Dosen Pengampu:
Siti Amanah, M.Si.
Disusun Oleh:
Kelompok 03 Kelas KPI B :
1. Nica Eksana ( 22103051 )
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada teman-teman, kerabat, dan semua pihak yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan bantuannya sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan.
Adapun tujuan utama atas penyusunan makalah ini guna memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
2.3.2 Fungsi Komunikasi Interpersonal Yang Efektif
2.4.3 Persepsi
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Maka dari itu, kemampuan atau soft skill komunikasi interpersonal
sangatlah penting. Untuk bisa meningkatkan kemampuan komunikasi
interpersonal, tentunya kita harus paham dan mengerti apa dan bagaimana
sesungguhnya komunikasi interpersonal itu. Sehingga, penulis tertarik untuk
menyusun sebuah makalah dengan judul “Komunikasi Interpersonal”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
seperti: kebiasaan dan kesukaan, situasi tersebut menunjukkan adanya komunikasi
interpersonal (Sendjaja, 2004).
2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun
nonverbal (Mulyana, 2005, p. 73). Komunikasi itu menunjukkan bahwa pihak-
pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat dan mereka saling
mengirim dan menerima pesan baik verbal ataupun non-verbal secara simultan
dan spontan.
R. Wayne Pace pun mengungkapkan bahwa komunikasi
antarpribadi atau communication interpersonal merupakan proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap
muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan
penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung
(Cangara, 1998, p. 32).
7
Di dalam suatu masyarakat, komunikasi interpersonal merupakan bentuk
komunikasi antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu
yang bersifat pribadi. Sedangakan dalam suatu organisasi (bisnis dan non bisnis),
komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara manajer
dengan karyawan atau antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain
dengan menggunakan media tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
bersifat pribadi. Pola komunikasi yang terbangun dalam komunikasi interpersonal
lebih bersifat informal (Purwanto, 2011, p. 26).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan
komunikasi yang terjadi secara langsung baik itu secara verbal atau nonverbal
sehingga komunikator dan komunikan dapat menerima dan memberikan umpan
balik secara langsung yang dilakukan sekurang-kurangnya dua orang atau lebih,
dilakukan secara tatap muka dan atau menggunakan media.
8
Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan hubungan
interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa ditingkatkan maka kita perlu
bersikap terbuka, sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong
timbulnya sikap yang paling memahami, menghargai, dan saling mengembangkan
kualitas. Hubungan interpersonal perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan
memperbaiki hubungan dan kerjasama antara berbagai pihak. Komunikasi
interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi komunikan.
2.1.2 Komponen Komunikasi Interpersonal
Komponen komunikasi interpersonal diidentifikasi dari dan dalam proses
penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang kepada orang lain atau
sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak dan peluang untuk memberikan
umpan balik segera. DeVito (1997, p. 27) mengemukakan komponen-komponen
tersebut terdiri dari 8 (delapan) komponen yang perlu dicermati setiap
komunikator, yaitu: (1) Konteks (lingkungan) komunikasi, (2) Sumber-penerima,
(3) Enkoding-dekoding (4) Kompetensi komunikasi, (5) Pesan dan saluran, (6)
Umpan balik, (7) Gangguan, dan (8) Efek komunikasi.
9
Gambar 2 Komponen Komunikasi Interpersonal
1. Konteks (lingkungan)
Konteks atau lingkungan merupakan hal yang kompleks. Antara dimensi fisik,
dimensi psikososial dan temporal saling mempengaruhi. Harus dipahami bahwa
itu adalah contoh dari banyak elemen lingkungan komunikasi, seperti
kenyamanan spasial, peran manusia, interpretasi budaya dan waktu. Komunikasi
selalu berubah, tidak pernah statis, selalu dinamis.
2. Komponen sumber-penerima
10
3. Encoding-Decoding
4. Kompetensi Komunikasi
11
5. Pesan dan Saluran
Pesan sebenarnya adalah artefak fisik dari proses pengkodean. Ketika seseorang
berbicara, percakapan adalah pesannya. Ketika seseorang menulis, kalimat itu
adalah pesan. Saat kita berolahraga, latihan itu adalah sebuah pesan. Pesan
dipengaruhi oleh kode atau kumpulan simbol yang digunakan untuk
menyampaikan makna atau isi pesan itu sendiri, dan oleh keputusan yang memilih
dan mengatur kode dan isi. Sendjaja (2004) mengutip pendapat Reardon bahwa
kendala utama dalam komunikasi seringkali simbol yang sama atau simbol yang
memiliki arti yang berbeda. Dengan kata lain, pemilihan kode, kurang presisi
dalam menyampaikan makna, serta komposisi kode dan isi pesan dapat
berkontribusi pada bias komunikasi. Oleh karena itu, menurutnya, komunikasi
harus dilihat sebagai aktivitas di mana tindakan dan ucapan sama sekali tidak
berarti kecuali jika ditafsirkan oleh para partisipan yang terlibat. Saluran adalah
media yang dilalui pesan. Saluran dipilih oleh sumber komunikasi. Sumber
komunikasi dalam suatu organisasi biasanya ditentukan menurut jaringan umum
otoritas yang terkait dengan kinerja pekerjaan formal dalam organisasi. Saluran
informal biasanya digunakan untuk menyampaikan pesan pribadi atau pesan sosial
yang menyertai pesan formal.
6. Umpan Balik
7. Gangguan
12
Gangguan merupakan komponen yang menghambat dan membaurkan pesan.
Gangguan merintangi sumber dalam mengirim pesan dan merintangi penerima
dalam menerima pesan. Gangguan ini dapat berupa fisik, psikologis dan semantik.
8. Efek Komunikasi
13
yang ingin dicapai dalam komunikasi interpersonal adalah: 1) menyampaikan
informasi; 2) berbagi pengalaman; 3) menumbuhkan simpati; 4) melakukan kerja
sama; 5) menceritakan kekesalan atau kekecewaan; 6) menumbuhkan motivasi
(Purwanto, 2011, p. 27).
14
Komunikasi interpersonal adalah bentuk komunikasi yang paling efektif
dan memiliki dampak terbesar pada perubahan sikap. Dalam prinsip komunikasi,
ketika komunikator menerima pesan atau informasi, berarti komunikator telah
terpengaruh oleh proses komunikasi. Pada dasarnya, komunikasi adalah sebuah
fenomena, sebuah pengalaman. Setiap pengalaman membawa makna bagi situasi
kehidupan manusia, termasuk kesempatan untuk mengubah sikap. Misalnya,
seorang ayah ingin anaknya mengubah sikap dan perilakunya agar lebih fokus
belajar dan tidak terlalu bergantung pada game mobile dan internet.
1. Fungsi Sosial
15
a) Untuk kebutuhan biologis dan psikologis
Kita tidak bisa hidup dan mempertahankan hidup sendirian sejak lahir.
Kita harus berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan biologis kita, seperti minum, dan kebutuhan psikologis kita,
seperti kesuksesan dan kebahagiaan. Melalui komunikasi, Anda juga
dapat memenuhi kebutuhan emosional Anda dan meningkatkan
kesehatan mental Anda. Kita belajar arti cinta, kasih sayang, keakraban,
simpati, rasa hormat, kebanggaan, bahkan iri dan benci. Melalui
komunikasi, kita dapat mengalami dan membandingkan berbagai
kualitas emosi ini.
d) Menangani Konflik
16
Agar dapat berkomunikasi dengan baik, perlu diketahui situasi, kondisi,
dan karakteristik pihak lain. Seperti yang kita ketahui, semua manusia
seperti radar yang merekam lingkungannya. Orang sangat sensitif
terhadap bahasa tubuh, ekspresi wajah, postur, gerakan dan intonasi
suara, yang membantu individu untuk menekankan kebenaran, kejujuran
dan keaslian dalam komunikasi, dan komunikasi itu sendiri
mempengaruhi pola pikir lawan bicara. konflik yang timbul dalam suatu
organisasi atau kelompok masyarakat.
17
Hubungan diadik adalah hubungan antara dua orang. Sebagian besar hubungan kita
dengan orang lain bersifat dikotomis. William Wilmot menyarankan beberapa
karakteristik angka dua. Setiap dyad memiliki tujuan tertentu, individu dalam dyad
menunjukkan wajah yang berbeda dari yang mereka lakukan di dyad lainnya, dan
mengembangkan pola komunikasi dalam dyad (termasuk pola bahasa), fitur pembeda
atau pembeda yang membedakan relasi ini dari relasi biner lainnya.
Hubungan triad adalah hubungan antara tiga orang. Hubungan triadik ini
memiliki karakteristik yang lebih kompleks, dengan tingkat keintiman atau keintiman
yang lebih rendah antar individu, dan keputusan yang dibuat berdasarkan voting atau
voting mayoritas (dalam hubungan bilateral, keputusan dibuat dengan negosiasi).
Hubungan interpersonal berbasis tujuan dapat dibagi menjadi hubungan kerja dan
hubungan sosial. Hubungan tugas adalah hubungan yang timbul karena tujuannya adalah
untuk mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai secara individu. Misalnya, hubungan
antara pasien dan dokter, atau siswa yang melakukan tugas dalam kelompok. Hubungan
sosial adalah hubungan yang tidak dibentuk untuk tujuan menyelesaikan sesuatu.
Hubungan ini terbentuk (pribadi dan sosial). Misalnya, hubungan antara dua teman dekat,
atau hubungan makan siang antara dua kenalan. Hubungan interpersonal berdasarkan jam
juga dibagi menjadi hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Hubungan jangka
pendek adalah hubungan yang berlangsung hanya untuk waktu yang singkat. Misalnya,
hubungan antara dua orang yang bertemu di jalan dan saling bertukar sapa. Meskipun
hubungan jangka panjang berlangsung lama. Semakin lama hubungan berlangsung,
semakin banyak investasi yang dilakukan (misalnya dalam bentuk perasaan dan emosi,
materi, waktu, komitmen, dll). Dan karena investasinya besar, upaya kami untuk
mempertahankannya semakin besar.
Selain tiga jenis hubungan interpersonal yang disebutkan di atas, ada jenis
hubungan interpersonal lain berdasarkan kedalaman atau tingkat keintiman: hubungan
normal dan hubungan intim. Hubungan normal adalah hubungan yang tidak dalam,
impersonal, atau ritualistik. Hubungan intim atau intim, di sisi lain, ditandai dengan
pengungkapan diri. Semakin intim hubungan, semakin besar kemungkinan masalah
pribadi akan terungkap. Keintiman terkait dengan lamanya waktu keintiman tumbuh dari
waktu ke waktu. Oleh karena itu, hubungan dekat cenderung dipertahankan karena
investasi yang dilakukan individu dalam jangka waktu yang lama sangat tinggi.
Hubungan ini bersifat pribadi dan tidak memiliki masalah ritual.
18
2.1.6 Proses Komunikasi Interpersonal
1. Penginterprestasian
Menafsirkan motif komunikasi yang muncul dalam diri komunikator. Dengan
kata lain, tahap pertama proses komunikasi dimulai dengan munculnya motif-
motif komunikasi dan berlanjut hingga pikiran komunikator mampu
menginterpretasikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya ke dalam pesan-
pesan (masih abstrak). Proses menerjemahkan motif komunikatif ke dalam
pesan disebut interpreting.
2. Penyandian
Tahap ini masih ada pada komunikator pesan abstrak yang telah berhasil
diterjemahkan ke dalam simbol komunikatif oleh pikiran manusia.
Tahap ini disebut pengkodean, dan pikiran manusia bertindak sebagai
pembuat kode, sebagai alat pengkodean, mengubah pesan abstrak
menjadi pesan konkret.
3. Pengiriman
Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi,
mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut
transmitter, alat pengirimpesan.
19
4. Perjalanan
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan
dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.
5. Penerimaan
Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui
peralatan jasmaniah komunikan.
6. Penyandian Balik
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi
diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal
budinya berhasil menguraikannya (decoding).
20
Perspektif ini merupakan tahapankomunikator pada proses encoding,
kemudian hasil encoding ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi
komunikasi interpersonal.
2. Perspektif Mekanis
Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan
dengan bahasa verbal/non verbal.
Komunikasi ini dibedakan menjadi:
1. Proses komunikasi primer.
2. Proses komunikasi sekunder.
3. Proses komunikasi linier.
4. Proses komunikasi sirkular.
Proses komunikasi primer adalah penyampaian pikiran oleh komunikator
kepada komunikan menggunakan lambang sebagai media. Proses Komunikasi
Sekunder merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah
memakai lambang sebagai media pertama. Proses Komunikasi linier adlah
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.
Proses komunikasi sirkular yaitu terjadinya feedback atau umpan balik dari
komunikan ke komunikator.
Kesimpulan adanya proses komunikasi bahwa:
1. Komunikasi bersifat dinamis.
2. Tahapanproseskomunikasi bermanfaat untuk analisis.
3. Proseskomunikasi dapat terhenti setiap saat.
4. Pesankomunikasi tidak harus diterima.
5. Tindak komunikasi merupakan indikasi komunikasi.
Proses komunikasi yang lainnya menurut Bovee dan Thill (Vardiansyah,
2004) proses komunikasi terdiri atas enam tahap, yaitu:
1. Pengiriman mempunyai asuatu de atau gagasan.
2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan.
3. Pengirim menyampaikan pesan.
4. Penerima menerima pesan
5. Penerima menafsikan pesan.
21
6. Penerima memberi tangapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim.
Keenam tapan dalam prose komunikasi tersebut dapat di gambarkan dalam sebuah
diagram berikut:
Tahap 1 Tahapan 6
pengirim Penerima mengirim
mempunyai gagasan ide pesan
SALURAN dan
MEDIA
Tahapan 2 Tahapan 5
Pengirim mengubah Penerima
ide menjadi pesan menafsirkan pesan
Tahapan 3 Tahapan 4
Pengirim mengirim Penerima menerima
Gambar 4 Tahap Proses Komunikasi pesan
pesan
1. Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide/ Gagasan
Persepsi itu unik, jadi apa yang ingin Anda sampaikan mungkin berbeda dari
orang ke orang. Bahkan dua orang yang pernah mengalami hal yang sama
memiliki kesan yang berbeda. Misalnya, jika dua orang menghadiri briefing
presiden dan diminta untuk berbagi pengalaman, tentu akan ada beberapa
22
perbedaan. Karena Anda menyaring, memperhatikan, dan hanya mengingat apa
yang menurut Anda menarik atau penting. Seorang komunikator yang baik harus
memperhatikan apa yang penting dan relevan. Dalam dunia komunikasi, proses
ini disebut abstraksi.
Tidak semua ide diterima atau dipahami sepenuhnya dalam proses komunikasi.
Proses komunikasi dimulai dengan ide di kepala Anda, yang diterjemahkan ke
dalam kata-kata, ekspresi wajah, dan pesan lain yang disampaikan kepada orang
lain.
23
memahami isinya. Ketika seseorang memberikan pidato publik, audiens
diberitahu sebagai pesan Anda harus dapat mendengar dan memahami.
Selain itu, adanya umpan balik dapat menunjukkan adanya hambatan komunikasi
seperti: Beda latar belakang, beda interpretasi kata, beda respon emosional.
2.3 Efektivitas Komunikasi Interpersonal
24
Sehingga efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (kuantitas, kualitas,dan waktu) yang telah tercapai oleh manajemen, yang
mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
1. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan berkaitan dengan setidaknya tiga aspek komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka
dengan orang-orang yang berinteraksi dengan mereka. Ini tidak berarti bahwa
semua resume harus segera diungkapkan. Sebaliknya, Anda harus bersedia
membuka pikiran untuk mengungkapkan informasi yang biasanya
tersembunyi. Kedua, ada hubungannya dengan kesediaan komunikator untuk
merespon secara jujur terhadap rangsangan yang masuk. Misalnya, orang yang
pendiam, tidak kritis, dan tidak responsif biasanya berpartisipasi dalam
percakapan yang membosankan. Kami ingin orang-orang menanggapi secara
terbuka apa yang kami katakan. Aspek ketiga dari "memiliki" emosi dan
keterbukaan dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa emosi dan pikiran
yang Anda ekspresikan adalah milik Anda dan tanggung jawab Anda.
25
2. Empati
Henry Backrack (Cangara, 1998) mendefinisikan empati sebagai
kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain
pada suatu saat tertentu dari sudut pandang orang lain itu melalui kacamata
orang lain. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman
orang lain, perasaan dan sikapnya, serta harapan dan keinginannya untuk masa
depan. Pemahaman tentang empati ini memudahkan orang lain untuk
mengoordinasikan komunikasi mereka, termasuk apa yang Anda katakan dan
bagaimana Anda mengatakannya.
3. Sikap mendukung
Hubungan antarpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik
tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Maksudnya
satu dengan yang lainnya saling memberikan dukungan terhadap pesan yang
disampaikan. Jack R. Gibb (Fajar, 2009, p. 84) menyebutkan tiga perilaku
menimbulkan sikap suportif, yakni Kita memperlihatkan sikap mendukung
dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic,
dan (3) provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap Positif
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpersonal
dengan sedikitnya dua cara:
a. Menyatakan sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
b. Perasaan positif pada suatu situasi komunikasi pada umumnya sangat
Sikap positif dapat ditunjukkan melalui berbagai perilaku dan sifat.
Misalnya, menghargai orang lain, berpikir positif tentang orang lain, tidak
terlalu curiga, memuji dan menghargai, dan bekerja sama.
26
5. Kesetaraan
Konflik dilihat bukan sebagai kesempatan untuk mengalahkan satu sama
lain tetapi sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti
ada.Kesetaraan tidak perlu ada.Ketidaksetaraan dapat muncul dalam situasi
apa pun.Ada... salah satunya mungkin lebih pintar. Lebih kaya, lebih cantik,
lebih cantik, atau lebih sporty daripada yang lain. Tidak ada dua orang yang
persis sama. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi antarpribadi lebih
efektif ketika suasananya seimbang. Ini berarti bahwa kedua belah pihak
harus secara implisit mengakui bahwa mereka sama-sama berharga dan
berharga, dan bahwa masing-masing pihak memiliki sesuatu yang penting
untuk disumbangkan. Hubungan interpersonal yang dicirikan oleh
ketidaksepakatan yang sama menerima begitu saja dan menerima semua
perilaku verbal dan nonverbal orang lain. Kesetaraan berarti menerima orang
lain. Kesetaraan, dalam kata-kata Carl Rogers, mendorong kita untuk
menunjukkan "pertimbangan positif tanpa syarat" kepada orang lain.
27
perhatian, pengakuan, cinta kasih, simpati, maupun respom positif dari orang
lain.
1. Respect
Prinsip pertama dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang
efektif adalah rasa hormat—penghormatan—untuk setiap individu yang
menjadi sasaran pesan kita. Saling menghormati dan menghargai adalah
hukum pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain.
2. Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri dalam situasi
dan keadaan yang dihadapi orang lain. Komunikasi empatik dimulai dengan
memahami dan mendengarkan apa yang dikatakan orang lain. Bangun
keterbukaan dan kepercayaan yang Anda butuhkan untuk berkolaborasi dan
membangun sinergi dengan orang lain. Empati meningkatkan kemampuan
kita untuk menyampaikan pesan dengan cara dan sopan santun yang dapat
diterima oleh komunikator. Agar pesan kita nantinya sampai ke penerima
tanpa hambatan psikologis atau penolakan.
3. Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengertikan
atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar
terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka
audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima
pesan.
4. Clarity
Selain perlunya memahami pesan secara utuh, hukum keempat terkait
adalah memperjelas pesan itu sendiri agar tidak menimbulkan multitafsir
atau penafsiran yang berbeda. Kejelasan juga bisa berarti keterbukaan dan
transparansi. Dalam komunikasi interpersonal, Anda harus mengembangkan
sikap terbuka (tidak ada yang disembunyikan atau disembunyikan) sehingga
Anda dapat menanamkan kepercayaan pada penerima pesan Anda..
28
5. Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif
adalah kerendahan hati. Sikap ini merupakan elemen yang terkait dengan
hukum pertama untuk membangun rasa hormat terhadap orang lain, yang
biasanya didasarkan pada sikap rendah hati kita. Ketika kita berpijak pada
prinsip-prinsip dasar, kita menjadi komunikator yang berwibawa dan mampu
menyampaikan pesan kita dalam cara yang sesuai dengan situasi
komunikator. Komunikasi antarpribadi yang tidak mempertimbangkan
keadaan orang lain sering kali mengarah pada komunikasi satu arah yang
arogan yang menyinggung perasaan orang lain..
Dalam pelaksanaannya Jalaludin Rakhmat dalam bahwa komunikasi
antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi
interpersonal; dan hubungan interpersonal (Cangara, 2007).
1. Persepsi interpersonal
2. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.
