Anda di halaman 1dari 7

Metode Dakwah Al-Qur’an

Khusus mengenai Akidah atau Perang Pemikiran


Penulis: Hafidz Shaleh, M.A.

Telah menjadi pengetahuan umum bahwa tidak mungkin memberikan ide baru kepada
seseorang, sedangkan dalam benaknya terdapat sesuatu yang bertentangan atau
kontradiksi dengannya. Oleh karenanya, yang ada harus dihilangkan dulu, agar yang baru
bisa ditetapkan.

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Ar-Ra’d [13]: 11).

Oleh karena itu, Al-Qur’an tidak mencukupkan dengan hanya menjelaskan akidah Islam dan
pemikirannya, serta hukum-hukum dan syariatnya, tetapi Al-Qur’an juga memberi perhatian
pada akidah dan pemikiran yang rusak dalam diri kaum tersebut, lalu menjelaskan
kekeliruannya dan membuktikan kebatilannya.

Saat Islam hadir, masyarakat ketika itu benar-benar dalam kebodohan yang nyata dan
kesesatan yang dalam. Adalah jelas bahwa dua akidah yang kontradiksi tidak mungkin
menyatu dalam benak manusia. Oleh karena itu, berbagai akidah yang rusak dan pemikiran
yang salah tersebut harus diruntuhkan argumentasinya.

“Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu
menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap.” (QS Al-Anbiyâ’ [21]:
18).

Dengan demikian, hujjah harus dihantam dengan hujjah, argumentasi dengan argumentasi.
Banyak ayat telah menghina mimpi-mimpi kaum tersebut, menyerang keyakinan mereka,
menjelaskan kekeliruannya, serta membuktikan kebatilannya, baik dari aspek asas maupun
cabang-cabangnya. Al-Qur’an tidak hanya mengkritik secara global terhadap orang yang
tidak beriman, dan tidak hanya menggunakan aspek-aspek umum, atau pemikiran yang
menyeluruh saja, tetapi juga memberi perhatian pada bagian-bagiannya.

Ayat-ayat Al-Qur’an mengkritisi apa dikemukakan oleh tiap sekte/kelompok. Artinya, ayat
tersebut tidak hanya menyerang kekufuran karena semata-mata kufur, tetapi ia juga
menyerang semua bentuk kekufuran. Memang benar, kekufuran itu merupakan satu agama
(paham). Ketika kata “kufur”, “kuffar” dan “kâfirûn” dikemukakan, tidak ada konotasi lain
selain semua orang yang tidak mengimani kenabian dan kerasulan Muhammad.

Bukan hanya orang yang tidak beriman kepada Allah, seperti kaum ateis, atau beriman
kepada Allah, tetapi berpandangan bahwa Allah tidak mempunyai tempat dalam kehidupan,
atau orang yang tidak mengimani kebangkitan. Mereka semuanya dalam pandangan Islam
adalah kafir. Jadi, setiap orang yang tidak beriman kepada kerasulan/risalah Muhammad
saw. adalah kafir.
Memang, banyak ayat telah beruntun menyerang kekufuran dan orang-orang kafir. Betapa
banyak ayat yang telah melaknat orang-orang kafir.

“Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zalim.”(QS Hûd [11]: 18).

Berapa banyak ayat yang telah menghina mimpi-mimpi mereka dan mencela Tuhan-Tuhan
mereka dengan gaya bahasa yang umum. Namun, ketika ayat-ayat tersebut membangun
hujjah terhadap masalah tertentu, ayat-ayat itu pasti mencantumkan apa yang dikemukakan
oleh sekte kafir ini ataupun itu, kemudian mengkritik apa yang mereka kemukakan, meski
hanya terhadap satu ide pada satu sekte. Oleh karenanya, kita menemukan ayat-ayat
tersebut mengkritik klan-klan Arab dengan berbagai keyakinannya secara spesifik, atau
menggeneralisasi mereka, kemudian menyebut mereka sebagai kaum musyrik untuk
membedakan dengan orang-orang kafir ahli kitab. Ayat-ayat tersebut telah mengkritik
pandangan materialisme bangsa Arab yang menyatakan,

“Kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan
sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi.”(QS Al-Mu’minûn [23]: 37).

