Anda di halaman 1dari 73

KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Makalah ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


“Pengantar Ilmu Komunikasi”

Dosen Pengampu:
Siti Amanah, M.Si.

Disusun Oleh:
Kelompok 03 Kelas KPI B :
1. Nica Eksana ( 22103051 )

2. Sri Subaningsih ( 22103059 )

3. Vikry Dwi Putra ( 22103061 )

4. Alif Abidahtul Bariroh ( 22103062 )

5. Ilham Putra Romadon ( 22103073 )

6. Miftahul Munawaroh ( 22103076 )

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada teman-teman, kerabat, dan semua pihak yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan bantuannya sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan.

Adapun tujuan utama atas penyusunan makalah ini guna memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi.

Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.


Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
membangun, demi terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Kediri, 03 November 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Komunikasi Interpersonal

2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal

2.1.2 Komponen Komunikasi Interpersonal

2.1.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal

2.1.4 Fungsi Komunikasi Interpersonal

2.1.5 Jenis Komunikasi Interpesonal

2.1.6 Proses Komunikasi Interpersonal

2.2 Hubungan Interpersonal

2.2.1 Teori Hubungan Interpersonal

2.2.2 Ciri-ciri Hubungan Interpersonal

2.2.2 Siklus Hubungan Interpersonal

2.3 Efektivitas Komunikasi Interpersonal

2.3.1 Komunikasi Interpresonal Yang Efektif

2
2.3.2 Fungsi Komunikasi Interpersonal Yang Efektif

2.3.3 Cara Melakukan Komunikasi Interpersonal Yang Efektif

2.4 Sistem Komunikasi Interpersonal

2.4.1 Komunikasi Interpersonal Sebagai Sistem

2.4.2 Aturan dan Harapan

2.4.3 Persepsi

2.5 Etika Komunikasi Interpersonal

2.6.1 Pengertian Etika

2.6.2 Aliran Etika

2.6.3 Dasar-dasar Etika

2.6.4 Etika Komunikasi Interpersonal

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi Interpersonal

2.6.1 Kelebihan Komunikasi Interpersonal

2.6.2 Kekurangan Komunikasi Intepersonal

2.7 Hambatan Komunikasi Interpersonal

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan sehari-hari yang
paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial. Sehingga
kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan yang paling mendasar.
Komunikasi interpersonal telah melingkupi aspek kehidupan yang luas dan dapat
meluas jangkauannya. Komunikasi interpersonal dapat mencakup semua jenis
hubungan manusia mulai dari hubungan yang paling singkat, sederhana dan biasa,
yang seringkali diwarnai oleh kesan pertama, hingga hubungan yang paling
mendalam dan relatif permanen
Komunikasi interpersonal merupakan suatu proses penyampaian pesan
dari seseorang kepada orang lain atau pihak lain. Menurut pemahaman seperti ini,
komunikasi dikaitkan dengan pertukaran informasi yang bermakna dan harus
membawa hasil di antara orang-orang yang berkomunikasi. Komunikasi
interpersonal menghendaki informasi atau pesan dapat tersampaikan dan
hubungan di antara orang yang berkomunikasi dapat terjalin. Oleh karena itu
setiap orang apapun tujuan mereka, dituntut memiliki keterampilan komunikasi
interpersonal agar mereka bisa berbagi informasi, bergaul dan menjalin kerjasama
untuk bisa bertahan hidup.
Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengalami hambatan
berupa perbedaan pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan terjadi konflik
yang disebabkan oleh kesalahfahaman dalam berkomunikasi secara interpersonal.
Menghadapi situasi seperti ini, maka kita perlu memiliki pengetahuan mengenai
cara berkomunikasi yang baik dan efektif.
Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat
diperlukan agar kita dapat menjalin interaksi dan melaksanakan aktivitas dengan
lancar. Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi formal.
Lebih penting lagi ketika aktivitas di dalam lingkungan pekerjaan dimana
sebagian besar kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.

4
Maka dari itu, kemampuan atau soft skill komunikasi interpersonal
sangatlah penting. Untuk bisa meningkatkan kemampuan komunikasi
interpersonal, tentunya kita harus paham dan mengerti apa dan bagaimana
sesungguhnya komunikasi interpersonal itu. Sehingga, penulis tertarik untuk
menyusun sebuah makalah dengan judul “Komunikasi Interpersonal”.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep dasar komunikasi interpersonal?


2. Bagaimana proses komunikasi interpersonal?
3. Bagaimana hubungan interpersonal dalam komunikasi interpersonal?
4. Bagaimana etika komunikasi interpersonal?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan komunikasi interpersonal?
6. Apa saja hambatan dalam melakukan komunikasi interpersonal?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar komunikasi interpersonal?


2. Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi interpersonal?
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan interpersonal dalam komunikasi
interpersonal?
4. Untuk mengetahui bagaimana etika komunikasi interpersonal?
5. Untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan komunikasi
interpersonal?
6. Untuk mengetahui apa saja hambatan dalam melakukan komunikasi
interpersonal.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Komunikasi Interpersonal


Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia
akan tampak hampa apabila tidak ada komunikasi, karena tanpa komunikasi,
interaksi antar manusia secara perorangan, kelompok ataupun organisasi, tidak
mungkin dapat terjadi.
Komunikasi secara etimologis atau menurut kata asalnya berasal dari
bahasa latin yaitu yang berarti communication, yang berarti sama makna
mengenai suatu hal. Jadi berlangsungnya proses komunikasi terjadi apabila
terdapat kesamaan mengenai hal-hal yang dikomunikasikan ataupun kepentingan
tertentu. Komunikasi dapat berlangsung apabila ada pesan yang akan disampaikan
dan terdapat pula umpan balik dari penerima pesan yang dapat diterima langsung
oleh penyampai pesan. Selain itu komunikasi merupakan proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu, merubah sikap,
pendapat atau perilaku baik langsung secara lisan maupun tak langsung melalui
media. Dalam komunikasi ini memerlukan adanya hubungan timbal balik antara
penyampain pesan dan penerimanya yaitu komunikator dan komunikan.
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis
untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta
pembentukan pendapat dan sikap. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian seseorang terhadap
orang lain (Effendy, 2007, p. 9).
Komunikasi merupakan suatu proses yang berkembang, yaitu dari yang
bersifat impersonal menjadi interpersonal. Artinya, adanya peningkatan hubungan
di antara para pelaku komunikasi. Seringkali pertemuan interpersonal diawali
dengan pembicaraan pada masalah-masalah yang bersifat umum, seperti: umur,
tempat tinggal, pendidikan, asal daerah dan sebagainya, pada akhirnya
pembicaraan tersebut berkembang pada masalah-masalah yang lebih spesifik,

6
seperti: kebiasaan dan kesukaan, situasi tersebut menunjukkan adanya komunikasi
interpersonal (Sendjaja, 2004).
2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun
nonverbal (Mulyana, 2005, p. 73). Komunikasi itu menunjukkan bahwa pihak-
pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat dan mereka saling
mengirim dan menerima pesan baik verbal ataupun non-verbal secara simultan
dan spontan.
R. Wayne Pace pun mengungkapkan bahwa komunikasi
antarpribadi atau communication interpersonal merupakan proses
komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap
muka dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan
penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung
(Cangara, 1998, p. 32).

Selaras dengan itu De Vito dalam Saudia (2013) menjelaskan komunikasi


interpersonal sebagai pengiriman pesan-pesan dari seorang atau sekelompok
orang (komunikator) dan diterima oleh orang yang lain (komunikan) dengan efek
dan umpan balik yang langsung.
Dengan demikian, komunikasi interpersonal terjadi secara aktif bukan
pasif. Komunikasi ini merupakan komunikasi timbal balik antara pengirim dan
penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan sekedar serangkaian
rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan tetapi serangkaian proses saling
menerima dan penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh masing-masing
pihak.
Komunikasi interpersonal juga berperan untuk saling mengubah dan
mengembangkan. Dan perubahan tersebut melalui interaksi dalam komunikasi,
pihak-pihak yang terlibat untuk memberi inspirasi, semangat, dan dorongan agar
dapat merubah pemikiran, perasaan, dan sikap sesuai dengan topik yang dikaji
bersama.

7
Di dalam suatu masyarakat, komunikasi interpersonal merupakan bentuk
komunikasi antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu
yang bersifat pribadi. Sedangakan dalam suatu organisasi (bisnis dan non bisnis),
komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjadi antara manajer
dengan karyawan atau antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain
dengan menggunakan media tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
bersifat pribadi. Pola komunikasi yang terbangun dalam komunikasi interpersonal
lebih bersifat informal (Purwanto, 2011, p. 26).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan
komunikasi yang terjadi secara langsung baik itu secara verbal atau nonverbal
sehingga komunikator dan komunikan dapat menerima dan memberikan umpan
balik secara langsung yang dilakukan sekurang-kurangnya dua orang atau lebih,
dilakukan secara tatap muka dan atau menggunakan media.

Gambar 1 Komunikasi Tatap Muka

8
Agar komunikasi interpersonal yang dilakukan menghasilkan hubungan
interpersonal yang efektif dan kerjasama bisa ditingkatkan maka kita perlu
bersikap terbuka, sikap percaya, sikap mendukung, dan terbuka yang mendorong
timbulnya sikap yang paling memahami, menghargai, dan saling mengembangkan
kualitas. Hubungan interpersonal perlu ditumbuhkan dan ditingkatkan dengan
memperbaiki hubungan dan kerjasama antara berbagai pihak. Komunikasi
interpersonal dinyatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi komunikan.
2.1.2 Komponen Komunikasi Interpersonal
Komponen komunikasi interpersonal diidentifikasi dari dan dalam proses
penyampaian dan penerimaan pesan dari seseorang kepada orang lain atau
sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak dan peluang untuk memberikan
umpan balik segera. DeVito (1997, p. 27) mengemukakan komponen-komponen
tersebut terdiri dari 8 (delapan) komponen yang perlu dicermati setiap
komunikator, yaitu: (1) Konteks (lingkungan) komunikasi, (2) Sumber-penerima,
(3) Enkoding-dekoding (4) Kompetensi komunikasi, (5) Pesan dan saluran, (6)
Umpan balik, (7) Gangguan, dan (8) Efek komunikasi.

9
Gambar 2 Komponen Komunikasi Interpersonal
1. Konteks (lingkungan)

Konteks atau lingkungan merupakan hal yang kompleks. Antara dimensi fisik,
dimensi psikososial dan temporal saling mempengaruhi. Harus dipahami bahwa
itu adalah contoh dari banyak elemen lingkungan komunikasi, seperti
kenyamanan spasial, peran manusia, interpretasi budaya dan waktu. Komunikasi
selalu berubah, tidak pernah statis, selalu dinamis.

2. Komponen sumber-penerima

Hal ini menunjukkan bahwa keterlibatan manusia dalam komunikasi adalah


sebagai sumber dan penerima. Menunjukkan bahwa sumber komunikasi adalah
mengirim pesan. Kirim pesan dengan berbicara, menulis, menggerakkan tangan,
dan tertawa. Kami menerima pesan orang lain. Itu berarti mendengarkan, melihat,
menyentuh, dan mencium. Ketika kita berbicara dengan orang lain, kita mencari
tanggapan dari mereka: dukungan, pengertian, simpati, dll.

10
3. Encoding-Decoding

Sebagai pengirim atau penerima, manusia memulai proses komunikasi dengan


menuangkan pesan (pikiran atau ide) ke gelombang suara (lunak, api, padat,
marah, dll) atau ke selembar kertas. Kode yang dihasilkan melewati proses
pengkodean. Bagaimana sebuah pesan dikodifikasikan sangat tergantung pada
keterampilan, sikap, pengetahuan dan sistem sosial budaya yang
mempengaruhinya.

Mencoba membuat pesan saat berkomunikasi sebelum pesan dikirim atau


diterima. Simbol terlebih dahulu harus diubah menjadi berbagai kode atau simbol
tertentu dengan cara didengar atau dibaca oleh penerimanya. Hal ini merupakan
pengkodean ulang (decoding) dari pesan yang dikirimkan, dan tentunya tidak
terlepas dari keterbatasan interpretasi pesan. Seperti pengkodean pesan oleh
pengirim, pengkodean penerima dibatasi oleh keterampilan, sikap, pengetahuan,
dan sistem sosial budaya yang digunakan.

4. Kompetensi Komunikasi

Kompetensi komunikatif mengacu pada kemampuan untuk berkomunikasi secara


efektif. Kompetensi ini mencakup pengetahuan tentang peran lingkungan dalam
mempengaruhi isi dan format pesan komunikasi. Topik percakapan dapat
dipahami sebagai sesuai untuk dibagikan dengan orang-orang tertentu di
pengaturan tertentu, tetapi tidak pantas untuk orang lain dan pengaturan.
Keterampilan komunikasi juga mencakup keterampilan yang terkait dengan
perilaku nonverbal seperti kedekatan, kontak fisik, dan suara keras. Masalah
dengan keterampilan komunikasi dapat mengungkapkan mengapa beberapa lulus
dengan mudah, maju dengan cepat, dan sangat senang berbicara, dan mengapa
yang lain tidak. Di sini Anda akan diminta untuk meningkatkan keterampilan
komunikasi Anda sehingga Anda memiliki banyak pilihan untuk bertindak.

11
5. Pesan dan Saluran

Pesan sebenarnya adalah artefak fisik dari proses pengkodean. Ketika seseorang
berbicara, percakapan adalah pesannya. Ketika seseorang menulis, kalimat itu
adalah pesan. Saat kita berolahraga, latihan itu adalah sebuah pesan. Pesan
dipengaruhi oleh kode atau kumpulan simbol yang digunakan untuk
menyampaikan makna atau isi pesan itu sendiri, dan oleh keputusan yang memilih
dan mengatur kode dan isi. Sendjaja (2004) mengutip pendapat Reardon bahwa
kendala utama dalam komunikasi seringkali simbol yang sama atau simbol yang
memiliki arti yang berbeda. Dengan kata lain, pemilihan kode, kurang presisi
dalam menyampaikan makna, serta komposisi kode dan isi pesan dapat
berkontribusi pada bias komunikasi. Oleh karena itu, menurutnya, komunikasi
harus dilihat sebagai aktivitas di mana tindakan dan ucapan sama sekali tidak
berarti kecuali jika ditafsirkan oleh para partisipan yang terlibat. Saluran adalah
media yang dilalui pesan. Saluran dipilih oleh sumber komunikasi. Sumber
komunikasi dalam suatu organisasi biasanya ditentukan menurut jaringan umum
otoritas yang terkait dengan kinerja pekerjaan formal dalam organisasi. Saluran
informal biasanya digunakan untuk menyampaikan pesan pribadi atau pesan sosial
yang menyertai pesan formal.

