Anda di halaman 1dari 4

Al-Tarbiyah bi Al-Hiwar Al-Washfy

(Pendidikan Dengan Dialog Deskriptif)


Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Metodologi
Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh : Kelompok 2


1. Abdurrahman Ali Ramdhani (201210004)
2. Abid Naufal Amzad (201210005)
3. Adinda Nurviana (201210006)

Dosen Pengampu: Dr. Basuki , M.Ag

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI PONOROGO
2023/2024
Dialog deskriptif disajikan dengan deskripsi atau gambaran orang-orang
yang tengah berdialog. Pendeskripsian itu meliputi gambaran kondisi hidup dan
psikologis orang-orang yang berdialog sehingga kita dapat memahami kebaikan
dan keburukannya. Selain itu, pendeskripsian itu berpengaruh juga pada
mentalitas seseorang sehingga perasaan ketuhanan dan perilaku positif manusia
akan berkembang. Alquran sangat banyak menyajikan contoh-contoh dialog ini
sebagaimana firman Allah berikut ini :

"Dan mereka berkata, 'Aduhai, celakalah kita!' Inilah hari pembalasan.


Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya. (Kepada malaikat
diperintahkan), 'Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat
mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah selain Allah; maka
tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka." (Ash-Shaff : 20 -23).

Dialog dalam ayat di atas berlangsung antara Al-Haq Yang Maha mulia dengan
malaikatnya serta pembicaraan tentang orang-orang dzalim yang harus dibalas
dengan azab Jahannam. Digambarkan bahwa orang-orang dzalim itu telah
menyadari kebangkitan kubur dan mereka tengah menghadapi hari kiamat.
Kemudian, datanglah seruan Rabani kepada malaikat-malaikat penjaga Jahannam
agar mereka menggiring orang-orang dzalim itu ke neraka. Kemudian, muncullah
dialog untuk menjelaskan bahwa ketika itu, manusia sangat lemah dan harus
menerima hisab yang sesuai dengan perbuatan di dunia:

"Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian), karena sesungguhnya


mereka akan ditanya, 'Mengapa kamu tidak tolong-menolong?'" (Ash-Shaff: 24-
25).

Orang-orang dzalim itu tidak mampu menjawab sehingga Allah memberitahukan


keadaan mereka pada ayat berikutnya.

"Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri. " (Ash-Shaff: 26)

Diantara pemimpin kedzaliman dan rakyat jelata yang taat pada kedzaliman
terjadi dialog dan mereka disatukan dalam azab yang pedih.
"Sebagian dari mereka menghadap kepada sebagian yang lain berbantah-
bantahan.Pengikut-pengikut mereka berkata (kepada pemimpin mereka):
'Sesungguhnya kamulah yang datang kepada kami dari kanan." (Ash-Shaff: 27-
28)

Para pemimpin kezaliman itu melepaskan diri dari tanggung jawab sebagaimana
diisyaratkan ayat ini:

"Pemimpin-pemimpin mereka) menjawab: 'Sebenarnya kamulah yang


tidak beriman. Dan sekali-kali kami tidak berkuasa terhadapmu, bahkan kamulah
kaum yang melampaui batas. Maka pastilah putusan (azab) Tuhan kita menimpa
atas kita; sesungguhnya kita akan merasakan (azab itu). Maka kami telah
menyesatkan kamu, Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang sesat." (Ash-
Shaff: 29- 32).

Dari penjelasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa dampak edukatif dari
dialog deskriptif itu adalah:

Pertama, dialog deskriptif menyajikan kehidupan psikologis penghuni neraka dan


penghuni surga. Melalui pencitraan dan deskripsi yang terinci, dialog tersebut
menjadi demikian membantu dalam pengembangan perasaan ketuhanan dan
pemberian pengaruh kepada pembaca ayat-ayat tersebut. Gambaran tersebut
menjadi demikian hidup karena merupakan pengakuan langsung mereka yang
merasakan penyesalan dan kepedihan. Adakah di antara kita yang menginginkan
posisi mereka?

Kedua, seperti halnya dialog sindiran, dialog deskriptifpun bertumpu pada


pemberian sugesti. Ayat-ayat di atas memberikan peringatan kepada kita melalui
deskripsi tempat kembali orang-orang dzalim. Seperti yang telah disebutkan tadi,
pengaruh sugesti lebih besar daripada pemberitahuan yang langsung. Namun,
dalam praktik pembinaan anak didik, tidak salah juga jika kita bertanya jawab
langsung dengan anak didik, misalnya mengenai tempat kembali kaum kafir dan
segala penyebabnya. Cara seperti itu dapat kita jadikan ukuran, sejauh mana anak
didik menyimak dan memahami gambaran yang kita berikan sehingga
pengaruhnya tampak pada respon perasaan dan emosi mereka. Bagaimanapun,
seorang pendidik dituntut untuk mampu mengembangkan emosi dan perasaan
anak didik sehingga terlihatlah bahwa mereka memahami ayat-ayat tersebut.

Ketiga, selain menyajikan deskripsi perasaan penghuni neraka, Al- Qur'an pun
menyajikan deskripsi yang menakjubkan tentang penghuni surga. Contohnya
dapat kita lihat pada ayat berikut ini:

"Lalu sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain sambil bercakap-
cakap. Berkatalah salah seorang antara mereka: 'Sesungguhnya aku dahulu (di
dunia) mempunyai seorang teman yang berkata: 'Apakah kamu sungguh-sungguh
termasuk orang-orang yang membenarkan (hari berbangkit)? Apakah jika kita
telah mati dan kita telah menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah sesungguhnya
kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?' Berkata pulalah
dia: 'Maukah kamu meninjau (temanku itu)? Maka dia meninjaunya, lalu dia
melihat temannya itu di tengah-tengah neraka menyala-nyala. Dia berkata (pula):
'Demi Allah, sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakakanku. Jikalau
tidaklah karena nikmat Tuhanku, pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret
(ke neraka).'" (Ash-Shaff: 50-57)

Anda mungkin juga menyukai