Anda di halaman 1dari 11

MODEL KOMUNIKASI KYAI DENGAN SANTRI DI

PESANTREN

Mansur Hidayat

Program Pascasarjana Jurusan Interdisciplinary Islamic Studies, Konsentrasi Kajian


Komunikasi dan Masyarakat Islam UIN Sunan Kalijaga, Jl. Marsda Adisucipto
Yogyakarta 55281. No.Hp. 085740324331,
Email: mansurhidayat.id@gmail.com

Abstract
The existence of Islamic boarding school (pesantren) can’t be separated from the figure of a clerics (kyai)
and the communication between clerics and students (santri). Using qualitative research approach, this
study aims to to prepare, understand and analyze communication models between clerics and students in
Pesantren Raudhatul Qur’an An-Nasimiyyah. Communication Model between clerics and students in Islamic
boarding school is influenced by the concept of Morals, status and charisma of clerics. Moral education is a
way to establish communication that facilitates management of transfer of knowledge to students. Status and
charisma of clerics are enhancer factor communicator legitimacy in the context of Islamic boarding school. The
research concludes that the construction of communications models of clerics and students was formed by high-
intensity interactions between clerics and students.

Key Words: Communication Patterns, Kyai, Islamic Boarding School, Santri.

Abstrak
Keberadaan pesantren tak bisa dipisahkan dari sosok kyai dan komunikasi yang dilakukan terhadap
santri. Menggunakan metodologi kualitatif, penelitian ini ingin menyusun, memahami, dan
menganalisis model komunikasi kyai dengan santri di Pesantren Raudhatul Qur’an An-Nasimiyyah.
Model komunikasi Kyai dengan Santri di Pesantren dipengaruhi oleh konsep Akhlak, Status Kyai
dan Kharisma Kyai. Pendidikan akhlak merupakan cara membentuk komunikasi dalam pesantren
yang memudahkan manajemen transfer ilmu ke santri. Status dan kharisma Kyai merupakan faktor
penambah legitimasi komunikator dalam konteks pondok pesantren. Penelitian menyimpulkan
bahwa konstruksi model komunikasi kyai dan santri terbentuk dari intensitas interaksi yang tinggi
antara kyai dengan santri.

Kata Kunci : Pola Komunikasi, Kyai, Pesantren, Santri.

Pendahuluan Menurut faktor situasional perilaku


Mengutip dari Paul Latzlawick “People manusia dipengaruhi oleh lingkungan
cannot not communicate” (manusia tidak yang berupa faktor ekologis, misalnya
bisa tidak berkomunikasi), dengan kondisi alam atau iklim, faktor ran­
kata lain komunikasi adalah salah satu cangan dan arsitektural, misalnya
kebutuhan primer manusia (Mulyana, penataan ruang, faktor temporal, misal­
2004). Jadi dengan kata lain bagaimana nya keadaan emosi, suasana perilaku,
kualitas berpikir manusia dapat dilihat misalnya cara berpakaian dan cara ber­
dari kualitas komunikasi yang di­ jalan­ bicara, teknologi, faktor sosial, mencakup
kan. Manusia sebagai individu dalam sistem peran, struktur sosial dan
berkomunikasi dipengaruhi dalam bebe­ karakteristik sosial individu, lingkungan
rapa hal yang dapat dibedakan lagi psikososial yaitu persepsi seseorang
menjadi dua faktor utama, personal dan terhadap lingkungannya, stimulasi yang
situasional. Faktor personal terdiri dari mendorong dan memperteguh perilaku
faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. (Fuad dkk, 2013).
386 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 6, Januari 2016, hlm 385-395

