Anda di halaman 1dari 9

JAWABAN SOAL UTS

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Dosen Pengampu :

Dr. Ali Sunarso, M. Pd.

Disusun oleh :

Sabrina Putri Fernanda

NIM 2411419005

Fakultas Bahasa dan Seni

Tahun 2019/2020
Soal :
1. Musuh-musuh (pembenci) Islam berpandangan buruk, terhadap Islam, misal
menyebutnya teroris, intoleran, suka perang, suka jihad dan stigma negative lainnya.
Pertanyaan:
a. Setujukah saudara dengan pernyataan tersebut ? jika tidak setuju, diperlukan
menjawab b, c dan d, jika setuju cukup melanjutkan soal b pada nomor soal ini.
b. Jika setuju maupun tidak setuju, kemukakan alasan logis, rasional, kontekstual
(berdasarkan fakta empiris) dan tekstual (berdasarkan teks ayat-ayat al-Quran dan
Hadits).
c. Bila dikaitkan dengan 3 materi ajar pokok yakni, aqidah, syariah dan akhlak, apa inti
atau muara akhir ajaran Islam itu ? jelaskan !
d. Keimanan dan ketaqwaan seseorang islam disebut sempurna jika dijalani selaras
antara yang di hati, di lisan dan di perbuatan. Jelaskan pernyataan tersebut.!
e. Apa makna keselamatan dan indikatornya seseorang muslim dikatakan selamat
dalam menjalani kehidupan ini. Jelaskan !
2. Islam memandang bahwa semua manusia hakikatnya sudah muslim, karena ia saat
berumur 4 bulan di alam kandungan telah berikrar atau bersyahadat. Jelaskan proses
persaksian antara anak Adam dan sang kholik (Allah SWT)?, dukunglah penjelasan
saudara dengan dalil baik ayat al-Qur’an maupun Haditsnya.
3. Jawablah pertanyaan berikut :
a. Jelaskan tujuan/tugas pokok dan fungsi penciptaan manusia di muka bumi !
Tunjukkan dalil al-Qur’an !
b. Apa yang dimaksud aqidah ? jelaskan pula mengapa peranan aqidah sangat penting
dan menentukan posisi kesalehan manusia dalam beribadah !
4. Dalam ajaran Islam manusia hakikatnya diciptakan Allah SWT dari satu jenis yang
sama,, bersuku-suku, berbangsa-bangsa satu dengan lainnya tidak ada perbedaannya
Allah SWT menilai yang paling mulia di antara kamu sekalian adalah yang paling
taqwa. Jelaskan dasar ayat al-Qur’an yang mendasari hal tersebut. !
5. Agama Islam mengatur hubungan antara: manusia dengan kholik/Tuhannya,(hablu
minalloh) - makhluk dengan alam raya,(hablu minal alam) - manusia dengan sesama
manusia,(hablu minannas) - manusia dengan yang bangsa ghoib.
Jelaskan, lengkapi dengan gambar diagram garis tersebut, lengkapi dengan contoh-
contoh pada tiap-tiap hubungan tersebut. !

Jawaban :
1. Musuh atau pembenci Islam akan selalu memandang buruk apa saja yang islam lakukan
bahkan menyebarkan fitnah yang tidak diketahui kebenarannya
a. Saya setuju akan pandangan buruk pembenci Islam kepada umat muslim karena
bahwasanya dampak dari kebenciian yaitu ketidak sukaan akan segala sesuatu yang
dilakukan dan diperbuat entah itu hal baik akan tetap dipandang buruk karena dari
jiwanya sendiripun sudah menanamkan kebencian dan tidak akan memandang baik
umat islam kecuali atas izin Allah memberikan hidayah padanya.

b. Ketika umat Islam di Christcurch, Selandia Baru melakukan sholat Jumat, tiba-tiba
segerombolan orang secara membabi buta melepaskan tembakan kepada para
jamaah yang sedang melaksanakan sholat Jumat di masjid An-Nuur.

Peristiwa itu memantik kemarahan seluruh dunia, kecaman demi kecaman mengalir
atas insiden tersebut. Insiden tersebut menjadi headline di media online baik dalam
maupun luar negeri. Dari sini kita akan mengupas sedikit tabiat kebencian orang
kafir terhadap umat Islam.

Allah SWT di dalam Al-Quran telah sangat jelas dan gambling menjelaskan tabiat
orang kafir.

‫َو اَل َيَزاُلوَن ُيَقاِتُلوَنُك ْم َح َّتٰى َيُر ُّد وُك ْم َع ْن ِد يِنُك ْم ِإِن اْسَتَطاُع واۚ َو َم ْن َيْر َتِد ْد ِم ْنُك ْم َع ْن‬
‫ِد يِنِه َفَيُم ْت َو ُهَو َك اِفٌر َفُأوَٰل ِئَك َح ِبَطْت َأْع َم اُلُهْم ِفي الُّد ْنَيا َو اآْل ِخَر ِةۖ َو ُأوَٰل ِئَك َأْص َح اُب‬
َ‫الَّناِر ۖ ُهْم ِفيَها َخ اِلُد ون‬

Artinya, “Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat)


mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka
sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati
dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di
akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS Al-
Baqoroh : 217)

Di dalam ayat lain surat Al-Baqoroh Allah juga berfirman:

‫َو َلْن َتْر َض ٰى َع ْنَك اْلَيُهوُد َو اَل الَّنَص اَر ٰى َح َّتٰى َتَّتِبَع ِم َّلَتُهْم‬
Artinya, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga
kamu mengikuti agama mereka.” (QS Al-Baqoroh : 120)

Di dalam ayat ini sangat jelas bahwa orang kafir akan berupaya terus menerus dan
lintas generasi untuk menjerumuskan umat Islam kepada kekafiran, berbagai cara
akan mereka lakukan. Dan ayat ini berlaku umum di setiap masanya.

Di masa Rasulullah SAW kita bisa lihat bagaimana kekufuran bersatu padu
memusuhi dan memerangi dakwah Nabi Muhammad. Ketika di kota Mekkah, orang-
orang musyrik yang memusuhi Islam, setelah pindah ke kota Madinah bertambah
lagi kelompok yang memusuhi Islam, kaum musyrik Arab dan Yahudi Madinah.

Dan mereka semua bersatu padu memerangi Rasulullah pada perang Ahzab (Sekutu)
atau yang lebih dikenal dengan perang Khondaq. Kabilah-kabilah musyrikin Quraiys
bersatu mengepung kota Madinah, sedangkan kaum Yahudi mencoba membantu
mereka secara diam-diam.

Dan pada tahun 8 Hijriah utusan Rasul ke tanah Romawi yang bernama Harits bin
Umair dibunuh oleh pasukan Raja Bushra, seorang raja Romawi. Yang hal ini
memantik perang pertama kali melawan Romawi yaitu perang Mu’tah.

Itulah tabiat kekafiran yang disebutkan di dalam Al-Quran dan dialami langsung
oleh Rasulullah SAW sebagai pembawa risalah terakhir. Sedangkan di abad modern
kita juga mnyaksikan potret-potret dari permusuhan tersebut.

Kita bisa mulai ketika Rusia menginvasi Afganistan, Genosida terhadap muslim
Bosnia, pembantaian muslim Ambon dan Poso, invasi Amerika dan sekutunya ke
Afganistan dengan dalih perang terhadap terorisme, invasi Amerika dan sekutu ke
Irak, pembantaian terhadap etnis mulim Rohingnya, Dikriminasi yang luar biasa
terhadap muslim Uighur dan bersatunya kekuatan internasional dalam memerangi
Suriah dan lain.lain.

Sekian banyak tragedi di atas memiliki satu kesamaan, yaitu umat Islam yang
menjadi objek permusuhan kekufuran. Sejalan dengan firman Allah SWT :

2. Sebelum setiap manusia lahir ke dunia. Allah telah mengambil kesaksian dari setiap jiwa
atau ruh manusia.

‫َه ْل َأَت ٰى َع َل ى ا ِإْل ْن َس ا ِن ِح ي ٌن ِم َن ال َّدْه ِر َل ْم َي ُك ْن َشْي ًئ ا َم ْذ ُك وًر ا‬


Artinya : “Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika
itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?” (QS. Al Insaan, 76 : 1)

Dan bagaimana proses penciptaan yang digambarkan dalam ayat,

‫َو ِإ ْذ َأ َخ َذ َر ُّبَك ِم ْن َبِن ي آَد َم ِم ْن ُظ ُهو ِر ِهْم ُذ ِّر َّيَت ُه ْم َو َأ ْش َه َد ُهْم َع َل ٰى َأ ْنُفِس ِه ْم َأ َل ْس ُت‬
‫ِب َر ِّب ُك ْم ۖ َق ا ُل وا َب َل ٰى ۛ َش ِه ْد َناۛ َأ ْن َت ُقو ُلوا َي ْو َم ا ْل ِقَي ا َم ِة ِإ َّنا ُكَّنا َع ْن َٰه َذ ا َغ ا ِفِل يَن‬

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam


dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(serayaberfirman) “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjad isaksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar pada hari
kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keEsaan Tuhan)”. (QS. Al A’raaf, 7 : 172)
Berkaitan dengan ayat ini, Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits, “Ketika Allah
menciptakan Adam, DIA mengusap punggungnya, maka dari punggung itu setiap ruh
yang menyerupai biji atom berjatuhan, yang DIA (Allah) adalah penciptanya sejak itu
sampai hari kiamat kelak”. (HR. Imam Tirmidzi)

Dari ubay bin Ka’ab ia mengatakan, “Mereka (ruh tersebut) dikumpulkan, lalu dijadikan
berpasang-pasangan, baru kemudian mereka dibentuk. Setelah itu mereka pun diajak
berbicara, lalu diambil dari mereka janji dan kesaksian, “Bukankah Aku Tuhanmu?”,
mereka menjawab “Benar”. Sesungguhnya AKU akan mempersaksikan langit tujuh
tingkat dan bumi tujuh tingkat untuk menjadi saksi terhadap kalian, serta menjadikan
nenek moyang kalian Adam sebagai saksi, agar kalian tidak mengatakan pada hari
kiamat kelak, “Kami tidak pernah berjanji mengenai hal itu”.

Ketahuilah bahwasanya tiada Tuhan selain Aku semata, tidak ada Rabb selain diriKU,
dan janganlah sekali-kali kalian mempersekutukanKU. Sesungguhnya Aku akan
mengutus kepada kalian para RasulKU yang akan mengingatkan kalian perjanjianKU itu.
Selain itu Aku juga akan menurunkan kitab-kitabKU”. Maka merekapun berkata, “Kami
bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhan kami, tidak ada Tuhan bagi kami selain hanya
Engkau semata”. Dengan demikian mereka telah mengakui hal tersebut. Kemudian
Adam diangkat dihadapan mereka dan ia (Adam) pun melihat kepada mereka, lalu ia
melihat orang yang kaya dan orang yang miskin, ada yang bagus dan ada juga yang
sebaliknya. Lalu Adam berkata, “Ya Tuhanku, seandainya Engkau menyamakan di
antara hamba-hambaMU itu”. Allah menjawab, “Sesungguhnya Aku sangat suka untuk
Aku disyukuri”. Dan Adam melihat para nabi di antara mereka seperti pelita yang
memancarkan cahaya pada mereka”. (HR. Ahmad)

Dan dinyatakan juga dalam Alquran sebagaimana ayat,

‫َو َم ا َلُك ْم اَل ُتْؤ ِم ُن وَن ِب ال َّلِه ۙ َو الَّر ُسوُل َي ْد ُع و ُك ْم ِل ُتْؤ ِم ُنوا ِب َر ِّب ُك ْم َو َقْد َأ َخ َذ ِم ي َث ا َق ُك ْم ِإ ْن‬
‫ُكْنُت ْم ُم ْؤ ِم ِن يَن‬
Artinya : “Dan mengapa kamu tidak beriman kepada Allah padahal Rasul menyeru
kamu supaya kamu beriman kepada Tuhanmu. Dan sesungguhnya Dia (Allah) telah
mengambil perjanjianmu, jika kamu adalah orang-orang yang beriman”. (QS. Al
Hadiid, 57 : 8)

Karena itu kenyataan yang harus dihadapi oleh setiap manusia adalah; sesungguhnya
tidak ada satu jiwa pun yang lahir ke dunia ini, kecuali Allah telah mengambil perjanjian
dan kesaksian mereka ketika di alam ruh bahwa, Allah adalah Rabb mereka, dan Allah
melakukan hal ini agar mengujinya dalam kehidupan dunia agar pada hari akhirat nanti
tidak ada satupun manusia yang akan mengingkari tentang keEsaan Allah, atau agar
tidak ada alasan manusia untuk mengatakan bahwa mereka mengikuti agama dari bapak
dan nenek moyang mereka, sehingga mereka hidup di dunia dengan menyekutukan
Allah.
‫َم ْن ُيْف ِس ُد‬ ‫ِف ي َه ا‬ ‫َو ِإ ْذ َق ا َل َر ُّبَك ِل ْل َم اَل ِئ َك ِة ِإ ِّن ي َج ا ِع ٌل ِف ي ا َأْل ْر ِض َخ ِل ي َف ًة ۖ َق ا ُل وا َأ َتْج َع ُل‬
‫َتْع َل ُم وَن‬ ‫َم ا اَل‬ ‫ِف ي َه ا َو َي ْس ِف ُك الِّد َم ا َء َو َنْح ُن ُنَس ِّبُح ِب َح ْم ِد َك َو ُنَق ِّد ُس َل َك ۖ َق ا َل ِإ ِّن ي َأ ْع َل ُم‬
Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.” (QS : Al Baqarah : 30)

Bentuk pengabdian manusia kepada Allah salah satunya adalah menjalankan misi
hidupnya sebagaimana yang telah Allah berikan untuk menjadi Khalifah fil Ard.
Khalifah artinya adalah pemimpin. Tugas pemimpin adalah mengelola dan memperbaiki
agar hal yang diatur dan dipimpinnya menjadi baik. Pemimpin atau Khalifah bukan arti
sebagai status yang menjalankannya hanya orang-orang tertentu.

3. Berikut jawaban nomor 3


a. Perintah Allah untuk taat dan menyembah Allah adalah sebagai bentuk kasih sayang
Allah agar manusia tidak merugi. Ketika manusia menyembah atau menjadikan hal
lain sebagai Tuhannya, maka dia tidak akan mendapatkan apa-apa selain kerugian.
Untuk itu Allah memerintahkan manusia untuk beriman pada rukun iman dan
melaksankaan rukun islam sebagai tuntunan dasar islam.

‫َت ْن َس َن ِص ي َب َك ِم َن ال ُّد ْن َي اۖ َو َأ ْح ِس ْن َك َم ا َأ ْح َس َن‬ ‫َو اْبَت ِغ ِف ي َم ا آَت اَك ال َّلُه ال َّد ا َر ا آْل ِخ َر َةۖ َو اَل‬
‫ِإ َّن ال َّلَه اَل ُي ِح ُّب ا ْل ُم ْف ِس ِد يَن‬ ۖ ‫ال َّلُه ِإ َل ْي َك ۖ َو اَل َتْب ِغ ا ْل َف َس اَد ِف ي ا َأْل ْر ِض‬
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS.
Al-Qasas : 77)

Sebagaimana ayat diatas maka manusia sebagai khalifah dilarang untuk berbuat
kerusakan, kejahatan yang mampu merusak keadilan dan kemakmuran di muka bumi,
termasuk menjaga pergaulan dalam islam yang sudah diatur untuk umat islam. Jika
kerusakan tetap dilakukan oleh manusia maka yang merugi adalah manusia itu sendiri.
Tentunya manusia yang menggunakan akal dan taat kepada Allah akan sadar untuk
tidak berbuat kerusakan di semua aspek kehidupannya. Apa yang Allah berikan sudah
banyak dan tidak ada kurang satu apapun.

b. Kata “‘aqidah” diambil dari kata dasar “al-‘aqdu” yaitu ar-rabth(ikatan). Aqidah
Islam bermaksud keimanan dan keyakinan yang teguh dengan Rububiyyah Allah
ta’ala, Uluhiyyah-Nya, Asma’u wa sifah-Nya, Qada’ dan Qadar, hari Kiamat, segala
berkaitan perkara ghaib, pokok-pokok agama dan apa yang disepakati oleh salafus
salih dengan ketundukkan yang bulat kepada Allah ta’ala dari segi perintah-Nya,
hukum-Nya, ketaatan kepada-Nya serta meneladani Rasulullah sallallahu ‘alaihi
wasallam.

Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan sumber-sumber
hukum dalam Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Al Qur’an dan Al Hadits adalah
pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya
suatu perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan utama adalah Al
Qur’an dan. Ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW, Siti
Aisyah berkata.” Dasar aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al Qur’an.”

Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan
buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut dikatakan dalam Al Qur’an. Karena Al
Qur’an merupakan firman Allah, maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap
muslim.

Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 disebutkan

‫َي ا َأ ْه َل ا ْل ِك َتا ِب َقْد َج ا َء ُك ْم َر ُسو ُل َنا ُي َب ِّي ُن َلُك ْم َك ِث يًر ا ِم َّم ا ُكْنُتْم ُتْخ ُفوَن ِم َن ا ْل ِك َتا ِب‬
‫َو َي ْع ُفو َع ْن َك ِث ي ٍر ۚ َقْد َج ا َء ُك ْم ِم َن ال َّلِه ُنوٌر َو ِك َتاٌب ُم ِب ي ٌن‬
Artinya : “Sesungguhnya telah datang kepadamu rasul kami, menjelaskan kepadamu
banyak dari isi Al-Kitab yang kamu sembunyikan dan banyak pula yang
dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahayadari Allah dan kitab
yang menerangkan.” (QS. Al Maidah : 15)

‫َي ْه ِد ي ِب ِه ال َّلُه َم ِن ا َّتَبَع ِر ْض َو اَن ُه ُسُبَل الَّس اَل ِم َو ُي ْخ ِر ُج ُهْم ِم َن ال ُّظُل َم ا ِت ِإ َل ى‬


‫ال ُّن و ِر ِبِإْذ ِنِه َو َي ْه ِد ي ِه ْم ِإ َل ٰى ِص َر ا ٍط ُم ْس َت ِق ي ٍم‬
Artinya :“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti
keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan izinNya, dan menunjuki meraka ke jalan yang lurus.” (QS. Al
Maidah : 16)

4. Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran
cenderung mengacu pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau
dalam masyarakat. Manusia sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah
makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa keberadaan manusia lainnya
(baca keutamaan menyambung tali silaturahmi). Sebagaimana yang dijelaskan dalam
firman Allah SWT berikut
‫َي ا َأ ُّي َه ا ال َّناُس ا َّتُقوا َر َّبُك ُم ا َّلِذ ي َخ َلَق ُك ْم ِم ْن َن ْف ٍس َو ا ِح َد ٍة َو َخ َل َق ِم ْن َه ا َز ْو َج َه ا َو َب َّث‬
‫ِم ْن ُه َم ا ِر َج ا اًل َك ِث يًر ا َو ِنَس ا ًء ۚ َو ا َّتُق وا ال َّلَه ا َّلِذ ي َت َس ا َء ُل وَن ِب ِه َو ا َأْل ْر َح ا َم ۚ ِإ َّن ال َّلَه َك اَن‬
‫َع َل ْي ُك ْم َر ِق يًبا‬

Artinya : “Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah


menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istirinya,
dan dari pada keduanya Alah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) namanya kamu
saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS: An Nisa:1).

‫َي ا َأ ُّي َه ا ال َّن اُس ِإ َّن ا َخ َل ْق َن ا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأْنَث ٰى َو َج َع ْل َن ا ُك ْم ُش ُع وًبا َو َق َب ا ِئ َل ِل َت َع ا َر ُفواۚ ِإ َّن‬


‫َأ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد ال َّلِه َأ ْت َق ا ُك ْم ۚ ِإ َّن ال َّلَه َع ِل ي ٌم َخ ِب يٌر‬
Artinya : “Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: Al Hujurat :13).

5. Hablum minallah menurut bahasa berarti hubungan dengan Allah. Namun dalam
pengertian syariah makna hablum minallah sebagaimana yang dijelaskan di dalam tafsir
At-Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir adalah “Perjanjian dari Allah,
maksudnya adalah masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan
keselamatan bagi mereka di dunia dan di akhirat”.

Namun apakah cukup hanya dengan hablum minallah saja, sedangkan di sisi yang lain
kita mengabaikan hablum minannas? Tentu tidak cukup, mengingat kita adalah makhluk
sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Di dalam Al-Quran juga banyak
ayat-ayat yang menyebutkan tentang perintah mengerjakan sesuatu yang berkaitan
dengan hablum minannallah namun diiringi juga dengan hablum minannas

Allah berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 36 yang berbunyi:

‫َو اْع ُبُد وْا َهَّللا َو َال ُتْش ِر ُك وْا ِبِه َشْيًئا َو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِإْح َس اًنا َو ِبِذ ي اْلُقْر َبى َو اْلَيَتاَم ى َو اْلَم َس اِكيِن َو اْلَج اِر‬
‫ِذ ي اْلُقْر َبى َو اْلَج اِر اْلُج ُنِب َو الَّصاِحِب ِبالَج نِب َو اْبِن الَّس ِبيِل َو َم ا َم َلَك ْت َأْيَم اُنُك ْم ِإَّن َهَّللا َال ُيِح ُّب‬
‫َم ن َك اَن ُم ْخ َتاًال َفُخ وًرا‬

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan


berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.” (QS. An-Nisa : 36)
Ayat tersebut mengandung dua bentuk akhlak, yaitu akhlak kepada Allah (hablum minallah)
yang ditunjukkan dengan perintah agar kita menjalin hubungan baik kepada Allah dengan
cara tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain. Dan akhlak terhadap sesama manusia
(hablum minannas) yang ditunjukkan dengan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua,
karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin tetangga yang dekat dan tetangga yang
jauh, teman sejawat, orang yang dalam perjalanan dan hamba sahaya.

Anda mungkin juga menyukai