Konsep diri yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu:
a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;
b. Merasa stara dengan orang lain;
c. Menerima pujian tanpa rasa malu;
d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan
dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat;
29
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.
3. Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan
daya tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal
dalam hal:
4. Hubungan Interpersonal
30
1. Kepercayaan Diri
Untuk menjadi komunikator yang efektif, kita memerlukan kepercayaan diri
terhadap sosial. Perasaan cemas tidak dengan mudah dilihat oleh orang lain.
2. Kebersatuan
Ini mengacu pada perpaduan pembicara dan pendengar untuk menciptakan
rasa komunitas dan persatuan. Kami mengomunikasikan kesatuan secara
nonverbal dengan mempertahankan kontak mata yang sesuai, keintiman fisik
yang mencerminkan keintiman psikologis, dan citra tubuh yang langsung dan
terbuka.
3. Manajemen interaksi
Komunikator yang efektif mengelola interaksi untuk kepuasan kedua belah
pihak. Dengan manajemen interaksi yang efektif, tidak ada yang diabaikan
atau dianggap penting. Masing-masing pihak berkontribusi pada semua
komunikasi.
4. Daya ekspresi
31
2.3.2 Fungsi Komunikasi Interpersonal Yang Efektif
32
dari waktu yang terbuang hingga konsekuensi yang tragis. Misalnya, kegagalan
komunikasi antara kondektur kereta dan pengemudi dapat menyebabkan tabrakan
antar kereta, yang mengakibatkan kerusakan properti dan cedera pribadi. Kita
harus menyadari bahwa komunikasi interpersonal adalah jalan menuju
kesuksesan. Keterampilan komunikasi yang efektif adalah komponen kunci
kesuksesan.
33
setuju dengan semua yang telah Anda katakan? seni dan kehidupan. Kita harus
menyadari bahwa komunikasi interpersonal adalah jalan menuju kesuksesan.
Keterampilan komunikasi yang efektif adalah komponen kunci kesuksesan.
2. Bersikap empati. Seperti yang sudah di sebutkan, empati berarti memahami
apa yang dirasakan komunikator sambil menempatkan diri kita pada situasi
yang kita alami.
3. Fleksibel. Kita tidak harus selalu serius etika berkomunikasi, kadang
diperlukan sisipan informal seperti humor ketika berkomunikasi.
4. Lugas dan ringkar. Gunakan kata kata atau frasa yang to the point dan
ringkas. Juga, jika memungkinkan gunakan kkata kata atau kalimat yang
pendek dan mudah dimengerti maknanya. Pemakaian kata atau kalimat yang
panjang akan menjadi membosankan.
5. Memahami bahasa non verbal yang tepat. Terkadang pemakaian bahsa tubuh
lebih bermakna ketimbang bahasa verbal karena sulit dimanipulasi.
6. Menjadi pendengar yang baik. Artinya ketika seseorang berbicara, kita harus
mendengarkan dengan seksama agar dapat memberikan feedback yang baik
kepada lawan bicara kita.
7. Konsisten. Konsisten mempunyai makna kesucian. Dalam konteks
komunikasi tidak begitu saja mengalihkan topik pembicaraan kepada
komunikan sehingga komunikan menjadi bingung.
8. Egaliter. Artinya tidak membuat sekat-sekat atau pembatas antara
komunikator dengan komunikan. Jika ini tersa makna hubungan baik menjadi
terhapus.
9. Terbuka. Dalam artian bersedia untuk dikresi jika ada kekeliruan dan meminta
maaf jika salah. Sikap seperti ini turut mendukung komunikasi.
34
komunikasi interpersonal biasanya bersifat diadik, mencakup semua jenis
hubungan manusia- mulai dari hubungan yang paling singkat dan biasa, yang
seringkali diwarnai oleh kesan pertama, hingga hubungan yang paling mendalam
dan langgeng.
35
berlaku di antara mereka berdua. Elemen input yang juga menggerakkan proses
komunikasi interpersonal ialah adanya persepsi interpersonal dan konsep diri.
Manusia adalah makhluk berpikir yang memiliki nalar rasional untuk menilai
segala simuli. Proses menilai stimuli adalah persepsi. Di samping itu, manusia
juga mempunyai ukuran kepatutan dalam berprilaku yang bersumber dari konsep
diri.
1. Persepsi Interpersonal
36
Persepsi sosial kini telah memperoleh konotasi baru sebagai proses
mempersepsi objek-objek dan peristiwa-peristiwa sosial. Ada empat
perbedaan antara persepsi objek dan persepsi intepersonal, yaitu:
a. Stimulasi ditangkap oleh alat indera melalui benda-benda fisik dan stimuli
mungkin sampai kepada seseorang melalui lambang-lambang verbal atau
grafis.
b. Ketika menanggapi onbjek, seseorang hanya menanggapi sifat-sifat luar
objek itu, tapi tidak melihat sifat batiniyah obyek itu. Namun, pada
persepsi interpersonal mencoba memahami apa yang tidak tampak pada
alat indera seseorang.
c. Ketika mempersepsi objek, objek tidak bereaksi kepada seseorang;
seseorang itu pun tidak memberikan reaksi emosional padanya, tetapi
dalam persepsi interpersonal, akan terjadi sebaliknya.
d. Objek relatif tetap, sedangkan manusia berubah-ubah. Persepsi
interpersonal yang berobjekkan manusia kemudian menjadi mudah salah.
Pengaruh Faktor-faktor Situasional Pada Persepsi Interpersonal sebagai
berikut:
a. Deskrispsi Verbal
Deskripsi verbal adalah penjelasan dari suatu sifat yang diikuti dengan
sifat-sifat yang lainnya, baik sifat yang baik terlebih dahulu maupun
sifat yang tidak baik terlebih dahulu.
b. Deskripsi Proksemik
Petunjuk proksemik adalah persepsi yang didasarkan oleh adanya jarak-
jarak tertentu dalam proses komunikasi antara individu dengan individu
lainnya.
c. Petunjuk Kinesik
Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang
lain yang ditunjukkan kepada seseorang.
d. Petunjuk Wajah
37
Diantara petunjuk non verbal, petunjuk wajah adalah persepsi yang
didasarkan kepada ekspresi wajah untuk mengenali perasaan seseorang.
e. Petunjuk Paralinguistik
Petunjuk paralinguistik meliputi tinggi rendahnya suara, tempo bicara,
gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan
komunikasi atau obrolan).
f. Petunjuk Artifaktual
Petunjuk artifaktual adalah persepsi yang meliputi segala macam yang
terlihat oleh indera yang meliputi penampilan, kosmetik yang dipakai,
baju, pangkat, badge, dan atribut lainnya.
Pengaruh Faktor-faktor Personal pada Persepsi Interpersonal
Kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk
meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal seseorang. Beberapa ciri-ciri
khusus penanggap yang ceramat adalah:
a. Pengalaman
Pengalaman mempengaruhi keakuratan persepsi. Pengalaman tidak serta
merta melalui proses belajar formal. Pengalaman kami juga tumbuh
melalui rangkaian peristiwa yang kami alami.
b. Motivasi
Proses konstruktif yang membentuk banyak persepsi antarpribadi juga
melibatkan banyak faktor motivasi.
c. Kepribadian
Orang yang menerima dirinya apa adanya dan tidak merasa bersalah
cenderung menafsirkan orang lain dengan lebih hati-hati. Demikian juga,
orang yang pendiam, ramah, dan cenderung menilai orang lain secara
positif.
