Anda di halaman 1dari 21

Tugas Evolusi

EVOLUSI VERTEBRATA

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

IRDA LOVITA (150207009)

Dosen Pembimbing: Kamaliah, M.Si

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2019/2020
A. Pengertian Evolusi Hewan
Evolusi adalah merupakan kata yang berasal dari bahasa latin yang artinya
membuka gulungan atau membuka lapisan. Kemudian bahasa itu diserap menjadi
bahasa inggris evolution yang berarti perkembangan secara bertahap. Pada teori
evolusi berpendapat bahwa terjadi perubahan pada makluk hidup menyimpang
dari struktur awal dalam jumlah yang banyak beraneka ragam dan kemudian
menyebabkan terjadinya dua kemungkinan. Yang pertama adalah makhluk hidup
yang berubah akan mampu bertahan dan tidak punah atau disebut juga dengan
istilah evolusi progresif. Sedangkan kemungkinan atau opsi yang kedua adalah
mahluk hidup yang berubah atau berevolusi tadi gagal bertahan hidup dan
akhirnya punah atau disebut dengan evolusi regresif.
Evolusi yang terjadi pada hewan vertebrata dan hewan invertebrata terjadi
melalui proses yang sangat panjang dan membutuhkan waktu yang lama,
perubahan dari struktur tubuh baik bentuk anatomi dan morfologi sangat
berpengaruh sebagai bentuk evolusi yang di hasilkan. Salah satu bentuk evolusi
yang terjadi yaitu yang diduga hewan yang berkembang di laut, kemudian
menurunkan jenis-jenis hewan dan tumbuhan air yang hidup dan berkembang biak
di dalam air. Karena adanya kompetisi, organisme itu ada yang mencoba hidup ke
darat. Setelah hidup di darat terjadi kompetisi dalam memperebutkan makanan
dan tempat hidup. Beberapa spesies diduga berusaha kembali ke air. Dalam upaya
kembali ke air itu ada yang behasil, ada pula yang tidak berhasil. Contohnya yang
berhasil adalah lumba-lumba, paus, yang sepenuhnya hidup di air. Sedangkan
yang tidak berhasil misalkan buaya.
Cara evolusi ini merupakan sebuah kompetisi yang dihasilkan dari masing-
masing spesies yang hidup saat dalam kondisi yang tidak memungkinkannya
untuk tetap tinggal pada daerah tersebut sehingga menyebabkan perpindahan
tempat untuk menghadapi seleksi alam dan terseleksi oleh alam.

B. Evolusi Invertebrata Hingga Protovertebrata


Pengetahuan tentang invertebrata seperti diungkapkan oleh fosil telah
berkembang pesat selama beberapa dekade terakhir, tetapi ada banyak yang masih
harus ditemukan. Protovertebrata merupakan nenek moyang dari kelas vertebrata
ataupun dinamakan dengan leluhur dari hewan jenis vertebrata. Leluhur vertebrata
(protovertebrata) telah dicari selama lebih dari 100 tahun, dan kemungkinan
menemukannya hari ini tidak jauh lebih besar daripada di masa lalu. Hal ini dapat
diasumsikan bahwa protovertebrata itu kecil dan bertubuh lunak.
Menurut Campbell (2003), para ahli palaentologi telah menemukan fosil
invertebrata yang menyerupai cephalochordate di Kanada. Fosil tersebut
diperkirakan berusia 545 juta tahun, atau sekitar 50 juta tahuan lebih tua
dibandingkan dengan vertebrata tertua yang telah diketahui. Banyak ahli biologi
berpendapat bahwa nenek moyang vertebrata adalah hewan yang makan dengan
mengambil suspensi, mirip dengan cephalochordate, dan memiliki keempat ciri
dasar chordata yaitu notokord, tali saraf dorsal berlubang, celah faring, dan ekor
pascaanus yang berotot. Chordata dan vertebrata mungkin telah berevolusi dari
leluhur sesil yang sama. Perubahan gen yang mengontrol perkembangan dapat
mengubah waktu terjadinya perkembangan, seperti pematangan gonad. Perubahan
ini menyebabkan gonad matang pada fase larva sebelum metamorfosis. Jika
kondisi ini benar, maka perubahan tersebut menyebabkan hilangnya tahapan
metamorfosis.
Vertebrata masih mempertahankan karakteristik chordata primitif tetapi
memiliki spesialisasi tambahan, yaitu ciri-ciri yang diturunkan dan dimiliki
bersama yang membedakannya dari chordata invertebrata. Umumnya ciri-ciri
tersebut terkait erat dengan ukuran besar dan gaya hidup yang aktif. Menurut
Campbell (2003), subfillum vertebrata memiliki empat karakteristik khas yaitu
pial neural (neural crest), sefalisasi (chephalization) yang nyata, tulang punggung,
dan system sirkulasi tertutup.

C. Pola Dan Struktur Tubuh Vertebrata


Phylum Chordata merupakan hewan yang mempunyai chorda atau
notokhorda sebagai rangka poros. Phylum Chordata ini dikelompokkan menjadi
4 subphylum, yaitu Hemichordata, Urochordata, Cephalochordata, dan
Vertebrata. Vertebrata merupakan subphylum yang mempunyai chorda hanya
pada masa embrional saja dan hilang setelah dewasa karena tumbuh sebagai
skelet sumbu.
Pada hewan tingkat tinggi dalam pertumbuhannya hingga dewasa chorda ini
digantikan oleh tulang rawan atau tulang pada ruas-ruas tulang belakang
(vertebrae). Oleh karenanya, hewan-hewan ini mempunyai ruas-ruas tulang
belakang sebagai skelet sumbu untuk menyokong tubuhnya. Vertebrata juga
disebut craniata karena hewan-hewan ini mempunyai kranium atau tengkorak
untuk melindungi organ otak. Pada perkembangannya vertebrata mempunyai
otak yang terbagi-bagi menjadi beberapa ruang sebagai pengontrol dan
koordinasi terhadap gerak batas saraf.
Vertebrata yang dicirikan mempunyai tulang belakang, tetapi hanya
beberapa yang mempunyai tulang belakang dengan bentuk tidak sempurna. Oleh
karena itu, vertebrata awal masih diragukan memiliki tulang belakang. Pada
hewan ini diyakini mempunyai kelenjar hipofise (letaknya di dekat otak) dan
tiroid. Hewan-hewan vertebrata pada umumnya mempunyai kelenjar pencernaan
tambahan yang dikenal dengan hati, tetapi hati pada vertebrata tidak homolog
dengan kelenjar pencernaan pada hewan chordata lainnya.
Seperti subphylum yang lain dari chordata vertebrata, mempunyai pharynx
yang berlubang-lubang, tetapi strukturnya masih sederhana dan berfungsi untuk
pernapasan yang merupakan ciri utama dari vertebrata. Phylum Chordata masih
berkerabat dekat dengan echinodermata, dengan didukung data biokimia dan
imunologi. Banyak konsep ahli Zoologi yang mendukung hal ini, antara lain St.
Hiloire (Prancis), Patter (Amerika), serta Balfour (Skotlandia) dan Gegenbour
(Jerman). Larvanya yang bilateral simetri menyerupai larva chordata sederhana.
Dalam perubahan lebih lanjut vertebrata berkerabat dekat dengan
cephalochordata (contoh: Amphioxus). Beberapa peneliti yang percaya tentang
evolusi berpendapat bahwa mungkin Amphioxus merupakan keturunan dari
nenek moyang vertebrata. Tetapi penekanannya pada struktur larva dan embrio
pada vertebrata, pola pembelahan sel blastoporus dan asal-usul mesoderm serta
rongga tubuh, hanya pada larva urochordata menyerupai chordata lainnya.
Kekerabatan yang dianut dan dikembangkan menurut pola perkembangan
larva dan bukan dari hewan dewasanya, merupakan pendekatan evolusi semacam
ini disebut pedogenesis.
Hewan vertebrata tidak mengikuti pola apapun dari pola hewan-hewan
yang sudah diketahui, baik pada hewan yang masih hidup maupun yang sudah
punah. Masing-masing subphylum berpencar asal-usulnya sekitar 600 juta tahun
yang silam, yaitu awal kambrium dan hanya beberapa sifat yang sama
berkembang sesuai kelompok.
Tata urutan taksa ditentukan bagi setiap hewan dari golongan yang paling
tinggi sampai golongan yang paling rendah, yaitu phylum, kelas, ordo, famili,
genus, dan spesies. Setiap hewan dapat dibedakan dari yang lainnya dengan
menggunakan penggolongan ini.
Penentuan derajat kekerabatan memerlukan kelompok hewan pada tingkat
hierarki tertentu. Spesies bukan suatu spesimen (contoh hewan) yang
dipergunakan untuk kriteria morfologi, tetapi sebagai dasar kekerabatan dari
anggota-anggota yang dapat berbiak silang. Spesies mempunyai dimensi waktu
karena ada beberapa ilmuwan menduga beberapa abad kemudian spesies lama
dapat berubah menjadi species baru.
Hewan-hewan dari satu species, satu genus atau satu famili mempunyai
suatu kesamaan dalam kemampuan beradaptasi. Hewan-hewan dari suatu takson
di atas tingkatan famili menunjukkan pola struktur dasar sama, seperti berkaki
empat, berbulu, memiliki amnion (bungkus embrio), serta susunan gigi.
Pengklasifikasian Vertebrata didasarkan, antara lain:
1. hewan-hewan yang digolongkan pada salah satu
kategori/kelompok tertinggi (misal: kelas) relatif sedikit mempunyai
sifat kesamaan; sebaliknya kelompok hewan yang bersama-sama dalam
satu kategori yang rendah (misal: genus) relatif banyak memiliki sifat
yang sama.
2. semua kategori yang lebih kecil di dalam kelompok yang lebih besar
berasal dari nenek moyang yang sama.
3. setiap takson besar cenderung lebih tua dalam asal-usulnya dari pada
rata- rata umur taksa yang lebih kecil.
4. takson yang relatif primitif telah didaftar lebih dulu dari urut-urutan
serupa yang dinilai lebih maju. Setiap kelompok hewan selalu
ditempatkan berdampingan dengan kerabat dekatnya berdasarkan ciri-
ciri tertentu. Ini suatu pertanda bahwa mungkin hubungan
kekerabatannya berdekatan pula. Jadi, amphibia berkerabat dekat dengan
ikan berangka tulang dalam klasifikasinya, dari pada placodermata atau
chondrichthyes yang dipisahkan oleh beberapa kelas lain.
Pada pengklasifikasian menyatakan ikan-ikan bertulang rawan berasal dari
placodermi, tetapi dalam sejarahnya tidak dapat dijelaskan ikan-ikan bertulang
rawan tersebut berkembang dari placodermi. Mamalia tidak dikembangkan dari
Aves, tetapi pada kesimpulan kedudukan relatif kelas mamalia dan aves diduga
dikembangkan dari reptilia.

