Nim : 2018610071
Kelas :A
Resuman : keperawatan bencana ( Penilaian Sistematis Sebelum, Saat, dan setelah Bencana pada
Korban Survivor, Populasi Rentan dan Berbasis Komunitas )
1. Menurut Eko Putro Widoyoko ( 2012: 3) Penilaian adalah kegiatan menafsirkan dathasil
pengukuran berdasarkan kriteria dan aturan-aturan tertentu. Penilaian memberikan
informasi lebih konprehensif dan lengkap dari pada pengukuran, karena tidak hanya
mengunakan instrument tes saja, melainkan mengunakan teknik non tes lainya.
2. Penilaian merupakan kegiatan mengambil keputusan dalam menentukan sesuatu
berdasarkan kriteria baik dan buruk serta bersifat kualitatif Sistematis adalah bentuk
usaha menguraikan serta merumuskan sesuatu hal dalam konteks hubungan yang logis
serta teratur sehingga membentuk system secara menyeluruh, utuh dan terpadu yang
mampu menjelaskan berbagai rangkaian sebab akibat yang terkait suatu objek tertentu.
(Abdulkadir Muhammad : 2004)
Jadi penilaian sistematis adalah kegiatan dan proses pengumpulan data data dan
informasi yang bersifat kualitatif yang disusun secara berurutan, utuh dan terpadu untuk
menjelaskan berbagai rangkaian sebab akibat terkait suatu objek tertentu.
Penialain sistematis pada bencana ialah kegiatan mengumpulkan data dan
informasi yang berkaitan dengan bencana yang termasuk didalamnya bentuk bencana,
lokasi, dampak, korban, dan usaha dalam menghadapi bencana sebelum, saat dan setelah
terjadinya bencana. Penilaian sistematis ini disusun untuk memberikan gambaran
mengenai resiko dan dampak yang akan dialami jika terjadi bencana.
Penilaian sebelum bencana pada korban, survivor, populasi rentan dan berbasis
masyarakat.
hal hal yang perlu dinilai dalam proses peringatan sebelum bencana ;
Tersedianya system dan akses komunikasi yag memeadai dan mencakup seluruh
daerah khususnya didaerah resiko tinggi bencana alam seperti daerah yang di
lewati lempeng atau patahan pemicu gempa dan tsunami daratan tinggi yang
rawan loongsor dn daerah dataran rendah yang berdekatan dengn sungai yang
rawan banjir bandang
Pengetahuan masyarakat dalam menerima informasi bencana yang akan terjadi
yang termasuk didalamnya menjangkau tempat perlindungan yang aman
secepatnya setelah peringatan diberikan.
System sensor pendeteksi (peralatan EWS) gempa, tsunami dan letusan gunung
berapi yang dipasang di area area patahan apakah bekerja baik dan real time.
Sehingga mempercepat penyampaian informasi
Penilaian awal korban cidera kritis akibat cidera multiple merupakan tugas
yang menantang , dan tiap menit bisa berarti hidup tau mati.sistem pelayanan
tanggapan darurat ditujukN UNTUK MENCEGAH KEMATIAN DINI (0
EARLY) karena trauma yang bia terjadi dalam beberapa menit hingga
beberapa jam sejak cidera (kematian segera karena segara karena trauma,
immediate, terjadi saat trauma )
Penilaian korban
1. jumlah korban baik yang selamat maupun meninggal. Termasuk populasi rentan lansia, ibu
hamil, anak anak,dan penderita disabilitas.
Surveilans bencana
Tujuan Surveilans adalah untuk mendukung fungsi pelayanan bagi korban bencana secara
keseluruhan untuk menekan dampak negatif yang lebih besar
1) Mengurangi jumlah kesakitan, resiko kecacatan dan kematian saat terjadi bencana.
2) Mencegah atau mengurangi resiko munculnya penyakit menular dan penyebarannya.
3) Mencegah atau Mengurangi resiko dan mengatasi dampak kesehatan lingkungan akibat
bencana (misalnya perbaikan sanitasi.)
Saat Bencana : Rapid Health Assesment (RHA), melihat dampak-dampak apa saja
yang ditimbulkan oleh bencana, seperti berapa jumlah korban, barang-barang apa saja
yang dibutuhkan, peralatan apa yang harus
disediakan, berapa banyak pengungsi lansia, anak-anak, seberapa parah tingkat
kerusakan dan kondisi sanitasi lingkungan.
Setelah Bencana : Data-data yang akan diperoleh dari kejadian bencana harus dapat
dianalisis, dan dibuat kesimpulan berupa bencana kerja atau kebijakan, misalnya apa
saja yang harus dilakukan masyarakat untuk kembali dari pengungsian, rekonstruksi
dan rehabilitasi seperti apa yang harus diberikan.
Menentukan arah respon/penanggulangan dan menilai keberhasilan respon/evaluasi.
Managemen Penanggulangan bencana meliputi Fase I untuk tanggap darurat, Fase II
untuk fase akut, Fase III untuk recovery (rehabilitasi dan rekonstruksi).
Campak
Tetanus
Malaria
DBD
Penyebab Utama Kesakitan & Kematian adalah Pnemonia, Diare, Malaria, Campak, Malnutrisi,
Keracunan pangan.Mudahnya penyebaran penyakit pasca bencana dikarenakan oleh adanya
penyakit sebelum bencana, adanya perubahan ekologi karena bencana, pengungsian, kepadatan
penduduk di tempat pengungsian, dan rusaknya fasilitas publik. Pengungsi yang termasuk
kategori kelompok rentan yaitu bayi dan anak balita, orang tua atau lansia, keluarga dengan
kepala keluarga wanita, ibu hamil.
Data pengungsi meliputi data jumlah total pengungsi dan kepadatan di tempat
pengungsian, data pengungsi menurut lokasi, golongan umur, dan jenis kelamin. Data
dikumpulkan setiap minggu atau bulanan.
Surveilans kematian Yang tercantum dalam data kematian meliputi nama, tempat atau barak,
umur, jenis kelamin, tanggal meninggal, diagnosis, gejala, identitas pelapor.
1. Pra Bencana : Kelembagaan/koordinasi yang solid. SDM atau petugas kesehatan yang
terampil secara medik dan sosial dapat bekerjasama dengan siapapun. Ketersediaan logistik
seperti bahan,peralatan dan obat. Ketersediaan informasi tentang bencana seperti daerah rawan
dan beresiko terkena dampak, serta adanya ketersediaan jaringan kerja lintas program dan sektor.
2. Ketika Bencana : Rapid Health assesment dilakukan dari hari terjadi bencana sehingga 3 hari
setelah bencana. Pascabencana ; berdasarkan dari rapid health assesment untuk menentukan
langkah seterusnya seperti pengendalian penyakit menular
(ISPA,Diare,DBD,Chikungunya,Tifoid).
3. Pascabencana ; berdasarkan dari rapid health assesment untuk menentukan langkah seterusnya
seperti pengendalian penyakit menular (ISPA,Diare,DBD,Chikungunya,Tifoid).
a) Pertolongan terhadap kelaparan Para ahli epidemiologi telah mengembangkan survei baru
dan metode untuk secara cepat menilai status nutrisi penduduk yang mengungsi, dan
usaha pertolongannya sebagai prioritas utama. Selanjutnya memonitor status nutrisi
populasi sebagai respon atas kualitas dan tipe makanan yang dibagikan. Perkiraaan
epidemiologi secara cepat membuktikan ketidak tersediaan secara optimal dari 13
distribusi makanan sementara kondisi kesehatan terus-menerus berubah. Sejak itulah,
pengawasan nutrisi dan distribusi makanan menjadi bagian dari usaha pertolongan
penanggulangan kelaparan, terhadap penduduk yang mengungsi.
b) Kontrol Epidemik / kantor pengaduan Para epidemiologis selanjutnya mesti terlibat
dalam aspek lain kondisi pasca bencana, yaitu : Antisipasi berkembangnya desas-desus
tentang penyebaran / mewabahnya penyakit kolera ataupun typus. Untuk itulah sebuah
kantor pengaduan dapat memberikan fungsi yang amat penting dalam memonitor
berkembangnya issuissu yakni dengan menyelidiki yang benar-benar bermanfaat serta
kemudian menginformasikan kepada khalayak umum akan bahaya yang mungkin terjadi.
Konsep ini amat bermanfaat tidak hanya untuk penduduk terkena musibah dinegara-
negara berkembang tetapi juga terhadap lingkungan kota, negara-negara industri.
c) Surveilans Pencegahan Kematian, Sakit dan Cedera Masalah kesehatan yang berkaitan
dengan bencana besar biasanya lebih luas, tidak hanya ketakutan terhadap penyakit-
penyakit wabah yang mungkin terjadi, namun sering diukur berapa jumlah orang yang
meninggal, terluka parah atau berapa banyak yang jatuh sakit.
d) Surveilans Kebutuhan Perawatan Kesehatan. Pada bencana yang terkait dengan jumlah
korban yang cukup banyak dengan cedera yang berat (contoh : ledakan, tornado) ataupun
penyakit yang parah (kecelakaan nuklir, epidemi), maka kemampuan untuk mencegah
kematian dan menurunkan kesakitan yang berat akan sangat tergantung pada perawatan
medis yang tepat dan adekuat (memadai) atau tergantung pada pengiriman korban pada
pusat-pusat layanan yang menyediakan perawatan medis yang tepat.
e) Penelitian untuk menghindari tindakan tidak perlu Setelah bencana banyak lembaga dan
donor yang menawarkan bantuan peralatan dan tenaga untuk usaha-usaha pertolongan
yang tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh : pengiriman obat-obatan
yang tidak penting, kadarluarsa ataupun yang tidak berlabel pada daerahdaerah terkena
bencana, seringkali justru mengganggu usaha pertolongan sebab menyebabkan beberapa
personil terpaksa harus mengidentifikasi bantuan yang relevan dari sekumpulan material
yang tidak diperlukan.
f) Analisis Epidemiologi ; Konsekuensi Pencegahan Kesehatan pada Bencana Yang Akan
Datang Pada beberapa bencana seperti ; gempa bumi, tornado ataupun angin ribut jumlah
kematian atau terluka parah terutama terjadi akibat kejadian bencana itu sendiri. Pada
masing-masing pencegahan ini strategistrategi pencegahan sering direkomendasikan,
padahal belum melalui suatu penelitian epidemiologi yang mendalam.
g) Analisis Peringatan dari Usaha Pertolongan Konsekuensi bencana jangka panjang tidak
cukup diperkirakan. Tidak ada evaluasi dibuat 5 atau 10 tahun sesudah bencana untuk
menentukan apakah perubahan dalam epidemiologi atau praktik pertolongan, pengarahan
ulang dana untuk tujuan jangka panjang atau perubahan dari pola dan kebiasaan membuat
bangunan, memiliki pengaruh jangka panjang terhadap respon masyarakat terhadap
bencana. Meskipun demikian, kebanyakan
masyarakat yang mengalami bencana, lebih peduli terhadap usaha-usaha persiapan
dimasa yang akan datang.