38
b. Implicit Personality Theory
Implicit Personality Theory adalah proses pembentukan kesan
yang terjadi karena adanya konsepsi atau kategorisasi yang
terbentuk dari awal komunikasi terjadi.
c. Atribusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan
karakteristik orang lain dengan melihat perilaku yang tampak
(Baron dan Byrne, 1979:56).
Proses Pengelolan Kesan, Menurut Erving Goffman menyebut proses
pengelolaan kesan timbul karena adanya petunjuk-petunjuk verbal dan non
verbal.
Pengaruh Persepsi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal
Kesalahan komunikasi antar manusia terjadi ketika orang tidak
memperhatikan persepsi orang lain. Ini meningkat ketika individu menjadi
sadar akan kesalahpahaman mereka.
2. Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita yang
meliputi pikiran dan harga diri kita sendiri.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
1) Orang Lain
Konsep diri seseorang dibentuk oleh evaluasi orang lain, baik positif
maupun negatif.
2) Kelompok Rujukan (Reference Group)
Konsep diri seseorang dibentuk oleh adanya norma-norma di dalam
kelompoknya, yang memaksa individu tersebut untuk bertindak sesuai
dengan norma-norma kelompok yang mengikatnya.
39
2) Membuka Diri
Ketika konsep diri kita selaras dengan pengalaman kita, kita menjadi
lebih terbuka terhadap pengalaman dan ide baru.
3) Percaya Diri
Kurangnya kepercayaan diri menyebabkan citra diri yang tidak sehat
dan orang yang inklusif dalam komunikasi.
4) Selektivitas
Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikatif karena
mempengaruhi pesan mana yang diterima. Jadi jika pesan tidak
langsung tersampaikan, ada baiknya mengembangkan konsep diri yang
sehat.
3. Atraksi Interpersonal
Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere menuju trahere yang artinya
adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang.
a. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Atraksi Interpersonal, antara lain:
1) Faktor Personal
Faktor personal sangat menentukan timbulnya atraksi seseorang
dengan orang lain. Adapun faktor-faktor personal yang mempengaruhi
atraksi interpersonal, adalah sebagai berikut:
a) Kesamaan Karakteristik Personal
Adanya kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat atau
status sosial, ekonomi, agama dan ideologi.
b) Tekanan Emosional
Orang-orang di bawah tekanan emosional membutuhkan kehadiran
orang lain untuk meningkatkan peluang mereka menyukai.
c) Harga Diri yang Rendah
Orang dengan harga diri rendah cenderung menyukai orang lain.
Orang yang tidak menarik dengan mudah menerima pertemanan
dari orang lain.
d) Isolasi Sosial
40
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
isolasi yang dialami seseorang, semakin besar kemungkinan
mereka menyukai orang lain.
2) Faktor Situasional
Adapun faktor-faktor situasional yang dapat memicu timbulnya
atraksi interpersonal, antara lain:
a) Daya Tarik Fisik (physical attractiveness)
Orang yang berpenampilan menarik biasanya lebih mudah
mendapatkan perhatian dan simpati orang lain.
b) Ganjaran (Reward)
Individu cenderung lebih menyukai mereka yang menawarkan
imbalan berupa dorongan motivasi atau dukungan moral.
c) Familiarity
Seseorang akan lebih menyukai sesuatu yang sebelumnya sudah ia
kenal akrab.
d) Kedekatan (Proximity) atau Closeness
Keintiman antar individu dapat muncul dari rangsangan netral,
lingkungan hidup yang dekat satu sama lain.
e) Kemampuan (Competence)
Orang cenderung lebih memilih orang dengan kemampuan lebih
tinggi dan orang lain yang lebih sukses dalam hidup.
3) Komunikasi Atraksi Interpersonal Pada Komunikasi Interpersonal
a) Penafsiran Pesan dan Penilaian
Manusia adalah makhluk yang rasional dan emosional, dan ketika
seseorang menyukai seseorang, mereka cenderung memiliki
pandangan positif terhadap segala sesuatu yang berhubungan
dengan orang itu, dan sebaliknya.
b) Efektivitas Komunikasi
Komunikasi interpersonal dikatakan efektif jika pertemuan
komunikasinya menyenangkan untuk diajak berkomunikasi.
4. Hubungan Interpersonal
41
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.
Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi
hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Terdapat beberapa teori mengenai
hubungan interpersonal yang kita kenal, yaitu:
a. Model Pertukan Sosial
b. Model Peranan
c. Model Permainan
d. Model Interaksional
42
Sikap mendukung adalah sikap yang digunakan untuk mengurangi sikap
defensif. Hal ini karena orang yang defensif dalam berkomunikasi
cenderung menutup diri dari ancaman dan tidak dapat memperoleh
informasi dari orang lain.
c. Sikap Terbuka
Pikiran terbuka memiliki dampak besar pada pengembangan komunikasi
interpersonal yang efektif. Dengan sikap terbuka, komunikasi diterima
secara selektif dan menjadi lebih mudah untuk berkomunikasi secara
komunikatif.
2.4.2 Aturan dan Harapan
43
H
A Motivasi
R
A
P
A
N Pengala- Nilai
man
Komunikasi
INTERPER-
SONAL
T
U
J
Kepriba U
-dian Norma A
N
Etika
Karena setiap individu memiliki harapan dan aturan yang berbeda, situasi ini
mengakibatkan karakteristik komunikasi interpersonal setiap individu menjadi
unik, istimewa, dan berbeda dari yang lain. , komunitas, sekolah, media massa,
44
dll, sehingga kepribadian individu tidak persis sama dengan anggota keluarga
lainnya.
2.4.3 Persepsi
45
Setiap komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih harus mengenali
kepribadian yang berbeda: diri sendiri dan diri sendiri dan pihak lain atau orang
yang menjadi mitra komunikasi. Mencoba menghargai orang lain memang tidak
mudah dan langsung. Upaya ini mempengaruhi proses psikologis – persepsi.
Persepsi adalah proses internal manusia yang memungkinkan kita untuk memilih,
mengatur, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita untuk mempengaruhi
perilaku kita.
Ketika kita berkomunikasi, kita akan mendasarkan persepsi terhadap orang
lain atas perilaku komunikasinya yang dapat kita amati. Beberapa hal yang patut
kita pelajari menyangkut persoalan dalam persepsi ini (Mulyana D. , 2000, p. 176)
mengungkapkan hal-hal berikut:
1. Persepsi mendasarkan pada pengalaman
Telah dikemukakan bahwa pola perilaku manusia didasarkan pada
(sebelumnya) persepsi yang dipelajari tentang realitas sosial. Artinya, persepsi
dan reaksi kita terhadap orang, benda, atau peristiwa sangat bergantung pada
pengalaman kita sebelumnya dengan orang, benda, atau peristiwa serupa.
Cara kita makan, cara kita menilai kecantikan, sama seperti cara kita bekerja
menilai pekerjaan mana yang baik untuk kita. Ini semua tergantung pada apa
yang diajarkan budaya kita tentang hal-hal ini..
2. Persepsi bersifat selektif
Pada dasarnya, indera kita merangsang kita dengan jutaan rangsangan
setiap saat. Ketika kita harus menafsirkan semua rangsangan ini, kita bisa
menjadi gila. Jadi kita harus mengatasi kompleksitas ini dengan berfokus pada
apa yang menarik minat kita. Pada dasarnya, perhatian kita adalah faktor
utama yang menentukan pemilihan rangsangan yang masuk ke dalam diri kita.
3. Persepsi bersifat dugaan
Karena pada dasarnya data yang kita peroleh melalui penginderaan tidak
pernah lengkap, makasering kita melakukan dugaan atau langsung melakukan
penyimpulan. Coba perhatikan gambar apa yang bisa dibuat dengan ketiga
titik dan keempat titik berikut ini.
4. Persepsi bersifat evaluative
46
Tidak sedikit orang beranggapan bahwa apa yang mereka persepsikan
sebagai sesuatu yang nyata. Artinya, perasaan seseorang sering
mempengaruhi persepsinya, padahal hal tersebut bukanlah sesuatu yang
objektif. Kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan
kepentingan subjektif kita sendiri. Karena itu persepsi bersifat evaluatif;
merupakan proses kognitif yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan
pengharapan dengan memaknai objek persepsi itu sendiri.
5. Persepsi bersifat kontekstual
Dalam semua peristiwa komunikatif, seseorang harus terus-menerus
mengatur dan merasakan rangsangan. Konteks tampaknya memiliki pengaruh
yang kuat pada persepsi yang terbentuk pada orang.
Untuk memahami orang lain, kita sebenarnya membutuhkan banyak
informasi, tetapi kita membutuhkan setidaknya tiga informasi penting. Yaitu,
tujuan orang tersebut, keadaan batin (psikologis), dan persamaan antara kita dan
orang itu. Pria. Mengenali tujuan orang lain memiliki beberapa implikasi bagi kita
dalam komunikasi. Tidak mungkin bagi kita untuk benar-benar mengamati
keadaan batin orang lain.
Namun, dengan mengamati perilakunya, kita dapat menyimpulkan apa
sikap, keyakinan, dan nilai-nilainya. Komponen perilaku nonverbal dianggap
sebagai refleksi paling akurat dari perasaan dan keadaan batin seseorang. Di sisi
lain, kesamaan kita dengan mereka yang berkomunikasi dengan kita
menumbuhkan empati timbal balik. Situasi seperti ini membantu membuat
komunikasi yang sedang berlangsung menjadi lebih nyaman.
Pengertian etika secara etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata
latin ethicus yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila
sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kenyataannya, banyak orang tertarik untuk
mempelajari etika, sehingga terdapat pengertian lain tentang etika ialah sebagai
suatu studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia,
47
mana yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai butuk, etika juga disebut ilmu
normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma)
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai tingkah laku, apakah baik atau
buruk (Suranto, 2011, p. 125).
Etika dapat mengantar orang kepada kemampuan untuk bersikap kritis dan
rasional, untuk membentuk pendapatnya sendiri dan bertindak sesuai dengan apa
yang dapat dipertanggungjawabkan-nya sendiri. Etika menyanggupkan orang
untuk mengambil sikap etis atau tidak, tergantung dengan kesesuaiannya terhdapa
norma-norma yang sudah dibakukan oleh sebuah institusi atau masyarakat.
Ukuran etika terletak pada kesesuaian tindakan dengan norma yang berlaku.
Dikalangan masyrakat Barat, terlambat datang pada pertemuan resmi sudah
menjadi beban tersendiri, misalnya merasa malu dan bersalah, mungkin juga
dilarang masuk ke ruangan rapat. Tetapi di Indonesia hal itu tampaknya tidak
terlalu menjadi masalah. Mengapa demikian? Karena norma yang dipakai
berbeda. Norma rujukan yang digunakan untuk menilai tindakan, wujudnya bisa
bermacam-macam. Mungkin tata-tertib, mungkin pula kode etik. Kode etik
disusun untuk dipergunakan sebagai perangkat nilai yang mengarahkan dan
mengawasi tindakan para anggotanya.
48
John C. Merill menguraikan adanya berbagai aliran etika yang dapat
digunakan sebagai standar menilai tindakan etis, antara lain aliran deontologist,
teleologis, egoism dan utiltarisme (Suranto, 2011, p. 127).
Ukuran etis yang berbeda dikemukakan oleh aliran teleologis (telos berarti
tujuan). Aliran ini melihat nilai etis bukan pada tindakan itu sendiri, tetapi dilihat
dari tujuan atas tindakan itu. Jika tujuannya baik dalam arti sesuai dengan norma
etika di masyarakat, maka tindakan itu digolongkan sebagai tindakan etis. Jadi,
apabila suatu tundakan bertujuan jelek, akan dikategorikan tidak etis. Dalam
hikayat betawi, kita mengenal ada seorang pemuda pribumi bernama Si Pitung,
yang sering melakukan perampasan harta kumpeni, tetapi dengan tujuan untuk
dibagikan kepada fakir miskin. Tindakan itu dianggap etis, karena bertujuan
mulia. Masalahnya adalah bahwa tujuan tindakan itu baik atau buruk, menurut
siapa? Suatu tindakan menurut yang melakukan bertujuan baik, tetapi bagi orang
lain mungkin terkandung tujuan jelek.
Etika egoisme menetapkan norma moral pada akibat yang diperoleh oleh
pelakunya sendiri. Artinya, tindakan dikategorikan etis dan baik apabila
menghasilkan terbaik bagi diri sendiri (individu) secara pribadi. Apabila sesorang
yang sudah selesai kuliah dihadapkan pada suatu pilihan etis, misalnya langsung
menikah, atau bekerja dulu sebelum menikah. Menurut aliran ini, jatuhnya pilihan
akan didasarkan pada opsi yang lebih menguntungkan diri sendiri. Jadi, mana
yang lebih etis sifatnya relative: apakah bekerja dulu atau menikah? Kalau
49
misalnya dirasa bekerja dulu lebih menguntungkan secara pribadi, itulah yang
lebih etis.
Karena standar etika yang ditetapkan adalah menurut kaca mata pribadi, maka
aliran etika ini dapat dinamakan sebagai etika pribadi.
“Memilih antara baik dan buruk itu bukan masalah etis, sebab jika
saya tahu apa yang baik dan apa yang buruk, maka saya akan memilih
yang baik itu. Jika saya tahu apa yang benar dan apa yang salah, maka
tidak ada masalah sama sekali, apa yang dilakukan adalah apa yang benar
itu. Maslaah etis sesungguhnya, jika seseorang membiarkan pengalaman
moralnya sendiri, dirumuskan tidak sebagai pertentangan antara baik dan
baik, antara benar dan benar, serta antara yang baik dan yang benar.”
Perbedaan sifat berbagai tindakan ada kalanya memang sangat sulit untuk
dibedakan. Misalnya saja kita sedang mengerjakan tugas penting di rumah yaitu
menanggapi tamu, tiba-tiba telepon berdering dan kita melihat tidak ada anggota
keluarga lain yang akan mengangkat telepon, masalah etisnya ialah bahwa antara
melayani tamu dan mengangkat telepon, kedua-duanya merupakan tindakan yang
baik. Untuk menentukan pilihan etis kita, meski kita mesti menggunakan berbagai
pertimbangan secara komprehensif.
50
2.5.3 Dasar-dasar Etika
Setiap kelomok masyarakat memegang teguh suatu norma yang telah disepakati
bersama untuk menilai suatu tindakan baik atau butuk. mana yang diperbolehkan
dan mana yang tidak. Norma yang berlaku untuk memandang perilaku warga
masyarakat itu dinamakan etika masyarakat. Sumber nilainya adalah dari norma
sosial dan nilai budaya yang berlaku. Wujud konteknya adalah seperangkat
peraturan atau ketentuan yang menetapkan tingkah laku yang baik dalam
pergaulan, dalam bermasyarakat atau dalam berhubungan dengan orang lain.
Dasar-dasar etika
4) Ingin membantu
51
7) Tidak menghargai milik orang lain
Standar etika adalah bahwa tindakan itu dikategorikan etis atau baik jika
sesuai dengan norma dan nilai sosial budaya di masyarakat. Dengan demikian,
tindakan itu tidak diukur dari kepentingan subjektif individu, melainkan pada
kesepakatan bersama masyarakat secara umum. Misalnya, disebuah desa di
kabupaten Purwodadi jawa tengah masyarakat menyepakati "aturan", bilamana
ada orang terbukti melakukan zina, maka dikenai sanksi adat, yaitu si pelaku laki-
laki harus menyetor 5 truk pasir untuk pembangunan desa. Bila si pelaku tidak
mengindahkan, maka tindakan lebih tegas akan diserahkan pada pemuda.
Kata profesi berasal dari bahasa latin professues yang berarti pekerjaan.
Dalam perkembangannya, profesi dipergunakan sebagai istilah untuk
menggambarkan jenis pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu disertai dengan
ketentuan-ketentuan normative. Didalam profesi itu ada keahlian yang khas, sertu
peraturan yang unik. yang membedakan dengan profesi lainnya. Ada profesi
dokter, guru, wartawan, humas, artis, dan sebagainya. Masing-masing diikat oleh
adanya ketentuan norma, baik tertulis maupun tidak tertulis, Norma yang
mengatur secara khusus itulah yang sering disebut sebagai etika profesi atau kode
etik profesi.
52
James J Spillane menyebutkan bahwa ciri-ciri khas dari profesi adalah sebagai
berikut (Suranto, 2011, p. 131):
53
1) Nilai nilai dan norma-norma sosial budaya setempat
Dibawah ini terdapat beberapa macam-macam etika komunikasi dan cara etika
berkomunikasi yang baik:
a) Melihat Ekspresi
54
mata adalah ungkapan perasaan yang sesungguhnya, untuk mengetahui apakah
seseorang berkata jujur ataukah bohong yaitu dapat dilihat dari matanya.
2) Jangan kita bicara sesuatu yang ingin dilupakan orang lain. Kembangkan tema
pembicaraan yang berguna baik bagi kita maupun teman kita. Kalau teman kita
sudah tidak tertarik dengan satu tema pembicaraan tertentu,hendaknya kita
memaklumi dan menyesuaikannya.
55
3) Janganlah mempergunjingkan orang lain apalgi yang digunjingkan iyu tentang
kejelekan dan sisi negative orang lain, memang menggunjing ngerumpi itu
mengasyikan, tetapi hal itu menunjukan etika jelek karena hanya membicarakan
kesalahan orang lain, tanpa dapat mengetahui bahwa diri kita mungkin saja
banyak kekurangan dan kesalahan.
5) Waktu berbicara hendaknya kita mengambil jarak yang sesuai dengan yang kita
ajak bicara. Nilai-nilai budi pekerti telah mengajari kepada para penganutnya
untuk mengatur jaraksedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan komunikasi.
Jika cara menelpon maupun menerima telepon tidak mengikuti tata kama maka
nama baik akan dipertaruhkan. Oleh karena itu sejumlah prinsip etika
berkomunikasi dengan telepon sangat perlu dipahami dandilaksanakan.
56
3. Ketika sedang berbicara, berilah perhatian sepenuhnya kepada lawan
bicara.
4. Janganlah berbicara dengan orang lain yang berada di dekat kita,berilah
isyarat secara halus kalau ada orang lain sedang mengajak bicara
5. Siapkanlah pensil dan kertas untuk mencatat seperlunya.
6. Pada akhir pembicaraan hendaklah mengucapkan terima kasih.
7. Setelah mengakhiri pembicaraan janganlah membanting gagang telepon.
8. Kalau telepon dirumah atau dikantor kita bordering, segera angkat gagang
pesawat karena dering telepon akan mengganggu ketenangan dan
menandakan kurangnya perhatian.
9. Cara mudah untuk menghindari pembicaraan telepon yang
menyalahietika, ialah dengan membayangkan seolah-plah lawan bicara
bertatap muka dengan kita.
1. Isi SMS yang hendak dikirmkan hendaknya dibaca ulang, jangan sampai
muncul kata-kata atau kalimat yang dapat menyinggung perasaan si
penerima
2. Penggunaan kata-kata kotor hendaknya dihindari dalam menulis pesan
SMS.
3. Kurang pantus jika kita menerima SMS yang perlu dibalas, tetapi
menunda-nunda sampai lupa membalasnya. Kita dapat dianggap kurang
memperhatikan dari si pengirim SMS.
57
4. Jangan menggunakan istilah singkatan yang tidak popular, karena dapat
menimbulkan salah penafsiran
5. Gunakan SMS sebagai ganti komunikasi telepon yang suaranya
bisamengganggu orang lain.
6. Menuliskan SMS dengan huruf capital, sering dianggap sebagai ungkapan
kemarahan.
58
5. Gunakan waktu belajar dan belanjakan uang untuk teknologi komunikasi
secara bijaksana.
6. Teknologi hanyalah merupakan alat bantu
Ada berbagai cara yang dipilih oleh anggota masyarakat untuk menunjukan
tindakan menghormati tamu. Kemampuan menerima dan menyambut tamu
dengan baik, akan berhubungan dengan penilaian si tamu terhadap diri dan
keluarga kita. Ada pepatah mengatakan "tamu adalah raja". Hal ini
mengisyaratkan bahwa menyambut tamu dengan baik merupakan kewajiban tuan
rumah. Ada berbagai cara unik yang dilakukan oleh masyarakat dalam
menyambut tamu:
1) Harus antri untuk memberi atau menerima sesuatu didepan loket jangan
menyerobot atau berdesakan. Berdiri dibelakang orang yang datang terlebih
dahulu.
59
3) Jangan duduk berselanjar kaki dibangku panjang untuk umum atau menaikkan
sepatu ke atas hangku yang di sediakan untuk pengunjung lainnya.
8) Jika sedang menderita flu,batuk dan pilek yang berlebihan kalau bisa tidak
meludah dan membuang ingus secara demonstratif dan bekas tisu di tempat
sampah terbuka di tempat umum.
7. Etika berkenalan
Ada pepatah yang bagus.memiliki musuh satu orang terlalu banyak dan
memiliki teman seribu terlalu sedikit. Artinya semakin banyak teman semakin
baik bagi kita. Salah satu cara menambah teman.adalah dengan berkenalan. Ada
berbagai cara yang dapat kita lakukan untuk berkenalan sesuai norma etika.
60
8. Etika dalam percakapan
61
● Berbisik-hisik
62
2.6.2 Kekurangan Komunikasi Intepersonal
63
Diantara uraian di atas dengan contoh-contoh, dapat kita daftar beberapa
kelebihan komunikasi antar-pribadi dibandingkan dengan bentuk komunikasi
lainnya, terutama dalam hal efektivitasnya dalam mengubah perilaku, sikap, opini,
dan perilaku komunikan. Antara lain komunikasi berlangsung secara tatap muka,
dengan komunikasi tatap muka, terjadi kontak pribadi.
64
2.7 Hambatan Komunikasi Interpersonal
65
Maksud dari kebenaran yang semu adalah benar tidak dan salahpun
juga tidak. Dan dalam kata-kata yang digunakan ada bumbu kebohongan di
dalamnya.Dalam sebuah komunikasi harus ada kejelasan ataupun kejujuran
agar ada keterbukaan antar personal.
4) Penipuan
Hambatan komunikasi yang lain adalah penipuan. Dalam sebuah
komuikasi bila terjadi penipuan akan merusak keakraban yang sudah terjadi
dan sudah terpelihara selama ini.
5) Tujuan yang tidak jelas.
Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam berhubungan agar ada
tujuan yang pasti,apabila tidak ada tujuan yang jelas akan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.Misalnya misskomunikasi yang dapat memecahkan
hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar personal yang lainya.
6) Salah paham
Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam
interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman
dalam berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman ini bisa terjadi perusakan
suatu komunikasi.Selain itu apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam
suatu hubungan komunikasi.Hubungan komunikasi antar personal tersebut
bisa pecah atau ada pemutusan hubungan.
7) Sisi historis/ pengalaman
Setiap orang pasti memiliki pengalaman sendiri-sendiri bila dari
pengalaman orang yang satu dengan yang lain tidak ada titik temu maka
terjadi kesalahpahaman. Dan bila orang yang bersangkutan tidak segera
memperbaiki bisa saja terjadi perusakan yang berakhir dengan pemutusan
suatu hubungan atau komunikasi.
8) Menganggap enteng lawan bicara
Dalam suatu komunikasi atau hubungan kita harus bisa menghormati
antar personal agar tercipta suatu hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak
ada rasa saling menghormatimaka akan terjadi hal-halyang tidak diiiginkan
misalnya pemutusan hubungan.
66
9) Mendominasi pembicaraan
Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita saling mengisi dan
melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu pembicaraan
komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan berjalan dengan lancar.
10) Pihak ketiga
Ketika terjadi komunikasi dua arah jangan sampai ada pihak ketiga
yangdatang karena pihak ketiga atau orang yang tidak diundang dapat merusak
suatu komunkasi yang sudah terbina dari awal. Hal ini dapat terjadi karena
pihak ketiga tidak tahu dari awala apa yang terjadidalam komunikasi dua arah
yang sebelumnya dan dai bisa merusak sedikit demisedikit komunikasi atau
hubungan yang sudah etrciptasebelumnya.
Di dalam berkomunikasi, selain keefektifan tentunya kita tak bisa lepas
dari hambatan dalam berkomunikasi. Berikut adalah hambatan-hambatan dalam
berkomunikasi:
1. Berkomunikasi tidak sesuai dengan tingkatan bahasa para pendengarnya.
2. Tidak mengerti keinginan arah pembicaraan dari para pendengarnya.
3. Tidak memahami latar belakang serta nilai-nilai yang dipegang teguh para
pendengarnya.
4. Tidak memahami kelas social para pendengarnya.
5. Adanya saling tidak percaya.
6. Tidak membalas pembukaan diri orang lain/ lawan bicara.
Adapula berdasarkan hambatan dibedakan atas sifatnya, dan jenis
hambatannya, yaitu:
1. Berdasarkan Sifatnya hambatan dibedakan menjadi 2
● Hambatan yang bersifat objektif
Kurangnya kemampuan berkomunikasi, penyajian pesan yang kurang
baik, waktu penyampaian yang kurang tepat.
● Hambatan yang bersifat subjektif
2. Berdasarkan jenis hambatan, dibagi menjadi 4 jenis:
● Akibat gangguan semantic
67
Hal ini disebabkan oleh pengetahuan mengenai kata-kata atau bahasa yang
tidak tepat seperti yang dimaksud oleh komunikator. Karena orang-orang
yang terlibat dalam suatu proses komunikasi mengionterpretasikan kata
atau bahasa dengan cara yang berbeda, maka dapat terjadi mereka
mempunyai pengertian yang berbeda pula.
● Adanya kepentingan-kepentingan yang ingin diperoleh baik
olehkomunikatir atau komunikannya. Kepentingan ini akan menentukan
seseorang selektif dalam mengartikan dan menanggapi suatu pesan.
Kepentingan akan menentukan daya tangkap, perasaan, pikiran, dan
tingkah laku seseorang.
● Kurangnya motivasi.
Dalam komunikasi, motivasi orang akan menentukan intensitas tanggapan
seseorang terhadap pesan yang dikomunikasikan.
● Adanya prasangka juga menjadi penghambat dalam proses komunikasi
antarpersona. Prasangka seseorang terhadap sesuatu masalah atau orang
lain biasanya ditentukan oleh term of reference orang tersebut.
Cara mengatasi hambatan komunikasi tersebut dengan beberapa cara sebagai berikut:
1. Gunakan umpan balik (feedback), setiap orang yang berbicara memperhatikan
umpan balik yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non
verbal, kemudian memberikan penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar.
2. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik. Setiap
individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari latar belakang
psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Dengan memahami,
seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat dalam berkomunikasi.
68
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
69
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika berkomunikasi secara
interpersonal, dimana kita harus memahami etika dalam berkomunikasi. Hal
tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dan menghindari
ketidaknyamanan selama berkomunikasi, sehingga hubungan antarpribadi dapat
dijaga dan berlangsung harmonis.
3.2 Saran
70
DAFTAR PUSTAKA
Fajar, M. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
71
Saudia, A. (2013). Komunikasi Interpersonal Yang Efektif Pada Kelompok Kerja
X. 2.
Tubbs, ST. & Moss, S. Terjemahan Deddy Mulayana & Gembirasari. (2005).
Human Communication: Prinsip-prinsip Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
72