Sumber : Weichert (1984)

Gambar: Garis Besar Pendugaan Evolusi


Vertebrata dalam Hubungannya dengan Umur
Zaman Geolog
D. Hubungan Pisces dengan Tetrapoda
Infrakelas Dipnoi merupakan ikan berparu dan merupakan ikan air tawar
dengan lubang hidung khusus yang menghubungkan rongga hidung dengan
rongga mulut. Paru-paru yang fungsional dan sistem sirkulasi darah yang
sudah maju daripada kelompok ikan pada kelasnya. Sirip-sirip berpasangan
mempunyai tonjolan berdaging dan persendian dengan rangka sumbu.
Sistem sirkulasi dan respirasi ikan berparu-paru yang dalam waktu
hampir sama dianggap menjadi maju untuk ikan dan tetrapoda primitif.
Variasi sifat- sifat yang terdapat pada ikan paru-paru difusi lebih lanjut
menimbulkan dugaan oleh sebagian ilmuwan pro evolusi bahwa mereka
dianggap sebagai nenek moyang tetrapoda.
Infrakelas Crossopterygii nenek moyangnya mempunyai khoane
(lubang hidung dalam) demikian pula paru-paru yang fungsional dan
peredaran darah yang sudah maju, tetapi menyerupai amphibia awal, pola
tulang tengkorak, dan struktur dalamnya kompleks. Struktur sirip
menunjukkan lebih dekat kepada kaki tetrapoda. Crossopterygii ini dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu Coelaranthii dan Rhipidistia. Rhipidistia ini
menjadi nenek moyang amphibia.
Tetrapoda adalah nenek moyang vertebrata yang menghuni daratan. Di
luar lingkungan air, tubuh tidak ramping lagi, leher menjadi lebih berguna
sehingga kepala dapat berputar untuk mencari makanan dan penglihatan tanpa
bergerak berjalan. Anggota gerak diganti oleh tangan dan kaki yang disokong
oleh gelang bahu dan gelang panggul. Mata, telinga, dan hidung dapat
berfungsi di udara.
Perkembangan telur semula disokong oleh lingkungan air untuk
metabolisme. Pada tetrapoda mempunyai cangkang dan selaput janin untuk
melindungi dari kekeringan dan kerusakan mekanik. Demikian pula struktur
lain perlu mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan kehidupan di
darat termasuk perubahan fisiologis. Oleh karena itu, tetrapoda pertama, yaitu
amphibia tidak menyempurnakan perubahan-perubahan itu.
E. Struktur Filogeni Dan Ontogeni Vertebrata
Filogeni adalah pertumbuhan suatu hewan yang diduga mungkin secara
evolusioner ditinjau mulai dari hewan tingkat rendah sampai pada hewan
tingkat tinggi berdasarkan ciri-ciri tertentu. Ontogeni adalah pertumbuhan
filogeni yang dipersingkat, yaitu dimulai dari telur yang dibuahi sampai hewan
itu mati karena tua.
Perkembangan awal dari hewan tingkat tinggi termasuk vertebrata
dimulai dari telur yang dibuahi oleh spermatozoa yang disebut dengan zigot.
Kemudian, mengalami proses pembelahan sampai tahap blastula dan
dilengkapi rongga yang disebut blastocoel. Dilanjutkan dengan tahap gastrula
serta mengalami pelipatan membentuk lapisan-lapisan lembaga, yaitu lapisan
terluar disebut ektoderm, lapisan dalam yang disebut entoderm atau endoderm
dan lapisan tengah antara ektoderm dengan endoderm yang disebut
mesoderm. Perkembangannya kemudian dilanjutkan pada proses diferensiasi
membentuk organ-organ dan struktur tubuh yang mendekati bentuk induknya
yang disebut embrio.
Pada perkembangannya kulit vertebrata terdiri atas 2 lapisan, yaitu
epidermis pada bagian terluar dan dermis pada bagian dalam. Lapisan
epidermis yang paling luar pada vertebrata sangat bervariasi sesuai dengan
jenis hewannya, yaitu mempunyai kelenjar mukus dan kelenjar proteinaseus.
Kelenjar mukus menghasilkan lendir atau menghasilkan cahaya atau disebut
fotofor. Kelenjar proteinaseus dapat menghasilkan bisa/racun atau substansi
dari reaksi adanya bahaya. Hasil utama pada lapisan ini merupakan materi/zat
keratin sebagai unsur utama bulu, rambut, kuku, sisik, dan tanduk. Dermis
umumnya lebih tebal dari epidermis, sel-sel relatif lebih sedikit, dan serabut
seperti jala serta serabut-serabut otot polos. Pigmen warna kulit sebagian besar
terdapat pada epidermis, antara lain melanin, khromatofor, dan xantofor.
Rangka dapat dibedakan menjadi eksosceleton (rangka luar) dan
endosceleton (rangka dalam). Eksosceleton dapat dijumpai pada vertebrata,
yaitu pada hewan golongan ikan sebagai sisik-sisik.
Pada reptilia, yaitu chelonia (kura-kura) tubuh bagian dorsal ditutup oleh
lamina tulang yang disebut carapax dan bagian ventral tubuh ditutup oleh
lamina tulang yang disebut plastron. Pada umumnya, tubuh ditutup oleh
lamina dari materi tanduk pada reptil dan bangsa burung pada bagian kaki,
sedangkan endoskeleton berupa vertebrae, gelang bahu, gelang panggul,
tengkorak, dan anggota tubuh.
Pada otot ikan terdiri atas otot epaxial dan hepaxial, sedang pada
vertebrata yang lain adalah otot ventral dan dorsal, serta otot dari anggota
tubuh yang lain. Organ pencernaan berkembang dari lapisan endoderm pada
masa embrional. Rongga coelom secara umum terdiri atas kerongkongan,
lambung, usus, colon sampai anus, dan kelenjar pencernaan.
Organ-organ respirasi dapat dibedakan antara hewan yang hidup di air
dan di darat, serta hewan yang hidup di dua alam (amphibia), serta modifikasi
untuk hewan yang terbang berupa kantung udara untuk cadangan. Pada organ-
organ peredaran darah terdapat adanya perkembangan jantung dari jantung
ikan sampai jantung mamalia. Perkembangan yang menentukan adanya
peredaran darah terbuka dan peredaran darah tertutup.
Pada organ-organ pelepasan dan reproduksi hewan vertebrata yang
dimulai dari terbentuknya pronefros pada masa embrio yang kemudian pada
masa dewasa sudah berkembang menjadi ginjal yang berfungsi sebagai organ
pelepasan dan gonad untuk organ reproduksi. Sistem ekskresi/pelepasan
berupa sisa metabolisme yang dikeluarkan melalui ginjal. Ginjal adalah
tempat terjadinya filtrasi dan absorpsi.
Pada organ-organ reproduksi baik jantan maupun betina terdapat
spesialisasi dari masing-masing organ penyusunnya. Pada hewan jantan berupa
testis dengan asesori-nya hingga organ kopulasi berupa batang penis.
Demikian pula dengan hewan betina dari ovarium hingga vagina.
Perkembangan sistem koordinasi pada tubuh hewan merupakan
diferensiasi dari jaringan ektodermal pada masa embrional, dimulai dari
lempeng saraf, lipatan saraf, bumbung saraf hingga krista saraf. Di mana
terbentuknya otot hingga tali-tali saraf sepanjang tulang belakang. Sistem
koordinasi ini tidak lepas dari organ-organ indra, antara lain peraba, perasa,
penciuman, penglihatan, pendengaran, serta pembau.
1. Amfibi

Amfibia merupakan perintis verebrata daratan. Paru-paru dan


tulang anggota tubuh yang mereka warisi dari moyang krosopterigia,
memberikan sarana untuk lokomosi dan bernapas di udara. Atrium kedua
dalam jantung memungkinkan darah yang mengandung oksigen langsung
kembali ke dalamnya untuk dipompa kembali ke seluruh badan dengan
tekanan yang penuh. Sementara pencampuran darah yang kaya oksigen
dengan darah yang miskin oksigen terjadi dalam dalam ventrikel tunggal,
jantung yang beruang 3 memberikan peningkatan yang berarti dalam
efisiensi peredaran dan dengan demikian meningkatkan kemampuan untuk
mengatasi lingkungan daratan yang keras dan lebih banyak berubah-ubah.
Amfibia telah mengembangkan telinga sederhana dari struktur
yang diwarisinya dari moyang mereka. Spirakel tertutup dengan membran
yang berfungsi sebagai gendang telinga dan tulang rahang yan tidak
terpakai lagi (berasal dari lengkung insang agnatha) berguna untuk
meneruskan getaran dari membran ini ke telinga dalam. Amfibia yang
paling awal adalah Diplovertebron, panjangnya ±60 cm. Beberapa contoh
fosil berukuran ±2,5 cm. Amfibia ini hanya berjaya selama zaman Karbon.
Bumi ditutupi oleh rawa yang luas, kehidupan tumbuhan yang berlimpah,
dan terdapat banyak insekta untuk di makan oleh amfibia. Zaman ini
sering disebut zaman Amphiba. Zaman ini diikuti oleh suatu periode
(Permian) ketika bumi menjadi lebih dingin dan lebih kering. Penurunan
kejayaan amfibi terjadi yang berlangsung terus sampai sekarang. Pada
waktu ini hanya tertinggal tiga ordo ialah : (1) katak dan bangkong (ordo
Anura), (2) Salamander dan kadal air (newt) (ordo Urodela), (3) Sesilia
(ordo Apoda), yang merupakan hewan seperti cacing dan tanpa kaki.
Karena tidak mempunyai kulit dan telur yang kedap air, maka tak ada satu
amfibia pun yang dapat menyesuaikan sepenuhnya dengan keadaan
daratan.

2. Reptilia

Gambar:Evolusi Reptil
Reptilia adalah hewan pertama yang benar-benar hewan daratan.
Reptilia berkembang dari amfibia pada zaman Karbon. Kelebihan reptilia
yang paling awal “Kotiloaurus” terhadap amfibi adalah :
 Perkembangan telur yang bercangkang dan berisi kuning
telur (yolk) yang dapat diletakkan di tanah tanpa
kemungkinan menjadi kering.
 Cangkang kedap air dan kedap terhadap sperma, sehingga
perkembangan telur yang bercangkang terjadi bersamaan
dengan perkembangan fertilisasi internal.
 Embrio dilindungi oleh cairan yang terdapat dalam amnion,
mendapat makanan dari kantong kuning telur (yolk),
bernapas melalui korion dan alantois, dan menyimpan
limbah metabolisme di dalam kantong yang dibentuk oleh
alantois.
Reptilia paling awal, yang kakinya pendek menjulur ke samping
tubuh, menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam air dan hanya
bertelur di darat sehingga mudah disembunyikan dari mangsa. Seiring
semakin keringnya zaman Permian, modifikasi lain untuk hidup di daratan
kering berevolusi. Perkembangan kulit kering memungkinkan mereka
untuk meninggalkan air dengan aman. Tetapi kulit kering tidak dapat
digunakan untuk respirasi. Penyempurnaan paru-paru dikembangkan
dengan pembesaran rongga rusuk. Sekat ventrikel mengurangi
pencampuran darah yang mengandung oksigen dengan darah yang kurang
oksigen sehingga memungkinkan efisiensi peredaran darah. Kotilosaurus
mengalami radiasi adaptif dan menghasilkan lima garis keturunan yang
utama, yaitu:
 Pelikosaurus, menghabiskan sebagian besar hidupnya
dalam air dengan kaki yang berada di bawah sehingga
memungkinkan untuk berlari lebih cepat dan lebih ringan di
darat. Dari pelicosaurus inilah berevolusi sekelompok reptil
di darat yaitu terapsida. Pada awal zaman Mesozoikum
terapsida merupakan reptilia yang paling banyak
jumlahnya, tapi mereka segera dilampaui oleh kelompok
lain. Namun, hal tersebut hanya bersifat sementara (± 100
juta tahun), karena keturunan terapsida yaitu mamalia, pada
akhirnya menguasai bumi ini.

 Penyu (Ordo Chelonia), dari asal-usulnya dalam era


Mesozoikum awal sampai sekarang, sebagian besar penyu
hidup di air tawar atau di lautan. Meskipun habitatnya
demikian, mereka tidak meninggalkan warisan adaptasi
darat mereka. Mereka bernapas dengan paru-paru dan
meletakkan telur bercangkangnya di darat. Penyu air tawar
merayap ke darat untuk membuat lubang dalam pasir atau
tanah untuk bertelur. Meskipun tidak punah, penyu
merupakan kelompok yang paling menonjol, karena masih
ada setelah berada di bumi selama 200 juta tahun, dimana
sebagian besar reptilia sezamannya telah punah.

 Plesisaurus dan Iktiosaurus, merupakan anggota kedua


garis keturunan reptilia laut yang berkembang dalam
periode Jura tetapi punah pada akhir zaman Mesozoikum.
Mereka pemakan ikan, hal ini sesuai dengan kehidupan di
laut. Namun kenyataanya, anggota tubuh yang menyelip di
sirip sangat sesuai untuk lokomosi di darat sehingga
iktiosaurus mempertahankan telur di dalam tubuh induk
dan tidak bertelur di darat. Anak yang dilahirkan hidup dan
aktif, seperti halnya ikan hiu berenang.

 Diapsida, merupakan garis keturunan kelima dari


iktiosaurus. Disebut diapsida karena mempunyai struktur
tulang lengkung ganda yang khas di daerah temporal
tengkorak. Diapsida mempunyai adaptasi fisiologis yang
penting untuk hidup di darat yang tidak terdapat pada
kelompok lain, yaitu kemampuan untuk mengubah limbah
nitrogen menjadi asam urat yang hampir tidak dapat larut.
Asam urat keluar sebagai pasta putih bersama feses.
Kemampuan kelompok ini dan keturunannya
mengekresikan limbah nitrogen sehingga membebaskan
mereka hampir seluruhnya dari ketergantungan pada air
minum.
Evolusi kelompok reptilia ini diikuti beberapa cabang yang
menghasilkan kadal dan ular (Ordo Squamata) dan sekelompok reptilia
mirip kadal yang keturunannya masih ada (tetapi langkah) yaitu di
Selandia Baru.
Kadal masa kini pertama kali timbul di periode Jura, merupakan
penghuni penting gurun pasir dan hutan daerah panas. Satu kelompok
kadal periode Kreta menjadi hewan meliang. Kaki-kaki hewan ini
akhirnya lenyap dan dengan demikian terjadilah ular (sisa kaki belakang
masih dapat ditemukan pada Boa dan Piton. Meskipun ular dapat bertahan
hidup di daerah iklim sedang (temperate) dengan cara hibernasi selama
musim dingin, tetapi mereka juga berhasil di daerah tropis dan subtropis.
Tekodon merupakan cabang kedua dari reptilia darat yang
mengeksresikan asam urat. Hewan ini dapat berlari cepat di daratan dan
menggunakan ekor yang panjang untuk keseimbangan. Fosil dari tekodon
tingkat tinggi menunjukkan adanya penutup insulasi tubuh dan suatu
histologi tulang yang menandakan bahwa hewan-hewan ini dapat
mempertahankan suhu tubuh yang relatif tinggi dan teratur baik. Hal ini
digabung dengan kecepatan dan toleransi terhadap keadaan gersang.
Lima ordo reptilia telah berevolusi dari tekodon. Anggota dari
radiasi adaptif yang luar biasa ini sering disebut reptilia yang berkuasa
karena mereka mendominasi seluruh tanah dan udara selama sisa era
Mesozoikum.
Buaya dan aligator (ordo Crocodilia) meninggalkan lokomosi
dengan dua kaki dari moyang tekodonnya tetapi mempertahankan kaki
belakang yang besar. Hewan ini dapat bergerak cepat dengan mengangkat
seluruh badannya di atas tanah. Hewan ini merupakan satu-satunya
keturunan reptilia tekodon yang tidak pernah punah.
Pada akhir periode Trias, muncul 2 ordo dari dinosaurus yang
masing-masing mengalami radiasi adaptif yang luar biasa. Selama sisa era
Mesozoikum bumi dihuni oleh dinosaurus dar berbagai gambaran, ukuran
dan bentuk. Penemuan dan pemasangan fosil dinosaurus merupakan
cabang paleontologi yang palin aktif selama bertahun-tahun. Bila kita
melihat kerangka yang elah direkontruksi dari hewan seperti
Tyrannosaurus (panjang 14,5 m dan tinggi 5,8 m) dan Brachiosaurus
(bobot mendekati 90 ton). Meskipun yang mewakili hanya 2 dari 15 ordo
reptilia yang ada pada waktu itu, dinosaurus saja sudah membuktikan
bahwa era Mesozoikum sebagai “Zaman Reptilia”.
Dua kelompok Mesozoikum tersebut menjadi reptilia terbang. Cara
berjalan dengan dua kaki dari tekodon telah membebaskan kaki depan
untuk digunakan sebagai sayap. Mulanya sayap ini digunakan untuk
meluncur tetapi kemudian digunakan untuk terbang lama. Salah satu dari
kelompok ini yaitu Pterosaurus, yang menguasai selama sebagian besar era
Mesozoikum. Pteranodon dengan rentangan sayap 8,2 m diduga
merupakan anggota terbesar dari ordo tersebut. Kemudian pada awal tahun
1970, fosil dari seekor pterosaurus dengan rentangan sayap 15,5 m
ditemukan di Big Bend National Park di Texas. Kelompok kedua reptilia
terbang merupakan moyang burung-burung sekarang
3. Aves

Kelompok reptilia kedua yang mengudara mengembangkan suatu


modifikasi yang tidak terdapat pada pterosaurus yaitu bulu. Pertumbuhan
bulu ini memberi permukaan bagi sayap yang luas, ringan tetapi kuat.
Bulu ini juga memberikan insulasi (penutup hangat) bagi tubuh, sehingga
membuatnya lebih kecil namun dapat mempertahankan suhu tubuh yang
relatif tinggi dan tetap meskipun di daratan beriklim dingin. Bulu menjadi
penciri utama munculnya burung pertama.

Gambar 2. Fosil Archeopteryx


Penemuan fosil Archeopteryx dalam batuan zaman Jura merupakan
salah satu contoh yang terbaik dari “mata rantai yang hilang”. Hewan ini
mempunyai bulu, dengan demikian kita menyebutnya burung. Tetapi
hubungannya dengan reptilia jelas. Sayap yang agak rudimeter
mempunyai cakar, dalam mulut terdapat gigi dan mempunyai ekor yang
panjang. Ciri-ciri reptilia ini tidak ditemui lagi pada burung-burung yang
masih hidup.
Meskipun hewan ini pada akhir zaman Mesozoikum sudah mantap,
tetapi pada zaman Cenozoikum burung-burung ini mengalami radiasi
adaptif yang luas. Jumlah spesies yang besar dan distribusinya yang luas
membuktikan keberhasilan mereka.. Struktur dan fisiologi burung
diadaptasikan untuk penerbangan yang efisien, yaitu Sayap menjadi paling
utama, memungkinkan burung terbang jarak jauh untuk mencari makanan
yang cocok dan berlimpah dan meloloskan diri dari pemangsa. yang
efisien harus ringan dan kuat.
Keringanan tubuh burung diperoleh dari bulu, tulang-tulang yang
berongga dan gonad tunggal (pada betina) yang membesar dan aktif hanya
selama musim kawin. Hilangnya gigi mengurangi berat kepala. Fungsi
gigi ini dilaksanakan oleh empedal. Kekuatan dicapai dengan otot dada
besar yang terpaut pada tulang dada yang sangat membesar.
Mempunyai jantung beruang 4 dan efisiensinya memungkinkan
perkembangan suhu tubuh yang tetap (homeotermi). Homeotermi juga
memungkinkan laju metabolisme yang tinggi pada semua suhu
lingkungan. Burung dapat tetap aktif dalam cuaca dingin. Laju
metabolisme yang tinggi mencerminkan pelepasan energi yang cepat
untuk terbang.

4. Mamalia
Mamalia pertama timbul pada akhir zaman Trias dari moyang
terapsida. Mereka merupakan hewan kecil yang sangat aktif yang
makanannya terutama terdiri atas insekta. Kemampuan yang aktif ini
berhubungan dengan kemampuannya untuk memelihara suhu tubuh yang
tetap (homeotermi). Hal ini berkaitan dengan perkembangan jantung
beruang 4 dan pemisahan sempurna dari peredaran darah oksigen dan
sistemik. Konservasi panas tubuh dimungkinkan dengan perkembangan
rambut. Sementara mamalia yang paling awal bertelur seperti moyang
reptilia, anaknya setelah menetas diberi makan dengan susu yang
disekresikan oleh kelenjar dalam kulit induknya.
Berlawanan dengan moyang reptilia, gigi mamalia mengalami
spesialisasi untuk memotong (gigi seri), menyobek (gigi taring), dan
menggiling (geraham) makanannya. Bahan kelabu serebrum, yang ditutupi
oleh bahan puti pada reptilia, tumbuh keluar diatas permukaan otak.
Modifikasi ini mempunyai akibat yang jauh. Evolusi mamalia yang paling
awal berlangsung mulai beberapa jalur yang berbeda. Dari kelompok
tersebut hanya tiga yang sampai sekarang masih hidup, yaitu:
1) Monotremata, mamalia bertelur (Subkelas Prototheria)
2) Marsupialia, mamalia berkantung (Subkelas Metatheria)
3) Mamalia berplasenta (Subkelas Eutheria)
Masing–masing dibedakan dari cara merawat anak selama masa
perkembangan embrio. Monotremata tetap bertelur seperti moyang
terapsidanya. Platipus paruh bebek dan pemakan semut berduri (ekidna)
merupakan satu-satunya monotremata yang ada di bumi sekarang. Pada
marsupialia anak ditahan untuk jangka waktu yang pendek di dalam
saluran reproduksi induk. Selama waktu yang pendek ini, makanan
diperoleh dari kantung kuning telur yang tumbuh di dalam uterus. Tetapi
anak itu dilahirkan pada tahap perkembangan yang sangat awal. Kemudian
merayap ke dalam kantung yang terdapat di perut induknya dan
melekatkan diri pada puting yang mengeluarkan air susu. Di sini
perkembangan diselesaikan. Marsupialia yang paling awal mungkin mirip
dengan oposum. Pada bulan maret 1982 ditemukan sisa-sisa fosil
marsupialia Polydolops sebesar 25 cm di pulau Seymouz (ujung utara
Tanjung Antartika).
Mamalia berplasenta mempertahankan anaknya di dalam uterus
induk sampai berkembang dengan baik. Kuning telur hanya sedikit di
dalam telur, tetapi membran extra embrionik itu membentuk tal pusar dan
plasenta sehingga anak yang sedang bertumbuh mendapat makanannya
langsung dari induknya.Selama kira-kira 70 juta tahun dalam era
Mesozoikum mamalia berplasenta hanya diwakili oleh satu ordo. Akan
tetapi, pada akhir epoh kedua, Eosin, dari era Cenozoikum, mamalia ini
telah beradiasi menjadi paling sedikit 14 ordo yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai