan mimi. Kebanyakan anggotanya berukuran kecil danterdapat di daerah
yang kering dan hangat, namun beberapa hidup di peraianan. Chelicerata
termasuk dalam filum Arthropoda. Banyak jenis Chelicerata yang mempunyai
kelenjar racun yang terdapat dirahang atau taring racun sebagai sarana untuk
membunuh mangsa, kemudian menghisap cairan tubuh atau jaringan lunaknya.
Gigitan atau sengatan berbagai jenis laba-laba atau kalajengking menimbulkan
kesakitan bahkan kematian. (S. Sugiwo, 2005)

Gambar 2.3 Arachnoidea


D. Kelas Insecta
Insecta (serangga) dalam bahasa latin disebut dengan Insectum yang artinya
trpotong menjadi bagian-bagian yang disebut dengan serangga. Ciri cirinya
Tubuhnya dibedakan menjadi 3 yaitu kepala, dada dan juga perut. Alat mulut nya
digunakan untuk menggigit, mengunyah, menghisap, dan menjilat. Bentuk
kakinya berubah sesuai dengan fungsinya. Pada kepalanya terdapat satu pasang
mata facet (majemuk), mata tunggal (occellus), dan satu pasang antena yang
digunakan sebagai alat peraba. Tempat hidupnya di darat dan air tawar. Sistem
peredaran darah terbuka. Alat kelaminnya terpisah (jantan dan betina). Alat
pencernaannya terdiri dari mulut, kerongkongan, tembolok, lambung, usus,
rectum, serta anus. Pada bagian mulut terdiri dari rahang belakang (mandibular),
rahang depan (maksila), serta bibir atas (labrum), dan bibir bawah (labium).
Sistem pernapasannya dengan sistem trakea. (Yayu Maria Ulfa, 2013)

Gambar 2.4 Insecta

E. Trilobita
Trilobita atau trilobit adalah kelompok fosil artropoda laut yang sudah punah.
Kelompok ini merupakan salah satu kelompok artropoda paling awal. Trilobit
pertama kali muncul dalam catatan fosil pada masa Atdabania awal periode
kambrium (521 juta tahun lalu), dan mulai mengalami kemunduran hingga punah
pada Devon, saat semua ordo trilobit kecuali Proetida mengalami kepunahan.
Trilobit akhirnya musnah saat peristiwa kepunahan Perm hingga Trias pada akhir
masa Perm sekitar 250 juta tahun yang lalu. Trilobit termasuk binatang yang
paling sukses di antara binatang-binatang yang pertamakali muncul, mampu
bertahan dari kepunahan selama lebih dari 270 juta tahun. (S. Sugiwo, 2005)
Nama Trilobita berasal dari kenampakan binatang tersebut yang khas, yaitu
terdiri dari tiga bagian (three lobes) yaitu kepala (cephalon), thorax (dada/perut)
dan pygidium (ekor). Trilobit merupakan salah satu organisme penguasa lautan
yang melimpah pada saat Kambrium, mulai dari habitat laut tropis dangkal
dengan terumbu sampai laut dalam dan kutub, serta habitat yang luas karena cara
hidup yang pelagic. Keragaman Trilobit menunjukkan pada ekologi yang
kompleks dengan cara hidup yang beragam, ekologi ini dipengaruhi oleh iklim,
cuaca dan keadaan pada saat zaman itu. Ada beberapa pendapat yang
mengungkapkan cara hidup trilobit berdasarkan cara makannya, mulai sebagai
Predator, detrivor atau pemakan sampah, penyaring makanan di perairan, sebagai
herbivora dan juga sebagai parasit. (M. Mustagfirin Amin, 2013)

Gambar 2.5 Trilobita

Bagian Tubuh Trilobita:

A. Bagian Exskeleton (M. Mustagfirin Amin, 2013)


1. Exoskeleton terdiri dari kalsit dan kalsium fosfat mineral dalam kisi-kisi
protein kitin yang menutupi permukaan atas (dorsal) dari trilobite dan
meringkuk di sekeliling tepi lebih rendah untuk menghasilkan pinggiran kecil
yang disebut doublure.
2. Three lobes (tiga bagian) : cephalon (kepala); dada (tubuh) dan pygidium
(ekor).
3. Selama molting, exoskeleton umumnya perpecahan di antara kepala dan dada,
itulah sebabnya mengapa begitu banyak trilobite fosil kehilangan satu atau
yang lain.
4. Dalam kebanyakan kelompok jahitan di wajah cephalon membantu
memfasilitasi molting.
5. Serupa dengan lobster & kepiting, trilobita akan secara fisik "tumbuh" antara
panggung dan berganti bulu pengerasan exoskeleton baru.

B. Bagian Thorax (dada) (M. Mustagfirin Amin, 2013)

1. Thorax adalah serangkaian diartikulasikan segmen yang terletak antara


cephalon dan pygidium.
2. Jumlah segmen bervariasi antara 2 dan 61 dengan kebanyakan spesies dalam
rentang 2-16.
3. Setiap segmen terdiri dari cincin aksial pusat dan plurae luar yang melindungi
anggota badan dan insang.
4. Apodemes adalah proyeksi bulat pada permukaan ventral exoskeleton yang
paling melekat otot-otot kaki, walaupun beberapa otot-otot kaki yang melekat
langsung ke exoskeleton. Membedakan mana thorax berakhir dan mulai
terdapat pygidium.

C. Bagian Pygidium (ekor) (M. Mustagfirin Amin, 2013)

1. Pygidium dibentuk dari sejumlah segmen dantelson digabungkan bersama.


2. Segmen dalam pygidium serupa dengan segmen toraks
3. Trilobita dapat digambarkan berdasarkan pydigium yang micropygous
(pydigium lebih kecil dari cephalon), isopygous (pydigium sama dalam
ukuran cephalon), atau macropygous (pydigium lebih besar dari cephalon).

2.2 Manfaat Filum Arthropoda

Fosil dari filum Arthropoda sangat khas dikarenakan beberapa diantaranya


hidup pada zaman dan lingkungan tertentu, sehingga kehadirannya sangat
membantu dalam dalam penentuan umur serta lingkungan pengendapan batuan.
Sebagaicontoh fosil trilobita merupakan penciri dari zaman kambrium, fosil
trilobita juga digunakan sebagai paleoclimate untuk mendeskripsikan kondisi
iklim pada zaman tertentu. (Tim Asisten Paleontologi, 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M Mustaghfirin. 2013. Peleontologi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan


Kebudyaan Republik Indonesia.

Maria Ulfa, Yayu. 2013. Filum Bryzoa. Bandung: Universitas Pendidikan


Indonesia

Suwignyo, S. (2005). Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan

Tim Asisten Paleontologi. 2019. Penuntun Praktikum Paleontologi. Laboratorium


Paleontologi, Universitas Hasanuddin

Anda mungkin juga menyukai