Anda di halaman 1dari 4

Bentuk-Bentuk Ayat Mutasyabih Dalam AlQuran

0
AL-QURAN MUHKAM DAN MUTASYABIH
Oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
BENTUK-BENTUK AYAT MUTASYABIH DALAM AL-QURAN
Mutasyabih yang terdapat dalam Al-Quran ada dua macam.
Pertama:
Hakiki, yaitu apa yang tidak dapat diketahui dengan nalar manusia, seperti hakikat sifat-sifat
Allah Subhanahu wa Taala. Walau kita mengetahui makna dari sifat-sifat tersebut, namun
kita tidak pernah tahu hakikat dan bentuknya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Taala.

Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka,
sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmuNya [Thahaa/20 : 110]
Allah Subhanahu wa Taala berfirman.





Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata sedang Dia dapat melihat segala penglihatan
itu dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui [Al-Anam/6 : 103]
Oleh karena itu ketika Imam Malik rahimahullah ditanya tentang firman Allah Subhanahu wa
Taala.

(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas Arsy [Thahaa/20 : 5]
Bagaimana Allah Subhanahu wa Taala bersemayam ? Beliau menjawab : Bersemayam
menurut bahasa telah diketahui artinya, hakikatnya tidak diketahui, iman kepadanya
hukumnya wajib dan mempertanyakannya adalah bidah
Bentuk Mustasyabih yang ini tidak mungkin untuk dipertanyakan sebab tidak mungkin untuk
bisa diketahui hakikatnya.

Kedua.
Relatif, yaitu ayat-ayat yang tersamar maknanya untuk sebagian orang tapi tidak bagi
sebagian yang lain. Artinya dapat dipahami oleh orang-orang yang mendalam ilmunya saja.
Bentuk Mutasyabih yang ini boleh dipertanyakan tentang penjelasannya karena diketahui
hakikatnya, karena tidak ada satu katapun dalam Al-Quran yang artinya tidak bisa diketahui
oleh manusia. Allah Subhanahu wa Taala berfirman.

(Al-Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi
orang-orang yang bertakwa [Ali-Imran/3 : 138]
Allah Subhanahu wa Taala berfirman.

Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu
dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri [AnNahl/16 : 89]
Allah Subhanahu wa Taala berfirman.

Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaan itu. Kemudian,
sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya [Al-Qiyaamah/75 : 18-19]
Allah Subhanahu wa Taala berfirman.

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kapadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu,
(Muhammad dengan mujizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamua cahaya yang terang
benderang (Al-Quran) [An-Nisaa/4: 174]
Contoh-contoh untuk bentuk ini sangat banyak sekali, diantaranya.
Firman Allah Subhanahu wa Taala.




(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikanNya
kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan
Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat [Asy-Syura/42 : 11]
Ahli Tathil salah dalam memahaminya, mereka pahami, bahwa yang dimaksud adalah tidak
ada sifat bagi Allah Subhanahu wa Taala, mereka beranggapan, bahwa adanya sifat bagi

Allah Subhanahu wa Taala mengharuskan keserupaan dengan makhluk, mereka menolak


banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang sifat-sifat Allah Subhanahu wa Taala, mereka
juga menolak, bahwa kesamaan makna tidak mengharuskan adanya keserupaan.
Contoh lain :
Allah Subhanahu wa Taala berfirman


Dan barangsiapa yang membunuh seorang mumin dengan sengaja, maka balasannya ialah
Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
menyediakan adzab yang besar baginya [An-Nisaa/4 : 93]
Golongan Waidiyah salah dalam memahaminya, mereka pahami bahwa seseorang yang
membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka dia kekal di dalam neraka, dan hal ini
dijadikan patokan bagi semua pelaku dosa besar, mereka menolak ayat-ayat yang
menjelaskan bahwa dosa-dosa di bawah syririk berada di bawah kehendak Allah Subhanahu
wa Taala.
Contoh yang lain.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman.



Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di
langit dan di bumi ? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh
Mahfuzh)? Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah [Al-Hajj/22 : 70]
Golongan Jabariyah salah dalam memahaminya, mereka memahami, bahwa seorang hamba
melakukan amal perbuatan karena terpaksa, dia tidak memiliki keinginan dan kemampuan
apapun, mereka menolak banyak ayat yang menjelaskan, bahwa seorang hamba juga
memiliki keingainan dan kemampuan dan bahwa amal perbuatan seorang hamba terbagi
menjadi dua : ikhtiyaari (berdasarkan keinginan) dan ghoiru ikhtiyaari (paksaan).
Sementara orang-orang yang mendalam ilmunya atau para ulama adalah orang-orang yang
memiliki pemahaman yang benar, mereka tahu bagaimana mengkorelakasikan ayat-ayat
Mutasyabihah ini sehingga maknanya sesuai dengan ayat-ayat yang lain, akhirnya Al-Quran
seluruhnya menjadi Muhkam tidak ada yang tersamar sama sekali.
HIKMAH DARI PEMBAGIAN AL-QURAN MENJADI MUHKAM DAN MUTASYABIH
Kalau seandainya Al-Quran seluruhnya Muhkam, maka akan hilanglah hikmah dari ujian
pembenaran dan amal perbuatan, karena maknanya sangat jelas dan tidak ada kesempatan
untuk menyelewengkannya atau berpegang kepada ayat Mutasyabih untuk menebarkan fitnah
dan merubahnya. Dan kalau seandainya Al-Quran seluruhnya adalah Mutasyabih, maka akan
lenyaplah posisi Al-Quran sebagai penjelas dan petunjuk bagi manusia serta tidak mungkin
untuk melakukan amal ibadah dengannya dan membangun aqidah yang benar diatasnya.
Akan tetapi Allah Subhanahu wa Taala dengan hikmahNya menjadikan sebagian ayat-ayat
Al-Quran Muhkam agar bisa dijadikan rujukan ketika terdapat makna yang tersamar, dan
sebagian lagi Mutasyabih sebagai ujian bagi para hamba agar terlihat jelas orang yang benarbenar beriman dari orang yang dihatinya terdapat penyakit, karena orang yang benar-benar

beriman akan mengakui, bahwa Al-Quran seluruhnya berasal dari Allah Subhanahu wa
Taala, dan apa saja yang berasal dari Allah Subhanahu wa Taala adalah benar, tidak
mungkin ada kebathilan atau kontradiksi sedikitpun padanya.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman.

Yang tidak datang kepadanya (Al-Quran) kebathilan baik dari depan maupun dari
belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji
[Fushilat/41 : 42]
Allah Subhanahu wa Taala berfirman.

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Quran ? Kalau kiranya Al-Quran itu bukan
dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya [AnNisa/4 : 82]
Sedangkan orang yang dalam hatinya terdapat penyakit, maka dia akan menjadikan ayat-ayat
Mutasyabih sebagai sarana untuk merubah-rubah ayat-ayat Muhkam dan mengikuti hawa
nafsu dalam menebarkan keragu-raguan pada berita-berita Al-Quran serta angkuh dan
sombong dari hukum-hukum Al-Quran. Oleh karena itu anda selalu mendapati bahwa orangorang yang salah jalan dalam masalah aqidah dan ibadah selalu mempergunakan ayat-ayat
Mutasyabih sebagai dasar penyelewengan mereka.
[Disalin dari kitab Ushuulun Fie At-Tafsir edisi Indonesia Belajar Mudah Ilmu Tafsir oleh
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Penerbit Pustaka As-Sunnah, Penerjemah Farid
Qurusy]
0
2 September 2006 editor Al-Qur'an : Ilmu Leave a Comment
Al-Quran Muhkam Dan Mutasyabih
Shalat Isyraq
Sumber dari : https://almanhaj.or.id/1933-bentuk-bentuk-ayat-mutasyabihdalam-al-quran.html.
Didownload : jum`at, 11 maret 2016 jam 17.05.

Anda mungkin juga menyukai