6. Umpan Balik

Umpan balik adalah tinjauan tentang seberapa baik pesan menyampaikan


maknanya sebagaimana dimaksud. Setelah transcoding oleh penerima pesan,
subjek data benar-benar menjadi sumbernya. Artinya subjek data memiliki tujuan
tertentu untuk membalas pesan yang diterimanya dan harus mengirimkan pesan
tersebut melalui saluran terenkripsi tertentu kepada pihak yang semula bertindak
sebagai pengirim. Umpan balik akan menentukan apakah pesan telah dipahami
sepenuhnya dan apakah perbaikan diperlukan.

7. Gangguan

12
Gangguan merupakan komponen yang menghambat dan membaurkan pesan.
Gangguan merintangi sumber dalam mengirim pesan dan merintangi penerima
dalam menerima pesan. Gangguan ini dapat berupa fisik, psikologis dan semantik.

8. Efek Komunikasi

Pada setiap peristiwa komunikasi selalu mempunyai konsekuensi atau dampak


atas satu atau lebih yang terlibat. Dampak itu berupa perolehan pengetahuan,
sikap-sikap baru atau memperoleh cara-cara atau gerakan baru sebagai refleksi
psiko-motorik

2.1.3 Tujuan Komunikasi Interpersonal

Tujuan – tujuan komunikasi antarpribadi dapat dilihat dari dua perspektif


(Fajar, 2009, p. 80) yaitu:

1. Tujuan – tujuan yang dilihat sebagai faktor-faktor motivasi atau sebagai


alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi. Dengan
demikian komunikasi antarpribadi bias mengubah sikap dan prilaku
seseorang.
2. Tujuan – tujuan yang dipandang sebagai hasil efek umum dari komunikasi
antarpribadi. Dengan demikian sebagai suatu hasil dari komunikasi
antarpribadi adalah kita dapat mengenal diri kita sendiri, membuat
hubungan lebih baik, bermakna dan memperoleh pengetahuan tentang
dunia luar.

Menurut Widjaja dalam bukunya (2010, p. 8) Fungsi komunikasi antar


pribadi atau komunikasi interpersonal adalah berusaha meningkatkan hubungan
insani, menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi
ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang
lain.
Komunikasi interpersonal dapat mempererat hubungan antar pihak yang
berkomunikasi. Dalam kehidupan sosial, seseorang dapat menghabiskan hidupnya
dengan nyaman karena memiliki pasangan hidup. Melalui komunikasi
interpersonal, Anda juga dapat membangun hubungan yang baik untuk
menghindari dan mengatasi konflik yang muncul. Seseorang berkomunikasi
dengan orang lain tentu saja mempunyai tujuan tertentu. Adapun tujuan umum

13
yang ingin dicapai dalam komunikasi interpersonal adalah: 1) menyampaikan
informasi; 2) berbagi pengalaman; 3) menumbuhkan simpati; 4) melakukan kerja
sama; 5) menceritakan kekesalan atau kekecewaan; 6) menumbuhkan motivasi
(Purwanto, 2011, p. 27).

Tujuan komunikasi interpersonal yang utama adalah sebagai berikut:


1. Menemukan diri sendiri
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk
berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Dengan saling
membicarakan keadaan diri, minat, dan harapan maka seseorang memperoleh
informasi berharga untuk mengenali jati diri, atau dengan kata lain
menemukan diri sendiri (Suranto, 2011, p. 20). Melalui komunikasi
interpersonal pula kita dapat belajar bagaimana kita belajar menghadapi orang
lain, apa kekuatan dan kelemahan kita, dan siapa yang kita sukai atau tidak.

2. Menemukan dunia luar


Komunikasi interpersonal dapat mempererat hubungan antar pihak yang
berkomunikasi. Dalam kehidupan sosial, seseorang dapat menghabiskan
hidupnya dengan nyaman karena memiliki pasangan hidup. Melalui
komunikasi interpersonal, Anda juga dapat membangun hubungan yang baik
untuk menghindari dan mengatasi konflik yang muncul.

3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti


Kita menghabiskan sebagian besar waktu kita untuk berkomunikasi
dengan orang lain secara interpersonal. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan
membangun hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan seperti itu dapat
membantu mengurangi kesepian dan depresi, memungkinkan kita untuk
berbagi satu sama lain, dan umumnya membantu kita merasa lebih positif
tentang diri kita sendiri.

4. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku

14
Komunikasi interpersonal adalah bentuk komunikasi yang paling efektif
dan memiliki dampak terbesar pada perubahan sikap. Dalam prinsip komunikasi,
ketika komunikator menerima pesan atau informasi, berarti komunikator telah
terpengaruh oleh proses komunikasi. Pada dasarnya, komunikasi adalah sebuah
fenomena, sebuah pengalaman. Setiap pengalaman membawa makna bagi situasi
kehidupan manusia, termasuk kesempatan untuk mengubah sikap. Misalnya,
seorang ayah ingin anaknya mengubah sikap dan perilakunya agar lebih fokus
belajar dan tidak terlalu bergantung pada game mobile dan internet.

5. Untuk membantu (konseling)


Ada beberapa pekerjaan yang mengandalkan keterampilan komunikasi
interpersonal untuk melakukan tugas-tugas seperti: psikolog. Juga, kita biasanya
memiliki kemampuan untuk membantu orang lain dalam hubungan kita sehari-
hari. Misalnya, seorang remaja menceritakan kepada sahabatnya tentang putus
cinta. Mereka tidak menyadari bahwa tujuan dari ventilasi adalah untuk
membantu berpikir untuk solusi terbaik. Contoh lain: Seorang siswa berkonsultasi
dengan penasihat akademik tentang mata kuliah mana yang akan diambil.
Mengungkapkan perhatian kepada orang lain
Pada prinsipnya komunikasi interpersonal dimaksudkan untuk
menunjukan adanya perhatian kepada orang lain dan untuk menghindari kesan
dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup, dingin dan cuek (Suranto, 2011,
p. 19). Misalnya, seorang manajer bertanya kepada seorang karyawan tentang
berita karyawan. Sebenarnya, manajer mungkin tidak bermaksud untuk
meminta jawaban karyawan tentang kondisi atau kesehatan pribadinya, tetapi
ini dilakukan untuk mengesankan karyawan dan karyawan. Kursus untuk
menjaga hubungan baik dengan karyawan.

2.1.4 Fungsi Komunikasi Interpersonal


Komunikasi antar pribadi memiliki 2 fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi
pengambilan keputusan:

1. Fungsi Sosial

15
a) Untuk kebutuhan biologis dan psikologis
Kita tidak bisa hidup dan mempertahankan hidup sendirian sejak lahir.
Kita harus berkomunikasi dengan orang lain untuk memenuhi
kebutuhan biologis kita, seperti minum, dan kebutuhan psikologis kita,
seperti kesuksesan dan kebahagiaan. Melalui komunikasi, Anda juga
dapat memenuhi kebutuhan emosional Anda dan meningkatkan
kesehatan mental Anda. Kita belajar arti cinta, kasih sayang, keakraban,
simpati, rasa hormat, kebanggaan, bahkan iri dan benci. Melalui
komunikasi, kita dapat mengalami dan membandingkan berbagai
kualitas emosi ini.

b) Mengembangkan hubungan timbal balik


Komunikasi dengan proses sebab-akibat atau tindakan-respons secara
bergantian. Seseorang menyampaikan pesan secara verbal atau
nonverbal, penerima merespon secara verbal atau dengan kepala, orang
pertama bertindak lagi setelah menerima respon atau umpan balik dari
orang kedua, dan seterusnya meningkat. Oleh karena itu, keterkaitan ini
berperan sebagai faktor Pencipta dan meningkatkan komunikasi
interpersonal sehingga harapan dalam proses komunikasi benar-benar
terpenuhi.

c) Untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu diri sendiri


Komunikasi sangat penting untuk membangun konsep diri kita,
aktualisasi diri, kelangsungan hidup, mencapai kesejahteraan dan
menghindari tekanan. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah
pandangan kita tentang siapa diri kita dan hanya dapat diturunkan dari
informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Inilah yang disebut
aktualisasi diri atau eksistensi diri. Ketika kita berbicara, kita
sebenarnya mengatakan bahwa kita ada.

d) Menangani Konflik

16
Agar dapat berkomunikasi dengan baik, perlu diketahui situasi, kondisi,
dan karakteristik pihak lain. Seperti yang kita ketahui, semua manusia
seperti radar yang merekam lingkungannya. Orang sangat sensitif
terhadap bahasa tubuh, ekspresi wajah, postur, gerakan dan intonasi
suara, yang membantu individu untuk menekankan kebenaran, kejujuran
dan keaslian dalam komunikasi, dan komunikasi itu sendiri
mempengaruhi pola pikir lawan bicara. konflik yang timbul dalam suatu
organisasi atau kelompok masyarakat.

Fungsi pengambilan keputusan :


a) Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi
Komunikasi merupakan pengaruh yang sangat efektif dalam proses
pemberian dan pertukaran informasi. Dalam hal ini, komunikasi dapat
menyajikan informasi yang diinginkan dalam pesan yang dikirimkannya
sebagai topik pembicaraan dalam kegiatan komunikasi.

b) Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain


Komunikasi yang berjalan dengan cara ini memiliki konten persuasif dalam
arti pembicara ingin pendengar percaya bahwa fakta atau informasi yang
disampaikan adalah akurat dan layak untuk diketahui. Komunikasi dengan
karakter yang menarik secara tidak langsung menggoda orang untuk
melupakan masalah hidup.

2.1.5 Jenis Komunikasi Interpesonal

Terdapat beberapa jenis hubungan interpersonal, yaitu: a) berdasarkan


jumlah individu yang terlibat; b) berdasarkan tujuan yang ingin dicapai; c)
berdasarkan jangka waktu; serta d) berdasarkan tingkat kedalaman atau keintiman
(Andi Nuraedah Nur, 2009, p. 4). Hubungan interpersonal berdasarkan jumlah orang
yang terlibat dapat dibagi menjadi dua jenis: hubungan biner dan hubungan terner.

17
Hubungan diadik adalah hubungan antara dua orang. Sebagian besar hubungan kita
dengan orang lain bersifat dikotomis. William Wilmot menyarankan beberapa
karakteristik angka dua. Setiap dyad memiliki tujuan tertentu, individu dalam dyad
menunjukkan wajah yang berbeda dari yang mereka lakukan di dyad lainnya, dan
mengembangkan pola komunikasi dalam dyad (termasuk pola bahasa), fitur pembeda
atau pembeda yang membedakan relasi ini dari relasi biner lainnya.
Hubungan triad adalah hubungan antara tiga orang. Hubungan triadik ini
memiliki karakteristik yang lebih kompleks, dengan tingkat keintiman atau keintiman
yang lebih rendah antar individu, dan keputusan yang dibuat berdasarkan voting atau
voting mayoritas (dalam hubungan bilateral, keputusan dibuat dengan negosiasi).
Hubungan interpersonal berbasis tujuan dapat dibagi menjadi hubungan kerja dan
hubungan sosial. Hubungan tugas adalah hubungan yang timbul karena tujuannya adalah
untuk mencapai sesuatu yang tidak dapat dicapai secara individu. Misalnya, hubungan
antara pasien dan dokter, atau siswa yang melakukan tugas dalam kelompok. Hubungan
sosial adalah hubungan yang tidak dibentuk untuk tujuan menyelesaikan sesuatu.
Hubungan ini terbentuk (pribadi dan sosial). Misalnya, hubungan antara dua teman dekat,
atau hubungan makan siang antara dua kenalan. Hubungan interpersonal berdasarkan jam
juga dibagi menjadi hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Hubungan jangka
pendek adalah hubungan yang berlangsung hanya untuk waktu yang singkat. Misalnya,
hubungan antara dua orang yang bertemu di jalan dan saling bertukar sapa. Meskipun
hubungan jangka panjang berlangsung lama. Semakin lama hubungan berlangsung,
semakin banyak investasi yang dilakukan (misalnya dalam bentuk perasaan dan emosi,
materi, waktu, komitmen, dll). Dan karena investasinya besar, upaya kami untuk
mempertahankannya semakin besar.
Selain tiga jenis hubungan interpersonal yang disebutkan di atas, ada jenis
hubungan interpersonal lain berdasarkan kedalaman atau tingkat keintiman: hubungan
normal dan hubungan intim. Hubungan normal adalah hubungan yang tidak dalam,
impersonal, atau ritualistik. Hubungan intim atau intim, di sisi lain, ditandai dengan
pengungkapan diri. Semakin intim hubungan, semakin besar kemungkinan masalah
pribadi akan terungkap. Keintiman terkait dengan lamanya waktu keintiman tumbuh dari
waktu ke waktu. Oleh karena itu, hubungan dekat cenderung dipertahankan karena
investasi yang dilakukan individu dalam jangka waktu yang lama sangat tinggi.
Hubungan ini bersifat pribadi dan tidak memiliki masalah ritual.

18
2.1.6 Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan terjadinya


kegiatan komunikasi (Suranto, 2011, p. 10). Proses komunikasi interpersonal
adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya,
sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan
komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi
yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).

Proses komunikasi interpersonal dapat terjadi apabila ada interaksi antar


manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.
Tahapan proses komunikasi adalah sebagai berikut:

1. Penginterprestasian
Menafsirkan motif komunikasi yang muncul dalam diri komunikator. Dengan
kata lain, tahap pertama proses komunikasi dimulai dengan munculnya motif-
motif komunikasi dan berlanjut hingga pikiran komunikator mampu
menginterpretasikan apa yang dipikirkan dan dirasakannya ke dalam pesan-
pesan (masih abstrak). Proses menerjemahkan motif komunikatif ke dalam
pesan disebut interpreting.
2. Penyandian
Tahap ini masih ada pada komunikator pesan abstrak yang telah berhasil
diterjemahkan ke dalam simbol komunikatif oleh pikiran manusia.
Tahap ini disebut pengkodean, dan pikiran manusia bertindak sebagai
pembuat kode, sebagai alat pengkodean, mengubah pesan abstrak
menjadi pesan konkret.

3. Pengiriman
Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi,
mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut
transmitter, alat pengirimpesan.

19
4. Perjalanan
Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan
dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.

5. Penerimaan
Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui
peralatan jasmaniah komunikan.

6. Penyandian Balik
Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi
diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal
budinya berhasil menguraikannya (decoding).

Gambar 3 Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif:


1. Perspektif Psikologis

20
Perspektif ini merupakan tahapankomunikator pada proses encoding,
kemudian hasil encoding ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi
komunikasi interpersonal.
2. Perspektif Mekanis
Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan
dengan bahasa verbal/non verbal.
Komunikasi ini dibedakan menjadi:
1. Proses komunikasi primer.
2. Proses komunikasi sekunder.
3. Proses komunikasi linier.
4. Proses komunikasi sirkular.
Proses komunikasi primer adalah penyampaian pikiran oleh komunikator
kepada komunikan menggunakan lambang sebagai media. Proses Komunikasi
Sekunder merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah
memakai lambang sebagai media pertama. Proses Komunikasi linier adlah
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.
Proses komunikasi sirkular yaitu terjadinya feedback atau umpan balik dari
komunikan ke komunikator.
Kesimpulan adanya proses komunikasi bahwa:
1. Komunikasi bersifat dinamis.
2. Tahapanproseskomunikasi bermanfaat untuk analisis.
3. Proseskomunikasi dapat terhenti setiap saat.
4. Pesankomunikasi tidak harus diterima.
5. Tindak komunikasi merupakan indikasi komunikasi.
Proses komunikasi yang lainnya menurut Bovee dan Thill (Vardiansyah,
2004) proses komunikasi terdiri atas enam tahap, yaitu:
1. Pengiriman mempunyai asuatu de atau gagasan.
2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan.
3. Pengirim menyampaikan pesan.
4. Penerima menerima pesan
5. Penerima menafsikan pesan.

21
6. Penerima memberi tangapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim.
Keenam tapan dalam prose komunikasi tersebut dapat di gambarkan dalam sebuah
diagram berikut:

Tahap 1 Tahapan 6
pengirim Penerima mengirim
mempunyai gagasan ide pesan

SALURAN dan
MEDIA
Tahapan 2 Tahapan 5
Pengirim mengubah Penerima
ide menjadi pesan menafsirkan pesan

Tahapan 3 Tahapan 4
Pengirim mengirim Penerima menerima
Gambar 4 Tahap Proses Komunikasi pesan
pesan
1. Tahap Pertama: Pengirim Mempunyai Suatu Ide/ Gagasan

Sebelum Anda melalui proses menyampaikan pesan Anda, Anda harus


mempersiapkan ide atau gagasan yang ingin Anda sampaikan kepada lawan atau
audiens Anda saat Anda mengirim pesan Anda. Ide datang sebelum kita dari
berbagai sumber. Dunia dipenuhi dengan segala macam informasi yang dapat
dilihat, didengar, dicium, dicicipi, dan disentuh. Ide-ide di kepala kita disaring dan
diatur ke dalam ingatan yang berada di jaringan otak kita. Ini adalah diagram
persepsi kita tentang realitas. Setiap orang memiliki peta mental yang berbeda
dalam hal memahami dunia dan menyerap pengalaman dengan cara pribadi
mereka sendiri.

Persepsi itu unik, jadi apa yang ingin Anda sampaikan mungkin berbeda dari
orang ke orang. Bahkan dua orang yang pernah mengalami hal yang sama
memiliki kesan yang berbeda. Misalnya, jika dua orang menghadiri briefing
presiden dan diminta untuk berbagi pengalaman, tentu akan ada beberapa

22
perbedaan. Karena Anda menyaring, memperhatikan, dan hanya mengingat apa
yang menurut Anda menarik atau penting. Seorang komunikator yang baik harus
memperhatikan apa yang penting dan relevan. Dalam dunia komunikasi, proses
ini disebut abstraksi.

2. Tahapan Kedua: Pengiriman Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan

Tidak semua ide diterima atau dipahami sepenuhnya dalam proses komunikasi.
Proses komunikasi dimulai dengan ide di kepala Anda, yang diterjemahkan ke
dalam kata-kata, ekspresi wajah, dan pesan lain yang disampaikan kepada orang
lain.

Agar dapat diterima dan dipahami sepenuhnya, pengirim pesan perlu


memperhatikan beberapa hal. Yaitu, subjek (apa yang ingin Anda katakan),
maksud (tujuan), audiens, gaya pribadi, latar belakang Buaya, dll. Sebagai contoh
sederhana, orang Timur pada umumnya cenderung menggunakan bahasa yang
tidak langsung dan halus untuk menyampaikan pesan mereka. Untuk menyatakan
penolakan Anda, pertama-tama Anda harus menggunakan kalimat pembuka yang
netral dan kemudian menyatakan penolakan Anda.

3. Tahapan Ketiga: Pengirim Menyampaikan Pesan

Setelah mengubah ide pesan, tahap selanjutnya adalah menyampaikan pesan


kepada penerima pesan melalui berbagai saluran atau efisiensi penyampaian pesan
yang ada. Saat mengomunikasikan pesan yang panjang dan kompleks secara
verbal, pesan-pesan ini dapat terdistorsi atau bahkan bertentangan dengan pesan
aslinya. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan jenis pesan yang Anda
sampaikan.

4. Tahapan Keempat: Penerima Menerima Pesan

Komunikasi antar manusia terjadi ketika pencetus (communicator) mengirim


pesan dan penerima (communicate) menerima pesan. Ketika seseorang mengirim
surat, komunikasi baru terjalin hanya jika penerima surat itu membaca dan

23
memahami isinya. Ketika seseorang memberikan pidato publik, audiens
diberitahu sebagai pesan Anda harus dapat mendengar dan memahami.

5. Tahapan Kelima: Penerima Menasirkan Pesan

Setelah penerima menerima pesan, langkah selanjutnya adalah bagaimana


menafsirkan pesan tersebut. Sebuah pesan yang dikirim oleh pengirim harus
mudah dipahami dan disimpan dalam memori penerima pesan, dapat dengan
benar menafsirkan pesan baru sebagai pengirim pesan.

6. Tahapan Keenam: Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke


Pengirim

Umpan nalik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu rantai


komunikasi.Umpan balik tersebut meruakan tanggapan penerima pesan yang
memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Setalah menerima
pesan, komunikan akan memberi tanggapan dengan cara tertentu dan memberi
sinyal terhadap pengirim pesan. Sinyal yang diberikan oleh penerima pesan
beraneka macam, dapat berupa suatu senyuman, tertawa, sikp murung, cemberut,
memberi komentar sekilas (singkat), anggukan sebagai pembenaran, atau pesan
secara tertulis. Sebagai contoh, seorang karyawan perusahaan menerima sepucuk
surat dari pimpinan ia tampak berseri-seri, dapat diduga bahwa ia menerima
beritaa yang menyenangkan dari piimpinanya tersebut. Bentuk ekspresi wajah
tersebut adalah contoh adanya umpan balik dalam berkomunikasi.

Selain itu, adanya umpan balik dapat menunjukkan adanya hambatan komunikasi
seperti: Beda latar belakang, beda interpretasi kata, beda respon emosional.
2.3 Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Menurut Mahmudi (2005, p. 92) efektivitas merupakan hubungan antara


output yang dihasilkan dengan tujuan, semakin besar kontribusi output terhadap
pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi di dalam program atau
kegiatan. . Adapun Prasetyo Budi Saksono mengatakan efektivitas adalah
seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang
diharapkan dari sejumlah input.

24
Sehingga efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (kuantitas, kualitas,dan waktu) yang telah tercapai oleh manajemen, yang
mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.

Komunikasi interpersonal yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal


yang baik. Kesalahan komunikasi sekunder terjadi ketika isi pesan dipahami, tetapi
hubungan antara komunikator terganggu. Komunikasi interpersonal yang efektif
mencakup banyak elemen, tetapi hubungan interpersonal mungkin yang paling penting.
Banyak sumber hambatan komunikasi memiliki pengaruh yang kecil ketika ada hubungan
yang baik antara komunikator.

2.3.1 Komunikasi Interpresonal Yang Efektif

Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum


yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap
mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan
(equality) (Devito, 1997).

1. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan berkaitan dengan setidaknya tiga aspek komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikator interpersonal yang efektif harus terbuka
dengan orang-orang yang berinteraksi dengan mereka. Ini tidak berarti bahwa
semua resume harus segera diungkapkan. Sebaliknya, Anda harus bersedia
membuka pikiran untuk mengungkapkan informasi yang biasanya
tersembunyi. Kedua, ada hubungannya dengan kesediaan komunikator untuk
merespon secara jujur terhadap rangsangan yang masuk. Misalnya, orang yang
pendiam, tidak kritis, dan tidak responsif biasanya berpartisipasi dalam
percakapan yang membosankan. Kami ingin orang-orang menanggapi secara
terbuka apa yang kami katakan. Aspek ketiga dari "memiliki" emosi dan
keterbukaan dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa emosi dan pikiran
yang Anda ekspresikan adalah milik Anda dan tanggung jawab Anda.

25
2. Empati
Henry Backrack (Cangara, 1998) mendefinisikan empati sebagai
kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain
pada suatu saat tertentu dari sudut pandang orang lain itu melalui kacamata
orang lain. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman
orang lain, perasaan dan sikapnya, serta harapan dan keinginannya untuk masa
depan. Pemahaman tentang empati ini memudahkan orang lain untuk
mengoordinasikan komunikasi mereka, termasuk apa yang Anda katakan dan
bagaimana Anda mengatakannya.

3. Sikap mendukung
Hubungan antarpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat
sikap mendukung (supportiveness). Komunikasi yang terbuka dan empatik
tidak dapat berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Maksudnya
satu dengan yang lainnya saling memberikan dukungan terhadap pesan yang
disampaikan. Jack R. Gibb (Fajar, 2009, p. 84) menyebutkan tiga perilaku
menimbulkan sikap suportif, yakni Kita memperlihatkan sikap mendukung
dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategic,
dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

4. Sikap Positif
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpersonal
dengan sedikitnya dua cara:
a. Menyatakan sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
b. Perasaan positif pada suatu situasi komunikasi pada umumnya sangat
Sikap positif dapat ditunjukkan melalui berbagai perilaku dan sifat.
Misalnya, menghargai orang lain, berpikir positif tentang orang lain, tidak
terlalu curiga, memuji dan menghargai, dan bekerja sama.

26
5. Kesetaraan
Konflik dilihat bukan sebagai kesempatan untuk mengalahkan satu sama
lain tetapi sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti
ada.Kesetaraan tidak perlu ada.Ketidaksetaraan dapat muncul dalam situasi
apa pun.Ada... salah satunya mungkin lebih pintar. Lebih kaya, lebih cantik,
lebih cantik, atau lebih sporty daripada yang lain. Tidak ada dua orang yang
persis sama. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi antarpribadi lebih
efektif ketika suasananya seimbang. Ini berarti bahwa kedua belah pihak
harus secara implisit mengakui bahwa mereka sama-sama berharga dan
berharga, dan bahwa masing-masing pihak memiliki sesuatu yang penting
untuk disumbangkan. Hubungan interpersonal yang dicirikan oleh
ketidaksepakatan yang sama menerima begitu saja dan menerima semua
perilaku verbal dan nonverbal orang lain. Kesetaraan berarti menerima orang
lain. Kesetaraan, dalam kata-kata Carl Rogers, mendorong kita untuk
menunjukkan "pertimbangan positif tanpa syarat" kepada orang lain.

Contoh perilaku yang menunjukan kesetaraan antara lain:


a. Menempatkan diri setara dengan orang lain
b. Menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda
c. Mengakui pentingnya kehadiran orang lain
d. Tidak memaksa kehendak
e. Komunikasi dua arah
f. Saling memerlukan
g. Suasana komunikasi akrab dan nyaman

Keefektifan komunikasi interpersonal dapat pula dijelaskan dari prespektif


The 5 Inevitable Laws of Effective Communication atau lima hukum komunikasi
efektif (ajimahendra.blogspot.com). Lima hukum itu meliputi: Respect, Empathy,
Audible, Clarity, dan Humble disingkat REACH yang berarti meraih. Hal ini relevan
dengan prinsip komunikasi interpersonal, yakni sebagai upaya bagaimana meraih

27
perhatian, pengakuan, cinta kasih, simpati, maupun respom positif dari orang
lain.
1. Respect
Prinsip pertama dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang
efektif adalah rasa hormat—penghormatan—untuk setiap individu yang
menjadi sasaran pesan kita. Saling menghormati dan menghargai adalah
hukum pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain.
2. Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri dalam situasi
dan keadaan yang dihadapi orang lain. Komunikasi empatik dimulai dengan
memahami dan mendengarkan apa yang dikatakan orang lain. Bangun
keterbukaan dan kepercayaan yang Anda butuhkan untuk berkolaborasi dan
membangun sinergi dengan orang lain. Empati meningkatkan kemampuan
kita untuk menyampaikan pesan dengan cara dan sopan santun yang dapat
diterima oleh komunikator. Agar pesan kita nantinya sampai ke penerima
tanpa hambatan psikologis atau penolakan.
3. Audible
Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengertikan
atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar
terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka
audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima
pesan.
4. Clarity
Selain perlunya memahami pesan secara utuh, hukum keempat terkait
adalah memperjelas pesan itu sendiri agar tidak menimbulkan multitafsir
atau penafsiran yang berbeda. Kejelasan juga bisa berarti keterbukaan dan
transparansi. Dalam komunikasi interpersonal, Anda harus mengembangkan
sikap terbuka (tidak ada yang disembunyikan atau disembunyikan) sehingga
Anda dapat menanamkan kepercayaan pada penerima pesan Anda..

28
5. Humble
Hukum kelima dalam membangun komunikasi interpersonal yang efektif
adalah kerendahan hati. Sikap ini merupakan elemen yang terkait dengan
hukum pertama untuk membangun rasa hormat terhadap orang lain, yang
biasanya didasarkan pada sikap rendah hati kita. Ketika kita berpijak pada
prinsip-prinsip dasar, kita menjadi komunikator yang berwibawa dan mampu
menyampaikan pesan kita dalam cara yang sesuai dengan situasi
komunikator. Komunikasi antarpribadi yang tidak mempertimbangkan
keadaan orang lain sering kali mengarah pada komunikasi satu arah yang
arogan yang menyinggung perasaan orang lain..
Dalam pelaksanaannya Jalaludin Rakhmat dalam bahwa komunikasi
antarpribadi dipengaruhi oleh persepsi interpersonal; konsep diri; atraksi
interpersonal; dan hubungan interpersonal (Cangara, 2007).

1. Persepsi interpersonal

Persepsi memberi makna pada rangsangan sensorik dan menginterpretasikan


informasi sensorik. Persepsi interpersonal berarti memberi makna pada
rangsangan sensorik yang berasal dari seseorang (berkomunikasi) dalam bentuk
pesan verbal dan nonverbal. Keakuratan persepsi interpersonal mempengaruhi
keberhasilan komunikasi, dan komunikator yang memberikan makna yang salah
pada pesan mereka menyebabkan kegagalan komunikasi.

2. Konsep diri

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.
Konsep diri yang positif ditandai dengan lima hal, yaitu:
a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah;
b. Merasa stara dengan orang lain;
c. Menerima pujian tanpa rasa malu;
d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan
dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat;

29
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.

3. Atraksi Interpersonal

Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan
daya tarik seseorang. Komunkasi antarpribadi dipengaruhi atraksi interpersonal
dalam hal:

a) Interpretasi pesan dan penilaian; Pendapat dan penilaian kita


tentang orang lain tidak hanya didasarkan pada pertimbangan
rasional, mereka juga makhluk emosional. Jadi ketika Anda
menyukai seseorang, Anda cenderung memiliki pandangan positif
terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan orang itu.
Sebaliknya, pembenci cenderung memandang sifat tersebut secara
negatif.
b) Efektivitas komunikasi. Komunikasi antarpribadi dinyatakan efektif
bila pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan
bagi komunikan. Bila kita berkumpul dalam satu kelompok yang
memiliki kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka.
Bila berkumpul dengan denganorang-orang yang kita benci akan
membuat kita tegang, resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri
dan menghindari komunikasi.

4. Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal dapat didefinisikan sebagai hubungan antara satu


orang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik meningkatkan tingkat
keterbukaan bagi orang untuk mengekspresikan diri, dan semakin hati-hati
persepsi mereka tentang orang lain dan persepsi mereka tentang diri mereka
sendiri, semakin efektif komunikasi antara peserta komunikasi.

Dalam komunikasi interpersonal terdapat ancaman pragmatis untuk


efektivitas antarpersonal yaitu:

30
1. Kepercayaan Diri
Untuk menjadi komunikator yang efektif, kita memerlukan kepercayaan diri
terhadap sosial. Perasaan cemas tidak dengan mudah dilihat oleh orang lain.
2. Kebersatuan
Ini mengacu pada perpaduan pembicara dan pendengar untuk menciptakan
rasa komunitas dan persatuan. Kami mengomunikasikan kesatuan secara
nonverbal dengan mempertahankan kontak mata yang sesuai, keintiman fisik
yang mencerminkan keintiman psikologis, dan citra tubuh yang langsung dan
terbuka.
3. Manajemen interaksi
Komunikator yang efektif mengelola interaksi untuk kepuasan kedua belah
pihak. Dengan manajemen interaksi yang efektif, tidak ada yang diabaikan
atau dianggap penting. Masing-masing pihak berkontribusi pada semua
komunikasi.
4. Daya ekspresi

Ini mengacu pada kemampuan untuk mengkomunikasikan keterlibatan yang


tulus dalam hubungan interpersonal. Ekspresifitas adalah keterbukaan dalam
hal menekankan komitmen, yang meliputi, misalnya, bertanggung jawab atas
pikiran dan perasaan, dan mendorong untuk bertanggung jawab atas pikiran
dan perasaan.

5. Orientasi kepada orang lain

Orientasi ini secara interpersonal berkaitan dengan kemampuan kita untuk


beradaptasi dengan lawan bicara kita. Ini termasuk menunjukkan perhatian dan minat
Anda pada apa yang dikatakan orang lain.

31
2.3.2 Fungsi Komunikasi Interpersonal Yang Efektif

Komunikasi interpersonal dianggap efektif ketika orang lain memahami


pesan dengan benar dan merespons seperti yang diinginkan. Komunikasi
interpersonal yang efektif ini ini bertujuan untuk:
a. Membentuk dan menjaga hubungan baik antar individu.
b. Menyampaikan pengetahuan.
c. Mengubah sikap dan perilaku.
d. Pemecahan masalah hubungan antar pribadi
e. Citra diri menjadi lebih baik.

Membentuk & Menyampaikan


menjaga Pesan/informasi
hubungan baik

KOMUNIKASI Mengubah sikap


Jalan menuju
INTERPERSONA dan perilaku
sukses
L EFEKTIF

Membangun citra Pemecahan


diri masalah hubungan

Gambar 6 Fungsi Komunikasi Interpersonal Yang Efektif

Komunikasi interpersonal yang efektif membantu mencapai tujuan


tertentu. Komunikasi interpersonal yang buruk dapat memiliki konsekuensi mulai

32
dari waktu yang terbuang hingga konsekuensi yang tragis. Misalnya, kegagalan
komunikasi antara kondektur kereta dan pengemudi dapat menyebabkan tabrakan
antar kereta, yang mengakibatkan kerusakan properti dan cedera pribadi. Kita
harus menyadari bahwa komunikasi interpersonal adalah jalan menuju
kesuksesan. Keterampilan komunikasi yang efektif adalah komponen kunci
kesuksesan.

2.3.3 Cara Melakukan Komunikasi Interpersonal Yang Efektif

Agar komunikasi yang kita lakukan menjadi efektif maka perlu


memperhatikan cara-cara berikut:

1. Menguasai ragam komunikasi.


Komunikasi interpersonal yang efektif membantu mencapai tujuan tertentu.
Komunikasi interpersonal yang buruk dapat memiliki konsekuensi mulai dari
waktu yang terbuang hingga konsekuensi yang tragis. Sebagai contoh, jika
komunikasi antara pramugari dan masinis terputus, kereta api dapat saling
bertabrakan, yang mengakibatkan kecelakaan fatal.Komunikasi memiliki
berbagai aspek. Bisakah Anda berkomunikasi secara lisan atau tertulis? Ada
juga bahasa isyarat dan komunikasi non-verbal. Teknik yang digunakan
tergantung dimana komunikasi berlangsung dan dengan siapa. Hal-hal berikut
harus dipertimbangkan ketika menggunakan bahasa lisan: (1) kata-kata yang
digunakan dalam komunikasi dapat dipahami, (2) kecepatan dapat diatur
dengan tepat, yaitu tidak terlalu cepat atau terlalu lambat, dan (3) intonasi
ucapan, pengucapan dan ejaan harus jelas. (4) Volume suara dapat diatur
dengan tepat, tidak terlalu keras, tidak terlalu lembut, tergantung pada
pembicara. (5) Singkat dan jelas. Komunikator dikatakan efektif bila pesan
yang disampaikan jelas dan ringkas. (6) Waktu berarti meluangkan waktu
untuk mendengarkan, mendengarkan, atau memperhatikan apa yang
dikatakan. Perhatikan ekspresi wajah, kontak mata, postur, dan gerak tubuh
saat menggunakan bahasa tubuh dan bahasa isyarat. Semua ini
menggambarkan pikiran pengirim pesan atau penerima pesan. Apakah Anda

33
setuju dengan semua yang telah Anda katakan? seni dan kehidupan. Kita harus
menyadari bahwa komunikasi interpersonal adalah jalan menuju kesuksesan.
Keterampilan komunikasi yang efektif adalah komponen kunci kesuksesan.
2. Bersikap empati. Seperti yang sudah di sebutkan, empati berarti memahami
apa yang dirasakan komunikator sambil menempatkan diri kita pada situasi
yang kita alami.
3. Fleksibel. Kita tidak harus selalu serius etika berkomunikasi, kadang
diperlukan sisipan informal seperti humor ketika berkomunikasi.
4. Lugas dan ringkar. Gunakan kata kata atau frasa yang to the point dan
ringkas. Juga, jika memungkinkan gunakan kkata kata atau kalimat yang
pendek dan mudah dimengerti maknanya. Pemakaian kata atau kalimat yang
panjang akan menjadi membosankan.
5. Memahami bahasa non verbal yang tepat. Terkadang pemakaian bahsa tubuh
lebih bermakna ketimbang bahasa verbal karena sulit dimanipulasi.
6. Menjadi pendengar yang baik. Artinya ketika seseorang berbicara, kita harus
mendengarkan dengan seksama agar dapat memberikan feedback yang baik
kepada lawan bicara kita.
7. Konsisten. Konsisten mempunyai makna kesucian. Dalam konteks
komunikasi tidak begitu saja mengalihkan topik pembicaraan kepada
komunikan sehingga komunikan menjadi bingung.
8. Egaliter. Artinya tidak membuat sekat-sekat atau pembatas antara
komunikator dengan komunikan. Jika ini tersa makna hubungan baik menjadi
terhapus.
9. Terbuka. Dalam artian bersedia untuk dikresi jika ada kekeliruan dan meminta
maaf jika salah. Sikap seperti ini turut mendukung komunikasi.

2.4 Sistem Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal atau disebut juga komunikasi antarpribadi


adalah komunikasi yang dilakukan dua orang atau lebih dengan interaksi secara
tatap muka atau melalui media, dan biasanya feedbacknya langsung diketahui dan
efeknya pun cepat diketahui. Tubbs & Moss (2005, p. 21) mengatakan bahwa

34
komunikasi interpersonal biasanya bersifat diadik, mencakup semua jenis
hubungan manusia- mulai dari hubungan yang paling singkat dan biasa, yang
seringkali diwarnai oleh kesan pertama, hingga hubungan yang paling mendalam
dan langgeng.

2.4.1 Komunikasi Interpersonal Sebagai Sistem

Geoffrey Gordon (Simatupang, 1995, hal. 6) mendefinisikan sistem


sebagai suatu pola interaksi dan saling ketergantungan yang teratur. Togar M.
Simatupang (Simatupang, 1995, p. 7), menyebutkan lima unsur utama yang
terdapat dalam sistem, yaitu:

1) Elemen-elemen atau bagian-bagian


2) Adanya interaksi atau hubungan antar elemen-elemen atau bagian-bagian
3) Adanya sesuatu yang mengikat elemen-elemen atau bagian-bagian tersebut
menjadi suatu kesatuan
4) Terdapat tujuan bersama, sebagai hasil akhir
5) Berada dalam suatu lingkungan yang kompleks.

Suatu sistem memiliki komponen-komponen yang saling berinteraksi dan


sangat mempengaruhi efektifitas kerja sistem tersebut. Ada tiga komponen sistem:
input, proses (prosesor), dan output. Input mewakili komponen penggerak, proses
(prosesor) mewakili sistem operasi, dan output mewakili hasil kerja sistem.
Komunikasi interpersonal sebagai suatu sistem, jika ditelaah secara rinci,
berarti bahwa proses komunikasi juga memiliki komponen input, proses, dan
produk. Input adalah penggerak dan sumber output yang mendorong proses
komunikasi interpersonal. Contoh: Harapan dan Aturan. Tubbs & Moss (2005, p.
3) menegaskan bahwa harapan dan aturan menggerakkan manusia untuk
berkomunikasi. Tidak ada dua orang manusia, bagaimanapun akrabnya hubungan
mereka, benar-benar hidup terlepas dari aturan-aturan dan harapan-harapan
masyarakat. Sejalan dengan perkembangan hubungan mereka, mereka juga
mengembangkan sejenis masyarakat miniatur, suatu sistem sosial dua orang yang
dilengkapi beberapa aturan dan harapan, beberapa ganjaran dan hukuman yang

35
berlaku di antara mereka berdua. Elemen input yang juga menggerakkan proses
komunikasi interpersonal ialah adanya persepsi interpersonal dan konsep diri.
Manusia adalah makhluk berpikir yang memiliki nalar rasional untuk menilai
segala simuli. Proses menilai stimuli adalah persepsi. Di samping itu, manusia
juga mempunyai ukuran kepatutan dalam berprilaku yang bersumber dari konsep
diri.

Input Proses Produk


-Aturan & harapan -Pengetahuan
Interaksi
-Persepsi & Konsep -sikap
diri Interpersonal -Perilaku

Gambar 7 Komunikasi Interpersonal Sebagai Sistem


Gambar 7. Komunikasi interpersonal mengacu pada interaksi interpersonal
antara komunikator. Hubungan interpersonal didorong oleh komponen input yang
terdiri dari aturan dan harapan, persepsi dan konsep diri. Produk dari aktivitas
komunikasi interpersonal mungkin hanya memberikan informasi atau
pengetahuan, mengubah sikap, atau mengubah perilaku komunikatif. Togar M.
Simatupang (1995, p. 9) menyebutkan ada dua macam sistem, yaitu sistem
alamiah dan buatan. Sistem alamiah adalah sistem yang telah terbentuk dengan
sendirinya yang dapat ditemui di alam bebas. Misalnya sistem ekologi, tata surya,
dsb. Sedangkan sistem buatan adalah sistem yang diciptakan dan dikendalikan
dengan tujuan tertentu. Dengan demikian, sistem komunikasi interpersonal
termasuk sistem buatan, dengan alasan: (a) adanya sitem komunikasi interpersonal
karena direncanakan dan diciptakan sebagai upaya untuk transaksi informasi; dan
(b) dalam aktivitasnya, sistem komunikasi interpersonal dikendalikan oleh pihak-
pihak yang terlibat dalam komunikasi.

Menurut Drs. Jalaluddin Rahmat, M.Sc. lewat bukunya yang berjudul


Psikologi Komunikasi (1996), menjelaskan tentang sistem dalam komunikasi
interpersonal seperti:

1. Persepsi Interpersonal

36
Persepsi sosial kini telah memperoleh konotasi baru sebagai proses
mempersepsi objek-objek dan peristiwa-peristiwa sosial. Ada empat
perbedaan antara persepsi objek dan persepsi intepersonal, yaitu:
a. Stimulasi ditangkap oleh alat indera melalui benda-benda fisik dan stimuli
mungkin sampai kepada seseorang melalui lambang-lambang verbal atau
grafis.
b. Ketika menanggapi onbjek, seseorang hanya menanggapi sifat-sifat luar
objek itu, tapi tidak melihat sifat batiniyah obyek itu. Namun, pada
persepsi interpersonal mencoba memahami apa yang tidak tampak pada
alat indera seseorang.
c. Ketika mempersepsi objek, objek tidak bereaksi kepada seseorang;
seseorang itu pun tidak memberikan reaksi emosional padanya, tetapi
dalam persepsi interpersonal, akan terjadi sebaliknya.
d. Objek relatif tetap, sedangkan manusia berubah-ubah. Persepsi
interpersonal yang  berobjekkan manusia kemudian menjadi mudah salah.
Pengaruh Faktor-faktor Situasional Pada Persepsi Interpersonal sebagai
berikut:
a. Deskrispsi Verbal
Deskripsi verbal adalah penjelasan dari suatu sifat yang diikuti dengan
sifat-sifat yang lainnya, baik sifat yang baik terlebih dahulu maupun
sifat yang tidak baik terlebih dahulu.
b. Deskripsi Proksemik
Petunjuk proksemik adalah persepsi yang didasarkan oleh adanya jarak-
jarak tertentu dalam proses komunikasi antara individu dengan individu
lainnya.

c. Petunjuk Kinesik
Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang
lain yang ditunjukkan kepada seseorang.
d. Petunjuk Wajah

37
Diantara petunjuk non verbal, petunjuk wajah adalah persepsi yang
didasarkan kepada ekspresi wajah untuk mengenali perasaan seseorang.
e. Petunjuk Paralinguistik
Petunjuk paralinguistik meliputi tinggi rendahnya suara, tempo bicara,
gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan
komunikasi atau obrolan).
f. Petunjuk Artifaktual
Petunjuk artifaktual adalah persepsi yang meliputi segala macam yang
terlihat oleh indera yang meliputi penampilan, kosmetik yang dipakai,
baju, pangkat, badge, dan atribut lainnya.
Pengaruh Faktor-faktor Personal pada Persepsi Interpersonal
Kecermatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk
meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal seseorang. Beberapa ciri-ciri
khusus penanggap yang ceramat adalah:
a. Pengalaman
Pengalaman mempengaruhi keakuratan persepsi. Pengalaman tidak serta
merta melalui proses belajar formal. Pengalaman kami juga tumbuh
melalui rangkaian peristiwa yang kami alami.
b. Motivasi
Proses konstruktif yang membentuk banyak persepsi antarpribadi juga
melibatkan banyak faktor motivasi.
c. Kepribadian
Orang yang menerima dirinya apa adanya dan tidak merasa bersalah
cenderung menafsirkan orang lain dengan lebih hati-hati. Demikian juga,
orang yang pendiam, ramah, dan cenderung menilai orang lain secara
positif.