“Dan mereka berkata, ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati
dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa,’ dan mereka sekali-kali
tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.”
(QS Al-Jâtsiyah [45]: 24).

Atau orang-orang yang mengakui dan meyakini eksistensi Tuhan,

“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, ‘Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?’ niscaya mereka menjawab, ‘Allah.'” (QS Az-Zumar [39]: 38).

Atau orang-orang yang tidak beriman sebagai kedengkian dalam hati mereka, atau
orang-orang yang mengatakan,

“Dan mereka berkata, ‘Mengapa Al-Qur’an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari
salah satu dua negeri (Makkah dan Thaif) ini?'” (QS Az-Zukhruf: 31).

Yaitu, Makkah dan Thaif. Atau orang-orang yang mengatakan,

“Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada
Allah dengan sedekat-dekatnya.” (QS Az-Zukhruf [43]: 3).

Ayat-ayat tersebut juga telah menyerang Tuhan-Tuhan mereka dan menjelaskan sisi-sisi
buruknya, bahwa ia tidak bisa memberi manfaat dan mudarat, bahkan tidak bisa
menyelamatkan dirinya dari keburukan. Mudah-mudahan ayat-ayat ini akan menggerakkan
kepekaan dan perasaan mereka sehingga mereka bisa memfungsikan akal mereka serta
memikirkan apa yang dikemukakan kepada mereka, agar dengan cara berpikir mereka itu,
mereka akan bisa mengetahui kebenaran dan hakikat yang sesungguhnya.
Ayat-ayat Al-Qur’an telah mengemukakan nama Tuhan-Tuhan mereka yang mereka
sebut-sebut bersama nenek moyang mereka, sedangkan tidak ada bukti apa pun yang
diturunkan oleh Allah tentang nama-nama itu:

“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al-Lata dan al-Uzza, dan
Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)?” (QS
An-Najm [53]: 19).

Ayat-ayat Al-Qur’an juga menyebut nama-nama Tuhan orang-orang terdahulu, seperti kaum
Nabi Nuh as. dan pandangan mereka,

“Dan mereka berkata, ‘Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Tuhan-Tuhan


kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan
pula suwaa, yaghuts, ya`uq, dan nasr.” (QS Nuh [71]: 23).

Dalil-dalil mengenai hal itu sangat banyak. Kami ketengahkan sebagiannya dan tidak cukup
ruang untuk mengemukakan semuanya. Allah Swt. juga berfirman dalam surah An-Najm,

“Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al-Uzza, dan
Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? Apakah
(patut) untuk kamu (anak) laki-laki dan untuk Allah (anak) perempuan? Yang demikian itu
tentulah suatu pembagian yang tidak adil. Itu tidak lain hanyalah yang kamu dan
bapak-bapak kamu mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun
untuk (menyembah) nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan
apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka, dan sesungguhnya telah datang petunjuk
kepada mereka dari Tuhan mereka.” (QS An-Najm [53]: 19—23).

Juga dalam firman Allah Swt. dalam surah Ath-Thûr,

“Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah
seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila. Bahkan mereka mengatakan, ‘Dia
adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan menimpanya.’ Katakanlah,
‘Tunggulah, maka sesungguhnya aku pun termasuk orang yang menunggu (pula) bersama
kamu.’ Apakah mereka diperintah oleh pikiran-pikiran mereka untuk mengucapkan
tuduhan-tuduhan ini ataukah mereka kaum yang melampaui batas? Ataukah mereka
mengatakan, ‘Dia (Muhammad) membuat-buatnya.’ Sebenarnya mereka tidak beriman.
Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al-Qur’an itu jika mereka
orang-orang yang benar. Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka
yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi
itu? Sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka
ada perbendaharaan Tuhanmu atau mereka kah yang berkuasa? Ataukah mereka
mempunyai tangga (ke langit) untuk mendengarkan pada tangga itu (hal-hal yang gaib)?
Maka hendaklah orang yang mendengarkan di antara mereka mendatangkan suatu
keterangan yang nyata.” (QS Ath-Thûr [52]: 29—38).

