Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/341118606

Model Komunikasi Kyai dengan Santri (Studi Fenomenologi Pada Pondok


Pesantren “Ribathi” Miftahul Ulum)

Article · January 2013

CITATIONS READS

7 164

3 authors, including:

Moch Fuad Nasvian


University of Muhammadiyah Malang
18 PUBLICATIONS 25 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Moch Fuad Nasvian on 04 May 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN : 1411-0199
Wacana– Vol. 16, No. 4 (2013)
E-ISSN : 2338-1884

Model Komunikasi Kyai dengan Santri (Studi Fenomenologi Pada


Pondok Pesantren “Ribathi” Miftahul Ulum)
Moch. Fuad Nasvian1, Bambang Dwi Prasetyo 2, Darsono Wisadirana2
1
Pascasarjana Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya
2
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya

Abstrak
Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang telah ada sejak masa awal Bangsa Indonesia. Pesantren
merupakan merupakan tempat dimana ilmu agama Islam dan budaya asli Indonesia disandingkan dan disebarkan,
namun keberadaan mereka saat ini banyak dituding sebagai sumber dari terorisme, khususnya pasca serangan World
Trade Center New York 2011 lalu. Keberadaan pesantren sendiri tidak lepas dari sosok seorang Kyai sebagai sumber
penyampai ilmu khususnya agama Islam, dan sebagai tokoh masyarakat yang dituakan. Penempatan posisi Kyai dalam
pondok pesantren saat ini tidak lepas dari komunikasi yang dilakukan beliau terhadap santri, dimana dengan segala
keterbatasannya, Kyai harus mampu tetap menjadi pengayom santri dan pesantren. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menyusun, memahami dan menganalisis model komunikasi Kyai dengan santri, khususnya pada konteks Pondok
Pesantren “Ribathi” Miftahul Ulum. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah kajian yang memperkaya pemikiran
dan data mengenai komunikasi dari perspektif budaya timur. Penelitian ini diharapkan menjadi bagian dari upaya
kontekstualisasi agama Islam yang relevansinya dianggap minim dalam kehidupan saat ini. Penelitian ini menggunakan
metodologi kualitatif dengan metode fenomenologi, yang didukung dengan teknik pengumpulan data dengan
pengamatan pemeranserta. Fenomenologi digunakan untuk memahami bagaimana seseorang mengalami dan memberi
makna pada sebuah pengalaman. Jadi merupakan riset terhadap dunia kehidupan orang-orang, pengalaman subjektif
mereka terhadap kehidupan pribadi sehari-hari. Jadi kebenaran murni berasal dari statement obyek penelitian. Hasil
penelitian ini berupa konstruksi model Komunikasi Kyai dan santri di Pondok Pesantren Ribathi Miftahul Ulum terbentuk
dari interaksi tinggi antara Ustadz dengan Kyai, serta Ustadz dengan Santri, dimana Ustadz berfungsi sebagai pihak yang
mampu menyambungkan komunikasi Kyai dengan santri. Model Komunikasi Kyai dan santri di Pondok Pesantren
Ribathi Miftahul Ulum dipengaruhi oleh dipengaruhi oleh konsep Akhlak, Status Kyai dan Kharisma Kyai. Pendidikan
akhlak merupakan cara Kyai untuk membentuk konteks komunikasi dalam pondok, yang akan memudahkan
manajemen juga transfer ilmu dalam kegiatan pesantren. Sedangkan status dan kharisma Kyai merupakan faktor
penambah legitimasi komunikator dalam konteks pondok pesantren. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di
Pondok Pesantren Ribathi Miftahul Ulum, Kecamatan Dampit Malang, mengenai Model Komunikasi Kyai dan Santri,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Konstruksi model Komunikasi Kyai dan santri di Pondok Pesantren Ribathi
Miftahul Ulum terbentuk dari intensitas interaksi yang tinggi antara Ustadz dengan Kyai, serta Ustadz dengan Santri,
dimana Ustadz berfungsi sebagai pihak yang mampu menyambungkan pesan Kyai kepada santri baik dalam bentuk
verbal maupun nonverbal.

Kata Kunci : Fenomenologi, Komunikasi, Kyai, Pondok Pesantren, Santri, Ribathi Miftahul Ulum,


Abstract
Boarding school is an educational institution of Islam that has existed since the early days of the Indonesia. Pesantren
(Islamic boarding School) is a place where Islamic knowledge and indigenous Indonesian culture combined and
overspread, but their existence is currently widely blamed as the source of terrorism, particularly after the World Trade
Center NewYork was attacked in 2011. The Islamic Boarding existence can not be separated from the figure of a Kyai
(Cleric) as a sources transmitter of knowledge, especially Islamic, as the elder and leaders of community. Kyai position in
the Islamic boarding school at this time can not be separated from his communications made to the students, which
with all its limitations, Kyai should be able to remain as the boarding protector and students. The purpose of this study
was to formulate, understand and, analyze models of Kyai communication with students, especially in the context of the
Boarding Schools' Ribathi "Miftahul Ulum. This study was expected to be a study that enriches thought and
communication of data on the east culture perspective. This study was expected to be a part of Islam that
contextualization is considered minimal relevance in today's life. This study used a qualitative methodology with a
phenomenological method, which is supported by the observation partisipatory data collection techniques.
Phenomenology is used to understand how a person's experience and give meaning to an experience. So is the world's


Alamat korespondensi:
Moch. Fuad Nasvian, S.I.Kom
Email : nasvian.surplus@gmail.com
Alamat : Tersusan sigura-gura E/65, Malang, 65146

197
Model Komunikasi Kyai dengan Santri (Nasvian, et al.)

research on the lives of people, their subjective experience of the everyday personal life. So the truth is purely derived
from thei statement of objects of research. The results of this study is construction model of the Kyai (cleric) – santri
(students) communication at boarding school Ribathi Miftahul Ulum formed from senior Ustadz (teacher) - Kyai
interactions, and Ustadz-santri interactions, where Ustadz served as the party which has capability to create interaction
and communication between Kyai and santri. Communication Model Kyai and students at Islamic boarding school
Ribathi Miftahul Ulum influenced by the concept of morality, Kyai’s charisma and Kyai’s status. Kyai moral education is a
way to establish communication in the context of the lodge, which will also facilitate the transfer of knowledge in the
management of boarding activities. Whereas, Kyai status and charisma works as enhancing factor of communicator
legitimacy in the context of the Islamic boarding school. Based of study in Ribathi Miftahul Ulum Islamic Boarding
School, Dampit Malang about Communication Model Kyai and santri, it can be concluded that the communication
model formed from the interaction of high intensity between Ustadz and Kyai, also Ustadz with Santri, where Ustadz
have roles as a messenger and interpreter from Kyai to the students either in the form of verbal and nonverbal.