Menurut Fiske (2012:1) komunikasi meternya adalah santri pesantren tersebut


diartikan sebagai salah satu aktivitas yang mayoritas mahasiswa ternyata
manusia yang dikenali oleh semua orang memiliki kegemaran mendengarkan lagu-
namun sangat sedikit yang dapat men­ lagu bernuansa islami dan senang dalam
definisikannya secara memuaskan. bermain rebana, bahkan musik yang
Komunikasi memiliki definisi yang tidak mereka simpan dalam smartphone mereka
terhingga seperti saling berbicara satu salah satunya adalah musik-musik islami
dengan yang lain, televisi, penyebaran dan musik rebana. Musik rebana sendiri
informasi, gaya rambut kita, karya sastra, adalah musik islami yang berisikan
dan masih banyak lagi. Selanjutnya puji-pujian kepada Allah SWT, maupun
Uchayana (2002:11) mendefinisikan Nabi Muhammad SAW, hal ini sangat
komu­nikasi sebagai proses penyampaian kontras dengan kondisi mahasiswa pada
pikiran, atau perasaan oleh seseorang umumnya dimana mereka cenderung
(komunikator) kepada orang lain menggemari musik yang sedang populer
(komunikan). Pikiran dapat berupa di masyarakat saat ini. Bagi peneliti hal
gagasan, informasi, opini, dan lain-lain ini merupakan kondisi yang menarik
yang muncul dari benaknya. Perasaan dimana lingkungan pondok berhasil
dapat berupa keyakinan, kepastian, membentuk budaya mereka sendiri
keraguan, kekhawatiran, kemarahan, (Fuad dkk, 2013:200).
ke­beranian, kegairahan, dan sebagainya Definisi Kyai dalam Kamus Besar
yang timbul dari lubuk hati. Bahasa Indonesia (2014) adalah sebutan
Jadi, lingkup komunikasi menyang­ bagi alim ulama’ (orang yang cerdik dan
kut persoalan-persoalan yang ada kaitan­ pandai dalam agama Islam). Sedang­
nya dengan subtansi interaksi sosial orang- kan dalam Ensiklopedi Islam Indonesia
orang dalam masyarakat, termasuk (1992:562) disebutkan bahwa kyai di
konten interaksi (komunikasi) yang kalangan masyarakat tradisional Jawa,
di­laku­k an secara langsung maupun merupakan tokoh keagamaan kharis­
dengan menggunakan media komunikasi matik yang bisa dibandingkan dengan
(Burhan, 2014:31). ajengan di masyarakat Jawa Barat, syekh di
Sedangkan dalam perkembangannya, masyarakat Minangkabau Sumatera Barat.
ilmu komunikasi terbagi menjadi dua Untuk penyebutan istilah kyai di Indonesia
perspektif utama. Pertama perspektif memang berbeda-beda, tetapi substansinya
proses yang melihat komunikasi sebagai memiliki peran dan tugas yang sama.
transmisi pesan. Dalam perspektif ini Untuk persoalan ini, Ali Maschan Moesa
mereka tertarik dengan bagaimana (Syamsul, 2010:280) berkata; “ulama juga
pengirim dan penerima mengkonstruksi mempunyai sebutan yang berbeda di
pesan dan menerjemahkannya, serta setiap daerah, seperti kyai (Jawa), ajengan
bagai­mana transmitter menggunakan (Sunda), tengku (Aceh), syekh (Tapanuli),
salu­ran dan media komunikasi. Perspek­ buya (Minangkabau), tuan guru (Nusa
tif kedua melihat komunikasi sebagai Tenggara, Kalimantan Selatan, Kalimantan
produksi dan pertukaran makna. Hal Timur dan Kali­mantan Tengah)”. Selain itu,
ini berkenaan dengan bagaimana pesan terdapat sebutan ‘kyai’, yang merupakan
berinteraksi dengan orang-orang dalam gelar kehormatan bagi para ulama pada
meng­hasilkan makna (Fuad dkk, 2013:198). umum­nya. Oleh karena itu, sering dijumpai
Perubahan yang terjadi khususnya di pedesaan Jawa panggilan ‘Ki Ageng’ atau
adalah kondisi lingkungan sekitar pe­ ‘Ki Ageng/Ki Gede’, juga ‘Ki Haji’ (Isma’il,
san­tren yang kondusif, salah satu para­ 1997: 63).
Mansur Hidayat, Model Komunikasi Kyai dengan Santri di Pesantren 387

Demikianlah gelar bagi ulama yang biasanya mereka tidak tinggal di


yang dijumpai di berbagai tempat di pesantren kecuali kalau waktu-waktu
wilayah Indonesia, khususnya Jawa. belajar (sekolah dan mengaji) saja, mereka
Bagaimanakah gelar kyai tersebut bolak-balik (nglaju) dari rumah.
diperoleh dan syarat-syarat apa yang Pesantren berasal dari kata pe-santri-
harus dimiliki untuk bisa disebut ‘kyai’? an yang berarti tempat tinggal santri atau
Sebenarnya gelar kyai tersebut adalah yang dikenal sebagai murid. Pondok
sebuah gelar yang langsung diberikan berasal dari kata funduuq dari bahasa arab
oleh masyarakat kepada seseorang yang berarti penginapan atau asrama.
yang dianggap memiliki kualitas dan Di dalam pesantren/pondok pesantren
kapabilitas sebagai seorang kyai. kebanyakan dipimpin oleh seorang
Dalam masyarakat daerah pedesaan kyai dan dibantu oleh murid-murid
di Jawa, ada kelompok komunitas yang telah di tunjuk untuk mengelola
muslim yang disebut santri. Santri pesantren serta mengelola organisasi
adalah mereka yang dengan taat atau lembaga yang berada dalam
melaksanakan perintah agamanya, yaitu pesantren tersebut. Pesantren merupakan
Islam (Iva, 2011:32). Sedangkan asal-usul institusi pendidikan tertua yang ada di
perkataan santri menurut Rizki (2010:3- Indonesia yang telah menjadi produk
4) setidaknya ada 2 pendapat yang dapat budaya Indonesia dan mengadopsi
dijadikan rujukan. Pertama santri berasal sistem pendidikan keagamaan yang
dari kata “Santri” dari bahasa sansekerta berkembang sejak awal kedatangan
yang artinya melek huruf. Kedua, kata Islam di Nusantara. Pesantren tumbuh
santri yang berasal dari bahasa Jawa dan berkembang melayani berbagai
“Cantrik” yang berarti seseorang yang kebutuhan masyarakat, sebagai warisan
mengikuti seorang guru kemanapun budaya umat Islam Indonesia. Pesantren
pergi atau menetap dengan tujuan dapat merupakan penguhubung antara
belajar suatu keilmuwan kepadanya. masya­ r akat pelosok pedesaan yang
Pengertian ini senada dengan belum pernah tersentuh pendidikan
pengertian santri secara umum, yakni modern ketika masyarakat membutuhkan
orang yang belajar agama Islam dan pendidikan (Alim, 2010).
mendalami agama Islam di sebuah Karel A. Steenbrink dalam bukunya
pesantrian (pesantren) yang menjadi Pesantren Madrasah Sekolah (Syamsul,
tempat belajar bagi para santri. Jika 2010:280) berkata: Dalam masyarakat
dirunut dengan tradisi pesantren, tradisional, seorang dapat menjadi kyai
terdapat dua kelompok santri, yakni: atau disebut kyai karena ia diterima
Santri mukim yakni murid-murid masyarakat sebagai kyai, karena
yang berasal dari daerah jauh dan orang yang datang meminta nasehat
menetap di pesantren. Santri yang sudah kepadanya, atau mengirimkan anaknya
lama mukim di pesantren biasanya men­ supaya belajar kepada kyai. Memang,
jadi kelompok tersendiri dan sudah untuk menjadi kyai tidak ada kriteria
me­ mikul tanggung jawab mengurusi formal seperti persyaratan studi, ijazah
kepentingan pesantren sehari-hari, sepeti dan sebagainya. Akan tetapi ada beberapa
halnya mengajar santri-santri muda syarat non-formal yang harus dipenuhi
tentang kitab-kitab tingkatan rendah dan oleh seorang kyai, sebagaimana syarat
menengah. non-formal untuk menentukan seseorang
Santri kalong adalah murid-murid menjadi kyai besar dan kecil. Seorang
yang berasal dari desa sekelilingnya, yang berhak menyandang gelar kyai,
388 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 6, Januari 2016, hlm 385-395