Proses Pembentukan Kesan


a. Stereotyping
Stereotyping adalah proses pembentukan kesan yang terjadi pada
saat awal komunikasi terjadi.

38
b. Implicit Personality Theory
Implicit Personality Theory adalah proses pembentukan kesan
yang terjadi karena adanya konsepsi atau kategorisasi yang
terbentuk dari awal komunikasi terjadi.
c. Atribusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan
karakteristik orang lain dengan melihat perilaku yang tampak
(Baron dan Byrne, 1979:56).
Proses Pengelolan Kesan, Menurut Erving Goffman menyebut proses
pengelolaan kesan timbul karena adanya petunjuk-petunjuk verbal dan non
verbal.
Pengaruh Persepsi Interpersonal pada Komunikasi Interpersonal
Kesalahan komunikasi antar manusia terjadi ketika orang tidak
memperhatikan persepsi orang lain. Ini meningkat ketika individu menjadi
sadar akan kesalahpahaman mereka.
2. Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita yang
meliputi pikiran dan harga diri kita sendiri.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
1) Orang Lain
Konsep diri seseorang dibentuk oleh evaluasi orang lain, baik positif
maupun negatif.
2) Kelompok Rujukan (Reference Group)
Konsep diri seseorang dibentuk oleh adanya norma-norma di dalam
kelompoknya, yang memaksa individu tersebut untuk bertindak sesuai
dengan norma-norma kelompok yang mengikatnya.

b. Pengaruh Konsep Diri Pada Komunikasi Interpersonal


1) Dipenuhi Sendiri
Individu bertindak sesuai dengan konsep dirinya, tergantung pada
kualitas konsep dirinya.

39
2) Membuka Diri
Ketika konsep diri kita selaras dengan pengalaman kita, kita menjadi
lebih terbuka terhadap pengalaman dan ide baru.
3) Percaya Diri
Kurangnya kepercayaan diri menyebabkan citra diri yang tidak sehat
dan orang yang inklusif dalam komunikasi.
4) Selektivitas
Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikatif karena
mempengaruhi pesan mana yang diterima. Jadi jika pesan tidak
langsung tersampaikan, ada baiknya mengembangkan konsep diri yang
sehat.
3. Atraksi Interpersonal
Atraksi berasal dari bahasa Latin attrahere menuju trahere yang artinya
adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang.
a. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Atraksi Interpersonal, antara lain:
1) Faktor Personal
Faktor personal sangat menentukan timbulnya atraksi seseorang
dengan orang lain. Adapun faktor-faktor personal yang mempengaruhi
atraksi interpersonal, adalah sebagai berikut:
a) Kesamaan Karakteristik Personal
Adanya kesamaan dalam nilai-nilai, sikap, keyakinan, tingkat atau
status sosial, ekonomi, agama dan ideologi.
b) Tekanan Emosional
Orang-orang di bawah tekanan emosional membutuhkan kehadiran
orang lain untuk meningkatkan peluang mereka menyukai.
c) Harga Diri yang Rendah
Orang dengan harga diri rendah cenderung menyukai orang lain.
Orang yang tidak menarik dengan mudah menerima pertemanan
dari orang lain.
d) Isolasi Sosial

40
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
isolasi yang dialami seseorang, semakin besar kemungkinan
mereka menyukai orang lain.
2) Faktor Situasional
Adapun faktor-faktor situasional yang dapat memicu timbulnya
atraksi interpersonal, antara lain:
a) Daya Tarik Fisik (physical attractiveness)
Orang yang berpenampilan menarik biasanya lebih mudah
mendapatkan perhatian dan simpati orang lain.
b) Ganjaran (Reward)
Individu cenderung lebih menyukai mereka yang menawarkan
imbalan berupa dorongan motivasi atau dukungan moral.
c) Familiarity
Seseorang akan lebih menyukai sesuatu yang sebelumnya sudah ia
kenal akrab.
d) Kedekatan (Proximity) atau Closeness
Keintiman antar individu dapat muncul dari rangsangan netral,
lingkungan hidup yang dekat satu sama lain.
e) Kemampuan (Competence)
Orang cenderung lebih memilih orang dengan kemampuan lebih
tinggi dan orang lain yang lebih sukses dalam hidup.
3) Komunikasi Atraksi Interpersonal Pada Komunikasi Interpersonal
a) Penafsiran Pesan dan Penilaian
Manusia adalah makhluk yang rasional dan emosional, dan ketika
seseorang menyukai seseorang, mereka cenderung memiliki
pandangan positif terhadap segala sesuatu yang berhubungan
dengan orang itu, dan sebaliknya.
b) Efektivitas Komunikasi
Komunikasi interpersonal dikatakan efektif jika pertemuan
komunikasinya menyenangkan untuk diajak berkomunikasi.
4. Hubungan Interpersonal

41
Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik.
Kegagalan komunikasi sekunder terjadi, bila isi pesan kita dipahami, tetapi
hubungan di antara komunikan menjadi rusak. Terdapat beberapa teori mengenai
hubungan interpersonal yang kita kenal, yaitu:
a. Model Pertukan Sosial
b. Model Peranan
c. Model Permainan
d. Model Interaksional

Tahap-Tahap Hubungan Interpersonal

1) Pembentukan Hubungan Interpersonal


Fase ini dikenal sebagai fase pengenalan dan digunakan untuk
mengekstrak informasi tentang demografi individu untuk membuat
kesan pertama pada pewawancara.
2) Peneguhan Hubungan
Tahap ini dikenal sebagai tahap pemeliharaan interpersonal dan
meningkatkan keintiman antara orang-orang ketika mereka
berkomunikasi dengan catatan bahwa mereka berdua memiliki
pandangan yang sama tentang tingkat keintiman yang dibutuhkan.
3) Pemutusan Hubungan
Fase ini disebut fase konflik. Pemutusan hubungan terjadi ketika fase
intim tidak dapat dilalui sehingga menimbulkan konflik seperti
persaingan antara kedua belah pihak, individu yang dominan, saling
tuding, provokasi, dan perbedaan nilai masing-masing individu.
Faktor-Faktor Yang Menumbuhkan Hubungan Interpersonal Dalam
Komunikasi Interpersonal
a. Percaya (Trust)
Percaya diri adalah langkah pertama dalam membuka diri kepada orang
lain. Kepercayaan membuka saluran komunikasi dan memperjelas
pengiriman dan penerimaan informasi.
b. Sikap Suportif

42
Sikap mendukung adalah sikap yang digunakan untuk mengurangi sikap
defensif. Hal ini karena orang yang defensif dalam berkomunikasi
cenderung menutup diri dari ancaman dan tidak dapat memperoleh
informasi dari orang lain.
c. Sikap Terbuka
Pikiran terbuka memiliki dampak besar pada pengembangan komunikasi
interpersonal yang efektif. Dengan sikap terbuka, komunikasi diterima
secara selektif dan menjadi lebih mudah untuk berkomunikasi secara
komunikatif.
2.4.2 Aturan dan Harapan

Setiap manusia hidup dalam suatu lingkungan sosial masyarakat tertentu.


Setiap masyarakat itu pasti memberlakukan adanya aturan baik berupa nilai-nilai,
norma, maupun etika yang diacu untuk ketertiban interaksi warga masyarakat.
Dengan demikian pola perilaku dan cara berkomunikasi setiap individu akan
diwarnai oleh segala macam aturan yang terjelma ke dalam kebiasaan yang
berlaku di lingkungan masyarakatnya. Selain itu, setiap individu pastilah
mempunyai harapan, tujuan, keinginan, cita-cita. Harapan itu sendiri dipengaruhi
oleh motivasi, pengalaman, dan kepribadian setiap individu. Aktivitas komunikasi
interpersonal yang dilakukan individu senantiasa terkait dan tergerakkan oleh
harapan (Suranto, 2011, p. 57).

43
H
A Motivasi
R
A
P
A
N Pengala- Nilai
man
Komunikasi
INTERPER-
SONAL

T
U
J
Kepriba U
-dian Norma A
N

Etika

Gambar 8 Pengaruh Harapan dan Aturan Terhadap Pola Komunikasi


Interpersonal

Dapat dikatakan bahwa aturan dan harapan merupakan input yang


memotivasi individu untuk terlibat dalam komunikasi interpersonal. Dalam
analisis rinci, harapan harus dipandu oleh aturan. Hanya harapan tanpa aturan
yang mendorong manusia menjadi serakah, cenderung melakukan sesuatu untuk
mengejar kepentingannya sendiri dan mengabaikan hak orang lain.. Pola
hubungan harapan dan aturan dengan komunikasi interpersonal dilukiskan pada
gambar 3.3.

Karena setiap individu memiliki harapan dan aturan yang berbeda, situasi ini
mengakibatkan karakteristik komunikasi interpersonal setiap individu menjadi
unik, istimewa, dan berbeda dari yang lain. , komunitas, sekolah, media massa,

44
dll, sehingga kepribadian individu tidak persis sama dengan anggota keluarga
lainnya.

Aturan tidak hanya menentukan siapa yang mengenkripsi pesan kepada


siapa dan bagaimana, tetapi juga apa artinya pesan dan dalam kondisi apa pesan
tersebut dapat dikirim, diamati, dan diinterpretasikan. Faktanya, seluruh repertoar
perilaku kita sangat bergantung pada aturan yang kita unduh dari tempat kita
dibesarkan. Akibatnya, aturan menjadi dasar pertimbangan dalam komunikasi. Ini
berarti bahwa cara kita berkomunikasi didasarkan pada aturan benar dan salah.

2.4.3 Persepsi

Persepsi memberi makna pada rangsangan sensorik dan


menginterpretasikan informasi yang ditangkap oleh indera. Kognisi interpersonal
memberi makna pada rangsangan sensorik yang datang dari seseorang dalam
bentuk pesan verbal dan nonverbal. Persepsi memainkan peran yang sangat
penting dalam komunikasi yang sukses. Di sisi lain, tidak memahami stimulus
menyebabkan kesalahpahaman. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa persepsi
adalah inti dari komunikasi.

Pemahaman kita mengenai dunia, kita peroleh melalu indera. Proses


persepsi melibatkan penginderaan (sensai) atas suatu objek (pesan atau informasi)
yaitu melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan, dan pengecapan;
kemudian perhatian (atensi) atas sesuatu objek atau pesan sehingga objek atau
pesan itu menarik perhatian; dan interpretasi. Karena itu, persepsi merupakan inti
komunikasi sedangkan penafsiran (interpretasi) merupakan inti persepsi (Mulyana
D. , 2000).

Mata merasakan rangsangan karena mereka melihat, telinga mendengar,


dan lidah merasakan. Proses sensorik menangkap stimulus disebut sensasi.
Dengan demikian, sensasi adalah proses menangkap stimulus. Selain itu, pikiran
dan emosi kita merasakan rangsangan dengan cara yang berarti. Semua
interpretasi kita, apakah itu terkait dengan lingkungan, gambar, furnitur, rumah,
atau perilaku orang lain, didasarkan pada fondasi yang sama: proses persepsi.

45
Setiap komunikasi yang melibatkan dua orang atau lebih harus mengenali
kepribadian yang berbeda: diri sendiri dan diri sendiri dan pihak lain atau orang
yang menjadi mitra komunikasi. Mencoba menghargai orang lain memang tidak
mudah dan langsung. Upaya ini mempengaruhi proses psikologis – persepsi.
Persepsi adalah proses internal manusia yang memungkinkan kita untuk memilih,
mengatur, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita untuk mempengaruhi
perilaku kita.
Ketika kita berkomunikasi, kita akan mendasarkan persepsi terhadap orang
lain atas perilaku komunikasinya yang dapat kita amati. Beberapa hal yang patut
kita pelajari menyangkut persoalan dalam persepsi ini (Mulyana D. , 2000, p. 176)
mengungkapkan hal-hal berikut:
1. Persepsi mendasarkan pada pengalaman
Telah dikemukakan bahwa pola perilaku manusia didasarkan pada
(sebelumnya) persepsi yang dipelajari tentang realitas sosial. Artinya, persepsi
dan reaksi kita terhadap orang, benda, atau peristiwa sangat bergantung pada
pengalaman kita sebelumnya dengan orang, benda, atau peristiwa serupa.
Cara kita makan, cara kita menilai kecantikan, sama seperti cara kita bekerja
menilai pekerjaan mana yang baik untuk kita. Ini semua tergantung pada apa
yang diajarkan budaya kita tentang hal-hal ini..
2. Persepsi bersifat selektif
Pada dasarnya, indera kita merangsang kita dengan jutaan rangsangan
setiap saat. Ketika kita harus menafsirkan semua rangsangan ini, kita bisa
menjadi gila. Jadi kita harus mengatasi kompleksitas ini dengan berfokus pada
apa yang menarik minat kita. Pada dasarnya, perhatian kita adalah faktor
utama yang menentukan pemilihan rangsangan yang masuk ke dalam diri kita.
3. Persepsi bersifat dugaan
Karena pada dasarnya data yang kita peroleh melalui penginderaan tidak
pernah lengkap, makasering kita melakukan dugaan atau langsung melakukan
penyimpulan. Coba perhatikan gambar apa yang bisa dibuat dengan ketiga
titik dan keempat titik berikut ini.
4. Persepsi bersifat evaluative

46
Tidak sedikit orang beranggapan bahwa apa yang mereka persepsikan
sebagai sesuatu yang nyata. Artinya, perasaan seseorang sering
mempengaruhi persepsinya, padahal hal tersebut bukanlah sesuatu yang
objektif. Kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman masa lalu dan
kepentingan subjektif kita sendiri. Karena itu persepsi bersifat evaluatif;
merupakan proses kognitif yang mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai dan
pengharapan dengan memaknai objek persepsi itu sendiri.
5. Persepsi bersifat kontekstual
Dalam semua peristiwa komunikatif, seseorang harus terus-menerus
mengatur dan merasakan rangsangan. Konteks tampaknya memiliki pengaruh
yang kuat pada persepsi yang terbentuk pada orang.
Untuk memahami orang lain, kita sebenarnya membutuhkan banyak
informasi, tetapi kita membutuhkan setidaknya tiga informasi penting. Yaitu,
tujuan orang tersebut, keadaan batin (psikologis), dan persamaan antara kita dan
orang itu. Pria. Mengenali tujuan orang lain memiliki beberapa implikasi bagi kita
dalam komunikasi. Tidak mungkin bagi kita untuk benar-benar mengamati
keadaan batin orang lain.
Namun, dengan mengamati perilakunya, kita dapat menyimpulkan apa
sikap, keyakinan, dan nilai-nilainya. Komponen perilaku nonverbal dianggap
sebagai refleksi paling akurat dari perasaan dan keadaan batin seseorang. Di sisi
lain, kesamaan kita dengan mereka yang berkomunikasi dengan kita
menumbuhkan empati timbal balik. Situasi seperti ini membantu membuat
komunikasi yang sedang berlangsung menjadi lebih nyaman.

2.5 Etika Komunikasi Interpersonal


2.5.1 Pengertian Etika

Pengertian etika secara etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata
latin ethicus yang berarti kebiasaan. Sesuatu dianggap etis atau baik, apabila
sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kenyataannya, banyak orang tertarik untuk
mempelajari etika, sehingga terdapat pengertian lain tentang etika ialah sebagai
suatu studi atau ilmu yang membicarakan perbuatan atau tingkah laku manusia,

47
mana yang dinilai baik dan mana pula yang dinilai butuk, etika juga disebut ilmu
normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma)
yang dapat digunakan sebagai acuan untuk menilai tingkah laku, apakah baik atau
buruk (Suranto, 2011, p. 125).

Dengan demikian etika diharapkan berperan untuk membawa wawasan


tentang kebaikan atau keburukan atas tindakan seseorang. Courtland L Boove dan
John V Thill (Suranto, 2011, p. 125) mendefinisikan etika adalah prinsip perilaku
yang mengatur seseorang atau sekelompok orang. Orang yang tidakmemiliki etika
melakukan apapun yang diperlukan untuk mencapai tujuannya. Orang-orang yang
memiliki etika umumnya dapat dipercaya, adil dan tidak memihak, menghargai
orang lain,dan menunjukan kepedulian terhadap dampak atas tindakannya di
masyrakat.

Frans Magnis Suseno (1982:20-21) Mengatakan sebagai berikut:

Etika dapat mengantar orang kepada kemampuan untuk bersikap kritis dan
rasional, untuk membentuk pendapatnya sendiri dan bertindak sesuai dengan apa
yang dapat dipertanggungjawabkan-nya sendiri. Etika menyanggupkan orang
untuk mengambil sikap etis atau tidak, tergantung dengan kesesuaiannya terhdapa
norma-norma yang sudah dibakukan oleh sebuah institusi atau masyarakat.
Ukuran etika terletak pada kesesuaian tindakan dengan norma yang berlaku.
Dikalangan masyrakat Barat, terlambat datang pada pertemuan resmi sudah
menjadi beban tersendiri, misalnya merasa malu dan bersalah, mungkin juga
dilarang masuk ke ruangan rapat. Tetapi di Indonesia hal itu tampaknya tidak
terlalu menjadi masalah. Mengapa demikian? Karena norma yang dipakai
berbeda. Norma rujukan yang digunakan untuk menilai tindakan, wujudnya bisa
bermacam-macam. Mungkin tata-tertib, mungkin pula kode etik. Kode etik
disusun untuk dipergunakan sebagai perangkat nilai yang mengarahkan dan
mengawasi tindakan para anggotanya.

2.5.2 Aliran Etika

48
John C. Merill menguraikan adanya berbagai aliran etika yang dapat
digunakan sebagai standar menilai tindakan etis, antara lain aliran deontologist,
teleologis, egoism dan utiltarisme (Suranto, 2011, p. 127).

Aliran deontologis (Deon = yang harus wajib, Yunani) melakukan


penilaian atas tindakan dengan melihat tindakan itu sendiri. Artinya, suatu
tindakan secara hakiki mengandung nilai sendiri apakah baik atau buruk, kriteria
etis ditetapkan langsung pada jenis tindakan itu sendiri. Ada tindakan atau
perilaku yang langsung dikategorikan baik, tetapi juga ada perilaku memfitnah,
menganiaya, mengingkari janji. Apapun alasannya perbuatan itu tetapi dinilai
sebagai perbuatan yang tidak etis. Dengan demikian ukuran dari tindakan ada di
dalam tindakan itu sendiri.

Ukuran etis yang berbeda dikemukakan oleh aliran teleologis (telos berarti
tujuan). Aliran ini melihat nilai etis bukan pada tindakan itu sendiri, tetapi dilihat
dari tujuan atas tindakan itu. Jika tujuannya baik dalam arti sesuai dengan norma
etika di masyarakat, maka tindakan itu digolongkan sebagai tindakan etis. Jadi,
apabila suatu tundakan bertujuan jelek, akan dikategorikan tidak etis. Dalam
hikayat betawi, kita mengenal ada seorang pemuda pribumi bernama Si Pitung,
yang sering melakukan perampasan harta kumpeni, tetapi dengan tujuan untuk
dibagikan kepada fakir miskin. Tindakan itu dianggap etis, karena bertujuan
mulia. Masalahnya adalah bahwa tujuan tindakan itu baik atau buruk, menurut
siapa? Suatu tindakan menurut yang melakukan bertujuan baik, tetapi bagi orang
lain mungkin terkandung tujuan jelek.

Etika egoisme menetapkan norma moral pada akibat yang diperoleh oleh
pelakunya sendiri. Artinya, tindakan dikategorikan etis dan baik apabila
menghasilkan terbaik bagi diri sendiri (individu) secara pribadi. Apabila sesorang
yang sudah selesai kuliah dihadapkan pada suatu pilihan etis, misalnya langsung
menikah, atau bekerja dulu sebelum menikah. Menurut aliran ini, jatuhnya pilihan
akan didasarkan pada opsi yang lebih menguntungkan diri sendiri. Jadi, mana
yang lebih etis sifatnya relative: apakah bekerja dulu atau menikah? Kalau

49
misalnya dirasa bekerja dulu lebih menguntungkan secara pribadi, itulah yang
lebih etis.

Karena standar etika yang ditetapkan adalah menurut kaca mata pribadi, maka
aliran etika ini dapat dinamakan sebagai etika pribadi.

Etika utilitarisme (utilis=berguna) adalah kebalikan dari paham egoisme,


yaitu yang memandang suatu tindakan itu baik jika akibatnya baik bagi orang
banyak (masyarakat). Dengan demikian, tindakan itu tidak diukur dari
kepentingan subjektif individu, melainkan scara objektif pada masyarakat umum.
Misalnya, pada suatu hari masyarakat kampung kita mengdakan kerja bakti itu
tindakan etis, karena lebih manfaat bagi masyarakat. Jadi, kepentingan umum
(masyarakat) jauh lebih utama daripada kepentingaan pribadi. Norma-norma
sosial budaya yang berkembang didalam masyarakat menjadi acuan bersama,
sehingga interaksi warga dalam hidup bermasyarakat menjadi harmonis. Oleh
karena sifatnya yang mengutamakan nilai sosial budaya di masyarakat ketimbang
nilai pribadi dan keluarga, maka aliran etika ini dapat kita sebut sebagai etika
sosial budaya.

Sidney Hook (Suranto, 2011, p. 128) mengatakan sebagai berikut:

“Memilih antara baik dan buruk itu bukan masalah etis, sebab jika
saya tahu apa yang baik dan apa yang buruk, maka saya akan memilih
yang baik itu. Jika saya tahu apa yang benar dan apa yang salah, maka
tidak ada masalah sama sekali, apa yang dilakukan adalah apa yang benar
itu. Maslaah etis sesungguhnya, jika seseorang membiarkan pengalaman
moralnya sendiri, dirumuskan tidak sebagai pertentangan antara baik dan
baik, antara benar dan benar, serta antara yang baik dan yang benar.”
Perbedaan sifat berbagai tindakan ada kalanya memang sangat sulit untuk
dibedakan. Misalnya saja kita sedang mengerjakan tugas penting di rumah yaitu
menanggapi tamu, tiba-tiba telepon berdering dan kita melihat tidak ada anggota
keluarga lain yang akan mengangkat telepon, masalah etisnya ialah bahwa antara
melayani tamu dan mengangkat telepon, kedua-duanya merupakan tindakan yang
baik. Untuk menentukan pilihan etis kita, meski kita mesti menggunakan berbagai
pertimbangan secara komprehensif.

50
2.5.3 Dasar-dasar Etika

Setiap kelomok masyarakat memegang teguh suatu norma yang telah disepakati
bersama untuk menilai suatu tindakan baik atau butuk. mana yang diperbolehkan
dan mana yang tidak. Norma yang berlaku untuk memandang perilaku warga
masyarakat itu dinamakan etika masyarakat. Sumber nilainya adalah dari norma
sosial dan nilai budaya yang berlaku. Wujud konteknya adalah seperangkat
peraturan atau ketentuan yang menetapkan tingkah laku yang baik dalam
pergaulan, dalam bermasyarakat atau dalam berhubungan dengan orang lain.

Dasar-dasar etika

1) Sopan dan ramah kepada siapa saja

2) Memberikan perhatian kepada orang lain tidak mementingkan diri


sendiri

3) Menjaga perasaan orang lain

4) Ingin membantu

5) Memiliki rasa toleransi

6) Dapat menguasai diri mengendalikan emosi dalam setiap situasi

Kesalahan dalam etika:

1) Bahasa yang tidak pas

2) Tidak menghargai waktu orang lain

3) Penampilan yang tidakpas

4) Tam cara bertelepon yang salah

5) Kesalahan dalam menyapa

6) Kurangnya keterampilan mendengar

51
7) Tidak menghargai milik orang lain

8) Mempermalukan orang lain

Standar etika adalah bahwa tindakan itu dikategorikan etis atau baik jika
sesuai dengan norma dan nilai sosial budaya di masyarakat. Dengan demikian,
tindakan itu tidak diukur dari kepentingan subjektif individu, melainkan pada
kesepakatan bersama masyarakat secara umum. Misalnya, disebuah desa di
kabupaten Purwodadi jawa tengah masyarakat menyepakati "aturan", bilamana
ada orang terbukti melakukan zina, maka dikenai sanksi adat, yaitu si pelaku laki-
laki harus menyetor 5 truk pasir untuk pembangunan desa. Bila si pelaku tidak
mengindahkan, maka tindakan lebih tegas akan diserahkan pada pemuda.

Berdasarkan contoh diatas nampak bahwa etika berlakunya lingkungan sosial


yang terbatas, yaitu di dalam kelompok sosial budaya dimana norma etika itu
disepakati. Dengan demikian, pada lingkungan sosial budaya yang berbeda. akan
berlaku norma etika yang berbeda pula. Oleh karena itulah ada pepatah. "dimana
bumi dipijak, di situ langit dijunjung artinya dimana kita berada, peraturan yang
berlaku haru diindahkan.

Dalam masyarakat terdapat berbagai macam kelompok atau organisasi yang


masing masing cenderung mengembangkan norma etika bagi anggotanya.
Misalnya saja berbagai organisasi profesi, biasanya melengkapi dengan norma
etika, yang disebut dengan kode etik profesi atau etika profesi.

Kata profesi berasal dari bahasa latin professues yang berarti pekerjaan.
Dalam perkembangannya, profesi dipergunakan sebagai istilah untuk
menggambarkan jenis pekerjaan yang menuntut keahlian tertentu disertai dengan
ketentuan-ketentuan normative. Didalam profesi itu ada keahlian yang khas, sertu
peraturan yang unik. yang membedakan dengan profesi lainnya. Ada profesi
dokter, guru, wartawan, humas, artis, dan sebagainya. Masing-masing diikat oleh
adanya ketentuan norma, baik tertulis maupun tidak tertulis, Norma yang
mengatur secara khusus itulah yang sering disebut sebagai etika profesi atau kode
etik profesi.

52
James J Spillane menyebutkan bahwa ciri-ciri khas dari profesi adalah sebagai
berikut (Suranto, 2011, p. 131):

● Suatu bidang yang terorganisir baik, berkembang maju dan memiliki


kemampuan intelektualitas tinggi.
● Teknik dan proses intelektual
● Penerapan praktis dan teknis intelektual. Melalui periode panjang
menjalani pendidikan, latihan dan sertifikasi.
● Menjadi anggota sosiasi atau organisasi profesi tertentu sebagai wadah
komunikasi. membina hubungan baik dan saling tukar menukar informasi
sesama para anggotanya.
● Memperoleh pengakuan terhadap profesi yang disandangnya.
● Sebagai professional memiliki perilaku yang baik dalam melaksanakan
profesi dan penuh dengan tanggung jawab sesuai dengan kode etik.

2.5.4 Etika Komunikasi Interpersonal

Etika komunikasi merupakan suatu rangkuman istilah yang mempunyai


pengertian tersendiri, yakni norma, nilai atau ukuran tingkah laku yang baik
dalam kegiatan komunikasi di suatu masyarakat. Pada dasarnya komunikasi
interpersonal dapat berlangsung secara lisan maupun tertulis. Secara lisan dapat
terjadi secara langsung (tatap muka), maupun dengan menggunakan media seperti
telepon, SMS, facebook, email dan sebagainya. Baik komunikasi langsung
maupun tidak langsung, norma etika perlu diperhatikan. Komunikasi interpersonal
merupakan proses komunikasi antarpribadi atau antar individu. Untuk menjaga
agar proses komunikasi tersebut berjalan baik, agar tujuan komunikasi dapat
tercapai tanpa menimbulkan kerenggangan hubungan antarindividu, maka
diperlukan etika berkomunikasi. Cara yang paling mudah menerapkan etika
komunikasi interpersonal ialah pihak-pihak yang terlibat dalam proses
komunikasi, bahkan kita semuanya sebagai angga masyarakat perlu
memperhatikan beberapa hal berikut ini:

53
1) Nilai nilai dan norma-norma sosial budaya setempat

2) Segala aturan ketentuan, tata tertib yang sudah disepakati.

3) Adat istiadat, kebiasaan yang dijaga kelestariannya

4) Tata karma pergaulan yang baik

5) Norma kesusilaan dan budi pekerti

6) Norma sopan santun dalam segala tindakan

Dibawah ini terdapat beberapa macam-macam etika komunikasi dan cara etika
berkomunikasi yang baik:

1. Etika komunikasi interpersonal tatap muka

Komunikasi tatap muka, berarti mempertemukan orang-orang yang terlibat


dalam proses komunikasi. Norma etika mesti kita perhatikan, karena apabila kita
melakukan kesalahan meskipun tidak disengaja, sangat mungkin menyebabkan
orang lain sakit hati. Hati-hatilah dalam berbicara dengan siapapun, terutama
dengan yang lebih senior, agar tidak mendatangkan akibat kurang menyenangkan
dalam membina hubungan baik dikemudian hari.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika berkomunikasi tatap muka

a) Melihat Ekspresi

Mata Melakukan komunikasi tatap muka dengan mengadakan pembicaraan


adalah cara efektif untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Dalam melakukan
pembicaraan, perlu diperhatikan norma etika sehingga pembicaraan berlangsung
nyaman dan menyenangkan bagi kedua belah pihak.. Ketika kita berkomunikasi
secara tatap muka, maka kita bisa melihat bagaimana raut wajah orang-orang yang
ada disekitar kita. Dengan bekal pengalaman kita dapat mengenali suasana hati
orang yang berbicara dengan kita melalui raut wajahnya. Bagian tubuh manusia
yang paling banyak berbicara adalah ekspresi wajah khususnya pandangan mata
meskipun mata tidak berkata apa-apa. Beberapa ahli psikologi sepakat bahwa

54
mata adalah ungkapan perasaan yang sesungguhnya, untuk mengetahui apakah
seseorang berkata jujur ataukah bohong yaitu dapat dilihat dari matanya.

b) Melihat Raut Wajah

Wajah setiap orang selalu menyatakan hati dan perasaannya. Wajah


diiibaratkan sebagai cermin dari pikiran dan perasaan seseorang, misalnya ketika
seseorang mengungkapkan bahagianya tanpa ia sadari perasaan itu inekspresikan
pada wajahnya, senyum mengembang pada wajah yang cerah. Tetapi adakalanya
ekspresi wajah seseorang tidak sesuai dengan apa yang ia ungkapkan pada pesan
verbalnya contohnya seseorang mengatakan bahwa ia tidak marah tetapi wajahnya
terlihat tegang, hal ini terjadi pada seseorang yang berusaha menyembunyikan
perasaan yang sebenarnya. Pada awalnya mungkin orang tersebut berhasil
menyembunyikan perasaan sebenranya dengan cara berpura-pura tetapi lama
kelamaan wajahnya alan mengekspresikan perasaan atau emosi yang sebenarnya.

Norma etika berkomunikasi interpersonal secara tatap muka yang perlu


diperhatikan:

1) Waktu berbicara hendaklah kita tenang, sekali-kali boleh saja menegaskan


pembicaraan dengan gerak tangan secara halus dan sopan. Gerak tangan
hendaklah diatur tidak terlalu banyak, dan jangan menggunakan telunjukuntuk
menunjuk lawan bicara.

2) Jangan kita bicara sesuatu yang ingin dilupakan orang lain. Kembangkan tema
pembicaraan yang berguna baik bagi kita maupun teman kita. Kalau teman kita
sudah tidak tertarik dengan satu tema pembicaraan tertentu,hendaknya kita
memaklumi dan menyesuaikannya.

55
3) Janganlah mempergunjingkan orang lain apalgi yang digunjingkan iyu tentang
kejelekan dan sisi negative orang lain, memang menggunjing ngerumpi itu
mengasyikan, tetapi hal itu menunjukan etika jelek karena hanya membicarakan
kesalahan orang lain, tanpa dapat mengetahui bahwa diri kita mungkin saja
banyak kekurangan dan kesalahan.

4) Jangan memborong sehiruh pembicaraan. Biasakanlah mendengarkan orang


lain. dan jangan memotong pembicaraan orang lain. Tuhan memberikan telinga
lebih banyak dari mulut.ini adalah pelajaran budi pekerti yang nyata agar kita
lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Hendaklah kita berdiam dan
memperhatikan ketika orang tuasedang berbicara.

5) Waktu berbicara hendaknya kita mengambil jarak yang sesuai dengan yang kita
ajak bicara. Nilai-nilai budi pekerti telah mengajari kepada para penganutnya
untuk mengatur jaraksedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan komunikasi.

6) Ketika kita tengah berbincang dengan teman, suara hendaklah


disesuaikan,jangan terlalu keras. Kalau hendak batuk, bersin atau menguap
hendaklah ditutup mulut dengan tangan.

2. Etika berkomunikasi dengan media telepon.

Jika cara menelpon maupun menerima telepon tidak mengikuti tata kama maka
nama baik akan dipertaruhkan. Oleh karena itu sejumlah prinsip etika
berkomunikasi dengan telepon sangat perlu dipahami dandilaksanakan.

Beberapa prinsip dibawah ini perlu diperhatikan saat berkomunikasi dengan


media telepon:

1. Apabila hendak menelepon hendaklah mempertimbangkan waktu yang


tepat. Jangan menelepon pada saat orang sedang istirahat (malam hari),
atau sedang jam makan, kecuali pesan yang hendak kita sampaikan benar-
benar sangat penting dan tidak bisa ditunda.
2. Berbicaralah dengan tenang jelas dan langsung ke sasaran

56
3. Ketika sedang berbicara, berilah perhatian sepenuhnya kepada lawan
bicara.
4. Janganlah berbicara dengan orang lain yang berada di dekat kita,berilah
isyarat secara halus kalau ada orang lain sedang mengajak bicara
5. Siapkanlah pensil dan kertas untuk mencatat seperlunya.
6. Pada akhir pembicaraan hendaklah mengucapkan terima kasih.
7. Setelah mengakhiri pembicaraan janganlah membanting gagang telepon.
8. Kalau telepon dirumah atau dikantor kita bordering, segera angkat gagang
pesawat karena dering telepon akan mengganggu ketenangan dan
menandakan kurangnya perhatian.
9. Cara mudah untuk menghindari pembicaraan telepon yang
menyalahietika, ialah dengan membayangkan seolah-plah lawan bicara
bertatap muka dengan kita.

3. Etika menggunakan SMS

Dewasa ini komunikasi interpersonal sering dilakukan dengan layanan pesan


pendek SMS. Disamping harganya murah juga lebih praktis. Kita dapat
menjangkau alamat tujuan dengan segera. Ada norma etika yang lazim digunakan
agar isi SMS kita terhindar dari apa yang kurang atau tidak dikehendaki oleh
partner komunikasi.

1. Isi SMS yang hendak dikirmkan hendaknya dibaca ulang, jangan sampai
muncul kata-kata atau kalimat yang dapat menyinggung perasaan si
penerima
2. Penggunaan kata-kata kotor hendaknya dihindari dalam menulis pesan
SMS.
3. Kurang pantus jika kita menerima SMS yang perlu dibalas, tetapi
menunda-nunda sampai lupa membalasnya. Kita dapat dianggap kurang
memperhatikan dari si pengirim SMS.

57
4. Jangan menggunakan istilah singkatan yang tidak popular, karena dapat
menimbulkan salah penafsiran
5. Gunakan SMS sebagai ganti komunikasi telepon yang suaranya
bisamengganggu orang lain.
6. Menuliskan SMS dengan huruf capital, sering dianggap sebagai ungkapan
kemarahan.

4. Etika menggunakan Email atau Facebook

Teknologi internet telah mengubah cara orang berkomunikasi. Email dan


facebook merupakan kunci utama perubahan cara berkomunikasi. Dengan hanya
mempunyai satu alamat email atau facebook.kita dapat mengikuti berbagai model
komunikasi yang ditawarkan sebagai fasilitas internet. Beberapa model
komunikasi itu diantaranya: forum. Milis/groupsitus jejaring sosial.blog.situs
sharing file. E-Learning menggunakan teleconference.

Penggunaan teknologi dalam kehidupan pribadi dapat dengan mudah kita


buktikan dengan semakin banyak nya yang menggunakan netbook dalam
kehidupan sehar-hari. Selain itu bisa dengan mudah kita saksikan para pegawai
atau karyawan menggunakan handphone, handphone juga termasuk teknologi
yang berkembang dengan pesat dibandingkan dengan media lain, handphone
benar benar memperoleh simpati masyarakat terutama para remaja. Masalahnya
bagaimana kita dapat menggunakan alat teknologi handphone tersebut agar
bernilai positif apabila digunakan dengan orang yang mempunyai etika. Norma
yang perlu diperhatikan:

1. Pilihlah antara kepentingan pribadi dan kepentingan organisasi


2. Gunakan teknologi semata-mata untuk meningkatkan kualitas komunikasi
3. Gunakan teknologi untuk efisiensi waktu dan ruang
4. Jangan membobol password dan mengakses informasi milik orang lain

58
5. Gunakan waktu belajar dan belanjakan uang untuk teknologi komunikasi
secara bijaksana.
6. Teknologi hanyalah merupakan alat bantu

5. Etika menyambut tamu

Ada berbagai cara yang dipilih oleh anggota masyarakat untuk menunjukan
tindakan menghormati tamu. Kemampuan menerima dan menyambut tamu
dengan baik, akan berhubungan dengan penilaian si tamu terhadap diri dan
keluarga kita. Ada pepatah mengatakan "tamu adalah raja". Hal ini
mengisyaratkan bahwa menyambut tamu dengan baik merupakan kewajiban tuan
rumah. Ada berbagai cara unik yang dilakukan oleh masyarakat dalam
menyambut tamu:

1) Menjemput tamunya di bandara, atau ditempat kedatangan lainnya.

2) Menyediakan akomodasi dan transportasi

3) Berjabat tangan dan/atau saling memeluk

4) Mengalungkan bunga kepada tamu

5) Mengadakan jamuan penghormatan disertai toast atau angkat gelas.

6) Mengkomunikasikan dan mengkompromikan jadwal acara...

6. Etika di Ruang Tunggu Umum

Kenyamanan dan ketertiban diruang tunggu umum, seperti misalnya di


bank, rumah sakit, kantor kecamatan, dan sebagainya perlu dijaga dengan
memperhatikan tata tertib dan etika. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh:

1) Harus antri untuk memberi atau menerima sesuatu didepan loket jangan
menyerobot atau berdesakan. Berdiri dibelakang orang yang datang terlebih
dahulu.

2) Jangan menerima telepon dengan suara keras,karena mengganggu orang lain.

59
3) Jangan duduk berselanjar kaki dibangku panjang untuk umum atau menaikkan
sepatu ke atas hangku yang di sediakan untuk pengunjung lainnya.

4) Jangan membuang kertas, putung rokok dan sisa bungkusan makanan di


sembarang tempat. Jangan pula meludah disembarang tempat.

5) Setiap orang diharapkan bersikap tidak saling mengganggu dan lain-lain

6) Setiap orang diharap untuk bersikap menjaga kenyamanan.

7) Diharapkan setiap orang memperhatikan dan menjaga kebersihan

8) Jika sedang menderita flu,batuk dan pilek yang berlebihan kalau bisa tidak
meludah dan membuang ingus secara demonstratif dan bekas tisu di tempat
sampah terbuka di tempat umum.

7. Etika berkenalan

Ada pepatah yang bagus.memiliki musuh satu orang terlalu banyak dan
memiliki teman seribu terlalu sedikit. Artinya semakin banyak teman semakin
baik bagi kita. Salah satu cara menambah teman.adalah dengan berkenalan. Ada
berbagai cara yang dapat kita lakukan untuk berkenalan sesuai norma etika.

1) Sebut nama dengan jelas

2) Bersikap penuh percaya diri (jangan over acting atau malu-malu)

3) Jangan abaikan personal contact: Genggam tangannya secara mantap selama 3-


4 detik saja Pandang mata selaraskan dengan tujuan komunikasi Tubuh sedikit ke
depan.Senyum simpatik

4) Orang yang lebih muda diperkenalkan ke yang lebih tua.

5) Umumnya pria diperkenalkan kepada wanita

6) Memberi sedikit informasi tentang orang yang diperkenalkan

7) Hindari perkenalan ditempat ramai seperti jalan raya,pasar dan lain-lain

60
8. Etika dalam percakapan

Topik jangan menyinggung SARA, sebaiknya membicarakan berbagai hal


atau issue yang menarik kedua belah pihak seperti. Kebudayaan, adat istiadat,
hobi, olahraga, sejarah, hal-hal yang aktual.

a) Cara membuat percakapan menarik:

● Ingin menyenangkan lawan bicara


● Mempunyai rasa humor
● Mampu berbicara tentang banyak hal (berawawasan luas)
● Mampu menyesuaikan diri dengan lawan bicara. Memberi penjelasan
secara singkat dan mudah dimengerti
● Memperhatikan melihat lawan bicara (90%) pandangan mata tertuju pada
lawan bicara.
● Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan
● lingkungan.
● Memberikan ekspresi yang ramah dan dan murah senyum.
● Gunakan gerakan tubuh gesture yang sopan dan wajar,
● Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara
● Menggunakan volume nada intonasi suara serta kecepatan bicara yang
baik
● Memakai pakaian yang rapi dan sesuai sikon.

b) Yang perlu dihindari dalam percakapan.

● Memotong pembicaraan orang lain


● Memborog semua pembicaraan
● Membual tentang diri sendiri
● Membicarakan hal yang menimbulkan pertentangan
● Membicarakan soal penyakit dan kematian secara bertele-tele
● Menanyakan hal yang bersifat pribadi
● Mempermalukan orang lain
● Menanyakan harga barang yang dipakai seseorang.

61
● Berbisik-hisik

2.6 Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi Interpersonal


2.6.1 Kelebihan Komunikasi Interpersonal

Kelebihan dari komunikasi Interpersonal adalah sangant efektif, dimana


kita bisa langsung melihat respon dari lawan bicara secara berbal maupun non
verbal, sehingga bila kita melihat respon atau umpan balik yang diberikan bersifat
positif, maka pesan kita dapat diterima secara jelas oleh lawan bicara atau
komunikasi dankita pun dapat memberi respon balik serupa. Sedangkan bila
umpan balik atau respon yang kita berikan sebagai komunikator itu bersifat
negative, maka kita harus memperbaiki cara penyampaian pesan yang dimaksud
(Soyomukti, 2010).

Berikut kelebihan komunikasi interpersonal:

1) Feedback antara komunikator dan komunikan akan diterima secara cepat


dan dapat melihat pula reaksi yang menjadi komunikasi non verbal dari
komunikan itu sendiri.
2) Terdapat kedekatan emosional karena intensitas dalam berkomunikasi.
3) Bisa mengurangi noise dalam berkomunikasi karena terjadi secara
langsung dan bila ada gangguan langsung bisa dikonfirmasi.
4) Dapat menyampaikan suatu pesan dengan hanya komunikasi non verbal
tanpa komunikasi verbal.
5) Efektif karena menghemat waktu dan bisa dilakukan dimana saja, dan
kapan saja kita inginkan.
6) Emosi atau perasaan antara komunikator dan komunikan lebih terlibat dan
mengurangi kebohongan karena mimik wajah akan terlihat langsung oleh
lawan bicaranya.
7) Komunikasi tatap muka dapat dengan mudah membujuk lawan bicaranya
karena adanya pengaruh komunikasi lain dan pengaruh lingkungannya.

