Anda di halaman 1dari 25

Dr.FAHMI ZAWAWI,M.

Kes
Hemopoesis pada Kehamilan

• Volume plasma meningkat 20 – 100 %

• Volume eritrosit meningkat (1400 mL


 bertambah 240 -400 mL)

• Hemoglobin  menurun pada


pertengahan kehamilan dan akan
meningkat lagi pada akhir kehamilan
Anemia dalam Kehamilan
• WHO
– < 11 g/dL

• OG
– < 11 g/dL (trimester 1)
– < 10,5 g/dL (trimester 2)
– < 11 g/dL (trimester 3)
– Postpartum < 10 g/dL
Kejadian Anemia pada Kehamilan

• 10 – 20 % pada wanita hamil di


seluruh dunia

• 58 % di negara berkembang

• SKRT 1995  Persentase ibu


hamil dengan anemia 51,3 %
• ETIOLOGI
• Etiologi anemia selama kehamilan sama dengan
etiologi yang dijumpai pada wanita yang tidak
hamil, dan semua anemia yang sering terdapat di
antara kaum wanita dalam usia reproduktif dapat
mempersulit kehamilan. Adapun penyebabnya
antara lain:
• Kurang gizi
• Kurang zat besi dalam diit
• Malabsorbsi
• Kehilangan darah yang banyak
• Penyakit-penyakit kronik seperti TBC, Cacing,
Malaria
• C. Anemia yang sering terjadi dalam
kehamilan
Anemia yang sering terjadi dalam kehamilan,
yaitu : anemia defisiensi besi, anemia
megaloblastik, anemia hipoplastik, anemia
hemolitik, anemia akibat inflamasi atau
keganasan dan anemia yang disebabkan oleh
kehilangan darah yang akut.
• FAKTOR RESIKO
Faktor resiko terjadinya anemia adalah status
gizi yang buruk dengan defisiensi
multivitamin, alkoholisme yang mengarah ke
status gizi buruk, riwayat gangguan reabsorbsi
makanan dan terdapat defisiensi enzim G6PD.
• GEJALA UMUM
Kelainan fisik yang akan didapat terutama pada kulit dan
selaput lendir. Hal ini pun tergantung dari berat ringannya
anemia. Pada anemia yang berat, telapak tangan akan
terlihat pucat dan kelainan jantung mungkin didapatkan.
Pemeriksaan yang cukup penting adalah seperti pada bibir,
konjungtiva, gusi dan kuku. Dari hasil laboratorium akan
diperoleh kadar hemoglobin yang rendah.
Dalam menilai rendahnya kadar hemologbin perlu
diperhatikan keadaan hidrasi pasien. Jika keadaan
hidraemia maka kadar hemoglobin yang rendah disebabkan
bukan karena anemia, melainkan karena hemodilusi.
Pemeriksaan sediaan apus darah tepi dikerjakan untuk
menentukan morfologi dari anemia.
• ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Pada kehamilan akan terjadi suatu keadaan anemia
fisiologis yang terjadi sebagai akibat peningkatan
volume sirkulasi dan komponen plasma yang tidak
sebanding dengan peningkatan komponen seluler,
sehingga akan terjadi gambaran hemodilusi. Jika
seorang wanita hamil dikatakan anemia patologis,
kadar hemoglobin (Hb) < 10 g/ dl. Sedangkan jika kadar
Hb 10 – 11 g/ dl belum dianggap sebagai anemia
patologis, tetapi merupakan anemia fisiologis (
delusional) atau pseudoanemia. Suatu anemia
patologis dikategorikan berat atau disebut anemia
gravis jika kadar Hb £ 6 g/ dl.
• FISIOLOGIS ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Anemia biasa dijumpai dalam kehamilan, hal itu
disebabkan karena dalam kehamilan keperluan
akan nutrisi bertambah dan terjadi pula
perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum
tulang. Volume plasma akan bertambah banyak
dalam kehamilan, namun bertambahnya sel-sel
darah tidak sebanyak bertambahnya jumlah
plasma. Keadaan tersebut mengakibatkan
terjadinya pengeceran darah yaitu dengan
perbandingan plasma 30 %, sel darah 18 % dan
hemoglobin 19%.
• Pengeceran darah dianggap sebagai penyesuaian
diri secara fisiologis dalam kehamilan bagi
wanita hamil. Hal ini disebabkan karena : (1)
pengeceran darah meringankan kerja jantung
yang harus bekerja lebih cepat dalam masa
kehamilan, dimana hal ini sebagai akibat
hipervolemic cardiac output yang meningkat.
Kerja jantung akan lebih ringan jika viskositas
darah rendah. (2) Pada perdarahan saat
persalinan, unsur besi yang hilang lebih sedikit
dibandingkan dengan apabila darah tetap kental.

• Pada kehamilan, anemia fisiologis yang terjadi
disebabkan oleh berkurangnya persediaan zat besi
yang penting dalam pembentukan
hemoglobin. Kebutuhan zat besi dalam kehamilan
adalah sebesar 1000 mg. Sekitar 300 mg ditransfer
aktif untuk janin dan plasenta, 500 mg untuk
peningkatan massa hemoglobin dan sekitar 200 mg
dikeluarkan melalui saluran cerna, urin dan kulit.
Jumlah total 1000 mg ini pada umumnya melebihi
simpanan besi pada kebanyakan wanita. Jumlah untuk
plasenta dan ekskresi melalui saluran cerna, urine, dan
kulit adalah kehilangan mutlak yang pasti terjadi
meskipun ibu berada dalam kekurangan besi.
• Bertambahnya darah dalam kehamilan dimulai
sejak kehamilan berusia 10 minggu dan mencapai
puncaknya sekitar pertengahan masa kehamilan atau
pada usia kehamilan antara 32 – 36 minggu. Dalam
suatu penelitian, diketahui bahwa kadar hemoglobin,
jumlah eritrosit dan nilai hematokrit, ketiganya akan
turun selama kehamilan sampai dengan tujuh hari
pasca persalinan. Setelah itu ketiganya akan
meningkat dan kira-kira 40 hari pasca persalinan
akan mencapai nilai normal kembali.
Adaptasi Tubuh terhadap Anemia

• Peningkatan cardiac output, terutama


dengan peningkatan frekuensi denyut
jantung
• Vasodilatasi akibat hipoksia dengan
penurunan resistensi vaskuler
• Peningkatan perfusi jaringan
• Redistribusi darah
• Peningkatan volume respirasi
• Peningkatan gradient oksigen arteriovenosa
• Pelepasan eritropoietin
Gejala
• Kelelahan, kelemahan
• Simptom kardiovaskular
(contohnya palpitasi)
• Pucat pada kulit dan mukosa
• Takikardia dan hipotensi
• Hipertrofi jantung (pada kasus
kronik)
Akibat Anemia pada Kehamilan
• Abortus
• Persalinan preterm
• Partus lama karena inersia uteri
• Perdarahan postpartum karena atonia uteri
• Syok
• Infeksi, baik intrapartum maupun postpartum
• Dekompensasio kordis (dapat terjadi pada
anemia yang sangat berat dengan Hb kurang
dari 4 g/dl)
• Kematian mudigah
• Kematian perinatal
• Prematuritas
• Cadangan besi kurang pada janin
Klasifikasi Anemia Berdasarkan
Etiologi
• Anemia akibat perdarahan
• Anemia akibat penurunan atau
inefektivitas eritropoesis
– Anemia defisiensi (besi atau asam
folat)
– Penyakit ginjal
– Kelainan sumsum tulang
• Anemia akibat penghancuran
eritrosit dan hemolisis
– Hemoglobinopati
Anemia Defisiensi Besi
Patogenesis
• Total besi ↓  penurunan cadangan
besi pada hepatosit dan makrofag hati,
limpa dan sumsum tulang belakang

• Setelah cadangan habis  penurunan


kadar besi plasma  suplai besi pada
sumsum tulang untuk pembentukan Hb
menurun  peningkatan jumlah
eritrosit protoporfirin  produksi
eritrosit mikrositik dan penurunan nilai
HB
Tahapan Defisiensi Besi
• Pertama : cadangan besi berkurang tanpa
disertai penurunan kadar besi dalam serum
 nilai feritin rendah
• Kedua : cadangan besi habis dan nilai Hb
masih dalam batas normal, penurunan
saturasi transferin, peningkatan TIBC dan
peningkatan protoporfirin eritrosit bebas
Nilai MCV dbn, ditemukan sel mikrositik
pada blood smear
• Ketiga : penurunan Hb  anemia defisiensi
besi
Diagnosis
• mikrositosis dan hipokromasia
• kadar besi serum rendah
• daya ikat besi serum tinggi
• protoporfirin eritrosit tinggi
• tidak ditemukan hemosiderin
dalam sumsum tulang
Terapi
• Preparat besi per os maupun
perenteral
• Vitamin C
• Transfusi darah
Anemia Megaloblastik - Diagnosis

• ditemukan megaloblas atau


promegaloblas dalam darah atau
sumsum tulang
• anemia makrositer dan hiperkrom
tidak selalu dijumpai
• pemeriksaan asam formimino-glutamik
dalam air kencing
• percobaan penyerapan dan percobaan
pengeluaran asam folat
Terapi
• Tablet asam folat diberikan dalam
dosis 15 – 30 mg sehari
• vitamin B12 dengan dosis 100 –
1000 mikrogram sehari, baik per
os maupun parenteral
Anemia Hipoplastik
• Darah tepi menunjukan gambaran
normositer dan normokrom, tidak
ditemukan ciri – ciri defisiensi besi,
asam folat, atau vitamin B12.
• Sumsum tulang bersifat normoblastik
dengan hipoplasia erithropoesis yang
nyata. Perbandingan mieloit:eritroit
yang diluar kehamilan 5:1 dan dalam
kehamilan 3:1 atau 2:1, berubah
menjadi 10:1 atau 20 :1.
• Pengobatan dengan segala macam
obat penambah darah tidak memberi
hasil  transfusi darah
THANKS

Anda mungkin juga menyukai