seperti dalam penjelasannya Ronald Alan (1) Sebagai gelar kehormatan untuk
Lukens-Bull, paling tidak harus memiliki barang-barang yang antik dan berharga
empat komponen, yakni: pengetahuan, seperti penyebutan ‘Kyai Garuda
kekuatan spritual, keturunan (spritual Kencana’ bagi kereta emas di Keraton
maupun biologis), dan moralitas. Yogyakarta, (2) Gelar kehormatan bagi
Senada dengan ini, Manfred Ziemek orang tua pada umumnya, (3) Gelar
menyebutkan bahwa seorang dapat yang diberikan oleh masyarakat kepada
disebut kyai apabila memenuhi beberapa seorang ahli agama atau menjadi
kriteria, yakni: pertama, berasal dari pimpinan pesantren dan mengajar kitab-
suatu keluarga kyai di lingkungannya kitab Islam klasik kepada santrinya.
agar dapat menggunakan kesetiaan Penyebutan gelar yang ketigalah yang
kerabat dan masyarakatnya. Kedua, sosia­ digunakan dalam penelitian ini untuk
lisasi dan proses pendidikanya dalam menyebut seorang kyai, yaitu suatu
sesuatu pesantren terpandang yang gelar yang diberikan kepada seseorang
dilengkapi dengan pengalaman dan yang menjadi pendiri dan pemimpin
latar belakang kepemimpinan yang telah pesantren.
ditanamkan. Ketiga, adanya kesiapan S e la n ju tn y a p e n d id ik a n mo d e l
pribadi yang tinggi untuk bertugas, p e s a n tre n (S y a ms u l, 2 0 1 0 : 2 7 3 -2 7 4 )
yakni kemauan untuk mengabdikan memiliki beberapa karakteristik unik bila
kehidupan pribadinya demi tugasnya di dibandingkan dengan sistem pendidikan
pesantren. Keempat, sebagai pemimpin lainya. Karakteristik itulah yang banyak
agama dan masyarakat untuk bekerja berpengaruh dalam membentuk karakter
secara suka rela guna membangun dan manusia-manusia yang ‘berwatak’ khas,
membiayai pesantren. Kelima, mampu seperti: populis, nerimo ananing pandum,
mengumpulkan dana dan bantuan tanah suka berderma, ikhlas serta karakter-
wakaf dari warga ekonomi menengah karaktr yang lain yang amat jarang
ke atas. Persyaratan lain yang diberikan ditemukan dalam masyarakat modern
H. Aboe Bakar Aceh untuk seorang saat ini. Karena dasar tujuan didirikanya
kyai dan sekaligus bisa menunjukkan pesantren adalah menciptakan dan
kebesaranya yakni: 1. Pengetahuanya, mengembangkan kepribadian muslim,
2. Kesalehanya, 3. Keturunannya, dan yakni kepribadian yang beriman dan
4. Jumlah muridnya. bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak
Sel anjutn ya, K yai merup ak a n mulia dan bermanfaat bagi masyarakat
figur sentral dalam dunia pesantren sekitar, maka wajar kalau seseorang
dan juga faktor determinan terhadap yang belajar di pesantren disebut dengan
maju dan mundurnya sebuah pondok istilah santri. Istilah ini menurut Manfred
pesantren termasuk pendidikan dan Ziemek (1986:95), terdiri dari kata ‘sant’
sistem kurikulumnya bahkan ada (manusia baik) dihubungkan dengan
pesantren yang tidak menerapkan sistem suatu kata ‘tri’ (suka menolong). Jadi
kurikulum, merupakan hak preogratif pesantren berarti tempat pendidikan
kyai (Sri, 2014:631). Dhofier menyebut manusia baik-baik. Sebetulnya tidak ada
kyai adalah sebagai elemen yang paling tujuan pendidikan pesantren yang secara
esensial dari pesantren yang seringkali eksplisit tertera dalam anggaran dasar
disebut sebagai pendiri pesantren. Dalam seperti yang terjadi pada pendidikan
penelitiannya, asal-usul penyebutan kyai formal. Hal ini diakibatkan oleh sifat
dalam bahasa jawa digunakan dalam kesederhanaan pesantren yang sesuai
tiga jenis gelar yang berbeda yaitu ; dengan dasar berdirinya yaitu semata-
Mansur Hidayat, Model Komunikasi Kyai dengan Santri di Pesantren 389

mata untuk beribadah dan tidak pernah dan asrama santri. Tidak ada model atau
ditujukan dengan tujuan tertentu dalam patokan tertentu dalam pembangunan
lapangan penghidupan. Tujuan pesantren fisik pesantren, sehingga penambahan
tidak semata-mata untuk memperkaya bangunan dalam lingkungan pesantren
pikiran murid dengan penjelasan-pen­ hanya mengambil bentuk improvisasi
jelasan, tetapi untuk meningkatkan moral, belaka (Loubna dan Faturochman, 2004:33).
melatih dan mempertinggi se­ mangat, Penelitian ini menjadi menarik sebab
menghargai nilai-nilai spiritual dan beberapa alasan, pesantren adalah lem­
kemanusiaan, mengajarkan sikap dan baga pendidikan yang dikembangkan
tingkah laku yang jujur dan bermoral dengan menejemen yang unik, yaitu
dan menyiapkan murid untuk hidup penerapan nilai-nilai agama yang
sederhana dan bersih hati. dijadikan basis pengembangan organisasi
Penelitian ini mengkaji pola komu­ di setiap perubahan zaman (Kementrian
nikasi antara kyai dengan santri di Agama RI, 2012). Pesantren Raudhatul
pesantren Raudhatul Qur’an An- Qur’an An-Nasimiyyah adalah pesantren
Nasimiyyah Semarang. Pola Komunikasi dengan sistem pengajaran salafiyah yang
yang dimaksud dalam penelitian diapdankan dengan fasilitas yang cukup
yakni pola komunikasi seorang kyai modernis. Disamping itu, Pesantren
sebagai pemimpin pondok pesantren Raudhatul Qur’an ini dikenal sebagai
dengan para santrinya. Sehingga dalam pesantren yang unik karena para santri­
penelitian ini pesantren yang dimaksud nya berasal dari berbagai lembaga
diposisikan sebagai sebuah organisasi pendidikan dari mulai pendidikan dasar
yang dijadikan sebagai sasaran dalam sampai dengan mahasiswa pascasarjana
penelitian. Signifikansi penelitian ini dan berasal dari beragam kampus dan
terletak pada pengetahuan mengenai berbagai jurusan/konsentrasi di Kota
pola komunikasi yang dianggap penting Semarang, Jawa Tengah, dan bahkan
khususnya pola komunikasi seorang ada yang juga kuliah diluar kota. Maka
atasan dengan bawahan, yang nantinya tidak mengherankan apabila pesantren
dari pola komunikasi tersebut dapat Raudhatul Qur’an An-Nasimiyyah ini
diprediksi proses komunikasi yang menjadi role-model pesantren mahasiswa
sedang atau akan berlangsung, sehingga yang ada di Indonesia.
proses komunikasinya dapat berjalan Secara teoretis penelitian dalam
dengan seimbang (Sri, 2014:630). bidang ini penting dilakukan guna meng­
Pesantren adalah sebuah kehidupan angkat pengetahuan model komunikasi
yang unik, sebagaimana dapat disimpul­ timur menjadi ilmu pengeta­huan. Bahwa
kan dari gambaran lahiriahnya. Secara masyarakat Asia memiliki khazanah
fisik, pesantren adalah sebuah kompleks kajian ilmu pengetahuan komunikasi
yang umumnya berbeda dari kehidupan yang khas, yang amat penting untuk
sekitarnya. Dalam kompleks itu terdiri dipahami dan dikembangkan lebih
atas beberapa bangunan yaitu: rumah lanjut. Secara empiris penelitian ini
kediaman pengasuh (kyai), sebuah aula penting dilakukan guna mereduksi
atau masjid, tempat pengajaran diberikan, stigma negatif santri di pesantren yang
dan asrama tempat tinggal para siswa mana selama ini sering terlihat eksklusif
pesantren/santri. Wahjoetomo menyatakan dan jarang membaur dengan masyarakat
hal yang serupa bahwa komplek setempat. Mengetahui salah satu model
pe­san­tren minimal terdiri atas rumah komunikasi yang terdapat di Pesantren
kediaman kyai, masjid atau musholla, terutama Pesantren Raudhatul Qur’an
390 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 6, Januari 2016, hlm 385-395

An-Nasimiyyah antara kyai dengan juga mampu menggambarkan dan meng­


santrinya diharapkan dapat memberikan analisis pola perilaku manusia.
perspektif baru kepada masyarakat Metode yang dilakukan dalam
awam dan para santri tentang bagaimana penelitian ini adalah studi fenomenologi.
berkomunikasi secara Islami. Tujuan dari Fenomenologi berusaha untuk mema­
pada penelitian ini adalah dalam rangka hami bagaimana seseorang mengalami
menyusun, memahami dan menganalisis dan memberi makna pada sebuah
model komunikasi antara kyai dengan pengalaman. Fenomenologi berusaha
santri, khususnya di pesantren Raudhatul men­dekati objek kajian secara konstruk­
Qur’an An-Nasimiyyah Semarang. tivis serta pengamatan yang cermat, dengan
Dari ragam penjelasan teori diatas tidak menyertakan prasangka oleh
kiranya terdapat relevansi yang penting konsepsi-konsepsi manapun sebelumnya.
untuk menjelaskan pembahasan dalam Fenomenologi akan berusaha memahami
kaitannya tentang pola komunikasi kyai pemahaman informan terhadap fenomena
dengan santrinya di sebuah pesantren. yang muncul dalam kesadarannya, serta
Dalam kaitannya dengan hal ini penulis fenomena yang dialami oleh informan dan
mengambil teorinya McLuhan tentang dianggap sebagai entitis sesuatu yang ada
komunikasi antar budaya. dalam dunia. Metode ini di­guna­kan karena
struktur kesadaran dalam pengalaman
Metode Penelitian
ini pada akhirnya mem­ buat makna dan
Terdapat dua pendekatan utama yang
menentukan isi dari pengalaman.
kedudukannya sejajar dalam memandang
Penelitian ini dilakukan untuk mem­
manusia (pasif-aktif), yaitu pendekatan
berikan gambaran secara lebih mendalam
objektif (behavioristik dan struktural) dan
mengenai bentuk komunikasi dari kyai,
pendekatan subjektif (fenomenologis atau
dimana mereka merupakan orang-
interpretif). Pada pendekatan objektif, dunia
orang yang tumbuh, berkembang dan
sosial dianggap mirip dengan dunia fisik,
belajar dalam frame pendidikan Islam,
sebagai sesuatu yang konkret dan terpisah
dimana Al-Quran sebagai sumber utama
dari orang yang mengamatinya, dengan
keilmuan mereka. Perilaku mereka
suatu struktur yang harus dan dapat
sehari-hari akan dinilai untuk kemudian
ditemukan. Sementara itu, pendekatan
disusun dan sebagai model komunikasi
subjektif (fenomenologis) meyakini realitas
antara kyai dengan santrinya. Sehingga,
sosial sebagai kondisi yang cair dan mudah
secara spesifik metode yang digunakan
berubah melalui interaksi manusia dalam
dalam penelitian ini adalah fenomenologi
kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini
sosial Schutz. Mengacu pada pendapat
diarahkan untuk memahami perilaku
Cresswel, fenomenologi sosial berfokus
manusia dari kerangka berpikir pelaku itu
pada bagaimana anggota masyarakat
sendiri (Fuad, 2013:200).
menggambarkan dunia keseharian,
Penelitian ini menggunakan metode
khu­ sus­nya bagaimana individu secara
kualitatif studi fenomenologi. Pendekatan
sadar mengembangkan makna dari hasil
kualitatif adalah suatu proses penelitian
interaksinya dengan orang lain.
dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelidiki suatu Metode Pengumpulan Data
fenomena sosial dan masalah manusia. Terdapat empat tipe utama data,
Metode ini digunakan karena mampu meliputi data observasi, data interview,
menjelaskan hubungan antar kategori dokumen dan data audio-visual. Dalam
yang nantinya ditemukan dan disusun penelitian ini, data yang digunakan
dalam penelitian ini. Metode kualitatif berupa hasil wawancara (data interview),
Mansur Hidayat, Model Komunikasi Kyai dengan Santri di Pesantren 391

sehingga teknik pengumpulan data dilak­ arah saja. Subjek tidak merasa sedang di­
sanakan melalui wawancara mendalam amati.
(depth interview) dan observasi partisipan Penelitian ini menggunakan sistem
kepada informan, hal ini dilakukan karena peran serta lengkap, dimana peneliti
melalui metode inilah didapatkan esensi menjadi pengamat dalam hal ini menjadi
fenomena dari sudut pandang orang yang anggota penuh dari kelompok teramati
mengalaminya secara langsung. Hal ini di­ selama lebih kurang 3 tahun dimulai sejak
lakukan untuk meminimalisir distorsi data 3 Juli 2013 sampai dengan saat ini (27 Maret
yang dapat menghilangkan esensi dari 2016) penulis masih rutin berkunjung
penelitian. Observasi partisipan merupakan ke tempat penelitian, baik kapasitasnya
teknik berpartisipasi yang sifatnya inter­ sebagai anggota maupun sebagai peneliti.
aktif dalam situasi yang alamiah dan me­ Sehingga dapat memperoleh informasi
lalui penggunaan waktu serta catatan apapun yang dibutuhkan, termasuk yang
obser­vasi untuk menjelaskan apa yang ter­ dirahasiakan.
jadi. Observasi partisipan pada dasarnya Kriteria informan dalam penelitian
berarti mengadakan pengamatan dan fenomenologi adalah orang-orang yang
men­­dengarkan dengan secermat mungkin mengalami langsung suatu feno­ mena
sampai pada yang sekecil-kecilnya sekali­ yang hendak diteliti dan dapat meng­
pun. Bogdan juga melengkapi bahwa artikulasikan pengalaman-pengalaman
observasi partisipan adalah penelitian yang sadar­­nya. Cresswell berpendapat hal
bercirikan interaksi sosial yang memakan terpenting di dalam penelitian feno­
waktu cukup lama antara peneliti dengan menologi adalah mendeskripsikan makna
subjek dalam lingkungan subjek, dan atas sejumlah kecil orang yang mengalami
selama itu data dalam bentuk catatan suatu fenomena. Sehingga berapapun
lapangan dikumpulkan secara sistematis jumlah informan bukan menjadi ukuran,
dan berjalan tanpa gangguan. selama sudah mampu memberikan
Dalam observasi partisipan, ada infor­masi yang cukup. Dalam kaitan­
nya dengan penelitian ini penulis
banyak kategori peran partisipan yang
mewawancara 4 Kyai, yakni utamanya
terjadi dilapangan penelitian kualitatif,
kyai dari pesantren tempat penelitian
yaitu ; (a)Peran serta lengkap. Pengamat
dengan ditambah kyai dari 3 pondok
dalam hal ini menjadi anggota penuh dari
pesantren. Informan yang membantu
kelompok teramati. Ia akan memperoleh
dalam menggali model komunikasi inter­
informasi apapun yang dibutuhkan,
personal ini adalah kyai yang dipilih
termasuk yang dirahasiakan, (b) Peran
melalui beberapa kriteria. Kriteria
serta sebagai pengamat. Peneliti berperan
informan dalam penelitian ini antara lain
sebagai pengamat (fly on the wall). Kalaupun
; (a) Merupakan seorang pendakwah, (b)
ia menjadi anggota, ia hanya berpura-pura Pernah dan atau aktif sebagai pengurus
saja, tidak melebur secara fisik maupun lembaga dan atau organisasi Islam, (c)
psikis dalam arti yang sesungguhnya, (c) Pernah mengenyam dan menyelesaikan
Pengamat sebagai pemeran serta. Pengamat pendidikan sebagai santri di Pesantren, (d)
yang secara terbuka oleh umum disponsori Pernah mengenyam dan menyelesaikan
oleh subjek. Karena itu segala macam pendidikan tinggi baik keilmuan umum
informasi akan mudah diperolehnya, (d) maupun keagamaan.
Pengamat penuh. Kondisi ini biasanya Sedangkan informan dengan santri
kedudukan antara pengamat dengan ter­ berjumlah 8 orang yang terlibat aktif
amati dipisah oleh satu dinding pemisah sebagai pengurus maupun sebagai santri
yang hanya meneruskan informasi satu pondok pesantren.
392 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 6, Januari 2016, hlm 385-395

Metode Analisis Data yang diusulkan (Ali, 1993:167). Setelah


Analisis data adalah analisis terhadap data direduksi maka langkah selanjut­
data yang telah tersusun atau data yang nya adalah mendisplaykan atau me­
telah diperoleh dari hasil penelitian di nyaji­kan data. Tujuannya adalah untuk
lapangan. Dalam hal ini penulis meng­ menyederhanakan informasi, dari infor­
gunakan metode data kualitatif yaitu masi yang kompleks ke infor­masi yang
proses pelacakan dan pengaturan secara sederhana sehingga mudah di­ pahami
sistematis, transkip, wawancara, catatan maksudnya, (c) Conclusion dra­wing/veri­
lapangan, dan bahan-bahan lain yang fica­tion (penarikan kesim­pulan). Lang­
dikumpulkan untuk menemukan makna kah ketiga dalam analisis data kualitatif
terhadap data-data tersebut agar dapat menurut Miles dan Huber­ man adalah
diinterpretasikan temuannya pada orang penarikan kesimpulan dan verifikasi
lain (Nurul, 2006:217). (Sugiyono, 2009:15). Penulis dalam me­
Anal i sis data p ada p en elitia n laku­ kan penarikan kesimpulan dengan
kualitatif ini bersifat induktif, yaitu mencermati dan menggunakan pola
suatu analisis berdasarkan data yang pikir yang dikembangkan. Penarikan ke­
diperoleh. Selanjutnya dikembangkan simpulan dari hasil penelitian ini men­
pola hubungan tertentu kemudian di­ jawab semua rumusan masalah yang
simpulkan sehingga menjadi data yang telah ditetapkan oleh peneliti.
valid, mudah difahami oleh diri sendiri Dengan demikian kesimpulan
maupun orang lain. dalam penelitian kualitatif mungkin
Penulis menggunakan analisis data dapat menjawab rumusan masalah
di lapangan dengan model Miles dan yang dirumuskan sejak awal, tetapi
Huberman, yaitu pengumpulan data mungkin juga tidak, karena seperti
dilakukan secara berulang-ulang sampai telah dikemukakan bahwa masalah
tuntas dan data dianggap kredibel (Sugi­ dan rumusan masalah dalam penelitian
yono, 2009:9). Adapun langkah-langkah kualitatif masih bersifat sementara dan
proses analisis data dalam penelitian ini akan berkembang setelah peneliti berada
adalah sebagai berikut ; (a)Data reduction di lapangan.
(reduksi data). Mereduksi data berarti Ringkasnya, dalam analisis data
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, ini peneliti menggunakan analisis des­­
memfokuskan hal-hal yang penting, kriptif yaitu penelitian yang diguna­
dicari tema dan polanya dan membuang kan untuk mendeskripsikan dan meng­
yang tidak perlu. Dengan demikian data interpretasikan hasil penelitian tentang
yang telah direduksikan memberikan bagaimana model komunikasi kyai
data yang lebih jelas dan mempermudah dengan santri di pesantren Raudhatul
penulis untuk melakukan pengumpulan Qur’an An-Nasimiyyah Semarang.
data mengenai pola komunikasi kyai
Hasil Penelitian dan Pembahasan
dengan santri di pesantren Raudhatul
Model komunikasi kyai dengan
Qur’an An-Nasimiyyah Semarang yang
santri yang ada di Pesantren Raudhatul
dikumpulkan dengan wawancara,
Qur’an An-Nasimiyyah Semarang ini
observasi, dan dokumentasi untuk
yang menjadi fokus penelitiannya model
kemudian dijadikan rangkuman, (b) Data
komunikasi organisasi, dimana dalam
display (penyajian data). Penyajian data
komunikasi organisasi terdapat teori
adalah suatu cara merangkai data dalam
budaya organisasi sebagaimana yang
suatu organisasi yang memudahkan
dijelaskan oleh Littlejohn dan Karen A.
untuk membuat kesimpulan/tindakan
Foss (2012:282) yakni teori-teori tentang
Mansur Hidayat, Model Komunikasi Kyai dengan Santri di Pesantren 393

budaya organisasi menekankan pada santri, (c) santri biasanya memberikan


cara-cara manusia membentuk realitas reaksi suatu persoalan, lebih sebagai
organisasi. Sebagai penelitian tentang anggota kelompok daripada individu, (d)
cara hidup organisasi, pendekatan ini Kepemimpinan memegang peranan yang
melihat pada makna dan nilai anggota. sangat penting dan mencakup aspek-
Pendekatan ini menguji cara individu aspek formal dan informal, (e) Penganut
menggunakan cerita, ritual, simbol, aliran human relations menganggap ko­
dan kegiatan lain untuk menghasilkan munikasi sebagai fasilitator penting
kembali pemahaman (restrukturisasi). dalam proses pembuatan keputusan.
Kyai merupakan titik puncak dari­ Santri, dalam hal ini merupakan kom­
pada sebuah organisasi di pesantren. ponen sasaran komunikasi dalam model
Dimana peran kyai sangat berpengaruh komunikasi kyai dan santri, yang me­
terhadap eksistensi daripada sebuah rupakan audience utama dalam konteks
pesantren. Dikarenakan pola komunikasi ko­munikasi pengajaran di Pesantren
seorang kyai tidak dapat sepenuhnya Raudhatul Qur’an An-Nasimiyyah. Usaha-
dijelaskan dengan teori komunikasi barat usaha yang dilakukan oleh kyai pada
yang ada sebelumunya. dasarnya adalah untuk dapat me­ nyam­
Pada kasus pondok pesantren paikan pesan secara efektif kepada santri.
Raudhatul Qur’an An-Nasimiyyah, Keberadaan dan kualitas santri merupa­kan
apabila merujuk pada pembagian santri, ajang pembuktian dan pengu­kuhan kualitas
maka santri di pondok pesantren saat kyai ditilik dari sudut pandang sosial.
dilakukan penelitian adalah terdapat Beberapa hal yang peneliti tanyakan
santri mukim dan santri kalong. dan peneliti amati dalam keseharian
Banyaknya santri mukim disebabkan santri-santri menujukkan bahwa terdapat
kriteria santri yang ada rata-rata berasal beberapa faktor yang menjadikan
dari luar kota maupun daerah, mereka seorang santri taat kepada seorang kyai,
tinggal di pesantren sambil kuliah pada antara lain yakni ; (1)Adanya kharisma
siang harinya dan kembali ke pesantren yang tidak dapat dijelaskan oleh santri
untuk mengikuti kegiatan pesantren mengapa mereka taat kepada kyai, (2)
sebelum magrib. Adanya faktor bawaan dari santri yang
Secara umum, dalam berbagai hal, sebelumnya terbentuk dari kultur budaya
pendekatan struktural dan fungsional pesantren yang menjunjung tinggi akhlak
mengenai organisasi hanya menekankan seorang murid kepada gurunya, (3)
pada produktifitas dan penyelesaian Adanya keluasan ilmu yang dimiliki oleh
tugas-tugas pekerjaan, sedangkan faktor Kyai, terutama ilmu tentang keislaman,
manusia dipandang sebagai variabel (4)Adanya sikap kebapakan yang
dalam suatu pengertian yang lebih luas. dimiliki oleh Kyai sehingga santri-santri
Oleh karena itu Agrys (Burhan, 2014:280) di pesantren merasa nyaman dan hormat,
mencoba menjelaskan pandangannya (5)Luhurnya akhlak Kyai sehingga dapat
melalui pendekatan human relations dijadikan role-model bagi santri-santrinya.
untuk mengkritik perspektif struktural Berdasarkan penjelasan diatas, maka
fungsional. Ada beberapa anggapan dasar model komunikasi antara kyai dengan
dari pendekatan human relations, yaitu ; santri dapat digambar dalam model
(a) Produktifitas ditentukan oleh norma diagram sebagai berikut:
sosial, bukan faktor psikologis, (b) Seluruh Bagan 1. menjelaskan; (1) Kedudukan
imbalan yang bersifat non ekonomis, seorang kyai adalah sebagai sender
sangat penting dalam memotivasi para (komunikator) yang dapat membentuk
394 Jurnal Komunikasi ASPIKOM, Volume 2 Nomor 6, Januari 2016, hlm 385-395

Identitas
Budaya
Pola
Kyai Komunikasi Organisasi
Dialogis dan
Instruksional
Identitas Sosial

Santri

Gambar 1. Model Komunikasi Antara Kyai dan Santri


pola komunikasi dibawahnya, (2)Dalam persoalan tertentu. Dalam komunikasi
konteks komunikasi, kyai dipengaruhi model demikian maka diharapkan
kuat oleh identitas budaya dan status akan lahir keseganan dari santri kepada
sosial di masyarakat, dengan ini kyai. Selajutnya dalam proses transfer
of knowledge menjadi lebih mudah. Pola
kedudukan kyai adalah sebagai role-model
komunikasi seperti ini dipandang cukup
bagi receiver (pengurus dan santri), (3)Pola
ideal dalam pendidikan akhlak.
komunikasi berlangsung dialogis dan
instruksional terbatas dengan pola-pola Daftar Pustaka
dan sikap tertentu, (4)Organisasi dibawah Ali, Mohammad. (1993). Strategi Peneli­
kyai adalah organisasi yang berfungsi tian Pendidikan, Bandung: Angkasa.
sebagai media maupun kepanjangan Bungin, Burhan. (2014) Sosiologi Komu­
tangan dari kyai kepada santrinya, (5) nikasi. Jakarta: Kencana.
Santri sebagai receiver (penerima pesan),
Fiske, John. (2004). Pengantar Ilmu Komu­
dan dalam berkomunikasi ke atas (sender)
nikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo
bersifat terbatas dalam persoalan tertentu. Persada.
Simpulan Ikhwanudin, Alim. 2010. “Perilaku
Berdasarkan penelitian yang telah Kesehatan Santri”. Jurnal Sosial dan
dilakukan di Pesantren Raudhatul Politik. Fakultas Ilmu Sosial dan
Qur’an An-nasimiyyah, Kelurahan Ilmu Politik Universitas Airlangga.
Bojong Salaman, Kecamatan Semarang
Barat, Kota Semarang mengenai Model Izzah, Iva Yulianti Umdatul Izzah.
Komunikasi Kyai dan Santri di Pesantren, (2011). “Perubahan Pola Hubungan
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: Kyai dan Santri pada Masyarakat
Konstruksi model Komunikasi Kyai MuslimTradisonal Pedesaan”. Jur­
dengan Santri di Pesantren Raudhatul nal Sosiologi Islam. 1 (2), 31-48.
Qur’an An-nasimiyyah terbentuk
Kementrian Agama RI. (2012). Buku
dari intensitas interaksi yang tinggi
Panduan Integrasi Kultur Pesantren Ke
antara Kyai dengan Santri lewat suatu
Dalam Menejemen Sekolah. Jakarta:.
organisasi maupun secara langsung.
Kemenag RI.
Sifat komunikasi dari kyai ke bawah
adalah mutlak, sedangkan model Littejohn, Stephen W., Karen Foss. (2012).
komunikasi santri (receiver) kepada kyai Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba
(sender) adalah terbatas dalam lingkup Humanika.
Mansur Hidayat, Model Komunikasi Kyai dengan Santri di Pesantren 395

Loubna Zakiah & Faturochman. (2004). Hidayatullah Donoharjo Ngaglik


“Kepercayaan Santri Kepada Kyai”. Sleman Yogyakarta”. Skripsi. Yogya­
Buletin Psikologi. 12 (1), 33-43. karta: Fakultas Dakwah UIN Sunan
Kalijaga.
Ma’arif, Syamsul. (2010). “Pola Hubungan
Patron-Client Kyai dan Santri di Pe­ Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuan­
santren”. Jurnal Ta’dib. 15 (2), 273-296. titatif, Kualitatif R&D, Bandung:
Alfabeta.
Mulyana, D. (2004). Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar. Bandung: PT. Remaja Wulandari, Sri. (2014). “Pola Komunikasi
Rosdakarya. Kyai di Pondok Pesantren”.
Jurnal Commonline Departemen
Nasvian, Moh. Fuad. (2013). “Model
Komunikasi. 3 (3), 630-644.
Komunikasi Kyai dengan Santri”.
Jurnal Wacana. 16 (4), 197-206. Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian
Sosial dan Pendidikan Teori- Aplikasi,
Rizki Respati Suci. 2010. “Strategi Pember­
Jakarta: PT Bumi Aksara.
dayaan Santri di Pondok Pesantren

Anda mungkin juga menyukai