Demikian seterusnya, perdebatan tersebut terus berlangsung dengan struktur pertanyaan


yang berbentuk penegasian (as’ilah istinkâriyah) sampai pada firman-Nya,
“Ataukah mereka hendak melakukan tipu daya? Maka orang-orang yang kafir itu merekalah
yang kena tipu daya. Ataukah mereka mempunyai tuhan selain Allah? Maha Suci Allah dari
apa yang mereka persekutukan.” (QS Ath-Thûr [52]: 42—43).

Dalam surah Al-Mulk,

“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan
menjungkirbalikkan bumi bersama kamu sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang?
Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan
mengirimkan badai yang berbatu? Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat
mendustakan) peringatan-Ku.” (QS Al-Mulk [67]: 16—17).

sampai akhir surah, Allah berfirman,

“Katakanlah, ‘Terangkanlah kepadaku jika sumber air kamu menjadi kering, maka siapakah
yang akan mendatangkan air yang mengalir bagimu?'” (QS Al-Mulk [67]: 30).

Dalam firman Allah dalam surah Al-Qalam,

“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak
mencela, yang kian kemari menghambur fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang
melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal
kejahatannya, karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak. Apabila dibacakan
kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata, ‘(Ini adalah) dongeng-dongengan orang-orang
dahulu kala.’ Kelak akan kami beri tanda dia di belalai-(nya).” (QS Al-Qalam [68]: 10—16).

Dalam surah Al-Muzammil,

“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara
yang baik. Dan biarkanlah Aku (saja) bertindak terhadap orang-orang yang mendustakan itu,
orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah mereka barang sebentar.
Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang
bernyala-nyala, dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih.”(QS
Al-Muzzammil [73]: 10—13).

Dalam surah Al-Muddatstsir, Allah mengancam tokoh Makkah dan pemuka Banî Makhzûm,
Al-Walîd bin al-Mughîrah hingga firman-Nya,

“Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan
Aku jadikan baginya harta benda yang banyak.” (QS Al-Muddatstsir [74]: 11—12).

“Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu apa (neraka) Saqar
itu?” (QS Al-Mudatstsir [74]: 26—27).

Betapa halusnya pernyataan yang digunakan untuk mengakhiri dalam surah yang sama,

“Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)? Seakan-akan
mereka itu keledai liar yang lari terkejut, lari dari singa.” (QS Al-Muddatstsir [74]: 49—51).
Dapat kami kemukakan bahwa tidak ada satupun surat Makkiyah kecuali di dalamnya
terdapat proporsi yang cukup berupa serangan, tekanan, ancaman, menarik perhatian,
ataupun kecaman kepada bangsa Arab, sebagaimana yang terdapat dalam surah
Al-Mursalât, setelah diskusi yang panjang dan kecaman pedas, seraya menyatakan, َ

“Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan (kebenaran). Dan apabila
dikatakan kepada mereka, “Rukuklah,” niscaya mereka tidak mau rukuk. Kecelakaan yang
besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Maka kepada perkataan
apakah selain al-Qur’an ini mereka akan beriman?” (QS Al-Mursalât [77]: 46—50).

Allah Swt. juga berfirman,

“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim
dingin dan musim panas.” (QS Quraisy [106]: 1—2).

“Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara
bergajah?” (QS Al-Fîl [105]: 1).

Dalam surah Al-An’âm, Dia berfirman,

“Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat
memegangnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang yang kafir itu berkata,
‘Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata.” Dan mereka berkata, ‘Mengapa tidak diturunkan
kepadanya (Muhammad) seorang malaikat?’ dan kalau Kami turunkan (kepadanya) seorang
malaikat, tentu selesailah urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikit pun).
Dan kalau Kami jadikan rasul itu (dari) malaikat, tentulah Kami jadikan dia berupa laki-laki
dan (jika Kami jadikan dia berupa laki-laki), Kami pun akan jadikan mereka tetap ragu
sebagaimana kini mereka ragu. Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul
sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka
balasan (azab) olok-olokan mereka.” (QS Al-An’âm [6]: 7—10).

ٌ‫َو َل َق ْد َنعْ َل ُم اَ َّن ُه ْم َيقُ ْولُ ْو َن ِا َّن َما ي َُعلِّم ُٗه َب َش ۗ ٌر ل َِسانُ الَّذِيْ ي ُْل ِح ُد ْو َن ِا َل ْي ِه اَعْ َجمِيٌّ وَّ ٰه َذا ل َِسانٌ َع َر ِبيٌّ م ُِّبيْن‬

“Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: “Sesungguhnya Al Qur’an itu
diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad)”. Padahal bahasa orang yang
mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‘Ajam, sedang Al Qur’an
adalah dalam bahasa Arab yang terang.” (QS An-Nahl [16]: 103).

ُ ْ‫ُك َوه َُو ْال َح ۗ ُّق قُ ْل لَّس‬


‫ت َع َل ْي ُك ْم ِب َو ِكي ٍْل‬ َ ‫َو َك َّذ‬
َ ‫ب ِبهٖ َق ْوم‬

“Dan kaum mu mendustakannya (azab) padahal azab itu benar adanya. Katakanlah, ‘Aku ini
bukanlah orang yang diserahi mengurus urusanmu.'” (QS Al-An’âm [6]: 66).

‫ب الَّ ِذي َْن مِنْ َق ْبل ِِه ْم َح ٰ ّتى َذاقُ ْوا َبْأ َس َن ۗا قُ ْل َه ْل عِ ْندَ ُك ْم‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫َس َيقُ ْو ُل الَّ ِذي َْن اَ ْش َر ُك ْوا َل ْو َش ۤا َء ُ َمآ اَ ْش َر ْك َنا َوآَل ٰا َب ۤاُؤ َنا َواَل َحرَّ مْ َنا مِنْ َشيْ ۗ ٍء َك ٰذل َِك َك َّذ‬
‫الظنَّ َواِنْ اَ ْن ُت ْم ِااَّل َت ْخ ُرص ُْو َن‬ َّ ‫مِّنْ عِ ْلم َف ُت ْخرج ُْوهُ َل َن ۗا اِنْ َت َّت ِبع ُْو َن ِااَّل‬
ِ ٍ
“Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, akan mengatakan, ‘Jika Allah menghendaki,
niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami
mengharamkan barang sesuatu apa pun.’ Demikian pulalah orang-orang yang sebelum
mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami.
Katakanlah, ‘Adakah kamu mempunyai sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu
mengemukakannya kepada Kami?’ Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan
kamu tidak lain hanya berdusta.” (QS Al-An’am [6]: 148).

“Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan
bertakwalah agar kamu diberi rahmat, (Kami turunkan Al-Qur’an itu) agar kamu (tidak)
mengatakan, ‘Bahwa kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja sebelum kami,
dan sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca.’ Kamu (tidak)
mengatakan, ‘Sesungguhnya jikalau kitab itu diturunkan kepada kami, tentulah kami lebih
mendapatkan petunjuk dari mereka.’ Sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan
yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat. Maka siapakah yang lebih zalim daripada
orang yang mendustakan ayat-ayat Allah daripadanya? Kelak Kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Kami dengan siksaan yang buruk,
disebabkan mereka selalu berpaling.” (QS Al-An’am [6]: 155—157).

ُ ِ‫ش ْو َن ِب َهٓا ۖ اَ ْم َل ُه ْم اَ ْي ٍد َّيبْط‬


.‫ش ْو َن ِب َهٓا ۖ اَ ْم‬ ٰ ‫اِنَّ الَّ ِذي َْن َت ْدع ُْو َن مِنْ ُد ْو ِن هّٰللا ِ عِ َبا ٌد اَمْ َثالُ ُك ْم َف ْادع ُْو ُه ْم َف ْل َيسْ َت ِج ْيب ُْوا َل ُك ْم اِنْ ُك ْن ُت ْم‬
ُ ْ‫ص ِد ِق ْي َنا َ َل ُه ْم اَرْ ُج ٌل يَّم‬
‫هّٰللا‬
‫ب َوه َُو َي َت َولَّى‬ َ ۖ ‫ش َر َك ۤا َء ُك ْم ُث َّم ِك ْي ُد ْو ِن َفاَل ُت ْنظِ ر ُْو ِناِنَّ َولِيِّ َۧ ُ الَّذِيْ َن َّز َل ْالك ِٰت‬ ُ ‫َل ُه ْم اَعْ يُنٌ ُّيبْصِ ر ُْو َن ِب َهٓا ۖ اَ ْم َل ُه ْم ٰا َذانٌ يَّسْ َمع ُْو َن ِب َه ۗا قُ ِل ْادع ُْوا‬
‫صلِ ِحي َْن‬ ّ ٰ ‫ال‬

“Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang
lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah
mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang yang benar.
Apakah berhala-berhala mempunyai kaki yang dengan itu ia dapat berjalan, atau
mempunyai tangan yang dengan itu ia dapat memegang dengan keras, atau mempunyai
mata yang dengan itu ia dapat melihat, atau mempunyai telinga yang dengan itu ia dapat
mendengar? Katakanlah, ‘Panggillah berhala-berhalamu yang kamu jadikan sekutu Allah,
kemudian lakukanlah tipu daya (untuk mencelakakan)-ku, tanpa memberi tangguh
(kepadaku). Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan Al-Kitab
(Al-Qur’an) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.” (QS Al-A’râf [7]: 194—196).

‫َن ْفسِ يْ ۚاِنْ اَ َّت ِب ُع‬ ‫ت ِبقُرْ ٰا ٍن َغي ِْر ٰه َذٓا اَ ْو َب ِّد ْل ُه ۗ قُ ْل َما َي ُك ْونُ ل ِْٓي اَنْ ا ُ َب ِّد َل ٗه مِنْ ت ِْل َق ۤاِئ‬ ٍ ۙ ‫َوا َِذا ُت ْت ٰلى َع َلي ِْه ْم ٰا َيا ُت َنا َبي ِّٰن‬
ِ ‫ت َقا َل الَّ ِذي َْن اَل َيرْ ج ُْو َن لِ َق ۤا َء َنا اْئ‬
َّ‫َما ي ُْو ٰ ٓحى ِا َلي‬ ‫ِااَّل‬

“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak
mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata, ‘Datangkanlah Al-Qur’an yang lain dari ini
atau gantilah dia.’ Katakanlah, ‘Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri.
Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.'” (QS. Yunus [10]: 15).

ُ ‫قُ ْل لَّ ْو َش ۤا َء هّٰللا ُ َما َت َل ْو ُت ٗه َع َل ْي ُك ْم َوٓاَل اَ ْد ٰرى ُك ْم ِبهٖ ۖ َف َق ْد َل ِب ْث‬


‫ت ِف ْي ُك ْم ُعمُرً ا مِّنْ َق ْبل ۗ ِٖه اَ َفاَل َتعْ ِقلُ ْو َن‬

“Katakanlah, ‘Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan
Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu.’ Sesungguhnya aku telah tinggal
bersamamu beberapa lama sebelumnya. Maka apakah kamu tidak memikirkannya?” (QS
Yûnus [10]:
16).

Allah juga berfirman dalam surah Al-An’âm,

‫هّٰللا‬ ٓ ‫هّٰللا‬
‫ان َل ٗ ٓه‬
َ ‫ض َحي َْر‬ ِ ْ‫قُ ْل اَ َن ْدع ُْوا مِنْ ُد ْو ِن ِ َما اَل َي ْن َف ُع َنا َواَل َيضُرُّ َنا َو ُن َر ُّد َع ٰلى اَعْ َق ِاب َنا َبعْ دَ ا ِْذ َه ٰدى َنا ُ َكالَّذِى اسْ َته َْو ْت ُه ال َّش ٰيطِ يْنُ فِى ااْل َر‬
‫اَصْ ٰحبٌ ي َّْدع ُْو َن ٗ ٓه ِا َلى ْالهُدَ ى اْئ ِت َنا‬

“Katakanlah, ‘Apakah kita akan menyeru selain Allah, sesuatu yang tidak dapat
mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan
kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang, sesudah Allah memberi
petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh setan di pesawangan yang
menakutkan, dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya
kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan), ‘Marilah ikuti kami.'” (QS Al-An’âm [6]: 71).

‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫اس َتجْ َعلُ ْو َن ٗه‬ ِ ‫ب الَّذِيْ َج ۤا َء ِبهٖ م ُْو ٰسى ُن ْورً ا وَّ ُه ًدى لِّل َّن‬ َ ‫َو َما َقدَ رُوا َ َح َّق َق ْد ِرهٖ ٓ ا ِْذ َقالُ ْوا َمٓا اَ ْن َز َل ُ َع ٰلى َب َش ٍر مِّنْ َشيْ ۗ ٍء قُ ْل َمنْ اَ ْن َز َل ْالك ِٰت‬
‫ْس ُت ْب ُد ْو َن َها َو ُت ْخفُ ْو َن َك ِثيْرً ۚا َو ُعلِّمْ ُت ْم مَّا َل ْم َتعْ َلم ُْٓوا اَ ْن ُت ْم َوٓاَل ٰا َب ۤاُؤ ُك ْم ۗقُ ِل هّٰللا ُ ُۙث َّم َذرْ ُه ْم فِيْ َخ ْوضِ ِه ْم َي ْل َعب ُْو َن‬
َ ‫َق َراطِ ي‬

“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya kala mereka
berkata, ‘Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia.’ Katakanlah, ‘Siapakah
yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi
manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu
perlihatkan (sebagiannya) dan kamu sembunyikan sebagian besarnya, padahal telah
diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya)?’
Katakanlah, ‘Allah-lah (yang menurunkannya),’ kemudian (sesudah kamu menyampaikan
Al-Qur’an kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.” (QS
Al-An’âm [6]: 91).

Demikianlah, polemik pemikiran dan pertarungan keras yang telah menghancurkan


keabsahan pemikiran kaum Quraisy sehingga mendorong mereka untuk menggunakan
cara-cara fisik dan serangan keji terhadap para pengemban dakwah ketika gagal melakukan
konfrontasi pemikiran dan pertarungan intelektual.

Rasulullah saw. dan para sahabatnya tidak pernah keluar dari cara-cara yang telah
digariskan oleh Allah Swt. kepada mereka, serta terikat dengan sifat-sifat yang diperintahkan
kepada mereka. Cara mereka adalah,

‫ض َّل َعنْ َس ِب ْيلِهٖ َوه َُو اَعْ َل ُم ِب ْال ُم ْه َت ِدي َْن‬ َ ‫ِي اَحْ َس ۗنُ اِنَّ َرب‬
َ ْ‫َّك ه َُو اَعْ َل ُم ِب َمن‬ َ ‫ا ُ ْد ُع ا ِٰلى َس ِبي ِْل َرب‬
َ ‫ِّك ِب ْالح ِْك َم ِة َو ْال َم ْوعِ َظ ِة ْال َح َس َن ِة َو َجاد ِْل ُه ْم ِبالَّتِيْ ه‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS An-Nahl [16]: 125).[]

Anda mungkin juga menyukai