• SKRT 1995 Persentase ibu hamil dengan anemia 51,3 %
Adaptasi Tubuh terhadap Anemia
• Peningkatan cardiac output, terutama dengan
peningkatan frekuensi denyut jantung • Vasodilatasi akibat hipoksia dengan penurunan resistensi vaskuler • Peningkatan perfusi jaringan • Redistribusi darah • Peningkatan volume respirasi • Peningkatan gradient oksigen arteriovenosa • Pelepasan eritropoietin Gejala • Kelelahan, kelemahan • Simptom kardiovaskular (contohnya palpitasi) • Pucat pada kulit dan mukosa • Takikardia dan hipotensi • Hipertrofi jantung (pada kasus kronik) Akibat Anemia pada Kehamilan • Abortus • Persalinan preterm • Partus lama karena inersia uteri • Perdarahan postpartum karena atonia uteri • Syok • Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum • Dekompensasio kordis (dapat terjadi pada anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4 g/dl) • Kematian mudigah • Kematian perinatal • Prematuritas • Cadangan besi kurang pada janin Klasifikasi Anemia Berdasarkan Etiologi • Anemia akibat perdarahan • Anemia akibat penurunan atau inefektivitas eritropoesis – Anemia defisiensi (besi atau asam folat) – Penyakit ginjal – Kelainan sumsum tulang • Anemia akibat penghancuran eritrosit dan hemolisis – Hemoglobinopati Anemia Defisiensi Besi Patogenesis • Total besi ↓ penurunan cadangan besi pada hepatosit dan makrofag hati, limpa dan sumsum tulang belakang
• Setelah cadangan habis penurunan kadar besi
plasma suplai besi pada sumsum tulang untuk pembentukan Hb menurun peningkatan jumlah eritrosit protoporfirin produksi eritrosit mikrositik dan penurunan nilai HB Tahapan Defisiensi Besi • Pertama : cadangan besi berkurang tanpa disertai penurunan kadar besi dalam serum nilai feritin rendah • Kedua : cadangan besi habis dan nilai Hb masih dalam batas normal, penurunan saturasi transferin, peningkatan TIBC dan peningkatan protoporfirin eritrosit bebas Nilai MCV dbn, ditemukan sel mikrositik pada blood smear • Ketiga : penurunan Hb anemia defisiensi besi Diagnosis • mikrositosis dan hipokromasia • kadar besi serum rendah • daya ikat besi serum tinggi • protoporfirin eritrosit tinggi • tidak ditemukan hemosiderin dalam sumsum tulang Terapi • Preparat besi per os maupun perenteral • Vitamin C • Transfusi darah Anemia Megaloblastik - Diagnosis
• ditemukan megaloblas atau promegaloblas
dalam darah atau sumsum tulang • anemia makrositer dan hiperkrom tidak selalu dijumpai • pemeriksaan asam formimino-glutamik dalam air kencing • percobaan penyerapan dan percobaan pengeluaran asam folat Terapi • Tablet asam folat diberikan dalam dosis 15 – 30 mg sehari • vitamin B12 dengan dosis 100 – 1000 mikrogram sehari, baik per os maupun parenteral Anemia Hipoplastik • Darah tepi menunjukan gambaran normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciri – ciri defisiensi besi, asam folat, atau vitamin B12. • Sumsum tulang bersifat normoblastik dengan hipoplasia erithropoesis yang nyata. Perbandingan mieloit:eritroit yang diluar kehamilan 5:1 dan dalam kehamilan 3:1 atau 2:1, berubah menjadi 10:1 atau 20 :1. • Pengobatan dengan segala macam obat penambah darah tidak memberi hasil transfusi darah DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. 2.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang, anoreksia 3.Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis: penurunan hemoglobin, eukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi) 4.Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan konsentrasi Hb dan darah, suplai oksigen berkurang. Intervensi DX 1: 1.Kaji kemampuan pasien untuk melakukan untuk melakukan tugas/AKS normal. 2.Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot. 3.Awasi tekanan darah, nadi, pernapasan selama dan sesudah aktivitas. 4.Berikan lingkungan tenang 5.Ubah posisi pasien dengan perlahan dan pantau terhadap pusing. 6.Anjurkan pasien untuk menghentikan aktivitas bila palpitasi. Intervensi DX2 : 1.Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai. 2.Observasi dan catat masukan makanan pasien. 3.Timbang berat badan tiap hari. 4.Berikan makan sedikit dan frekuensi sering dan/atau makan diantara waktu makan. 5.Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan. 6.Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang diencerkan bila mukosa oral luka. 7.Kolaborasi : a.Berikan obat sesuai indikasi, mis.Vitamin dan suplemen mineral, seperti sianokobalamin (vitamin B12), asam folat (Flovite); asam askorbat (vitamin C), b.Besi dextran (IM/IV.) Intervensi DX 3 :
1.Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh oemberi
perawatan dan pasien. 2.Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/ perawatan luka. 3.Tingkatkan masukan cairan adekuat. 4.Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam 5.Kolaborasi: berikan antiseptic topical, antibiotic sistemik Intervensi DX 4:
1.Adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul. 2.Monitor adanya paretase 3.Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi 4.Gunakan sarung tangan untuk proteksi 5.Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung 6. Kolaborasi pemberian analgetik Terima Kasih