Anda di halaman 1dari 17

PEMIKIRAN ABDURRAMAN ANNAHLAWI TENTANG METODE PENDIDIKAN ISLAM

DAN RELEVASINYA DALAM PEMBELAJARAN MATERI AL-QUR’AN HADIS DI


MADRASAH ALIYAH BERDASARKAN KEPUTUSAN DIRJEN PENDIS NO. 3211
TAHUN 2022

Penulis: AfIdatulKhasanah, AfifahTurahmah, AfifahWulandhari


Email :afidatulhasanah6@gmail.com, afifrahmah5@gmail.com ,
afifahwulandhari269@gmail.com
Abstrak
Kata Kunci
PENDAHULUAN
Al-Qur‟an Hadis adalah bagian dari mata pelajaran pendidikan agama islam yang
diberikan untuk memahami dan mengamalkan Al-Qur‟an sehingga mampu membaca dengan
fasih, memahami,menerjemahkan,serta dapat menyimpulkan isi kandungannya, menyalin dan
menghafal ayatayat yang terpilih serta memahami dan mengamalkan hadis-hadis pilihan sebagai
pendalaman dan perluasan kajian dari pelajaran Al-Qur‟an Hadis sebagai bekal untuk kehidupan
berikutnya.1
Pembelajaran Al-Qur’an Hadis pada Madrasah Aliyah harus menggunakan metodologi
pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat mencapai pemahaman yang mendalam
terhadap hadis, diharapkan peserta didik mampu merefleksikan dan mengamalkan hadis dalam
kehidupan sehari-hari, menjadikannya pedoman hidup dalam beraktifitas, baik dalam rangka
membangun ketaqwaan kepada Allah Swt., (hablun minallah) maupun mewujudkan kehidupan
yang damai dan sejahtera antar sesama manusia serta lingkungannya (hablun minannas),
termasuk membangun dan mengembangkan moderasi beragama.
Analisis materi ajar (al Qur’an Hadits), tidak hanya menyesuaikan dengan KKO Bloom
yang tertuang dalam KI-KD, cakupan materi yang meliputi : membaca, menulis, mengartikan,
menganalisis isi kandungan/konsepsi serta mewujudkan konsep al Qur’an dengan kebutuhan
pemecahan masalah di masyarakat. Pada tataran konsepsi (isi kandungan) sering kali kita
temukan guru hanya menyitir penjelasan dalam buku teks, jarang sekali guru melihat kembali

1
Miftahul Huda, “Pembelajaran Mata Pelajaran Al- Qur’an Hadits Di Madrasah Aliyah Miftahul Huda,”
2022, 37–42.
tafsir ayat atau menganalisa hubungannya dengan fenomena kekinian yang berkembang di
masyarakat. Kejadian semacam ini penulis sebut sebagai “mis konsepsi materi”.2
Dalam artikel ini akan dimuat beberapa sub bahasan yang berkaitan dengan relevansi
metodelogi pembelajaran Islam yang diterapkan terhadap mata pelajaran Al Qur’an Hadis pada
Madrasah Aliyah. Diantara sub bahasan yang dimuat adalah :
a. Relevansi Metode Al Khiwar Al Qur’any Wa Annabawy untuk pembelajaran materi Al-
Qur’an Hadis Pada Madrasah Aliyah
b. Relevansi Metode Al-Qasas Al Qur’aniyah Wa Annabawiyah untuk pembelajaran materi
Al-Qur’an HadisPadaMadrasah Aliyah
c. Relevansi Metode Al Amtsal Al Qur’aniyah Wa Annabawiyah untuk pembelajaran
materi Al-Qur’an Hadis Pada Madrasah Aliyah
d. Relevansi Metode Al-Qudwah untuk pembelajaran materi Al-Qur’an Hadis Pada
Madrasah Aliyah
e. Relevansi Metode Al Mumarotsah Wal Amal untuk pembelajaran materi Al-Qur’an
Hadis Pada Madrasah Aliyah
f. Relevansi Metode Al Ibrah Wa Al Mau’idzoh untuk pembelajaran materi Al-Qur’an
Hadis Pada Madrasah Aliyah
g. Relevansi Metode At Targhib Wa At Tarhib untuk pembelajaran materi Al-Qur’an Hadis
Pada Madrasah Aliyah

KAJIAN TEORI
Motode Pendidikan Islam Menurut Abdurrahman Annahlawi
Metode Al Qurany Wa Annabawy
A. Metode Dialog Qur’ani dan Nabawi
Dialog yang dapat diberikan pengertian sebagai pembicaraan antara dua orang atau lebih
yang memiliki respon dan timbal balik dan tujuan pembicaraan. Dengan adanya dialog
tersebut dapat menjadi penghubung antara pemikiran seseorang dengan pemikiran orang lain.
Dengan demikian dialog Qur’ani dan Nabawi dapat menghubungkan antara Allah dengan
hamba-Nya .Dialog Qur’ani dan Nabawi memiliki beberapa macamdiantaranya :

2
‫ ابوعلی‬Mahbub, Muhammad‫ سینا‬et al., “Analisa Materi Qur’an Hadis Madrasah Aliyah Dengan Pendekatan
Interdisipliner,” Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, 2021, 1–5
1. Dialog KhitabidanTa’abuddi
Dialog Khitabi dan Ta’abuddi lebih cenderung menjadi dialog sepihak. Walaupun pihak
yang pertama menjadi yang paling aktif, namun pihak kedua akan memberikan respon
yang realistis melalui perasaan, emosi, dan pikirannya. Contohnya Islam memandang
bahwasanya setiap peserta didik atau setiap pribadi yang beribadah melalui pembacaan
dan kajian Al-Qur’an akan terasa seperti benar-benar diseru oleh berbagai jenis seruan
dan pertanyaan Al-Qur’an. Pihak kedua pun akan memberikan respon dari seruan
tersebut melalui pikiran dan perasaannya ketika ia menghadirkan hati dan pikirannya saat
membaca Al-Qur’an dan mendirikan shalat. Sehingga dialongKhitabi dan Ta’abuddi ini
terjadi antara Allah dengan hamba Nya. Dialog ini memeliki dampak edukatif terhadap
pembaca atau peserta didik :
a. Mendorong untumerenungkan pertanyaan yang dilontarkan oleh Al-Qur’andan
menjawabnya sesuai bisikan nurani.
b. Merasakan Pengaruh dan makna-maknayang tersirat didalam Al-Quran
terhadapemosionalitas dan kehidupan pribadi.
c. Mengarahkan perilaku san perbuatan yang sesuai dengan tuntunan Al-Qurran
d. Membina peserta didik untuk sadar terhadap keagungan, keimanan dan
kedudukannya disisi Allah melalui bacaan Al-Qur’an

2. Dialog Deskriptif
Dialog deskriptif merupakan deskripsi aatau gambaran orang-orang yang tengah
melakukan kegiatan berdialog. Penggambaran tersebut meliputi kondisi hidup dan
kondisi psikologis orang-orang yang sedang berdialog sehingga memberikan pemahaman
kepada pembaca tentang kondisi baik atau buruknya para pelaku kegiatan berdialog.
Penggambaran tersebut juga dapat memberikan pengaruh mentalitas seseorang sehingga
dapat mengembangkan dan meningkatkan perasaan ketuhanan yaitu keimanan terhadap
kebenaran yang diberikan Allah melalui Al-Qur’an. Dialog ini juga memiliki dampak
edukatif bagi pembaca atau peserta didik yaitu :
a. Membantu dalam pengembangan perasaan ketuhanan kepada para pembaca.
b. Mengembangkan emosi dan perasaan anak didik dari Pemahamanayat.
c. Mengembangkan perasaan keimanan dan gambaran deskripsi penghuni surga
danneraka.

3. Dialog Naratif
Dialog Naratif disajikan dalam bentuk episode kisah dengan bentuk dan alur cerita yang
jelas sehingga menjadi bagian dari unsur cerita dalam Al-Qur’an. Dialog naratif dapat
mempengaruhi penalaran, mentalitas dan perasaan seseorang. Sehingga Dialong naratif
memiliki dampak edukatif yaitu:
a. Memberikan dampak yang bertumpu pada sugesti, sehingga mengarahkan perasaan
dan penalaran pembaca atau peserta didik.
b. Membina perasaan keimanan seperti cinta karena Allah, gemar berdakwah dan berani
membela kehormatan nabi-nabi Allah
c. Menyajikan hujjah para nabi melalui kisah-kisah yang mencerminkan penalaran
keimanan dan mengalahkan hujjahatas orang-orang yang dzalim.
d. Memiliki kesimpulan yang jelas sehingga dapat memberikan pandangan hidup terkait
kehidupan, komunikasi sosial, hak dan kewajiban manusia di alam semesta.

4. Dialog Argumentatif
Dalam Dialog Argumentatif akan ditemukan diskusi dan perdebatan yang diarahkan
kepada penguatan hujjah untuk meyakinkan kaum musyrikin agar mengakui pentingnya
keimanan dan pengesaan kepada Allah, dan mengakui kerasulan nabi Muhammad SAW
serta mengakui kebatilan tuhan-tuhan mereks. Dialog Argumentatif juga disajikan dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan kepada kaum musyrikin yang memiliki pesan tersirat
untuk membandingkan kebenaran berita langit yang disampaikan Rasulullah dengan
pandangan sesat kaum musyrikin. Dengan demikian Dialog argumentatif memiliki
dampak edukatif berikut ini:
a. Membina semangat dan membela hak, memilih kebenaran dan selalu mencari
argumentasi yang kuat dalam setiap pernyataan keimanan.
b. Melalu sugesti dalam dialog argumentatif akan mendidik peserta didik untuk
membenci kebatilan dan kemusyrikan
c. Membina akal dan penalaran agar dapat berpikir sehat dalam mencapai kebenaran.
5. Dialog Nabawi
Rasulullah SAW sudah memberikanbentuk dan macam-macam dialog Qur’ani sebagai
pedoman dalam melaksanakan metode dan pengajaran beliau. Kemudian metode
pengajaran beliau merupakan praktik yang dinamis dan manusiawi dari ayat-ayat Allah
yang juga digunakan dalam praktik metode pendidikan. Sehingga dialog Nabawi ini
memili 3 macam yaitu
a. Dialog dalam pola pendidikan Rasulullah
Salah satu hal yang disukai Rasulullah dari para sahabatnya adalah antusias para
sahabat dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada beliau, dengan demikian
beliau juga sangat antusias mendidik para sahabatnya melalui metode dialog.
Persoalan Pendidikan yang terpenting dalam konsep dialog ini adalah
1) Syariat yang mendorong para pelajar untuk menyukai sistem dialog yang
melibatkan niat dan keinginan mereka sehingga mereka dengan mudah menyerap
pelajaran.
2) Percontohan dialog dilakukan di hadapan para peserta didik, sehingga mereka
dapat langsung menyerap pelajaran yang tersirat dari dialog tersebut.

b. Dialog kenabian yang bersifat afektif


Rasulullah adalah sosok figur yang paling mampu dalam mengembangkan dan
membina perasaan ketuhanan serta memegangnya dengan teguh pada saat terdesak
sekalipun.Sehingga metode dialog ini memiliki konsep pendidikan sebagai berikut:
1) Pendidikan yang benar dan mendalam dilakukan dalam membina perasaan
ketuhanan merupakan cara untuk mengukuhkan perasaan tersebut dalam kondisi
seperti apapun.
2) Untuk mengobarkan perasaan ketuhanan, Rasulullah SAW menggunakan metode
Al-Qur’anysnginterogratif.
3) Metode ini mengajarkan untuk mengutamakan aspek keutamaan
Perasaankeimanan daripada perasaan terhadap manusia, harta, anak dan
seluruhnya. Sehingga apabila dihadapkan dengan ujian yang berkaitan dengan
hal-hal duniawi mereka dapat menahan diri terhadap keinginan-keinginan
terhadap hal tersebut.

c. Dialog kenabian yang bersifat memuaskan


Untuk menegakkan hujjah dan dapat diterima dengan rasa puas hati maka Rasulullah
menggunakan metode dialog sebagai salah satu upayanya. Dialog yang menghasilkan
kepuasan ini dilakukan melalui pertanyaan langsung kepada peserta didik atau lawan
bicara tentang sesuatu yang dia ketahui. Dari jawaban tersebut si penanya berupaya
untuk membangun sesuatu yang dikehendakinya atas jawaban tersebut, sehingga
dapat diperoleh jawaban lain yang dapat memuaskan peserta didik atas jawaban yang
diberikan oleh penanya. Rasulullah mencontohkan dialog ini dengan cara yang
bertahap atau berangsur-angsur dan memulai nya dengan diskusi yang bermakna.

Metode Al-Qasas Al Qur’aniyah Wa Annabawiyah

1. Pentingnya Kisah Edukatif


Dalam pendidikan Islam, dampak edukatif kisah sulit digantikan oleh bentuk-bentuk bahasa
lainnya. Pada dasarnya kisah-kisah Al-Qur’an dan Nabawi membiaskan dampak psikologis
dan edukatif yang baik, konstan, dan cenderung mendalam sampai kapanpun. Pendidikan
melalui kisah-kisah dapat menggiring peserta didik Pada kehangatan perasaan kehidupan dan
kedinamisan jiwa yang mendorong manusia untuk mengubah perilaku dan memperbarui tekad
yang selaras dengan tuntunan yang dapat diambil dari kisah tersebut.
2. Tujuan Pendidikan Dalam Kisah Qurani
Kisah-kisah dalam Al-Qur’an bukan karya sastra yang disusun tanpa tujuan pengarahan.
Padadasarnya, kisah-kisah Qur’ani merupakan salah satu sarana Al-Quran dalam
menyampaikan dan mengokohkan dakwah Islam. Di sisi lain, ungkapan Al-Qur’an mampu
memadukan tujuan keagamaan dan tujuan seni sehinggaAl-Qur’an memiliki keistimewaan
edukatif dan artistik. Artinya, kisah-kisah Al-Qur’an menyiratkan kisah-kisah artistik sebagai
sarana untuk mempengaruhi mental, mengobarkan semangat dan membina perasaan
ketuhanan.Tujuan terpenting dari kisah Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Kisah-kisah Qur’ani disajikan untuk mengokohkan wahyu dan risalah Rasulullah.
b. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an merupakan penjelasan bahwa seluruh agama yang dibawa
para nabi berasal dari Allah.
c. Melalui kisah-kisah Qur’ani kita memperoleh kejelasan bahwa Allah adalah penolong
para rasul dan orang-orang beriman lainnya serta mengasihi dan menyelamatkan mereka
dari berbagai bencana. Dari situ kita memperoleh ketegasan bahwa, seluruh kaum
mukminin adalah umat yang satu dan Allah adalah satu-satunya Tuhan bagi seluruh
makhluk.
d. Melalui gambaran kokohnya keimanan Rasulullah dan pengikutnya, kisah-kisah Qur’ani
mampu menghibur kaum mukminin yang sedang bingung atau tertimpa musibah serta
memberikan sugesti besar kepada orang-orang yang cenderung pada keimanan.
e. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an mengingatkan manusia pada bahaya yang datang dari setan.
Kisah tersebut mendorong untuk mewaspadai segala bisikan nafsu yang menjerumuskan
manusia pada kejahatan.
3. Tujuan Pendidikan Dalam Kisah Nabawi
Jika dibandingkan dengan tujuan utama kisah Qur’ani, kisah Nabawi memiliki tujuan yang
cenderung lebih kepada pemantapan perilaku.Kandungan yang terdapat dalam kisah Nabawi
dapat kita bagi menjadi berikut ini:
a. Melalui kisah Nabawi kita akan menemukan ajaran-ajaran keikhlasan dalam beramal
sholeh dan menjadikan sarana untuk mencapai keridhaan Allah dalam memecahkan
berbagai permasalahan hidup.
b. Kisah-kisah Nabawi mengarahkan kita pada kebiasaan bersedekah dan mensyukuri nikmat.
c. Kisah-kisah Nabawi bersifat historis, yakni menyempurnakan dan memperluas isyarat-
isyarat Al-Qur’an melalui kisah-kisah singkat.Kisah-kisah tidak langsung berasal dari
Sabda Rasulullah namun tepat sarat dengan hikmah dan pelajarannya.Adapun kisah
berhubungan dengan peristiwa sejarah dan perang-perang Rasulullah,sehingga membentuk
kisah berangkai yang satu sama lain berkaitan. Yang dapat diambil hikmah kesederhanaan
keteladanan Rasulullah kepada generasi muda.
f. Kisah-kisah Al-Qur’an mampu memberikan penjelasan terperinci tentang kekuasaan
Allah, sehingga dapat mempengaruhi emosi kedahsyatan dan ketakutan terhadap Allah,
serta mampumembina kekhusyukan, ketundukan, kepasrahan kepada Allah.
Metode Al Amtsal Al Qur’aniyah Wa Annabawiyah

Metode perumpamaan adalah metode yang banyak dipergunakan dalam al-Quran dan
hadis untuk mewujudkan akhlak mulia. Untuk memperjelas hal-hal yang masih samar bagi para
sahabat, Rasulullah saw. menggunakan analogi dan memberi analisis hukum serta
menyampaikan perumpamaan kepada mereka.Perumpamaan di dalam Al-Quran memiliki
maksud-maksud tertentu dan yang terpenting adalah : 1) menyerupakan suatu perkara, yang
hendak dijelaskan kebaikan dan keburukannya, dengan perkara lain yang sudah wajar diketahui
secara umum kebaikannya dan keburukannya, seperti menyerupakan kaum musyrikin yang
mengambil pelindung selain Allah dengan sarang laba-laba yang rapuh dan lemah. 2)
menceritakan suatu keadaan dari berbagai keadaan dan membandingkan keadaan itu dengan
keadaan yang lain, yang sama-sama memiliki akibat dari keadaan tersebut. Seperti dalam Q.S
Muhammad ayat 1-3 menggambarkan tentang penjelasan orang kafir yang dihapus amalnya dan
orang mukmin yang diampuni kesalahannya. persamaan antara keduanya dapat ditunjukkan pada
kesamaan mereka sebagai manusia yang telah diberi akal dan diberi petunjuk berupa rasul-rasul
Allah. Sikap mereka terhadap akal dan rasulnya yang memisahkan mereka sehingga menjadi
bahan perbandingan. perbedaan dapat dilihat dari bagaimana mereka menyikapi akal dan utusan
Allah sehingga keduanya menempuh jalan dan sarana yang berbeda. Allah menjadikan mereka
sebagai perbandingan antara kebaikan dan keburukan.

Perumpamaan-perumpamaan Qur’ani dan Nabawi tidak hanya menunjukkan ketinggian


karya seni yang hanya ditunjukkan untuk meraih keindahan balaghah semata, lebih dari itu
perumpamaan tersebut memiliki tujuan edukatif yang ditunjukkan oleh kedalaman makna dan
ketinggian maksud. Untuk lebih jelasnya tujuan edukatif yang dimaksud adalah :

1. Memudahkan manusia memahami mengenai suatu konsep. untuk memahami makna spiritual
suatu perkara, manusia cenderung menyukai perumpamaan persoalan abstrak pada perkara-
perkara yang konkret.
2. Mempengaruhi emosi yang sejalan dengan konsep yang diumpamakan dan untuk
mengembangkan berbagai perasaan ketuhanan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ustadz
Muhammad Abduh dipilihnya kata adh adh-dharb untuk mengumpamakan suatu karena kata
tersebut mampu mempengaruhi dan mengobarkan emosi sehingga dapat bertindak sebagai
kekuatan yang menembus kalbu dan bermuara di dalam jiwa.
3. Membina akal untuk terbiasa berpikir secara valid dan logis.
4. Mampu menciptakan motivasi yang menggerakkan aspek emosi dan mental manusia untuk
berbuat kebaikan dan menjauhi kemungkaran.

Metode Al-Qudwah

1. Pentingnya sebuah figure teladan

Kurikulum pendidikan dirancang dengan begitu jelas sesuai dengan perkembangan


manusia melalui bakat,psikologi,emosi,mental,maupun potensi manusia.Namun, kemungkinan
besar jugabisa timbulmasalah.Maka dari itu,kurikulum masih memerlukan pola pendidikan yang
realistis.Pada dasarnya,manusia cenderung memerlukan sosok teladan dan anutan yang mampu
mengarahkan manusia pada jalan yang benar.Oleh karena itu Allah mengutus Nabi dan Rosul
untuk menjelaskan berbagai syariat yang telah Allah jelaskan dalam Al Quran.

Alkisah dari kehidupan rumah tangga Rosulullah,beliau membiasakan teladanbagi orang


lain, terutama dalam hal bersabar,beliau mengarahkan kepada istri istri beliau sehingga bersabda:

Sebaik-baik kamu ialah yang paling baik terhadap keluarganya,dan aku adalah paling
baik dalam memperlakukan keluargaku.(HR. ibnuHibban)

Kehidupan Rosulullah sebagai ayah, kebaikannya kebaikannya dalam berinteraksi


dengan anak kecil,parasahaba, dan juga kepada tetangganya juga merupakan teladan.Beliau
adalah manusia yang paling memenuhi janjinya.Dalam kondidi bagaimanapun beliau senantiasa
teguh dan tidak kehilangan semangat karena beliau meyakini bahwa Allah senantiasa menjadi
sumber kekuatan sehingga beliau tetap memperoleh kesabaran.

2. Nilai edukatif yang terimplikasi

1. Pendidikan islam adalah konsep yang senantiasa menyeru pada Allah.


2. Sesungguhnya islam telah menjadikan kepribadian Rosulullah sebagai teladan abadidan
actual bagi pendidik dan generasi muda.

3. Peniruan: Dasar psikologis keteladanan


Pada dasarnya kebutuhan manusia akan figure teladan bersumber dari kecenderungan
meniru yang sudah menjadi karakter manusia.Pada hakekatnya, peniruan itu berpusat pada tiga
unsure berikut.Pertama,kesenangan untuk meniru dan mengikuti.Lebih jelsnya ini terjadi pada
anak- anak dan remaja.Dalam hal ini, Al quran telah telah memberikan peringatan kepada orang
tua.Yaitu sebagai orang tua harus memberikan kehangatan dan kasih sayang kepada anak-
anaknya.Kedua,kesiapan untuk meniru.Biasanya kesiapan untuk meniru muncul ketika manusia
tengah mengalami berbagai krisis,kepedihan social dan lain-lain.Ketiga, setiap peniruan
terkadang memiliki tujuan yang sudah diketahui oleh seorang peniru.Adapun nilai
keteladanannya adalah pemberian pengaruh secara spontan dan secara sengaja.

Metode Al Mumarotsah Wal Amal

1. Islam adalah agama yang realistis

Pada dasarnya,islam merupakan agama yang bertumpu pada hubungan erat antara
manisia dengan Rabb pencipta alam semesta.Islam merupakan agama yang menuntut kita
melakukan perbuatan yang realistis dan amal sholeh yang diridhoi oleh Allah.Dengan demikian,
amal manusia menempati posisi utama dan menentkan keselamatan manusia dari siksa Allah di
hari perhitungan nanti.Pada dasarnnya,pendidikan dan pengajaran yang dilakukan melalui
praktik atau terjun langsung akan membiaskan kesan khusus dalam diri anak didik sehingga
kekokohan ilmu pengetahuan dalam jiwanya akan terjamin.Dari gambaran tersebut, dijelaskan
bahwa seorang pendidik harus mengarahkan anak didikknya pada kebulatan tekad untuk
mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajarinya.Pendidik ditutut untuk memantau praktik ilmu
pada setiap siswanya.

2. Pendidikan praktis melalui latihan dan pengulangan

Ketika dalam membina sahabat, Rosulullah menggunakan metode praktik


langsung.Seperti halnya dlam memberikan materi tentang sholat.Beliau memimpin langsunng
sekaligus mempraktikkan langsung tata cara sholat kepada para sahabat.Begitu pula dalam hal
berwudhu,sahabat juga belajar langsung dari Rosulullah saw, sehingga ketika dalam keadaan
sendiri,sahabat menggunakan konsep saling membetulkan.Mempelajari juga buku-buku tentang
hadits yang menuturkan tata cara tentang sholat atau yang lainnya.dengan demikianlah peralihan
segala perilaku Rosulullah terjadi dari perawisatu dengan perawi yang lainnya sehingga
terhimpunlah sejumlah hadits mengenai perkara tertentu yang dikenal dengan hadits musalsalah
(hadits berantai).

3. Metode praktis dalam menghapal

Dalam pola pendidikannya,Rosulullah mengutamakan doa-doa pentingdan ayat-ayat alquran


kepada para sahabat secara praktis.Untuk itu, parasahabar mengulang doa-doa tersebut
dihadapan Rosulullah agar beliau dapat menyimak bacaanpara sahabat. Rosulullah memiliki
metode khusus dalam mengajarkan Alquranya itu metode menghafal.

4. Dampak edukatif praktik da nlatihan


1. Kesempurnaan kerja dapat dijadikan tolak ukur dalam memantau kesemppurnaan hapalan
dan pekasanaan ibadah.
2. Manusia merasa bertanggung jawab untuk bekerja dengan baik sehingga kurikulum
pendidikan bias teralisasikan dengan baik pula.
3. Tawadlu’ mencintai amal sholeh, menjauhi tipudaya dan meninggalkan sikap kemalasan.
4. Memiliki batas kemauan dan keinginan.

Metode Al Ibrah Wa Al Mau’idzoh

1. Mendidik Melalui Ibrah


a. Makna Harfiah dan Qur’aniahIbrah
"Ibrah berasal dari "abaraar-ru'ya", yang berarti "menafsirkan mimpi dan menceritakan
akibat yang berkaitan dengan kehidupan si pemimpi" atau "keadaan setelah kematian",
dan "Abaraal-wadi" berarti "ujung lembah ". ke yang lain, berlawanan". Ar-Rahib
mengatakan bahwa asal usul arti kata al-'ibr adalah "berpindah dari satu keadaan ke
keadaan lain" dan kata "ubur" didedikasikan untuk arti "berjalan di atas air". Dalam
tafsirnya terhadap surat Yusuf, Muhammad Rasyid Ridha mengatakan bahwa al-'itibar
wal'ibrah berarti "ruang yang mengarah dari pengetahuan yang kasat mata menuju
sesuatu yang tidak kasat mata, atau jelas artinya merenung dan berpikir". Oleh karena
itu, “ibrah dan itibar adalah keadaan-keadaan kejiwaan yang mengantarkan manusia
kepada ilmu yang dirujuknya dan yang dimaksud dengan apa yang dilihat, diperiksa,
ditimbang, diukur, dan ditetapkan pikirannya dengan pertimbangan, sehingga sampai
pada kesimpulan yang dapat untuk merendahkan hati mereka, sehingga kekhidmatan
ini mendorongnya untuk berperilaku logis dan sesuai dengan kondisi masyarakat.

b. Jenis Ibrah dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah


1) Ibrah Melalui Cerita Setiap Quran atau cerita Nabawi memiliki tujuan pendidikan
ilahi. “Hanya orang-orang yang secara sadar memikirkan dan orang-orang yang
hasratnya aka! dan alam tidak bisa menang, bisa dijangkau melalui cerita-cerita
Ibrahim. Artinya, dia bisa menarik kesimpulan dari sejarah.
2) Menimba hikmah dari karunia dan ciptaan Allah Berbagai nikmat dan ciptaan yang
Allah berikan kepada manusia juga dapat menjadi 'ibrah bagi manusia. Karena
'ibrah didasarkan pada pemikiran yang mendalam dan pengamatan yang cermat,
kita dapat merasakan kebijaksanaan ilahi melalui tanda-tanda beberapa hal yang
menginspirasi rasa hormat dan mengundang perenungan, seperti berbagai keajaiban
yang diciptakan dan diberikan Tuhan kepada kita. Misalnya ayat di atas
menunjukkan bahwa susu itu putih dan bersih dari segala najis dan kotoran, padahal
susu terbuat dari gabungan kotoran dan darah. Dalam ayat di atas anggur dan kurma
tersirat, menarik makanan dari air dan tanah. Dengan kuasa Tuhan, buah itu
memabukkan manusia dan menjadi makanan yang baik. Buahnya bisa digunakan
untuk membuat gula (glukosa), yang merupakan setengah dari makanan manusia di
beberapa bagian dunia.
3) Pelajaran dari Berbagai Peristiwa Sejarah Al-Qur'an telah menunjukkan beberapa
peristiwa sejarah yang menonjol antara lain dan berkaitan dengan peristiwa
selanjutnya seperti Perang Badar dan Ahzab. Al-Qur'an juga mengisyaratkan
pelajaran dari peristiwa-peristiwa ini, seperti Perang Bani Nadir, di mana Allah
menggambarkan kejelasannya. Ketika kita menerima ajaran ini, kita harus benar-
benar memperhatikan perintah Al-Qur'an bahwa cerita atau pelajaran apa pun yang
kita ambil dari berbagai peristiwa sejarah tidak didasarkan pada fanatisme terhadap
agama atau ras tertentu, atau untuk mengagungkan atau mengagungkan diri kita
sendiri dengan mengagungkan kita nenek moyang Selain itu, kami mendapatkan
Ibrah dan mengetahui tujuan dari acara tersebut.

Metode At Targhib Wa At Tarhib

1. Sekilas tentang al-Targhib dan al-Tarhib


Targhib dan tarhib yang dapat diturunkan dari penelaahan terhadap ayat-ayat Al-Qur'an:
Targhib adalah komitmen yang disertai pengaruh dan bujuk rayu untuk menunda
keuntungan, kesenangan, dan kepuasan. Namun, penundaan itu pasti, murni, dan dicapai
melalui pemeliharaan diri dari kesenangan yang merugikan (perbuatan buruk) atau
melalui perbuatan baik. Jelaslah bahwa segala sesuatu dilakukan untuk keridhaan Allah,
yang merupakan tanda kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Hukuman karena
melakukan dosa, kesalahan, atau perbuatan yang dilarang oleh Allah adalah tarhib, yaitu
ancaman atau intimidasi. Selain itu, ini adalah hasil dari meremehkan pemenuhan
tanggung jawab yang diamanatkan Allah. Tarkib juga dapat diartikan sebagai ancaman
dari Allah untuk menakut-nakuti hamba-hamba-Nya dengan menonjolkan kesesatan atau
salah satu sifat keagungan dan kekuasaan Ilahi untuk mengingatkan agar tidak durhaka
atau berbuat salah.
1) Targhib-TahibQur’ani dan Nabawi
a. Arghib-tarhibQur'ani dan Nabawi bertumpu pada argumentasi dan kepuasan.
Jadi, ayat-ayat tentang targhib dan tarbib yang berbicara tentang salah satu hal
yang akan terjadi setelah kematian, selalu ada kaitannya satu sama lain dan
menunjukkan bahwa manusia beriman kepada Allah dan akhirat. Atau, ayat-ayat
ini memiliki seruan yang memberitahu orang apa yang harus dilakukan dan
membangun mereka. Ayat-ayat tersebut mengandung implikasi pendidikan
bahwa sudah menjadi kewajiban manusia untuk menanamkan keimanan dan
keimanan yang benar kepada anak didik agar mudah memahami syarat-syarat
masuk surga dan menghindari perbuatan yang dapat mendatangkan azab Allah.
Selanjutnya yang harus diingat, targhib dan tarkib harus menciptakan amaliah
dalam perilaku. Mengambil ibrah dari kisah Al-Qur'an dan menerapkan targhib
dan tarkib adalah dua metode yang dapat digunakan untuk mencapai hasil
tersebut.
b. Gambar keindahan dan kenikmatan surga yang menakjubkan atau gambaran
penderitaan neraka menyertai ajaran Al-Qur'an dan Nabawi. Akibatnya, ketika
menyampaikan materi tentang pahala dan hukuman Allah, seorang pendidik
harus memilih imajinasi dan konsep Al-Qur'an dan Nabawi yang sesuai dengan
hati-hati. Selain itu, seorang pendidik harus menyederhanakan imajinasi agar
siswa cepat memahaminya. Salah satu contohnya adalah penggambaran hari
kiamat dalam Al-Qur'an yang didukung oleh sejumlah penjelasan dari hadits
Nabi, seperti kisah manusia yang meminta syafaat kepada semua nabi di Padang.
Mahsyar. Kita bisa menggunakan hadits Nabi Muhammad untuk
menggambarkan kondisi kiamat atau betapa menegangkannya karena hanya
Nabi yang bisa melakukan syafaat itu. Oleh karena itu, seorang pendidik tidak
boleh kaku dalam mengevaluasi suatu kurikulum.
c. Al-Qur'an dan ajaran kenabian fokus pada menyalakan emosi dan membangun
cinta ilahi. Pendidikan mentalistik ini merupakan salah satu tujuan dalam
menegakkan syariat Islam. Kasih sayang ilahi adalah:
 Rasa taqwa, dan memang itulah yang Dia minta
 Bersikap rendah hati, rendah hati, tunduk, patuh dan tunduk kepada Allah
SWT. Khusyu adalah buah. untuk menakuti Dalam realitas dunia ini, ketika
orang-orang takut pada tiran Thaghut, mereka langsung berpura-pura patuh
dan tunduk pada setiap perintahnya.
 Cinta, kecenderungan yang dibawa sejak lahir. Itulah sebabnya orang
cenderung mencintai dan dicintai. Cinta, seperti yang terjadi secara alami di
antara pria, pada dasarnya adalah cinta antara kekasih dan yang dicintai.
 Sikap raja, yaitu keinginan atau optimisme yang kuat untuk menerima rahmat
Allah dan mengharapkan pahala dan pahala yang banyak darinya.
 PendidikanTarghib dan Tarbib menitikberatkan pada pengelolaan emosi,
cinta, dan keseimbangan antara keduanya. Oleh karena itu rasa takut tidak
boleh menghilangkan harapan dan keinginan sedemikian rupa sehingga belas
kasihan dan pengampunan Allah bagi orang berdosa menjadi putus asa.
Jika seseorang bisa di dalam hatinya menggabungkan salah satu sifat
kesempurnaan Allah dengan sifat-sifat lain yang cocok untuknya, tentu dia tidak
akan jatuh ke dalam konflik jangka panjang, sikap berlebihan atau kesombongan
sampai dia merasa bahwa murka Allah tidak berlaku untuknya. titik mengabaikan
rahmat-Nya, kehendak mutlak-Nya, tidak sampai mengabaikan kebijaksanaan-
Nya, dll.

Identifikasi Materi Pembelajaran Al-Qur’an HadisPada Madrasah Aliyah

Fase E : kelas X MA

Materi pelajaran Ilmu Al-Quran pada siswa kelas X Ma adalah Peserta didik dapat
menganalisis hal ihwal ilmu Al-Qur'an yang meliputi; pengertian Al-Qur'an menurut pendapat
para ulama', sejarah turun dan kodifikasinya, bukti-bukti keautentikan, kemukjizatan, pokok-
pokok kandungan, dan struktur Al-Qur'an, untuk meyakini kebenaran Al-Qur'an dan
mengamalkan pesan Al-Qur'an dalam konteks kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara.3

Materi pelajaran lmu Hadis pada siswa kelas X Ma adalah Peserta didik mampu
menganalisis hal ihwal tentang ilmu hadis yang meliputi; perbedaan hadis, sunah, khabar, dan
asar, sejarah kodifikasi dan perkembangan hadis, unsur-unsur hadis, kedudukan dan fungsi hadis
terhadap ayat Al-Qur'an, pembagian hadis, serta tokoh-tokoh ulama hadis untuk meyakini
kebenaran hadis-hadis tersebut bersumber dari Rasulullah saw., baik secara sanad dan matan
maupun kualitas kesahihannya serta menggunakan ilmu hadis agar selektif terhadap hadis yang
dijadikan dasar beramal, sebagai sarana menanamkan sikap kritis dalam menerima dan merespon
berita di masyarakat dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.4

Fase F : kelas XII MA

Materi pelajaran Ilmu Al-Quran pada siswa kelas XII Ma adalah Peserta didik mampu
menganalisis dan menyajikan kandungan ayat-ayat Al- Qur'an tentang manusia sebagai khalifah
Allah, perintah berbuat baik kepada kedua orang tua, menghindari perbuatan keji, toleransi,
kewajiban menuntut ilmu pengetahuan dan pengembangannya, tanggung jawab manusia,
3
Moh.Isom, “Capaian Pembelajaran PAI Dan Bahasa Arab Kurikulum Merdeka Pada Madrasah,” 2022.
4
Moh.Isom, 56.
berkompetisi dalam kebaikan, menyikapi kehidupan dunia yang sementara dan akhirat yang
kekal, makanan yang halal dan baik, kewajiban bersyukur, pola hidup sederhana, sabar
menghadapi cobaan, pelestarian lingkungan, kewajiban dakwah, amar makruf nahi munkar,
musyawarah dan demokrasi, serta bersikap jujur dan adil, dan mengamalkannya dalam konteks
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.5

Materi pelajaran lmu Hadis pada siswa kelas XII Ma adalah Peserta didik mampu
menganalisis dan menyajikan kandungan hadis tentang manusia sebagai khalifah Allah, perintah
berbuat baik kepada kedua orang tua, perbuatan keji, toleransi, kewajiban menuntut ilmu
pengetahuan dan pengembangannya, tanggung jawab manusia, berkompetisi dalam kebaikan,
menyikapi kehidupan dunia sementara dan akhirat yang yang kekal, makanan yang halal dan
baik, kewajiban bersyukur, pola hidup sederhana, sabar menghadapi cobaan, pelestarian
lingkungan, kewajiban dakwah, amar makruf nahi munkar, musyawarah dan demokrasi, serta
bersikap jujur dan adil, dan mengamalkannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara.6

METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Relevansi Metode Al Khiwar Al Qur’any Wa Annabawy untuk pembelajaran materi Al-Qur’an
Hadis Pada Madrasah Aliyah
Relevansi Metode Al-Qasas Al Qur’aniyah Wa Annabawiyah untuk pembelajaran materi Al-
Qur’an HadisPadaMadrasah Aliyah
Relevansi Metode Al Amtsal Al Qur’aniyah Wa Annabawiyah untuk pembelajaran materi Al-
Qur’an Hadis Pada Madrasah Aliyah
Relevansi Metode Al-Qudwah untuk pembelajaran materi Al-Qur’an Hadis Pada Madrasah
Aliyah

5
Moh.Isom, “Capaian Pembelajaran PAI Dan Bahasa Arab Kurikulum Merdeka Pada Madrasah.”
6
Moh.Isom.
Relevansi Metode Al Mumarotsah Wal Amal untuk pembelajaran materi Al-Qur’an Hadis Pada
Madrasah Aliyah
Relevansi Metode Al Ibrah Wa Al Mau’idzoh untuk pembelajaran materi Al-Qur’an Hadis Pada
Madrasah Aliyah
Relevansi Metode At Targhib Wa At Tarhib untuk pembelajaran materi Al-Qur’an Hadis Pada
Madrasah Aliyah

Dst
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai