Anda di halaman 1dari 10

UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Fita Safitra

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI NIM : F 121 17 068
Acara 4: Phylum Coelenterata

Keterangan :
1. Test
2. Eksoderm
3. Endpderm
4. Septa
5. Calyx
6. Epiteka

No. Sampel : 01
Filum : COELENTERATA
Kelas : ANTHOZOA
Ordo : SCLERACTINIA
Family : MICRABAINIDAE
Genus : stephanophyllia
Spesies : stephanophyllia sp
Proses Pemfosilan : Pertifikasi (permineralisasi)
Bentuk : Polyp (Radial)
Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)
Umur : Miosen – Holosen (± 22.5 – 0.01 juta tahun yang lalu)
Lingkungan Pengendapan : Laut dalam ( 15 – 700 m )
Keterangan : Fosil ini merupakan spesies Stephanophyllia sp, genus
Stephanophyllia, family MICRABAINIDAE, ordo SCLERACTINIA, kelas ANTHOZOA
dan filum COELENTERATA. Ketika organisme ini mati maka organisme ini akan
terendapkan oleh sedimentasi laut dangkal sehingga mengalami proses pemfosilan. Material
yang resisten terhadapap pelapukan dan pengikisan tidak akan lapuk dan terkikis sedangkan
material yang tidak resisten akan mengalami pelapukan dan pengikisan, lama-kelamaan
material sedimen yang menimbun semakin lama semakin tebal sehingga fosil yang
tertimbun di bawahnya semakin mengalami tekanan besar pula, material resisten terhadap
tekanan akan tetap dan tidak akan tergantikan dengan material yang lain. Sedangkan
material yang tidak resisten terhadap tekanan akan tergantikan dengan material yang
lebih resisten terhadap tekanan. Pada saat yang bersamaan terjadi proses pemfosilan yaitu
pertifikasi atau pembatuan pada fosil. Fosil ini tergolong dalam Miosen – Holosen (± 22.5 –
0.01 juta tahun yang lalu) serta terdapat di laut dalam, neritic (15 ─ 700 m di bawah perumkaan
laut). Adapun bagian tubuh dari fosil ini adalah :
1. Test, merupakan bagian seluruh tubuh fosil
2. Eksoderm, merupakan bagian luar dari fosil
3. Endoderm, merupakan bagian dalam tubuh fosil
4. Septa, sekat-sekat yang memisahkan antar kamar.
5. Calyx, tubuh atau ujung batang lingkaran.
6. Epiteka, bentuk ligkaran tengah yang dibatasi oleh septum atau septa.
Kegunaan fosil ini adalah untuk menetukan umur relatif batuan sedimen. Keberadaan fosil ini
juga dapat membantu identifikasi paleoklimatologi, karena ketepatan temperatur untuk
berkembangnya organisme ini hanya terjadi pada daerah tropis-subtropis. Dan paleoceanogrfi,
terlebih pada tingkat keasaman air laut, tubuh organisme ini tersusun oleh kalsium karbonat dan
sebagian kecil silika, sehingga membutuhkan lingkungan yang sesuai untuk hidup dan
berkembang.

Referensi :
Http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=206485
Http://image.slidesharecdn.com/filum-coelenterata-160213142539/95/deskripsi-spesies-filum-
coelenterata-peleontologi-5-638.jpg?cb=1455373675
Arsip Laporan Paleontologi 2016

Catatan Asisten Paraf Asisten

Fernando Tobondo
F 121 16 097
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Fita Safitra
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK NIM : F 121 17 068
GEOLOGI
Acara 4: Phylum Coelenterata

Keterangan :
1. Test
2. Eksoderm
3. Endoderm
4. Epiteka
5. Septa
6. Calyx

No. Sampel : 03
Filum : COELENTERATA
Kelas : ANTHOZOA
Ordo : SCLERACTINIA
Family : FAVIANIDAE
Genus : favia
Spesies : favia sp
Proses Pemfosilan : Pertifikasi (permineralisasi)
Bentuk : Polyp (Radial)
Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)
Umur : Kapur - Holosen (± 141 – 0.01 juta tahun lalu)
Lingkungan Pengendapan : Laut dangkal ( 15 – 700 m )
Keterangan : Fosil ini merupakan spesies Favia sp, genus Favia, family
FAVIANIDAE, ordo SCLERACTINIA, kelas ANTHOZOA dan filum COELENTERATA.
Ketika organisme ini mati maka organisme ini akan terendapkan oleh sedimentasi laut
dangkal sehingga mengalami proses pemfosilan. Material yang resisten terhadapap pelapukan
dan pengikisan tidak akan lapuk dan terkikis sedangkan material yang tidak resisten akan
mengalami pelapukan dan pengikisan, lama-kelamaan material sedimen yang menimbun
semakin lama semakin tebal sehingga fosil yang tertimbun di bawahnya semakin
mengalami tekanan besar pula, material resisten terhadap tekanan akan tetap dan tidak akan
tergantikan dengan material yang lain. Sedangkan material yang tidak resisten terhadap
tekanan akan tergantikan dengan material yang lebih resisten terhadap tekanan. Pada saat
yang bersamaan terjadi proses pemfosilan yaitu pertifikasi atau pembatuan pada fosil.
Fosil ini tergolong dalam Kapur - Holosen (± 141 – 0.01 juta tahun lalu) serta terdapat di laut
dalam, neritic (15 ─ 700 m di bawah perumkaan laut). Adapun bagian tubuh dari fosil ini
adalah :
1. Test, merupakan bagian seluruh tubuh fosil
2. Eksoderm, merupakan bagian luar dari fosil
3. Endoderm, merupakan bagian dalam tubuh fosil
4. Septa, sekat-sekat yang memisahkan antar kamar.
5. Calyx, tubuh atau ujung batang lingkaran.
6. Epiteka, bentuk ligkaran tengah yang dibatasi oleh septum atau septa.
Kegunaan fosil ini adalah untuk menetukan umur relatif batuan sedimen. Keberadaan fosil ini
juga dapat membantu identifikasi paleoklimatologi, karena ketepatan temperatur untuk
berkembangnya organisme ini hanya terjadi pada daerah tropis-subtropis. Dan paleoceanogrfi,
terlebih pada tingkat keasaman air laut, tubuh organisme ini tersusun oleh kalsium karbonat dan
sebagian kecil silika, sehingga membutuhkan lingkungan yang sesuai untuk hidup dan berkemb

Referensi :
Http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=206485
Http://image.slidesharecdn.com/filum-coelenterata-160213142539/95/deskripsi-spesies-filum-
coelenterata-peleontologi-5-638.jpg?cb=1455373675
Arsip Laporan Paleontologi 2016
Catatan Asisten Paraf Asisten

Fernando Tobondo
F 121 16 097
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Fita Safitra
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK NIM : F 121 17 068
GEOLOGI
Acara 4: Phylum Coelenterata

Keterangan :
1. Test
2. Eksoderm
3. Endoderm
4. Aperture
5. Septa

No. Sampel : 04
Filum : COELENTERATA
Kelas : ANTHOZOA
Ordo : SCLERACTINIA
Family : POROTINIDAE
Genus : porites
Spesies : porites sp.
Proses Pemfosilan : Pertifikasi (permineralisasi)
Bentuk : Polyp (Radial)
Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)
Umur : Holosen (±0.01 juta tahun lalu)
Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal ( 0 – 200 m )
Keterangan : Fosil ini merupakan spesies porites sp., genus porites, family
POROTINIDAE, ordo SCLERACTINIA, kelas ANTHOZOA dan filum COELENTERATA.
Ketika organisme ini mati, organisme ini kemudian tertransportasi oleh air, kemudian
terndapkan dan terakumulasi pada cekungan yang relatif stabil. Material yang resisten
terhadapap pelapukan dan pengikisan tidak akan lapuk dan terkikis sedangkan material yang
tidak resisten akan mengalami pelapukan dan pengikisan, lama-kelamaan material sedimen
yang menimbun semakin lama semakin tebal sehingga fosil yang tertimbun di bawahnya
semakin mengalami tekanan besar pula, material resisten terhadap tekanan akan tetap dan tidak
akan tergantikan dengan material yang lain. Sedangkan material yang tidak resisten terhadap
tekanan akan tergantikan dengan material yang lebih resisten terhadap tekanan. Pada saat yang
bersamaan terjadi proses pemfosilan yaitu permineralisasi yang merupakan pergantian
sebagaian tubuh fosil dengan mineral lain yang lebih resisten, kemudian mengalami kompaksi
yang merupakan proses pemadatan material-material sedimen dan litifikasi merupakan proses
pembatuan menjadi batuan sedimen. Fosil ini tergolong dalam Holosen (± 0.01 juta tahun yang
lalu) serta terdapat di laut dangkal, neritic (0 ─ 200 m di bawah perumkaan laut). Adapun
bagian tubuh dari fosil ini adalah :
1. Test, merupakan bagian seluruh tubuh fosil
2. Eksoderm, merupakan bagian luar dari fosil
3. Endoderm, merupakan bagian dalam tubuh fosil
4. Aperture, merupakan tempat keluar masuknya makanan.
5. Septa, sekat-sekat yang memisahkan antar kamar.
Kegunaan fosil ini adalah untuk menuntukan formasi batuan dan menentukan umur
geologinya serta digunakan pula dalam analisis petrografi. Keberadaan fosil ini juga dapat
membantu identifikasi paleoklimatologi, karena ketepatan temperatur untuk berkembangnya
organisme ini hanya terjadi pada daerah tropis-subtropis. Dan paleoceanogrfi, terlebih pada
tingkat keasaman air laut, tubuh organisme ini tersusun oleh kalsium karbonat dan sebagian
kecil silika, sehingga membutuhkan lingkungan yang sesuai untuk hidup dan berkembang.
Keberadaan filum masa kini juga menjadi bioindikator lingkungan laut; mulai tingkat
keasaman, keberadaan organisme benthonic yang biasa menjadi polip, yang akan
mengintepretasi kesehatan lingkungan laut tersebut.

Referensi :
Http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=206485
Http://image.slidesharecdn.com/filum-coelenterata-160213142539/95/deskripsi-spesies-filum-
coelenterata-peleontologi-5-638.jpg?cb=1455373675
Arsip Laporan Paleontologi 2016

Catatan asisten Paraf Asisten

Fernando Tobondo

F 121 16 097
UNIVERSITAS TADULAKO Nama : Fita Safitra
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI NIM : F 121 17 068
Acara 4: Phylum Coelenterata

Keterangan :
1. Test
2. Eksoderm
3. Endoderm
4. Aperture
5. Septa

No. Sampel : 02
Filum : COELENTERATA
Kelas : ANTHOZOA
Ordo : SCLERACTINIA
Family : ACROPIDAE
Genus : Acropora
Spesies : Acropora cervicornis
Proses Pemfosilan : Petrifikasi (permineralisasi)
Bentuk : Polyp (radial)
Komposisi Kimia : Kalsium Karbonat (CaCO3)
Umur : Ordovisium (± 450 – 517 juta tahun yang lalu)
Lingkungan Pengendapan : Laut Dangkal ( 0 – 200 m )
Keterangan : Fosil ini merupakan spesies Acropora cervicornis, genus
Acropora, family ACROPIDAE, ordo SCLERACTINIA, kelas ANTHOZOA, dan filum
COELENTERATA. Mula-mula adalah hewan berongga yang mempunyai bentuk tubuh seperti
tabung. Bentuk tubuhnya beragam, tetapi mempunyai rongga dengan mulut yang dikelilingi
oleh tentakel. Dalam keadaan berenang. Ketika organisme ini mati, organisme ini kemudian
tertransportasi oleh air, kemudian terndapkan dan terakumulasi pada cekungan yang relatif
stabil. Material yang resisten terhadapap pelapukan dan pengikisan tidak akan lapuk dan
terkikis sedangkan material yang tidak resisten akan mengalami pelapukan dan pengikisan,
lama-kelamaan material sedimen yang menimbun semakin lama semakin tebal sehingga fosil
yang tertimbun di bawahnya semakin mengalami tekanan besar pula, material resisten terhadap
tekanan akan tetap dan tidak akan tergantikan dengan material yang lain. Sedangkan material
yang tidak resisten terhadap tekanan akan
tergantikan dengan material yang lebih resisten terhadap tekanan. Pada saat yang bersamaan
terjadi proses pemfosilan yaitu permineralisasi yang merupakan pergantian sebagaian tubuh
fosil dengan mineral lain yang lebih resisten, kemudian mengalami kompaksi yang merupakan
proses pemadatan material-material sedimen dan litifikasi merupakan proses pembatuan
menjadi batuan sedimen. Fosil ini tergolong dalam Ordovisium (± 450 ─ 517 juta tahun yang
lalu) serta terdapat di laut dangkal, neritic (0 ─ 200 m di bawah perumkaan laut)
Adapun bagian tubuh dari fosil ini adalah :
1. Test, merupakan bagian seluruh tubuh fosil
2. Eksoderm, merupakan bagian luar dari fosil
3. Endoderm, merupakan bagian dalam tubuh fosil
4. Aperture, merupakan tempat keluar masuknya makanan.
5. Septa, sekat-sekat yang memisahkan antar kamar.
Kegunaan fosil ini adalah menjadi salah satu fokus para geologist untuk menemukan
sumber minyak bumi, karena habitat tempat kelompok organisme ini hidup merupakan
ekosistem untuk organisme laut lainnya, sehingga amat memungkinkan bila endapan jasad
renik biocoenose terendapkan bersama dengan fosil ini. Keberadaan fosil ini juga dapat
membantu identifikasi paleoklimatologi, karena ketepatan temperatur untuk berkembangnya
organisme ini hanya terjadi pada daerah tropis-subtropis. Dan paleoceanogrfi, terlebih pada
tingkat keasaman air laut, tubuh organisme ini tersusun oleh kalsium karbonat dan sebagian
kecil silika, sehingga membutuhkan lingkungan yang sesuai untuk hidup dan berkembang.
Keberadaan filum masa kini juga menjadi bioindikator lingkungan laut; mulai tingkat
keasaman, keberadaan organisme benthonic yang biasa menjadi polip, yang akan
mengintepretasi kesehatan lingkungan laut tersebut
Referensi :
Http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=206485
Http://image.slidesharecdn.com/filum-coelenterata-160213142539/95/deskripsi-spesies-filum-
coelenterata-peleontologi-5-638.jpg?cb=1455373675
Arsip Laporan Paleontologi 2016

Catatan Asisten Paraf Asisten

Fernando Tobondo
F 121 16 097

Anda mungkin juga menyukai