62
2.6.2 Kekurangan Komunikasi Intepersonal

Sedangkan kelemahan dari komunikasi interpersonal adalah tidak


efiseinsinya waktu, karena antara komunikator dan komnikan harus bertemu
dalam tempat yang sama, dalam waktu yang sama. Berikut lebih lengkapnya
mengenai kekurangan komunikasi interpersonal:

1) Mengenai efisiensi waktu, yang dimaksudkan disini adalah efisiensi


waktu untuk bertemu. Setiap orang mempunyai kesibukan masing-
masing sehingga untuk melakukan komunikasi tatap muka diperlukan
waktu yang tepat agar keduanya dapat bertemu dan melakukan
komunikasi interpersonal tatap muka.
2) Tidak dapat berkomunikasi dengan orang yang ada di tempat yang
berbeda karena jangkauan tatap muka ini sangat terbatas sehingga
memerlukan media untuk menghubungkan antara satu sama lain agar
dapat berkomunikasi. Jadi dalam tatap muka ini yang menjadi kendala
adalah waktu dan jangkauannya yang terbatas.
3) Komunikator dan komunikan harus mengorbankan waktu yang dimiliki
untuk berkomunikasi.
4) Jangkauannya yang sempit, maksudnya ialah individu-individu yang
terlibat terbatas antara dua orang saja atau antar kelompok kecil saja.
5) Dari segi biaya, ada biaya yang harus ditanggung ketika berkomunikasi
lewat internet. Adanya faktor kecepatan dan keluasan jaringan dalam
pengaksesan informasi sehingga tidak terbatas untuk kita melakukan
komunikasi dengan beberapa orang atau banyak orang. Mengingat
kesibukan saat ini, yang membuat intensitas bertemu masing-masing
orang sangat sulit, memungkinkan mereka lebih memilih berkomunikasi
dengan menggunakan media. Selain itu, berkomunikasi menggunakan
media juga dianggap sebagai tren yang sedang berkembang di
masyarakat. Akan tetapi, ada biaya yang dibebankan dalam penggunaan
media internet tersebut.

63
Diantara uraian di atas dengan contoh-contoh, dapat kita daftar beberapa
kelebihan komunikasi antar-pribadi dibandingkan dengan bentuk komunikasi
lainnya, terutama dalam hal efektivitasnya dalam mengubah perilaku, sikap, opini,
dan perilaku komunikan. Antara lain komunikasi berlangsung secara tatap muka,
dengan komunikasi tatap muka, terjadi kontak pribadi.

Pesan pribadi diketahui dari melihat langsung melalui kesaatuan antara


suara dan cara menyampaikan, dari pandangan matanya, gaya bicaranya, dan lain-
lain. Dengan bertatap mata, kita juga mengetahui bagaimana reaksi lawan bicara
kita, dengan segera kita akan mengubah gaya komunikasi kita jika reaksinya jelek.

Oleh karena itulah, komunikasi lebih efektif untuk melancarkan ajakan


(komunikasi persuasive). Bandingan tindakan mengajak orang lain untuk membeli
melalui iklan dengan mendatangani langsung ke rumahnya seperti dilakukan oleh
para salesman yang mendatangi dari rumah untuk mejajakan dagangannya.

Kekuatan komunikasi interpersonal terkait dengan apa yang disebut oleh


Littlejohn sebagai “Jalinan Hubungan”. Konsep ini di definisikan sebagai
seperangkat harapan yang ada pada partisipan yang dengan itu mereka
mewujudkan perilaku tertentu di dalam berkomunikasi. “Jalin Hubungan” antar
individu hampir selalu melatar belakangi pola-pola interaksi di antara partisipan
dalam komunikasi antarpribadi (Soyomukti, 2010). Sebagai contoh, seorang yang
baru saja berkenalan cenderung berhati-hati dalam komunikasi, kata-kata yang di
gunakannya lebih sefektif, berbeda dengan komunikasi antara dua orang yang
sudah akrab yang bersifat spontan.

Apapun bentuk komunikasi, tampaknya tak mungkin selalu bersifat


simetris atau sejajar. Tak jarang pula komunikasi antarpribadi menunjukkan
hubungan dominasi dan subordiasi dalam jalinan hubungannya. Meskipun proses
negoisasi dan evaluasi terhadap hubungan dapat denga mudak dilakukan dengan
komunikasi yang bersifat tetep muka. Akan tetapi, efek komunikasi yang
terhambat juga menimbulkan efek yang lebih jauh terhadap hubungan.

64
2.7 Hambatan Komunikasi Interpersonal

Hambatan dapat diartikan sebagai halangan atau rintangan yang dialami.


Dalam konteks komunikasi dikenal pula gangguan (mekanik maupun semantik).
Gangguan ini masih termasuk ke dalam hambatan komunikas. Efektivitas
komunikasi salah satunya akan sangat tergantung kepada seberapa besar hambatan
komunikasi yang terjadi.
Didalam setiap kegiatan komunikasi, sudah dapat dipastikan akan
menghadapai berbagai hambatan. Hambatan dalam kegiatan komunikasi yang
manapun tentu akan mempengaruhi efektivitas proses komunikasi tersebut.
Karena pada pada komunikasi massa jenis hambatannya relatif lebih kompleks
sejalan dengan kompleksitas komponen komunikasi massa. Dan perlu diketahui
juga, bahwa komunikan harus bersifat heterogen.
Dalam komunikasi antar personal terdapat beberapa hambatan yang ada,
hambatan-hambatan tersebut antara lain sebgai berikut:
1)      Bahasa
Dalam komunikasi peranan bahasa sangat penting karena bahasa
merupakan salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam
berkomunikasi. Bila dalam suatu komunikasi ada kesalahpahaman yang terjadi
yang disebabkan oleh bahasa itu akan menjadi hambatan dalam komunikasi.
Contoh kasus: ketika seorang yang berasal dari daerah Banyumas berbicara
dengan seorang yang berasal dari daerah Sunda , maka akan terjadi hambatan
dalam berkomunikasi karena perbedaan bahasa yang kedua orang tersebut
gunakan.
2)      Budaya
Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi
ada perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar satu dengan
yang lain hal ini dapat menjadi bomerang dalam proses komunikasi sehingga
dapat menimbulkan kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat
perpecahan.
3)      Kebenaran yang semu

65
Maksud dari kebenaran yang semu adalah benar tidak dan salahpun
juga tidak. Dan dalam kata-kata yang digunakan ada bumbu kebohongan di
dalamnya.Dalam sebuah komunikasi harus ada kejelasan ataupun kejujuran
agar ada keterbukaan antar personal.
4)      Penipuan
Hambatan komunikasi yang lain adalah penipuan. Dalam sebuah
komuikasi bila terjadi penipuan akan merusak keakraban yang sudah terjadi
dan sudah terpelihara selama ini.
5)      Tujuan yang tidak jelas.
Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam berhubungan agar ada
tujuan yang pasti,apabila tidak ada tujuan yang jelas akan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.Misalnya misskomunikasi yang dapat memecahkan
hubungan antar sahabat ataupun hubungan antar personal yang lainya.
6)      Salah paham
Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam
interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman
dalam berkomunikasi sehingga dari kesaahpahaman ini bisa terjadi perusakan
suatu komunikasi.Selain itu apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam
suatu hubungan komunikasi.Hubungan komunikasi antar personal tersebut
bisa pecah atau ada pemutusan hubungan.
7)      Sisi historis/ pengalaman
Setiap orang pasti memiliki pengalaman sendiri-sendiri bila dari
pengalaman orang yang satu dengan yang lain tidak ada titik temu maka
terjadi kesalahpahaman. Dan bila orang yang bersangkutan tidak segera
memperbaiki bisa saja terjadi perusakan yang berakhir dengan pemutusan
suatu hubungan atau komunikasi.
8)      Menganggap enteng lawan bicara
Dalam suatu komunikasi atau hubungan kita harus bisa menghormati
antar personal agar tercipta suatu hubungan yang harmonis. Tapi apabila tidak
ada rasa saling menghormatimaka akan terjadi hal-halyang tidak diiiginkan
misalnya pemutusan hubungan.

66
9)      Mendominasi pembicaraan
Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita saling mengisi dan
melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu pembicaraan
komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan berjalan dengan lancar.
10)  Pihak ketiga
Ketika terjadi komunikasi dua arah jangan sampai ada pihak ketiga
yangdatang karena pihak ketiga atau orang yang tidak diundang dapat merusak
suatu komunkasi yang sudah terbina dari awal. Hal ini dapat terjadi karena
pihak ketiga tidak tahu dari awala apa yang terjadidalam komunikasi dua arah
yang sebelumnya dan dai bisa merusak sedikit demisedikit komunikasi atau
hubungan yang sudah etrciptasebelumnya.
Di dalam berkomunikasi, selain keefektifan tentunya kita tak bisa lepas
dari hambatan dalam berkomunikasi. Berikut adalah hambatan-hambatan dalam
berkomunikasi:
1.  Berkomunikasi tidak sesuai dengan tingkatan bahasa para pendengarnya.
2.  Tidak mengerti keinginan arah pembicaraan dari para pendengarnya.
3. Tidak memahami latar belakang serta nilai-nilai yang dipegang teguh para
pendengarnya.
4.  Tidak memahami kelas social para pendengarnya.
5.  Adanya saling tidak percaya.
6.  Tidak membalas pembukaan diri orang lain/ lawan bicara.
Adapula berdasarkan hambatan dibedakan atas sifatnya, dan jenis
hambatannya, yaitu:
1. Berdasarkan Sifatnya hambatan dibedakan menjadi 2
● Hambatan yang bersifat objektif
Kurangnya kemampuan berkomunikasi, penyajian pesan yang kurang
baik, waktu penyampaian yang kurang tepat.
● Hambatan yang bersifat subjektif
2. Berdasarkan jenis hambatan, dibagi menjadi 4 jenis:
● Akibat gangguan semantic

67
Hal ini disebabkan oleh pengetahuan mengenai kata-kata atau bahasa yang
tidak tepat seperti yang dimaksud oleh komunikator. Karena orang-orang
yang terlibat dalam suatu proses komunikasi mengionterpretasikan kata
atau bahasa dengan cara yang berbeda, maka dapat terjadi mereka
mempunyai pengertian yang berbeda pula.
● Adanya kepentingan-kepentingan yang ingin diperoleh baik
olehkomunikatir atau komunikannya. Kepentingan ini akan menentukan
seseorang selektif dalam mengartikan dan menanggapi suatu pesan.
Kepentingan akan menentukan daya tangkap, perasaan, pikiran, dan
tingkah laku seseorang.
● Kurangnya motivasi.
Dalam komunikasi, motivasi orang akan menentukan intensitas tanggapan
seseorang terhadap pesan yang dikomunikasikan.
● Adanya prasangka juga menjadi penghambat dalam proses komunikasi
antarpersona. Prasangka seseorang terhadap sesuatu masalah atau orang
lain biasanya ditentukan oleh term of reference orang tersebut.
Cara mengatasi hambatan komunikasi tersebut dengan beberapa cara sebagai berikut:
1.    Gunakan umpan balik (feedback), setiap orang yang berbicara memperhatikan
umpan balik yang diberikan lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non
verbal, kemudian memberikan penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar.
2.  Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik. Setiap
individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari latar belakang
psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan. Dengan memahami,
seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat dalam berkomunikasi.

68
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antara orang – orang


secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain secara langsung, baik verbal maupun nonverbal. Hal ini dapat
mencakup semua aspek komunikasi seperti mendengarkan, membujuk,
menegaskan, bercerita dan sebagainya.
Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan aktif bukan pasif.
Komunikasi interpersonal bukan hanya komunikasi dari pengirim pada penerima
pesan, begitupula sebaliknya, melainkan komunikasi timbal balik antara pengirim
dan penerima pesan. Komunikasi interpersonal bukan sekedar serangkaian
rangsangan-tanggapan, stimulus-respon, akan tetapi serangkaian proses saling
menerima, penyeraan dan penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh masing-
masing pihak.
Melalui komunikasi antarpribadi kita dapat mengenal diri kita sendiri dan
orang lain, kita dapat mengetahui dunia luar, bisa menjalin hubungan yang lebih
bermakna, bisa memperoleh hiburan dan menghibur orang lain dan sebagainya.

Komunikasi antar pribadi yang efektif harus adanya keterbukaan, empati,


sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Komunikasi interpersonal yang
efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang baik. Kegagalan komunikasi
dipengaruhi karena turunnya kadar hubungan interpersonal yang disebabkan
karena adanya perbedaan atau konflik sehingga terjadinya pemutusan hubungan.

69
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika berkomunikasi secara
interpersonal, dimana kita harus memahami etika dalam berkomunikasi. Hal
tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dan menghindari
ketidaknyamanan selama berkomunikasi, sehingga hubungan antarpribadi dapat
dijaga dan berlangsung harmonis.

3.2 Saran

Penyusun berharap agar mahasiswa khususnya mahasiswa Program Studi


Pendidikan Manajemen Perkantoran dapat menggunakan komunikasi antar
pribadi yang efektif dalam setiap aktivitas kehidupan. Sehingga hubungan yang
terjadi dapat berlangsung harmonis dan dapat membantu mempermudah
pencapaian tujuan dalam aktivitas pekerjaan.

70
DAFTAR PUSTAKA

Andi Nuraedah Nur, d. (2009). Hubungan Interpersonal: Pengertian, Teori,


Tahap, dan Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Interpersonal.
Malang: Tidak Diterbitkan.

Cangara, H. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Devito, J. A. (1997). Human Communication. Jakarta: Professional Books.

Effendy, O. U. (2007). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Fajar, M. (2009). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Ljohansen, R. (1996). Etika komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik Edisi Pertama. Yogyakarta:


UPP AMP YKPN.

Mulyana, D. (2000). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Purwanto, D. (2011). Komunikasi Bisnis Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

R.A. Johnson, F. K. (1963). The Theory and management of systems. Tokyo:


McGrawhill Kogashuka Ltd.

Rakhmat, J. (1996). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, J. (2001). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

71
Saudia, A. (2013). Komunikasi Interpersonal Yang Efektif Pada Kelompok Kerja
X. 2.

Sendjaja, D. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Simatupang, T. M. (1995). Teori sistem suatu perspektif teknik industri.


Yogyakarta: Andi Offset.

Soyomukti, N. (2010). Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tubbs, ST. & Moss, S. Terjemahan Deddy Mulayana & Gembirasari. (2005).
Human Communication: Prinsip-prinsip Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Vardiansyah. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Widjaja, W. (2010). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi


Aksara.

72

Anda mungkin juga menyukai