Keywords : Communication, Islamic Boarding School, Kyai (Cleric), Phenomenology, Ribathi Miftahul Ulum, Santri
(Students)

PENDAHULUAN mengakar lama di Asia. Filsafat besar yang


Mengutip dari Paul Latzlawick “People mendasari keilmuan ini antara lain filsafat India,
cannot not communicate” (manusia tidak bisa filsafat China, dan filsafat Islam.
tidak berkomunikasi), dengan kata lain Keberadaan Ilmu Komunikasi Timur belum
komunikasi adalah salah satu kebutuhan primer bisa dikategorikan mapan atau tidak mapan,
manusia [1]. Jadi bagaimana kualitas berpikir sebab disiplin keilmuan yang dikategorikan
manusia juga bisa dilihat dari kualitas komunikasi tersendiri menjadi sebuah ilmu Komunikasi
yang dilakukan.Manusia sebagai individu dalam belum ada, tetapi di Timur Ilmu Komunikasi
berkomunikasi dipengaruhi beberapa hal yang masih tersebar di berbagai pengetahuan
bisa dibedakan lagi menjadi dua faktor utama terutama ritual dan kebiasaan dan cara hidup
Personal dan Situasional. Faktor personal terdiri dan belum menyatu menjadi sebuah disiplin
dari faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. ilmu. Secara budaya juga dapat diamati bahwa
Menurut faktor situasional perilaku manusia kebudayaan Timur cenderung menganut budaya
dipengaruhi oleh lingkungan yang berupa faktor tutur sehingga segala macam produk budaya, dan
ekologis, misalnya kondisi alam atau iklim, faktor pengetahuan diwariskan secara oral, suatu hal
rancangan dan arsitektural, misalnya penataan yang kurang mendukung prinsip keilmuan
ruang, faktor temporal, misalnya keadaan emosi, modern.
suasana perilaku, misalnya cara berpakaian dan Model komunikasi merupakan alat untuk
cara berbicara, teknologi, faktor sosial, mencakup menjelaskan atau untuk mempermudah
sistem peran, struktur sosial dan karakteristik penjelasan komunikasi. Dalam pandangan Sereno
sosial individu, lingkungan psikososial yaitu dan Mortensen, suatu model komunikasi
persepsi seseorang terhadap lingkungannya, merupakan deskripsi ideal mengenai apa yang
stimuli yang mendorong dan memperteguh dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi [1]. Oleh
perilaku. karena itu model bisa disebut sebagai gambaran
Menurut Kincaid, cara pandang informal untuk menjelaskan atau menerapkan
masyarakat timur cenderung bersifat wholeness teori atau penyederhanaan teori. Fungsi model
dan unity. Bila dibandingkan dengan Keilmuan komunikasi setidaknya bisa melukiskan proses
Barat, keilmuan Timur lebih memandang sesuatu komunikasi, menunjukkan hubungan visual dan
sebagai sebuah kesatuan dan tidak parsial seperti membantu dalam menemukan dan memperbaiki
di Barat. Barat mempunyai pandangan individu kendala komunikasi dalam perspektif teoritik.
yang kental, dimana manusia dipandang aktif Ada dua perspektif utama yang tercermin
mencari tujuan pribadi [2]. Timur sangat berbeda dalam model komunikasi. Pertama perspektif
melihatnya, budaya Asia ini melihat hasil proses yang melihat komunikasi sebagai
komunikasi sebagai suatu proses alamiah dan transmisi pesan [4]. Dalam perspektif ini mereka
tidak terencana. Jika aspek kognitif sangat tertarik dengan bagaimana pengirim dan
ditonjolkan di Barat, di Timur aspek spiritual dan penerima mengkonstruksi pesan dan
emosional mempunyai porsi lebih untuk dikaji. menerjemahkannya, serta bagaimana transmiter
Kesemua sifat yang terasa sangat jauh dengan menggunakan saluran dan media komunikasi.
kajian Eropa ini berasal dari filsafat yang telah Perspektif kedua melihat komunikasi sebagai

198
Model Komunikasi Kyai dengan Santri (Nasvian, et al.)

produksi dan pertukaran makna. Hal ini berperan juga dalam menghadang radikalisme.
berkenaan dengan bagaimana pesan berinteraksi Sayangnya beberapa pesantren juga mengusung
dengan orang-orang dalam menghasilkan makna. kekerasan yang sebenarnya dalam konteks
Al Quran merupakan salah satu sumber tertentu bertentangan dari prinsip Islam. Seperti
peradaban timur yang cukup fenomenal. Sejak dalam kasus FPI dan penahanan Ustadz Abu
disebarkan di Jazirah arab hingga saat ini, agama Bakar Ba’asyir, dimana pesantren dan Kyai-nya
Islam yang dibawa Al Quran tidak hanya tumbuh mendidik santrinya untuk berjihad dengan “jalan
dan berkembang di jazirah Arab, namun sudah pedang”. Hal tersebut mereka perintahkan
tersebar ke seluruh dunia, bahkan menurut karena menganggap Amerika merupakan Harbi
catatan Vatikan yang dimuat Kompasiana 22 (Kafir yang wajib diperangi). Uniknya adalah para
Januari 2012, Islam merupakan salah satu agama santri mereka juga banyak yang menyanggupi
dominan, bahkan dengan populasi terbesar di untuk melakukan itu, sehingga bisa dikatakan
Dunia [3]. Semenjak peristiwa 9/11, dimana bahwa komunikasi yang dilakukan oleh para
ekstrimis Islam dituduh melakukan terorisme ulama yang mengusung “jalan pedang” itu
yang menyebabkan runtuhkan Gedung World efektif.
Trade Center New York, image Islam menjadi Secara umum menurut Direktorat
negatif, bahkan sempat terjadi Islamic Phobia di Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren
Amerika. Namun dalam waktu bersamaan juga Kementrian Agama Republik Indonesia8, Pondok
rupanya tumbuh minat dari masyarakat dunia Pesantren di Indonesia terbagi tiga golongan
non-Islam akan mempelajari Al Quran, guna besar, yaitu pesantren Salaf, Khalaf, dan Ribathi.
mengetahui lebih dalam tentang Islam, yang Secara umum pesantren salaf diartikan sebagai
dianggap sebagai agama teroris saat itu. pesantren tradisional, yang menggunakan
Kyai sebagai tokoh sentral mempunyai sumber klasik seperti menggunakan buku dengan
peran penting dalam lingkungan dan dinamika arab gundul. Pesantren khalaf lebih dikenal
pesantren serta dinamika masyarakat. Secara dengan pesantren modern menggunakan sistem
umum Kyai juga dipandang sebagai ulama karena klasikal dan memiliki tahapan kelas dalam
Kyai dianggap menguasai ilmu agama secara pengajarannya, mereka juga mengadakan
mendalam dan mempunyai pengetahuan yang evaluasi belajar layaknya sekolah formal untuk
luas tentang Islam, walaupun pada kenyataannya menguji sejauh mana pemahaman mereka
pengetahuan mereka tentang agama dan Islam terhadap pelajaran. Pesantren Ribathi sendiri
sangat beragam. Kyai merupakan figur yang lebih dikenal dengan pesantren kombinasi atau
disucikan dan dihormati karena dianggap sebagai campuran dari sistem pendidikan salaf dan
lambang kewahyuan Ilahi. Menurut Dhofier para khalaf.
santri dan anggota masyarakat menganggap Kyai Penelitian tentang komunikasi Kyai dan
adalah tempat bertanya tentang semua hal, baik Santri ini mengambil lokasi di pesantren Miftahul
yang bersifat keduniawian maupun kehidupan Ulum Dampit, Kabupaten Malang, yang diasuh
akherat [6]. Selain itu juga tempat untuk mencari KH. Syamsul Arifin. Pondok Pesantren tersebut
solusi dari semua masalah serta tempat meminta sudah berusia lebih dari 20 tahun, dari data yang
nasihat dan fatwa. Peran Kyai yang sedemikian didapat pada prapenelitian, masyarakat di
besar itu tentunya diikuti dengan pola-pola daerah sekitar pondok tersebut sebelumnya
komunikasi mereka yang tertata, sesuai dengan adalah masyarakat yang gemar kerasukan
kitab Suci Umat Islam sebagai landasan untuk jaranan dan minum minuman keras, namun pada
berbuat. saat dilakukan penelitian, kondisi di daerah
Menurut Suryadharma Ali yang dikutip pondok sendiri masyarakatnya saat ini terlihat
www.republika.co.id 26 Desember 2012 kyai dan jauh dari kegiatan tersebut.
pesantren merupakan salah satu elemen penting Perubahan yang terjadi khususnya adalah
dari bangsa Indonesia dalam mendapatkan kondisi lingkungan sekitar pondok yang kondusif,
kemerdekaannya [7]. Secara historis, pesantren salah satu parameternya adalah santri pondok
adalah lembaga pendidikan Islam yang tersebut yang mayoritas siswa SMP, dimana pada
dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat. usia mereka pengaruh lingkungan dan media
Keberadaannya merupakan produk budaya khas sangat signifikan, ternyata memiliki kegemaran
masyarakat Tanah Air yang menyadari arti mendengarkan dan bermain musik gambus,
pentingya pendidikan alternatif bagi pribumi. bahkan musik yang mereka simpan dalam
Pola dan sistem yang dijadikan selaras dengan telepon genggam mereka adalah musik gambus.
dinamika masyarakat sekitar, sehingga dapat Musik gambus sendiri adalah musik islami yang

199
Model Komunikasi Kyai dengan Santri (Nasvian, et al.)

berisikan puji-pujian kepada Allah SWT, maupun METODE PENELITIAN


Nabi Muhammad SAW, hal ini sangat kontras Terdapat dua pendekatan utama yang
dengan kondisi siswa SMP pada umumnya kedudukannya sejajar dalam memandang
dimana mereka cenderung menggemari musik manusia (pasif-aktif), yaitu pendekatan objektif
yang sedang populer di masyarakat saat ini. Bagi (behavioristik dan struktural) dan pendekatan
peneliti hal ini merupakan kondisi yang menarik subjektif (fenomenologis atau interpretif) [1].
dimana lingkungan pondok berhasil membentuk Pada pendekatan objektif, dunia sosial dianggap
budaya mereka sendiri. mirip dengan dunia fisik, sebagai sesuatu yang
Pearson dan Nelson mengungkapkan konkret dan terpisah dari orang yang
bahwa komunikasi adalah proses memahami dan mengamatinya, dengan suatu struktur yang harus
berbagi makna. Jadi komunikasi merupakan dan dapat ditemukan. Sementara itu,
suatu proses dinamis dan berkesinambungan, pendekatan subjektif (fenomenologis) meyakini
atau bersifat transaksional [9]. Komunikasi dalam realitas sosial sebagai kondisi yang cair dan
konteks ini dapat bersifat verbal maupun non- mudah berubah melalui interaksi manusia dalam
verbal. Kyai sebagai figur yang dihormati, selama kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini diarahkan
ini memiliki kredibilitas tinggi terutama untuk memahami perilaku manusia dari kerangka
dihadapan para santrinya, sehingga segala berpikir pelaku itu sendiri.
macam komunikasi verbal maupun non-verbal Penelitian ini menggunakan metode
selalu diikuti dengan konsekwen. Bisa dikatakan kualitatif studi fenomenologi. Pendekatan
komunikasi yang dilakukan Kyai kepada santri kualitatif adalah suatu proses penelitian dan
mendekati definisi ideal komunikasi, yakni pemahaman yang berdasarkan pada metodologi
transmisi makna sepenuhnya. Makna yang yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
diterima oleh santri dari Kyai cenderung minim masalah manusia. Metode ini digunakan karena
Noise danresistensi. Maka dalam konteks Islam mampu menjelaskan hubungan antar kategori
yang ekstrim, sering ditemukan santri yang yang nantinya ditemukan dan disusun dalam
memenuhi perintah Kyainya untuk melakukan penelitian ini. Metode kualitatif juga mampu
Jihad yang mengorbankan nyawa mereka. menggambarkan dan menganalisis pola perilaku
Secara teoritis penelitian ini penting manusia.
dilakukan untuk mengangkat pengetahuan Metode yang dilakukan dalam penelitian
komunikasi timur menjadi ilmu pengetahuan. ini adalah studi fenomenologi. Fenomenologi
Bahwa masyarakat Asia memiliki khasanah kajian berusaha untuk memahami bagaimana
ilmu pengetahuan komunikasi khas, yang sangat seseorang mengalami dan memberi makna pada
penting dipahami dan dikembangkan, terutama sebuah pengalaman [9]. Fenomenologi berusaha
kaitannya dengan kegiatan Komunikasi yang mendekati objek kajian secara konstruktivis serta
sudah melewati batas-batas negara serta benua pengamatan yang cermat, dengan tidak
seiring globalisasi. Secara empiris penelitian ini menyertakan prasangka oleh konsepsi-konsepsi
penting dilakukan untuk mereduksi stigma manapun sebelumnya. Fenomenologi akan
negatif dari kaum pondok pesatren, dimana berusaha memahami pemahaman informan
selama ini lebih banyak yang terlihat eksklusif, terhadap fenomena yang muncul dalam
dan tidak membaur dengan masyarakat. kesadarannya, serta fenomena yang dialami oleh
Mengetahui salah satu model komunikasi yang informan dan dianggap sebagai entitis-sesuatu
ada di Pondok Pesantren terutama Pesantren yang ada dalam dunia [10. Metode ini digunakan
Ribathi atau campuran antara Kyai dan santri karena struktur kesadaran dalam pengalaman ini
diharapkan bisa memberi perspektif baru kepada pada akhirnya membuat makna dan menentukan
masyarakat umum dan para santri tentang isi dari pengalaman.
bagaimana berkomunikasi secara Islami, karena Penelitian ini dilakukan untuk memberikan
bagaimanapun Islam merupakan ”Rahmatan lil gambaran secara lebih mendalam mengenai
alamin” (Berkah bagi seluruh alam) bukan bentuk komunikasi dari Kyai, dimana mereka
sekedar ”Rahmatan lil muslimin” (Berkah bagi merupakan orang-orang yang tumbuh,
kaum muslim). Tujuan dari penelitian ini adalah berkembang dan belajar dalam frame pendidikan
untuk menyusun, memahami dan menganalisis Islam, dimana Al Quran sebagai sumber utama
model komunikasi Kyai dengan santri, khususnya keilmuan mereka. Perilaku mereka sehari-hari
pada konteks Pondok Pesantren “Ribathi” akan dinilai untuk kemudian disusun dan sebagai
Miftahul Ulum. model komunikasi Kyai kepada santrinya.
Sehingga, secara spesifik metode yang digunakan

200
Model Komunikasi Kyai dengan Santri (Nasvian, et al.)

dalam penelitian ini adalah fenomenologi sosial d. Pengamat penuh.


Schutz. Mengacu pada pendapat Cresswell13, Kondisi ini biasanya kedudukan antara
fenomenologi sosial berfokus pada bagaimana pengamat dengan teramati dipisah oleh
anggota masyarakat menggambarkan dunia satu dinding pemisah yang hanya
keseharian, khususnya bagaimana individu secara meneruskan informasi satu arah saja.
sadar mengembangkan makna dari hasil Subjek tidak merasa sedang diamati.
interaksinya dengan orang lain. Penelitian ini menggunakan sistem
Metode Pengumpulan Data peranserta sebagai pengamat, dimana peneliti
Terdapat empat tipe utama data, meliputi hanya meneruskan informasi mengenai
data observasi, data interview, dokumen dan bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh Kyai
data audio-visual.Dalam penelitian ini, data yang dengan jamaahnya dalam berbagai konteks.
digunakan berupa hasil wawancara (data Untuk itu peneliti akan tinggal selama beberapa
interview), sehingga teknik pengumpulan data waktu
dilaksanakan melalui wawancara mendalam Kriteria informan dalam penelitian
(depth interview) dan observasi partisipan fenomenologi adalah orang-orang yang
kepada informan, hal ini dilakukan karena melalui mengalami secara langsung suatu fenomena yang
metode inilah didapatkan esensi fenomena dari hendak diteliti dan dapat mengartikulasikan
sudut pandang orang yang mengalaminya secara pengalaman-pengalaman sadarnya. Cresswell15
langsung [11]. Hal ini dilakukan untuk berpendapat hal terpenting di dalam penelitian
meminimalisir distorsi data yang dapat fenomenologi adalah mendeskripsikan makna
menghilangkan esensi dari penelitian. atas sejumlah kecil orang yang mengalami suatu
Observasi Partisipan merupakan teknik fenomena. Sehingga berapapun jumlah informan
berpartisipasi yangsifatnya interaktif dalam bukan menjadi ukuran, selama sudah mampu
situasi yang alamiah dan melaluipenggunaan memberikan informasi yang cukup.Informan yang
waktu serta catatan observasi untuk menjelaskan akan membantu dalam menggali model
apayang terjadi. Observasi partisipanpada komunikasi interpersonal ini adalah Kyai yang
dasarnya berartimengadakan pengamatan dan dipilih melalui beberapa kriteria. Kriteria
mendengarkan secara secermatmungkin sampai informan dalam penelitian ini antara lain:
pada yang sekecil-kecilnya sekalipun. Bogdan a. Merupakan seorang pendakwah
juga melengkapi bahwa observasipartisipan b. Pernah dan atau aktif sebagai pengurus
adalah penelitian yang bercirikan interaksi sosial lembaga dan atau organisasi Islam
yangmemakan waktu cukup lama antara peneliti c. Pernah mengenyam dan menyelesaikan
dengan subjek dalamlingkungan subjek, dan pendidikan sebagai santri di Pesantren
selama itu data dalam bentuk catatanlapangan d. Pernah mengenyam dan menyelesaikan
dikumpulkan secara sistematis dan berjalan pendidikan tinggi baik keilmuan umum
tanpagangguan. maupun keagamaan.
Dalam observasi partisipan, ada banyak Metode Analisis Data
kategori peran partisipanyang terjadi dilapangan Menjelaskan metode analisis data yang
penelitian kualitatif, yaitu: digunakan untuk mengungkap temuan
a. Peranserta lengkap. penelitian. Menyebutkan nama jenis analisis data
Pengamat dalam hal ini menjadi anggota kualitatif atau kuantitatif yang digunakan disertai
penuh dari kelompok teramati. Ia akan alasan penggunaan metode analisis data
memperoleh informasi apapun yang tersebut.
dibutuhkan, termasuk yang dirahasiakan.
b. Peranserta sebagai pengamat. HASIL DAN PEMBAHASAN
Peneliti berperan sebagai pengamat (fly Proposisi penelitian ini didasarkan pada
on the wall). Kalaupun ia menjadi anggota, pengamatan peneliti selama melakukan
ia hanya berpura-pura saja, tidak melebur penelitian untuk kemudian di sempurnakan
secar fisik maupun psikis dalam arti yang dengan proposisi kedua yang berdasar fakta
sesungguhnya. wawancara dilapangan. “Ngalap Barokah”
c. Pengamat sebagai pemeranserta. merupakan istilah dari bahasa Jawa, yang berarti
Pengamat yang secara terbuka oleh umum Mencari Barokah. Barokah sendiri merupakan
disponsori oleh subjek. Karena itu segala kemurahan atau hadiah kebagusan dari Allah
macam informasi akan mudah kepada para pengikutnya, dimana salah satu cara
diperolehnya. yang diyakini adalah dengan patuh dan taat

201
Model Komunikasi Kyai dengan Santri (Nasvian, et al.)

kepada Kyai dan Ulama. Berdasarkan Proposisi


kedua yang akan dijelaskan berikutnya,
”Efektifitas Komunikasi antara Kyai dan santri di
pesantren Ribathi dipengaruhi oleh Akhlak,
Status Kyai dan Kharisma”, santri yang belajar
pada Pondok Pesantren Miftahul Ulum tidak
semua berada pada posisi siap untuk Ngalap
Barokah, untuk itu Kyai Syamsul pada awalnya
selalu menekankan pada pendidikan akhlak.
Menurut Kyai Syamsul akhlak yang baik membuat
suasana belajar mengajar di Pondok Pesantren
berjalan baik dan lancar. Adanya kesadaran
akhlak pada santri, membuat mereka sadar
secara penuh untuk mengabdi kepada Kyai untuk
mendapatkan Barokah.
Status Kyai sebagai keturunan Kyai juga
Gambar 1.Model Komunikasi Kyai dengan Santri
merupakan pertimbangan akan validitas suatu
pesantren, suatu pesantren yang didirikan oleh
orang yang bukan keturunan Kyai akan memiliki Dalam wawancara yang dilakukan dengan
jalan lebih panjang untuk mendapatkan Kyai Syamsul dan pengamatan di lapangan,
kepercayaan ke-Kyai-an dari masyarakat yang memang terjadi perbedaan nyata kondisi pondok
akan mengirimkan anak-anaknya untuk belajar di pesantren saat Kyai sedang aktif dan tidak.
pondok. Hal ini tidak terjadi di Pesantren Seperti yang dikatakan Kyai Syamsul, apabila
Miftahul Ulum karena Kyai Syamsul dan Bu Nyai beliau sedang aktif dan menjadi imam dalam
masing-masing merupakan keturunan orang kegiatan solat di masjid pondok, masyarakat akan
terpandang dan Kyai, meskipun masih belum berbondong-bondong hadir solat jamaah, bahkan
jelas betul dari jalur siapa Kyai tersebut. Adanya solat subuh sekalipun masjid akan terisi separo
kepatuhan dari santri dan respon positif dari penuh, hal tersebut tidak akan terjadi apabila
masyarakat membuat Kyai mendapatkan bukan Kyai Syamsul yang menjadi imam.
Kharisma untuk dapat meluaskan pengaruhnya di Perbedaan lain juga dalam konteks
masyarakat. pengajaran dan komunikasi antara santri dan
Berdasarkan penelitian di Pesantren ustadz. Selama pengamatan penelitian, dalam
Miftahul Ulum, Konsep Akhlak dapat juga kondisi Kyai Syamsul hadir dan aktif di pondok,
dikatakan sebagai membangun Konteks kegiatan akan berjalan disiplin, dan berjalan
komunikasi, sedangkankonsep Status Kyai bisa sebagaimana mestinya, jam belajar setelah
diartikan sebagai Kredibilitas Komunikator. magrib pun berjalan lebih kondusif dan serius.
Apabila dirumuskan menjadi sebuah model, Hal yang berbeda terjadi apabila Kyai sedang
maka proposisi tersebut dapat digambarkan pada dalam kondisi istirahat sakit maupun sedang
gambar 1. berada diluar pondok, kondisi belajar mengajar di
Model komunikasi Kyai dan santri dalam madrasah diniyah cenderung lebih rileks,
penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren komunikasi antara santri dan ustadz juga bisa
Ribathi Miftahul Ulum ini dapat dibagi dalam lebih intim seperti teman, meskipun tidak sampai
komponen-komponen: melewati batas kesopanan menghormati guru.
1. Kyai (Main Source, Patron, Konteks) Dari segi kepemimpinan, keberadaan Kyai
Kyai merupakan komponen utama dari Syamsul di Pondok Pesantren Miftahul Ulum ini
komunikasi dalam pondok pesantren. Kyai tidak merupakan bentuk kepemimpinan Kharismatik.
hanya sebagai pelaku komunikasi namun juga Max Weber sendiri sering menyebut sifat
sebagai konteks, sosok, atau patron, bagaimana kepemimpinan ini dimiliki oleh mereka yang
masyarakat pondok pesantren khususnya santri menjadi pemimpin keagamaan. Bahkan menurut
dan ustadz berkomunikasi. Kehadiran dan wawancara dengan Mas Furqon dan Mas
keaktifan Kyai dalam pondok pesantren Maulana, Kyai Syamsul diyakini juga memiliki
memberikan pengaruh signifikan. Kyai juga keramat.
merupakan komunikator utama, sumber Keyakinan supranatural tersebut juga
penyampai ilmu utama. diungkapkan Sukamto16. Istilah Karismatik
menunjuk pada kualitas kepribadian seseorang.

202
Model Komunikasi Kyai dengan Santri (Nasvian, et al.)

karena keunggulan keunggulan kepribadian itu, ia tersinggung dengan penggunaan symbol-simbol


dianggap (bahkan) diyakini memiliki kekuatan dan foto Hitler juga merupakan salah satu bentuk
supranatural, manusia serba istimewa, atau dari komunikasi patronus ini. Komunikasi
sekurang-kurangnya istimewa dipandang patronus inilah yang dilakukan Kyai kepada santri
masyarakat. Kekuatan dan keistimewaan secara umum, sedangkan kepada ustadz beliau
tersebut adalah karunia Tuhan yang diberikan berkomunikasi secara interpersonal, langsung,
kepada hambanya yang mewakili di dunia. intim, guna memantau perkembangan
Kharisma inilah yang membuat keberadaan Kyai pengetahuan ustadz tersebut dan kualitas
mampu menghadirkan suatu konteks komunikasi pengajaran di pesantren Miftahul Ulum.
tersendiri, dan hal tersebut dinilai peneliti berada 2. Santri (Audience)
diluar kemampuan supranatural beliau. Santri merupakan komponen sasaran
Dalam memimpin Pesantren Miftahul komunikasi dalam model komunikasi kyai dan
Ulum, Kyai Syamsul Arifin juga menggunakan santri ini, audience utama dalam konteks
konsep kepemimpinan Tradisional. Kepatuhan komunikasi pengajaran dalam Pesantren Miftahul
diberikan kepada orang atau pemimpin yang Ulum. Usaha-usaha yang dilakukan oleh Kyai
menduduki kekuasaan tradisional yang terikat pada dasarnya adalah untuk dapat
pula dalam suasana tersebut [13]. Dalam konteks menyampaikan pesan secara efektif kepada
ini, Kyai Syamsul menempatkan anak-anaknya santri. Keberadaan dan kulitas santri merupakan
dalam struktur organisasi pondok, hal ini lebih ajang pembuktian dan pengukuhan kualitas Kyai
merupakan usaha mempermudah pengelolaan ditilik dari sudut pandang sosial. Hal ini
pesantren yang memang banyak dilakukan diungkapkan Kyai Syamsul Arifin saat
pondok pesantren. menjelaskan mengenai proses menjadi Kyai.
Namun ternyata pengelolaan pesantren Pada kasus pondok pesantren Miftahul
oleh kerabat dekat Kyai belum mampu Ulum, apabila merujuk pada pembagian santri,
membentuk konteks komunikasi yang bisa maka santri di pondok pesantren ini saat
dihadikan Kyai Syamsul sendiri. Hal ini teramati dilakukan penelitian adalah santri Kalong, dimana
saat penelitian dimana kehadiran sosok Gus mereka seringkali pulang kerumah setelah belajar
In’am, yang disiapkan sebagai suksesor ayahnya [5]. Hal tersebut dilakukan meski hanya untuk
dalam kegiatan pondok, dalam kondisi Kyai makan. Banyaknya santri Kalong ini disebabkan
sedang ada acara diluar lingkungan pesantren, tempat tinggal mereka memang berada disekitar
ternyata kegiatan belajar mengajar masih dapat pondok, sehingga lebih ekonomis untuk makan
terkesan santai, tidak seperti saat Kyai hadir. dirumah dibandingkan membeli makan diluar,
Dari pengamatan akan keterangan meskipun pada dasarnya pihak pengelola pondok
tersebut diatas, keberadaan Kyai sebagai sosok menyediakan makan.
atau patron18 amat terasa bagi santri-santrinya. Kondisi santri yang kerap pulang kerumah
Sehingga bisa dikatakan meskipun komunikasi ini tentu saja mempengaruhi komunikasi yang
dan interaksi beliau dengan santri minimal, dilakukan Kyai terhadap santri. Hal tersebut
namun beliau berkomunikasi dalam bentuk lain terungkap dari wawancara dengan Mas Furqon
yang peneliti bahasakan sebagai komunikasi Hal rasa segan dan memuliakan Kyai santri
patronus. Komunikasi Patronus sendiri adalah pada masa Mas Furqon terjadi karena saat itu
pesan komunikasi yang disampaikan melalui masih banyak santri mukim, dimana dengan
kharisma atau kesan yang telah lama dibentuk bermukim, maka konteks komunikasi yang
kepada audience yang dapat memahami patron dibangun Kyai Syamsul berdasarkan akhlak dapat
atau sosok tersebut. Komunikasi patronus ini bisa terinternalisasi dengan baik. Namun seiring
disampaikan langsung maupun tidak langsung. dengan menurunnya kondisi dari Kyai, maka
Pesan patronus langsung dapat jumlah santri mukim di Pesantren Miftahul Ulum
dicontohkan bagaimana perilaku santri di juga menurun.
pesantren Miftahul Ulum apabila Kyai Syamsul Komunikasi antara Kyai dan santri yang
Arifin sedang aktif di pondok. Bagaimana para tidak terjalin dengan baik ini menurut Sukamto20
santri begitu disiplin dan takdzim. Sedangkan merupakan pengaruh modernisasi di bidang
komunikasi patronus tidak langsung bisa dilihat pendidikan, dimana jalur hubungan santri lebih
melalui simbol-simbol agama, atau foto-foto besar arusnya pada pihak sekolah (pondok
tokoh yang masih dapat merepresentasikan pesantren – ustadz) daripada Kyai, hal ini
pesan komunikasi mereka. Bagaimana terutama terjadi pada pondok pesantren Khalaf.
masyarakat eropa masih ketakutan dan Sebagai pesantren Ribathi atau campuran,

203
Model Komunikasi Kyai dengan Santri (Nasvian, et al.)

Pondok Miftahul Ulum juga mengalami model komunikasi Kyai dengan santri. Secara
penurunan kualitas hubungan santri dengan Kyai umum noise pada model komunikasi Kyai dan
ini. Sehingga seperti terlihat di bagan model santri terjadi melalui faktor semantik, fisiologi,
diatas, komunikasi antara Kyai dengan santri fisik, dan psikologi23.
lebih banyak secara patronus. Santri memandang a. Semantik
Kyai berdasarkan kharisma, kesan yang Seorang Kyai umumnya memiliki tingkat
dituturkan oleh ustadz, sedangkan untuk pengetahuan yang tinggi, khususnya dibidang
berinteraksi secara langsung dan interpersonal ilmu agama. Namun tidak semua Kyai
sangat minimal mengingat kondisi Kyai sedang memiliki kemampuan untuk
tidak sehat. mengkomunikasikan ilmunya dengan baik.
3. Ustadz (Channel) Tentunya menyampaikan ilmu yang sama
Model komunikasi Kyai dan santri tidak terhadap audience yang berbeda diperlukan
bisa dilepaskan dari peran Ustadz atau guru pendekatan yang berbeda pula. Kendala
pengajar. Keberadaan Ustadz utamanya untuk dapat dianggap juga sebagai noise, khususnya
menjembatani pesan-pesan serta nilai yang semantik.
ditanamkan Kyai, hal ini disebabkan keterbatasan Pada Pondok Pesantren Ribathi Miftahul
Kyai dalam mengawasi dan mengajari santri Ulum ini, santri Madrasah Diniyah-nya berasal
dengan jumlah besar. Keberadaan Ustadz juga dari usia sekolah dasar hingga SMP,
membantu menyampakan pesan-pesan serta pembagian kelasnya dilakukan sesuai dengan
nilai yang ditanamkan Kyai sesuai dengan kelas kemampuan ilmu agamanya. Hal ini untuk
pengetahuan dan usia santri yang beragam, mempermudah pengajaran, dimana setiap
untuk itu Ustadz mendapatkan pengawasan ustadz memiliki cara tersendiri dalam
langsung dari Kyai dan pengelola pesantren agar menyampaikan informasi agar dapat diterima
dapat terus menjaga kualitas serta kesesuaian baik oleh semua santri. Hal ini bertolak
ilmu yang diajarkan. belakang saat Kyai yang memberikan materi
Peran Ustadz dalam pesantren ribathi bersama, dimana selama pengamatan peneliti
Miftahul Ulum ini mirip dengan peran channel hanya santri dengan tingkatan tinggi dan
dalam Model Komunikasi. Shannon dan Weaver, ustadz saja yang mampu memahami materi
Lasswell, hingga Berlo21 menyebutkan Channel yang diberikan.
dalam model Komunikasi mereka. Kecuali b. Fisiologi
Shannon dan Weaver, tokoh-tokoh lain Aspek noise fisiologi ini adalah yang paling
membatasi channel sebagai media, baik media tampak pada komunikasi di Pondok Pesantren
massa maupun udara, dan pengindraan manusia. Miftahul Ulum, khususnya pada kondisi fisik
Sedangkan peran Ustadz pada model komunikasi Kyai Syamsul yang telah berumur. Secara
ini sebagai tidak sekedar medium pasif, namun signifikan pengaruh komunikasi di Pesantren
sebagai medium aktif, dimana mereka Miftahul Ulum ini dapat dilihat dari
menyampaikan pesan dari Kyai untuk disesuaikan menurunnya minat santri dari luar daerah
dengan tingkatan anak didik mereka. untuk belajar di sana. Bahkan terhitung sejak
4. Message-Feedback 2010-2011 sudah tidak terdapat santri dari
Dalam model komunikasi Kyai dan santri luar daerah. Alasan utamanya adalah Kyai
ini pesan yang disampaikan dengan feedback Syamsul sudah tidak dapat mengajar secara
sering berjalan bersamaan. Hal ini mengadopsi optimal lagi.
dari model komunikasi transaksional22 dimana Kendala Fisiologi ini juga mempengaruhi
posisi antara komunikator dan komunikati tidak kuantitas komunikasi Kyai dengan santri,
bias dipisahkan karena proses komunikasi bahkan juga dengan Ustadz, sehingga tugas-
berjalan simultan. Komunikasi yang terjadi di tugas pengawasan mulai dilimpahkan pada
lingkungan pondok pesantren Miftahul Ulum putra Kyai yaitu Gus In’am.
melibatkan banyak orang yang terbagi dalam c. Fisik
kelompok Santri, Ustadz, dan seorang Kyai, Noise fisik pada komunikasi di Pondok
sehingga tidak dimungkinkan keberadaan Pesantren Mifthaul Ulum tidak banyak
komunikator dan komunikati berlangsung terjadi, karena bagaimanapun pondok
bergantian. pesantren merupakan tempat yang
5. Noise dikondisikan untuk kegiatan belajar,
Dalam setiap proses komunikasi selalu khususnya ilmu agama.
didapati noise, hal tersebut juga terjadi pada d. Psikologi

204
Model Komunikasi Kyai dengan Santri (Nasvian, et al.)

Konteks komunikasi di Pondok Pesantren yang dikenal dan berbeda sistem kurikulum
Mifthaul Ulum yang mengutamakan pendidikannya yaitu Salaf, Khalaf, dan
Akhlak, yang salah satu poinnya adalah Ribathi. Penelitian ini sendiri dilakukan pada
tidak berprasangka buruk, secara umum pondok pesantren Ribathi atau sistem
mampu mengurangi dampak noise ini. Hal kombinasi.
ini juga terungkap dari wawancara 2. Perlu dikembangkan lagi penelitian
bersama Mas Furqon dan Mas Maulana mengenai Kyai, Pesantren, serta Islam
pada masa mereka bagaimana santri bisa dalam segala konteks, terutama sosial
sangat memuliakan Kyai. Namun saat in kemasyarakatan untuk dapat lebih
penghormatan tersebut berubah menjadi memahami peranserta mereka
suatu tekanan psikologi, hal ini terjadi dimasyarakat. Hal ini perlu dilakukan
karena minimnya kesempatan interaksi mengingat mulai dekade 2000an hingga
langsung dengan Kyai yang kondisi fisiknya sekarang, seringkali muncul isu negatif
menurun. tentang keberadaan mereka di masyarakat.
Berdasarkan penjelasan model Di atas Bagi peneliti hal ini merupakan suatu
yang bersumber pada pengamatan selama masalah yang perlu dipecahkan mengingat
penelitian di Pesantren Ribathi Miftahul Ulum, peran serta Kyai, Pesantren, serta Islam
dapat disusun proposisi Model Komunikasi Kyai sangat mendasar dalam mendirikan
dan santri di Pondok Pesantren Ribathi Miftahul Republik Indonesia, bahkan masih terasa
Ulum terbentuk dari interaksi intensif antara positif dalam masyarakat saat ini. Sungguh
Ustadz dengan Kyai, serta Ustadz dengan Santri, naif jika kalangan yang memiliki pengaruh
dimana Ustadz berfungsi sebagai besar seperti itu pada akhirnya
channel.Channel diperlukan untuk membantu terpinggirkan akibat isu yang dimunculkan
mengkomunikasikan pesan agar lebih efektif, dari pihak-pihak yang berkepentingan.
Kyai kepada santri yang berjumlah banyak
dengan rangeusia yang lebar. UCAPAN TERIMA KASIH
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat
KESIMPULAN DAN SARAN Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
Kesimpulan hidayahnya, sehingga penulis dapat
Berdasarkan penelitian yang telah menyelesaikan Proposal Tesis yang berjudul
dilakukan di Pondok Pesantren Ribathi Miftahul MODEL KOMUNIKASI KYAI DENGAN SANTRI
Ulum, Kecamatan Dampit Malang, mengenai dengan baik. Bapak Dr. Bambang Dwi Prasetyo,
Model Komunikasi Kyai dan Santri, maka dapat S.Sos, M.Si,. Bapak Prof. Dr. Ir. Sanggar Kanto,
ditarik kesimpulan bahwa Konstruksi model MS., serta Dr. Drs. Suryadi, MS., yang telah
Komunikasi Kyai dan santri di Pondok Pesantren mengarahkan penelitian ini. Utamanya kepada
Ribathi Miftahul Ulum terbentuk dari intensitas Bapak Prof. Dr. Ir. Darsono Wisadirana, MS., yang
interaksi yang tinggi antara Ustadz dengan Kyai, memberikan kesempatan peneliti memperoleh
serta Ustadz dengan Santri, dimana Ustadz beasiswa sehingga dapat menuliskan penelitian
berfungsi sebagai pihak yang mampu ini. Keluarga besar pondok pesantren Ribathi
menyambungkan pesan Kyai kepada santri baik Miftahul Ulum yang bersedia menjadi
dalam bentuk verbal maupun nonverbal. narasumber penelitian terutama keluarga Kyai
Saran Syamsul Arifin (alm). Sebagai salah satu dari
Berdasarkan penelitian yang telah sedikit penelitian dengan bahasan
dilakukan di Pondok Pesantren Ribathi Miftahul kontekstualisasi Islam dalam Ilmu Komunikasi,
Ulum, Kecamatan Dampit Malang, mengenai saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat
Model Komunikasi Kyai dan Santri, maka dapat penulis harapkan. Semoga karya ini bermanfaat
ditarik kesimpulan sebagai berikut: dan dapat memberikan sumbangan yang berarti
1. Peneliti merasa perlu memberikan saran, bagi pihak yang membutuhkan.
secara umum untuk penelitian berbasiskan
komunikasi dari perspektif timur, khususnya DAFTAR PUSTAKA
dalam konteks penelitian tentang Kyai dan [1]. Mulyana, D. (2004). Ilmu Komunikasi Suatu
santri. Peneliti merasa model komunikasi Pengantar. Bandung: PT. Remaja
Kyai dan santri akan jauh lebih menarik jika Rosdakarya.
dapat dikaji dari berbagai sudut pandang,
paling tidak dari 3 jenis pondok pesantren

205
Model Komunikasi Kyai dengan Santri (Nasvian, et al.)

[2]. Littlejohn. (2002). Theories of Human


Communication: Seventh Edition. Belmont
California: Wadsworth.
[3]. Fiske, J. (2011). Cultural and Communication
Studies. Yogyakarta: Jalasutra.
[4]. www.kompasiana.com
[5]. Dhofier, Z. (1985). Tradisi Pesantren.
Jakarta: LP3S.
[6]. Zuhri, Damanhuri (2012) Pesantren, Berdiri
Menopang NKRI (1)
[7]. http://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/islam-nusantara/12/12/26/mfmtl6-
pesantren-berdiri-menopang-nkri-1
[8]. www.pondokpesantren.net
[9]. Ibid Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi
penelitian Komunikasi Fenomenologi:
Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitian.
Bandung: Widyapadjadjaran
[10]. Collin, Finn, 1997. Social Reality. USA and
Canada: Routledge Simultaneously
Published.
[11]. Cresswell. John W.. 1998. Qualitative
Inquiry and Research Design: Choosing
Among Five Traditions, Thousand Oaks,
California : Sage Publication.
[12]. Sukamto, 1999, Kepemimpinan Kyai dalam
Pesantren, Jakarta: Pustaka LP3ES
[13]. Weber, Max. 1966. The Theory of Social and
Economic Organization. New York, The Free
Press
[14]. Scott, James C. The Erosion Of Patron-Client
Bonds and Social Change in Rural South East
Asia, dalam Journal of Asian Studies, volume
XXXII, number 1, diterbitkan oleh The
Association for Studies, Inc.
[15]. West, Richard.,Lynn H. Turner. 2007.
Introducing Communication Theory:
Analysis and Aplication. New York: McGraw-
Hill

206

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai