Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/ TGL. : SELASA, 12 MARET 2019 NAMA : ALDION YUDA S.

ACARA : PORIFERA DAN COELENTERATA NIM : D061181346

Keterangan :
1. Aperture
2. Suture
3. Umbilicus
4. Septa

Ventral Foto

No.Sampel : 01

No. Praga : 1590


Filum : Moluska
Kelas : Anthozoa
Ordo : Nautillida
Family : Pseudaterocerasidae
Genus : Pseudasteroceras
Spesies : Pseudastericeras stelaeformis GUBB
Proses Pemfosilan : Replacement
Bentuk : Sperical
Komposisi Mineral : Karbonatan
Umur : Jura Bawah ( ± 161-176 Juta Tahun)
Lingkungan pengendapan : Laut Dangkal
Keterangan :
Fosil ini berasal dari Filum Mollusca, Kelas Cephalopoda, Ordo Nautilida,
Famili Pseudasterocerasstellaenidae, Genus Pseudasterocerasstellae, Spesies
Pseudasteroceras stellaeformis GUMB.
Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak
mengalami penguraian. Organisme ini akan tertransportasi oleh media geologi
seperti angin, air, atau es menuju daerah cekungan. Selama mengalami
transportasi, material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material
sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen
akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan
menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu
material mengalami sementasi. Seiring dengan berjalannya waktu, material
sedimen dan organisme akan mengalami proses pembatuan (lithifikasi), sehingga
organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dialami oleh fosil ini
adalah adalah replacement. Proses ini terjadi ketika terdapat proses perubahan
mineral yang menyebabkan pergantian mineral penyusun fosil oleh mineral lain.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga
fosil tampak di permukaan
Adapun bentuk dari fosil ini adalah sperikal, yaitu fosil yang bentuknya
menyerupai melingkar dan memusat pada satu titik. Apabila ditetesi dengan HCl
0,1 M maka fosil akan bereaksi dengan membentuk buih-buih, sehingga dapat
disimpulkan bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) karena
terbentuk di perairan laut dangkal. Fosil ini berumur Jurasic Bawah (± 176 – 160
juta tahun lalu). Fosil ini berguna sebagai penciri kehidupan terumbu karang di
laut, sehingga kehadirannya sangat membantu dalam penentu lingkungan
pengendapan serta umum batuan.
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/ TGL. : SELASA, 12 MARET 2019 NAMA : ALDION YUDA S.

ACARA : BRACHIOPODA DAN MOLUSKA NIM : D061181346

Keterangan :

1. Umbo
2. Growthline

Ventral Foto 3. Costae


4. Dorsal valve

No.Sampel : 02
No. Praga : 1942
Filum : Moluska
Kelas : Pelechypoda
Ordo : Unionoida
Family : Glycymerisidae
Genus : Glycymeris
Spesies : Glycymeris philippi
Proses Pemfosilan :Permineralisasi
Bentuk : Konveks
Komposisi Mineral : Karbonatan
Umur : Oligosen Atas ( ± 23,5 - 33 Juta Tahun)
Lingkungan pengendapan : Laut dangkal
Keterangan :

Fosil ini berasal dari filum Mollusca, Kelas Pelecypoda, Ordo Unionoida,
Famili Glicymerisidae, Genus Glicymeris, Spesies Glycymeris phillippi.
Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak
mengalami penguraian. Organisme ini akan tertransportasi oleh media geologi
seperti angin, air, atau es menuju daerah cekungan. Selama mengalami
transportasi, material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material
sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen
akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan
menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu
material mengalami sementasi. Seiring dengan berjalannya waktu, material
sedimen dan organisme akan mengalami proses pembatuan (lithifikasi), sehingga
organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dialami oleh fosil ini
adalah adalah petrifikasi permineralisasi. Proses ini terjadi ketika terdapat proses
perubahan mineral yang menyebabkan pergantian sebagian mineral penyusun
fosil oleh mineral lain.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga
fosil tampak di permukaan
Adapun bentuk dari fosil ini adalah conveks,. Apabila ditetesi dengan HCl
0,1 M maka fosil akan bereaksi dengan membentuk buih-buih, sehingga dapat
disimpulkan bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) karena
terbentuk di perairan laut dangkal. Fosil ini berumur Oligosen Atas (± 23 – 33 juta
tahun lalu). Fosil ini berguna sebagai penciri kehidupan terumbu karang di laut,
sehingga kehadirannya sangat membantu dalam penentu lingkungan pengendapan
serta umum batuan.
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/ TGL. : SELASA, 12 MARET 2019 NAMA : ALDION YUDA S.

ACARA : BRACHIOPODA DAN MOLUSKA NIM : D061181346

Keterangan :

1. Test

Ventral Foto

No.Sampel : 03

No. Praga : 819


Filum : Moluska
Kelas : Scapophoda
Ordo : Pentallida
Family : Belemnitellanida
Genus : Belemnitella
Spesies : Belemnitella mucrotomata SCHLOTH
Proses Pemfosilan : Mineralisasi
Bentuk : Konikal
Komposisi Mineral : Karbonatan
Umur : Kapur Atas ( ± 66-100 Juta Tahun)
Lingkungan pengendapan : Laut dangkal
Keterangan :
Fosil ini berasal dari Filum Mollusca, Kelasnya itu Scaphopoda, Ordonya
itu dentalida, Famili Belemnitellanidae, Genusnya itu Belemnitella, dan Spesies
Belemnitella mucrotonata (SCHLOTH).
Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak
mengalami penguraian. Organisme ini akan tertransportasi oleh media geologi
seperti angin, air, atau es menuju daerah cekungan. Selama mengalami
transportasi, material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material
sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen
akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan
menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu
material mengalami sementasi. Seiring dengan berjalannya waktu, material
sedimen dan organisme akan mengalami proses pembatuan (lithifikasi), sehingga
organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dialami oleh fosil ini
adalah mineralisasi. Proses ini terjadi ketika terdapat proses perubahan mineral
yang menyebabkan pergantian seluruh mineral penyusun fosil oleh mineral lain.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga
fosil tampak di permukaan
Adapun bentuk dari fosil ini adalah Conical, yaitu fosil yang memiliki 1
cangkang atau sisi. Apabila ditetesi dengan HCl 0,1 M maka fosil akan bereaksi
dengan membentuk buih-buih, sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini
mengandung kalsium karbonat (CaCO3) karena terbentuk di perairan laut dangkal.
Fosil ini berumur Kapur Atas (± 100 – 66 juta tahun lalu). Fosil ini berguna untuk
penentuan lingkungan sedimentasi batuan yang mengandungnya.
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/ TGL. : SELASA, 12 MARET 2019 NAMA : ALDION YUDA S.

ACARA : BRACHIOPODA DAN MOLUSKA NIM : D061181346

Keterangan :

1.Pedical Opening
2. Costae

Vetral Dorsal Foto 3. Beak

No. Sampel : 04

No. Peraga : 89

Filum : Brachiopoda

Kelas : Artikulata

Ordo : Orthida

Family : Lycophorianidae

Genus : Lycophoria

Spesies : Lychoporia nucella

Proses Pemfosilan : Mineralisasi

Bentuk : Bikonveks

Komposisi Kimia : Karbonat

Umur : Ordovisium Bawah ( ± 451-500 Jt Tahun )

Ling. Pengendapan : Laut dangkal

Keterangan :
Fosil ini berasal dari Filum Brachiopoda, Kelas Artikulata, Ordo Orthida,
Famili Lycohorianidae, Genus Lycohoria, Spesies Lycohoria nucella.
Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak
mengalami penguraian. Organisme ini akan tertransportasi oleh media geologi
seperti angin, air, atau es menuju daerah cekungan. Selama mengalami
transportasi, material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material
sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen
akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan
menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu
material mengalami sementasi. Seiring dengan berjalannya waktu, material
sedimen dan organisme akan mengalami proses pembatuan (lithifikasi), sehingga
organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dialami oleh fosil ini
adalah mineralisasi. Proses ini terjadi ketika terdapat proses perubahan mineral
yang menyebabkan pergantian seluruh mineral penyusun fosil oleh mineral lain.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga
fosil tampak di permukaan
Adapun bentuk dari fosil ini adalah biconveks. Apabila ditetesi dengan
HCl 0,1 M maka fosil tidak bereaksi dengan tidak adanya buih-buih, sehingga
dapat disimpulkan bahwa fosil ini mengandung silika karena terbentuk di perairan
laut dalam. Fosil ini berumur Ordovisium Bawah (± 451 – 500 juta tahun lalu).
Fosil ini berguna sebagai penciri kehidupan terumbu karang di laut, sehingga
kehadirannya sangat membantu dalam penentu lingkungan pengendapan serta
umum batuan.
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/ TGL. : SELASA, 12 MARET 2019 NAMA : ALDION YUDA S.

ACARA : BRACHIOPODA DAN MOLUSKA NIM : D061181346

Keterangan :

1. Spire
2. Inner up
3. Outer Up
Ventral Foto 4. Apex
5. Body Whore
No.Sampel : 05

No. Praga : 1959


Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Sorbeoconela
Family : Tympanotonosidae
Genus : Tympanotonos
Spesies : Tympanotonotonos margarituceus BROCCH
Proses Pemfosilan : Permineralisasi
Bentuk : Konikal
Komposisi Mineral : Karbonatan
Umur : Miosen Bawah ( ± 16-22,5 Juta Tahun )
Lingkungan pengendapan : Laut dangkal
Keterangan :
Fosil ini berasal dari Filum Mollusca, Kelas Gastropoda, Ordo
Sorbeocondia, Famili Tympanotonosidae, Genus Tympanotonos, Spesies
Tympanotonos margaritaceus (BROCHI).
Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak
mengalami penguraian. Organisme ini akan tertransportasi oleh media geologi
seperti angin, air, atau es menuju daerah cekungan. Selama mengalami
transportasi, material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material
sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen
akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan
menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu
material mengalami sementasi. Seiring dengan berjalannya waktu, material
sedimen dan organisme akan mengalami proses pembatuan (lithifikasi), sehingga
organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dialami oleh fosil ini
adalah permineralisasi. Proses ini terjadi ketika terdapat proses perubahan
mineral yang menyebabkan pergantian sebagian mineral penyusun fosil oleh
mineral lain.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga
fosil tampak di permukaan
Adapun bentuk dari fosil ini adalah Conical. Apabila ditetesi dengan HCl
0,1 M maka fosil akan bereaksi dengan membentuk buih-buih, sehingga dapat
disimpulkan bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) karena
terbentuk di perairan laut dangkal. Fosil ini berumur Miosen Atas (± 16 – 22,5
juta tahun lalu). Fosil ini berguna sebagai penciri kehidupan terumbu karang di
laut, sehingga kehadirannya sangat membantu dalam penentu lingkungan
pengendapan serta umum batuan.
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/ TGL. : SELASA, 12 MARET 2019 NAMA : ALDION YUDA S.

ACARA : BRACHIOPODA DAN MOLUSKA NIM : D061181346

Keterangan :

1.Sulcus

2. Pedical valve

3. Brachial valve

4. Beak

Ventral Foto 5. Growth line

6. Test

7. Commisure

No.Sampel : 06

No. Praga : 904


Filum : Brachiopoda
Kelas : Artikulata
Ordo : Spiriferida
Family : Punctospiriferidae
Genus : Punctospirifer
Spesies : Punctospirifer Cf. scarabicosta NORTH
Proses Pemfosilan : Permineralisasi
Bentuk : Bikonveks
Komposisi Mineral : Karbonatan
Umur : Karbon Bawah (± 345-319 juta tahun yang lalu)
Lingkungan pengendapan : Laut dangkal
Keterangan :

Fosil ini berasal dari Filum Brachiopoda, Kelas Artikulata, Ordo


Spiriferida, Famili Punctosspirifenidae, Genus Punctosspirife, Spesies
Punctospirifer cf. scrabicosta NORTH.
Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak
mengalami penguraian. Organisme ini akan tertransportasi oleh media geologi
seperti angin, air, atau es menuju daerah cekungan. Selama mengalami
transportasi, material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material
sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen
akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan
menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu
material mengalami sementasi. Seiring dengan berjalannya waktu, material
sedimen dan organisme akan mengalami proses pembatuan (lithifikasi), sehingga
organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dialami oleh fosil ini
adalah permineralisasi. Proses ini terjadi ketika terdapat proses perubahan mineral
yang menyebabkan pergantian sebagian mineral penyusun fosil oleh mineral lain.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga
fosil tampak di permukaan
Adapun bentuk dari fosil ini adalah Biconveks, yaitu fosil yang bentuknya
menyerupai kerucut dikarenakan ukurannya yang mengecil dari atas ke bawah
ataupun sebaliknya. Apabila ditetesi dengan HCl 0,1 M maka fosil akan bereaksi
dengan membentuk buih-buih, sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini
mengandung kalsium karbonat (CaCO3) karena terbentuk di perairan laut dangkal.
Fosil ini berumur Karbon Bawah (± 252-280 juta tahun lalu).
Fosil ini berguna sebagai penciri kehidupan terumbu karang di laut,
sehingga kehadiranny sangat membantu dalam penentu lingkungan pengendapan
serta umum batuan.
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/ TGL. : SELASA, 12 MARET 2019 NAMA : ALDION YUDA S.

ACARA : BRACHIOPODA DAN MOLUSKA NIM : D061181346

Keterangan :
1. Pedical valve
2. Brachial valve
3. Test
4. Sulcus
5. Commisure
6. Beak
Ventral Foto

No.Sampel : 07

No. Praga : 256


Filum : Brachiopoda
Kelas : Artikulata
Ordo : Spiriferida
Family : Acrospiriferidae
Genus : Acrospirifer
Spesies : Acrospirifer specious (BRONN)
Proses Pemfosilan : Perminerilasi
Bentuk : Bikonveks
Komposisi Mineral : Karbonatan
Umur : Devon Tengah ( ± 370-361 Juta Tahun)
Lingkungan pengendapan : Laut dangkal
Keterangan :
Fosil ini berasal dari Filum Brachiopoda, Kelas Artikulata, Ordo
Spiriferida, Famili Acrospiriferidae, Genus Acrospirifer, Spesies Acrospirifer
speciosus (BRONN).

Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak
mengalami penguraian. Organisme ini akan tertransportasi oleh media geologi
seperti angin, air, atau es menuju daerah cekungan. Selama mengalami
transportasi, material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material
sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen
akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan
menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu
material mengalami sementasi. Seiring dengan berjalannya waktu, material
sedimen dan organisme akan mengalami proses pembatuan (lithifikasi), sehingga
organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dialami oleh fosil ini
adalah permineralisasi. Proses ini terjadi ketika terdapat proses perubahan mineral
yang menyebabkan pergantian sebagian mineral penyusun fosil oleh mineral lain.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga
fosil tampak di permukaan
Adapun bentuk dari fosil ini adalah bikonveks, yaitu fosil yang bentuknya
menyerupai tabung. Apabila ditetesi dengan HCl 0,1 M maka fosil akan bereaksi
dengan membentuk buih-buih, sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini
mengandung kalsium karbonat (CaCO3) karena terbentuk di perairan laut dangkal.
Fosil ini berumur Karbon Bawah (± 345 – 319 juta tahun lalu). Fosil ini berguna
sebagai penciri kehidupan terumbu karang di laut, sehingga kehadirannya sangat
membantu dalam penentu lingkungan pengendapan serta umum batuan.
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/ TGL. : SELASA, 12 MARET 2019 NAMA : ALDION YUDA S.

ACARA : BRACHIOPODA DAN MOLUSKA NIM : D061181346

Keterangan :
1. Pedical Valve
2. Brachial Valve
3. Beak
4. Pedical Opening
5. Test
Ventral Dorsal Foto
6. Commisure

No.Sampel : 08

No. Praga : 471


Filum : Moluska
Kelas : Pelecyphoda
Ordo :
Family : Minatothyrisidae
Genus : Minatothyris
Spesies : Minatothyris concentria
Proses Pemfosilan : Permineralisasi
Bentuk : Konikal

Komposisi Mineral : Silikaan


Umur : Devon Tengah ( ± 370-361 Juta Tahun)
Lingkungan pengendapan : Laut dalam
Keterangan :
Fosil ini berasal dari Filum Mollusca, Kelasnya itu Pelecypoda, Ordonya
itu , Famili Minatotthyrisidae, Genusnya itu Minatotthyris , dan Spesies
Minatotthyris concentrica var tumida (KAYSER).
Setelah organisme ini mati lalu terbebas dari bakteri pembusuk dan tidak
mengalami penguraian. Organisme ini akan tertransportasi oleh media geologi
seperti angin, air, atau es menuju daerah cekungan. Selama mengalami
transportasi, material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan mengalami
pergantian menjadi material yang resisten terhadap pelapukan serta material
sedimen akan ikut tertransportasi. Di daerah cekungan inilah material sedimen
akan terakumulasi. Semakin lama, material sedimen akan bertambah dan
menumpuk sehingga menyebabkan terjadinya kompaksi (pemadatan), lalu
material mengalami sementasi. Seiring dengan berjalannya waktu, material
sedimen dan organisme akan mengalami proses pembatuan (lithifikasi), sehingga
organisme tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang dialami oleh fosil ini
adalah cast. Proses ini terjadi ketika fosil tersebut mati kemudian terisi oleh
material sedimen kemudian material sedimen tersebut tertransportasi kemudian
terisi kembali oleh material sedimen.
Proses munculnya fosil ini dipengaruhi oleh tenaga endogen berupa
tektonik sehingga fosil yang berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik
di permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa air, angin, atau es, sehingga
fosil tampak di permukaan
Adapun bentuk dari fosil ini adalah biconveks, yaitu fosil yang memiliki 2
cangkang atau sisi. Apabila ditetesi dengan HCl 0,1 M maka fosil akan bereaksi
dengan membentuk buih-buih, sehingga dapat disimpulkan bahwa fosil ini
mengandung kalsium karbonat (CaCO3) karena terbentuk di perairan laut dangkal.
Fosil ini berumur Devon Atas (±360-371 juta tahun lalu). Fosil ini berguna untuk
penentuan lingkungan sedimentasi batuan yang mengandungnya.
Referensi :
1. Asisten Paleontologi. 2019. Penuntun Praktikum Paleontologi. Gowa. :
Universitas Hasanuddin
2. Anonim. 2017.Biological Library. https://www.biolib.cz/en/main/ (di
akses tanggal 15 maret pukul 22.00 wita)
3. Anonim. An Authoritative Classification and Catalogue of Marine Names.
http://www.marinespecies.org/index.php (di akses tanggal 15 maret pukul
22.00 wita)
4. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Paleontologi kelas X Semester 1. Jakarta: KEMENDIKBUD

ASISTEN PRAKTIKAN

ANDI MUHAMMAD YUSRIL ALDION YUDA SEPRIANTO

Anda mungkin juga menyukai